MIXING I. Tujuan Percobaan
Untuk menghomogenkan larutan dengan mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang dibutuhkan. II. Perincian Kerja
Menghomogenkan Menghomogenkan Larutan garam (NaCl);
Mengoperasikan mixing untuk menghomogenkan larutan garam (NaCl);
Menghitung viskositas larutan garam (NaCl) sebelum pengadukan dan setelah pengadukan; Menghitung Densitas dari larutan garam setiap menit pengambilan sampel.
III. Alat dan Bahan
Bahan :
Aquadest;
Garam (NaCl).
Alat :
Viskometer Oswald;
Erlenmeyer;
Gelas Kimia plastik 2000 ml;
Gelas Kimia 500 ml;
Labu semprot;
Piknometer;
Gelas Ukur;
Agitator (tangki berpengaduk); berpengaduk);
Sendok plastik;
Pipet volume 25 ml;
Pipet ukur 10 ml;
Bola hisap;
Stopwatch.
IV. Dasar Teori
Pengadukan Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang diaduk seperti molekul- molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar (terdispersi).
gambar 1. (Dimensi sebuah Tangki Berpengaduk)
Dimana: C = tinggi pengaduk pengaduk dari dasar tangki
:
D = diameter diameter pengaduk pengaduk Dt = diameter tangki H = tinggi fluida dalam tangki J = lebar baffle W = lebar pengaduk
adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau lebih. Proses pencampuran bisa dilakukan dalam sebuah tangki berpengaduk . Hal ini dikarenakan faktor-faktor penting yang berkaitan dengan proses ini, dalam aplikasi nyata bisa dipelajari dengan seksama dalam alat ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran pengaduk, penggunaan sekat dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk yaitu densitas dan densitas dan viskositas . Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki berpengaduk yang bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan pencampuran tersebut.
1. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow). 2. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida yang terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran. 3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler. Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas . Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk mengatasi tiga jenis permasalahan utama, yaitu : 1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multifase multikomponen. 2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian dari sistem yang tidak seragam. 3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan atau tanpa perubahan komposisi. Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang luas, diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair maupun padatcair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia. Proses pengolahan zat sangat tergantung pada pengadukan dan pencampuran. Kedua istilah tersebut sering dianggap sama, meskipun kenyataannya satu sama lain berbeda. Pengadukan (agitasi) menunjukkan gerakan yang terinduksi dengan cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana. Gerakan tersebut biasanya mempunyai pola sirkulasi tertentu.
Pengadukan sendiri dilakukan untuk berbagai tujuan antara lain :
Membuat campuran homogen
Melarutkan partikel-partikel padat dalam cairan
Mempertahankan reaksi yang terjadi karena perpindahan momentum dari pengadukan.
Pencampuran (mixing) merupakan peristiwa penyebaran bahan-bahan secara acak, bahan yang satu menyebar ke bahan yang lainnya dan sebaliknya. Dimensi dan Geometri Tangki Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam kapasitas tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter tangki sama dengan
ketinggian
fluida.
Rancangan
ini
ditujukan
untuk
mengoptimalkan
kemampuan pengaduk untuk menggerakkan dan membuat pola aliran fluida yang melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki.
Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan persamaan
(2).
ketinggiannya
Tangki
memiliki
dengan
diamter
kecendrungan
yang
lebih
kecil
menambah jumlah
dengan
dibandingkan
pengaduk
yang
digunakan.
dengan D = t
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan perbandingan terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan pada gambar 1.
Hubungan dari dimensi pada gambar 1 adalah :
Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead zone yaitu daerah dimana fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk. Geometri dimana terjadinya dead zone biasanya berbentuk sudut ataupun lipatan dari dindingdindingnya.
Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki (Center) . Posisi ini memiliki pola aliran yang khas. Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar ditengah, energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian fluidapada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Pola ini biasa disebut dengan pusaran(vortex) dengan pusat pada sumbu pengaduk. Pusaran ini akan menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan putaran yang juga meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah proses dispersi gas-cair, terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal ini disebabkan pusaran tersebut bisa menghasilkan dispersi udara yang menghambat dispersi gas ke cairan dan sebaliknya.
