LAPORAN PENDAHULUAN PARTUS TAK MAJU DAN FETAL DISTRES 1.
Seksio sesarea a. Pengertian Seksio sesarea adalah : suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008) Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2009) Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2004). b. Jenis-jenis Operasi Sectio Caesarea 1) Abdomen (Sectio (Sectio Caesarea abdominalis) Caesarea abdominalis) a) Sectio Caesarea transperitonealis Caesarea transperitonealis : Caesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus (1) Sectio Caesarea uteri. Caesarea ismika atau profunda atau low cervikal dengan insisi pada (2) Sectio Caesarea segmen bawah rahim. b) Sectio Caesarea Caesarea ekstraperitonealis yaitu : tanpa membuka peritonium peritealis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2) Vagina (Sectio (Sectio Caesarea vaginalis) Caesarea vaginalis) Menurut arah sayatan pada rahim, Section caesarea caesarea dapat dilakukan sebagai berikut : a) Sayatan memanjang (longitudinal) b) Sayatan melintang (transversal) c) Sayatan hurup T (T-incision) c. Indikasi 1) Indikasi ibu a) Panggul sempit absolute b) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi c) Stenosis serviks/vagina d) Plasenta previa e) Disproporsi sefalopelvik f) Ruptura uteri membakat g) Partus Tak Maju 2) Indikasi janin a) Kelainan letak b) Gawat janin (Prawiroharjo, 2011) d. Komplikasi 1) Pada Ibu a) Infeksi b) perdarahan c) Luka pada kandung kencing d) Embolisme paru-paru e) Ruftur Uteri 2) Pada bayi Kematian perinatal
PARTUS TAK MAJU A. Pengertian Partus tak maju adalah His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005). Partus tak maju adalah persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan servik dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak maju adalah persalinan yang tidak berlangsung secara efektif pada persalinan spontan/ dengan induksi dimana kemajuan dilatasi servik dan atau desensus janin tidak terjadi atau berlangsung tidak normal. (dr. Bambang Widjanarko SpOG, 2009) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa partus tak maju adalah suatu persalinan dengan penyulit yang terjadi pada pembukaan lebih dari 4 cm atau pada fase aktif kala I dimana servik tidak mengalami kemajuan dalam pembukaan dan tidak adanya penurunan kepala selama 2 jam terakhir dengan his yang adekuat. B. Etiologi Partus Lama adalah : 1. Kelainan letak janin dan presentasi Kelainan letak janin meliputi: 1) Letak sungsang (letak bokong) a) Letak bokong sempurna (complete breech) b) Letak bokong tidak sempurna (incomplete breech) c) Letak bokong murni (frank breech) d) Letak bokong kaki (footling breech) 2) Letak lintang (transverse lie) Pada pemeriksaan palpasi sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba bagian besar (kepala/bokong) pada simfisis, kepala biasanya teraba di daerah pinggang. 3) Letak miring (Oblique lie) a) Letak kepala mengolak b) Letak bokong mengolak Kelainan presentasi meliputi: 1) Presentasi dahi Presentasi dahi adalah keadaan dimana kepala janin berada di tengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul,saat persalinan kepala janin tidak dapat turun sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilakukan persalinan normal kecuali bayi kecil atau pelvis luas. 2) Presentasi bahu Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah pada pintu atas panggul menjelang persalinan.presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul. 3) Presentasi muka Pada presentasi muka kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. 2. Kelainan jalan lahir Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendisendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen. Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas: 1) Distosia karena kelainan panggul Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul
dapat menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu; a) Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika ukuran konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama atau persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul. b) Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior 13,5 cm (normalnya 10,5 +5 cm =15,5 cm ). Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest ) c) Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia intertuberum 8 cm dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (normalnya 11 cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. Sedangkan kesempitan panggul umum, mencakup adanya riwayat fraktur tulang panggul, poliomielitis, kifoskoliosis, wanita yang bertubuh kecil, dan dismorfik, pelvik kifosis 2) Distosia karena kelainan jalan lahir lunak Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak (kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus: a) abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva) b) abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur anuler) c) abnormalitas serviks (odema,atresia dan stenosis serviks, Ca serviks) d) Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks) e) Tumor ovarium 3. Kelainan his dan meneran His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum. Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut: 1) Inersia uteri His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika setelah belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan2. 2) His yang terlalu kuat His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus bagi ibu adalah
4.
5.