Gambar 3. (Posisi Center dari sebuah Pengaduk
yang menghasilkan Vortex
Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah posisi sumbu pengaduk. Posisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan posisi sumbu berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi salah satu variasi dalam penelitian yang dilakukan.
Sekat (Baffle) adalah
lembaran
vertikal
datar
yang
ditempelkan
pada
dinding tangki. Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah memecah terjadinya pusaran saat terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu, posisi sumbu pengaduk pada tangki bersekat berada di tengah. Namun, pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan. Sekat pada tangki juga membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik di dalam tangki, karena pola aliran yang terjadi terpecah menjadi empat bagian. Penggunaan ukuran sekat yang lebih besar mampu menghasilkan pencampuran yang lebih baik.
Gambar 4. (Pemasangan Baffle diharapkan mampu meningkatkan kualitas pencampuran)
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki.
Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam menghasilkan proses dan pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling (propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk jenis turbin dengan aliran radial menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran.
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum, yaitu pengaduk baling
– baling(propeller) , pengaduk turbin (turbine) , pengaduk
dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon .
Pengaduk jenis baling-baling (propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah satunya adalah balingbaling berdaun tiga.
Gambar 5.
Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-baling kapal (c)
Baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm (revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah. Pengaduk Dayung (Paddle) Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada kesepatan rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau empat biasa digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang total dari pengadukan dayung biasanya 60 - 80% dari diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6 - 1/10 dari panjangnya.
Gambar 6. Pengaduk Jenis Dayung (Paddle) berdaun dua
Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena aliran radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Sebuah dayung jangkar atau pagar, yang terlihat pada gambar 6 biasa digunakan dalam pengadukan. Jenis ini menyapu dan mengeruk dinding tangki dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan pada cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga digunakan untuk meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki. Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung sering digunakan untuk proses pembuatan pasn kanji, cat, bahan perekat dan kosmetik.
Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin biasanya antara 30 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengadukdan akan menuju ke bagian daun pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas.
Gambar 7. Pengaduk Turbin pada bagian variasi.
Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45 o, seperti yang terlihat pada gambar 8, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya dan sangat berguna dalam suspensi padatan.
Gambar 8. Pengaduk Turbin Baling-baling.
Pengaduk Helical-Ribbon Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan naik ke bagian atas pengaduk.
Gambar 9. Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan putaran rendah, sedang dan tinggi. Kecepatan putaran rendah Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm. Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental, lumpur dimana terdapat
serat
atau
pada
cairan
yang
dapat
menimbulkan
busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan sebuah permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur larutan dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama. Kecepatan putaran sedang Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan permukaan pada viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuan, mencampuran larutan dengan viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk memanaskan atau mendinginkan. Kecepatan putaran tinggi Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan viskositas rendah misalnya air. Tingkat pengadukan ini menghasilkan permukaan yang cekung pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika waktu pencampuran sangat lama atau perbedaan viskositas sangat besar.
Jumlah Pengaduk Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar dann diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan, merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu buah, dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke dasar tangki. Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana lebih dari satu pengaduk yang digunakan dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1. Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk
Pemilihan Pengaduk Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada setiap jenis pengaduk adalah : 1. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pa.s (3000 cP) 2. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s (100.000 cp) 3. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP) 4. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000 Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas lebih dari 2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil.
Gambar 10. Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang berbeda, (a) Impeller, (b) Propeller, (c) Paddle dan (d) Helical ribbon
Bilangan Reynold Bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskositas yang terjadi pada fluida. Sistem pengadukan yang terjadi bisa diketahui bilangan Reynold-nya dengan menggunakan persamaan 3.
Dimana : Re = Bilangan Reynold
ρ = dnsitas fluida µ = viskositas fluida Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis bentuk aliran yaitu laminer, transisi dan turbulen. Bentuk aliran laminer terjadi pada bilangan Reynold hingga 10, sedangkan turbulen terjadi pada bilangan Reynold 10 hingga 10 4 dan transisi berada diantara keduanya. Bilangan Fraude Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut :
dimana : Fr = Bilangan Fraude N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk g = percepatan grafitasi Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada sistem ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya inersia.
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir. Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal : 1. Yang berkaitan dengan alat, seperti : · Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle · Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel) · Ukuran pengaduk (diameter, tinggi) · Laju putaran pengaduk · Ledudukan pengaduk pada tangki, seperti : a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki b. Pola pemasangan : - Center, vertikal - Off center, vertical - Miring (inclined) dari atas - Horisontal ·
Jumlah daun pengaduk
·
Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk : ·
Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
·
Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
·
Jumlah kedua cairan yang diaduk
. Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible) Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat dimanipulasi untuk mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan, terutama tehadap waktu pencampuran.
V. Prosedur Kerja
Mepersiapkan alat dan bahan;
Mecuci tabung pengadukan;
Memasukkan air ke dalam mixing sebanyak ± 8 liter dengan menggunakan gelas kimia plastik; sedangkan 2 liter sisanya aquadest digunakan untuk melarutkan garam dengan konsentrasi 25%;
Setelah garam larut dengan aquadest, dimasukkan ke dalam tabung pengadukan;
Mengambil sampel awal (sebelum pengadukan) untuk menghitung densitas dan viskositas dari larutan tersebut;
Melakukan proses pengadukan selama 60 menit hingga larutan menjadi homogen; setiap 5 menit sampel diambil untuk menghitung densitasnya;
VI.
Membuat data antara waktu, berat piknometer, serta densitas larutan;
Memplotkan data ke dalam grafik
Melakukan hal yang sama untuk konsentrasi garam 50%.
Data Pengamatan
Berat Piknometer kosong
= 22,7112 gr
Piknometer + Air
= 47,8413 gr
Volume piknometer
= 25,1301 gr
Kecepatan pengaduk 25 %
=
85 rpm
Kecepatan pengaduk 50 %
=
87 rpm
Waktu alir pada viskometer
=
1,02 s
Waktu alir sampel untuk 25 %
=
1,04 s
Waktu alir sampel untuk 50 %
=
1,07 s
Untuk Konsentrasi 25 %
No
t (menit)
Berat (gr)
BJ (g/ml)
1
0
48,7342
1,035531
2
55
48,6905
1,03379
3
60
48,7114
1,03462
4
70
48,7060
1,03340
5
75
48,7051
1,03437
6
80
48,7047
1,03436
7
85
48,7048
1,03435
8
90
48,7050
1,03436
9
95
48,7051
1,03437
10
100
48,7048
1,03436
Untuk Konsentrasi 50 % No
t (menit)
Berat (gr)
BJ (gr/ml)
1
0
49,7689
1,07670
2
5
49,5586
1,06833
3
10
49,5261
1,06663
4
15
49,5159
1,06647
5
20
49,5119
1,06647
6
25
49,5120
1,06648
7
30
49,5099
1,06639
8
35
49,5045
1,06618
9
40
49,5055
1,06622
10
45
49,5181
1,06672
11
50
49,5110
1,06668
12
55
49,5198
1,06679
13
60
49,5117
1,06647
VII. Perhitungan
Keliling Tangki K
: 1,06 m
=2πr
1,06 m = 2 (3,14) r r
=
= 0,165 m
D tangki = 2 × r = 2 × 0,169 m = 0,338 m D pengaduk =
= = 0,133 m Tinggi larutan = 0,35 m
Untuk Larutan garam 25 %
Konstanta Viskometer
Viskositas Sampel
sampel = k × Sg × t sampel
= 0,0008013 Pa × 1,04 × 1,04 s = 0,0008664 Pa . s = 0,0008664 kg/m . s
Untuk konsentrasi garam 50 %
Konstanta Viskometer
Viskositas Sampel
sampel = k × Sg × t sampel = 0,0007706 Pa × 1,0814 × 1,07 s = 0,00009 Pa . s = 0,00009 kg/m . s
Nilai Reynold untuk konsentrasi larutan 25 %
=
=
Nilai Reynold untuk konsentrasi larutan 50 %
=
=
Nilai power, power input, serta Froude’s Number untuk konsentrasi larutan 25 % ~ Nilai Power
~ Nilai Power Input
~ Froude’s Number
⁄
Nilai power power input serta Froude’s Number untuk konsentrasi larutan 50 % ~ Nilai Power
~ Nilai Power Input
~ Froude’s Number ⁄
VIII.
Pembahasan
1.0358 1.0356 1.0354 1.0352 1.035 ) l m1.0348 / g ( J 1.0346 B
Series1
1.0344 1.0342 1.034 1.0338 1.0336 0
20
40
60
80
100
120
Waktu (t)
Grafik t vs BJ Konsentrasi larutan 25 % 1.078 1.076 1.074
) l 1.072 m / g ( J 1.07 B
Series1
1.068 1.066 1.064 0
20
40
60
80
Waktu (t)
Grafik t vs BJ Konsentrasi larutan 50 %
Percobaan kali ini adalah pengadukan dan pencampuran (mixing). Sebenarnya antara pengadukan dan pencampuran itu sendiri berbeda, dimana pengadukan menunjukkan gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan dalam bejana yang gerakan tersebut biasanya mempunyai pola sirkulasi. Sedangkan pencampuran sendiri ialah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan yang lain dan begitupun sebaliknya, sedangkan bahan-bahan yang belum terpisah dalam dua fase atau lebih. Dalam proses agitation tentulah memerlukan pengaduk (agitator) yang terdapat beberapa jenis, jenis-jenisnya yaitu seperti impeller yang terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu impeller
aliran aksial atau impeller pengaduk yang membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller juga. Impeller aliran radial atau impeller pengaduk yang membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial. Akan tetapi, dalam percobaan ini kami menggunakan agitator jenis propeller berdaun tiga karena arus yang meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair menurut arah tertentu sampai dibelokkan oleh lantai atau dinding bejana. Kolom zat cair yang berputar dengan turbulen tersebut membawa ikut serta zat cair yang ada dan dengan daun-daun propeller tersebut merupakan larutan yang dicampurkan dengan zat cair. Propeller yang berputar tersebut membuat pola aliran heliks di dalam zat cair tersebut, satu putaran penuh propeller akan memindahkan zat cair secara longitudinal pada jarak tertentu yang bergantung dari sudut kemiringan daun propeller. Berdasarkan grafik diatas pada konsentrasi larutan garam sebanyak 25 %, proses homogenisasi antara larutan garam dengan air mengalami waktu yang lama serta mengalami fluktuasi. Hingga pada menit ke 50 hingga menit ke 100 proses homogenisasi antara larutan garam dengan air telah tercapai. Sedangkan pada grafik konsentrasi larutan garam sebanyak 50 %, proses homogenisasi antara larutan garam dengan air mengalami waktu yang cukup cepat, namun grafik yang ditunjukkan mengalami penurunan. Namun, hal ini terjadi karena beberapa pengaruh yaitu kondisi dari tangki yang kurang bersih, proses kalibrasi, serta saat proses pengadukan. Dari hasil perhitungan bilangan reynold, Power motor, Power Input, serta Bilangan
Froud’s pada konsentrasi % lebih tinggi dari pada konsentrasi % hal ini terlihat dari kecepatan pengaduk yang lebih besar, dan juga pengaruh dari konsentrasi serta densitas larutan. Ketiga hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses mixing ini.
IX.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan serta perhitungan, maka disimpulkan bahwa :
Untuk Konsentrasi Larutan Garam 25 %
~ = 21620,54 ~ Nilai Power (P) = 16,25 W ~ Nilai Power Input (Pi) = 517,7 ⁄
~ Froud’s Number Nfr) = 0,0231
Untuk Konsentrasi Larutan Garam 25 % ~ = 22150,17 ~ Nilai Power (P) = 18,12 W ~ Nilai Power Input (Pi) = 577,3 ⁄
~ Froud’s Number Nfr) = 0,0242 X. Daftar Pustaka
Buku Job Shet “Satuan Operasi I” Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang
http://google.co.id/ blogspot.com/Catatan_Tekimku.html (Tanggal Akses 17 Maret 2013)