6. 7. 8. 9.
perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat. 3) Kekuatan uterus yang tdak terkoordinasi Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis 4) Kelainan Meneran Terkadang pada persalinan kala I fase aktif terdapat usaha-usaha ibu untk meneran tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal ini lah yang mengakibatkan terjadinya odema pada genetalia sehingga partus tak maju dapat terj adi. Pimpinan partus yang salah Pimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya partus tak maju. Seringkali penyebab partus tak maju ini adalah berhubungan dengan pengawasan pada pelaksanaan pertolongan persalinan yang tidak adekuat yang bisa disebabkan ketidaktahuan, ketidaksabaran, atau bisa juga karena keterlambatan merujuk. Janin besar/ ada kelainan congenital Hal ini biasanya sering terjadi berat janin lebih dari 4.000 gram, hidrosefalus,bahu yang lebar, dan janin kembar. Respon psikologis ibu terhadap persalinan Primitua primer atau sekunder Grande multi Ketuban pecah dini
C. Tanda partus tak maju Pada kasus persalinan tak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan: 1. Dehidrasi dan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering) 2. Demam 3. Nyeri abdomen yang intensif 4. Frekuensi nyeri terkadang meningkat dan tidak terkoordinasi 5. Syok (nadi cepat, anuria, ekstremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) D. Diagnosis kelainan partus lama Tanda dan gejala klinis Diagnosis Pembukaan serviks tidak membuka (kurang dari 3cm) tidak Belum inpartu, false labor didapatkan kontraksi uterus Pembukaan serviks tidak melewati 3cm sesudah 8 jam inpartu Prolonged latent phase (fase aktif yang memanjang) Pembukaan serviks melewati garis waspada partograf: Frekuensi dan lamanya kontraksi kurang dari 3 kontraksi per Inersia uteri (kontraki uterus 10 menit dan kurang dari 40 detik tidak adekuat) Bayi terlalu besar atau pelvis kecil Disproporsi sefalovelviks (cpd) obstruksi Bagian terendah kaput, terdapat mulas hebat, adema serviks, tanda ruptura imminens, fetal dan maternal distress mal presentasi Kelainan presentasi (selain verteks) Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak Kala II lama(prolonged second ada kemajuan penurunan stage)
E. Dampak Partus Tak maju 1. Dampak partus tak maju pada ibu Dampak partus tak maju akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, kadang dapat terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. (Amiruddin,, 2008) 2. Dampak partus tak maju pada janin a. Perubahan tulang cranium dan kulit kepala Akibat tekanan dari tulang pelvis caput succadenum atau pembengkakan kulit kepal sering kali terbentuk pada tulang kepala yang paling depa. Selain itu dapat terjadi cepalhematoma. b. Kematian janin Jika partus tak maju dibiarkan selama lebih dari 24 jam maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlabihan pada plasenta dan umbilicus. c. Infeksi d. Cedera pada janin e. Asfiksia yang dapat meningkatkan kematian pada bayi. F.
Komplikasi a. Ketuban pecah dini Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi b. Pembukaan serviks yang abnormal Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi c. Rupture uteri Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang. Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi pada nulipara terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan dapat berakibat fatal d. Fistula Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan serviks) atau rektovaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah
kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada usia dini. e. Sepsis puerpuralis Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan partus tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang- ulang G. Penatalaksanaan a. Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan segera lakukan rujukan karena pada sebagian besar kasus partus tak maju diakhiri dengan SC. b. Perawatan pendahuluan, suntikkan cortone acetate 100-200 mg secara intramuskuller, penicillin prokain 1 juta IU IM, infuse cairan larutan fisiologis, larutan glucose 5 -10% pada jam pertama 1 liter/jam, istirahat 1 jam untuk diobservasi kecuali bila menghabiskan untuk segera bertindak c. Pertolongan dapat dilakukan dengan partus spontan, ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal, SC dan lain-lain.
Fetal Distres a. Pengertian Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup sehingga mengalami hipoksia (Buku acuan nasional, pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006, hal : 334) Janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipersia adalah : Janin yang pertumbuhannya terhambat Janin dari ibu dengan diabetes Janin preterm dan post term Janin dengan kelainan letak Janin kelainan bawaan atau infeksi b. Etiologi Persalinan yang berlangsung lama Induksi persalinan dengan oksitosin Ada perdarahan atau infeksi Insufisiensi plasenta posterm, preeklamsia Penyakit hipertensi Penyakit jantung Malnutrisi ibu, anemia, iso imunisasi RH dan penyakit ginjal Posisi tidur ibu (Posisi terlentang) Anastesi epidural (obat-obatan) : Mepivacaine, lidocaine, bupivacaine c. Tanda gawat janin 1) DJJ abnormal : Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya kegawatan janin Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan adanya anval hipoksia 2) Mekoneum Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang sedikit d. Penatalaksanaan - Posisi tidur ibu berbaring miring ke kiri - Berikan oksigenasi 4-6 Liter/menit - Bila sedang dalam infus oksitosin,stop infus - Cari penyebab DJJ abnormal misalnya :Ibu demam,efek obat tertentu,Bila penyebabnya diketahui atasi permasalahannnya - Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui :kemajuan persalinan,kompresi tali pusat,air ketuban sedikit - Bila DJJ tetap abnormal segera akhiri persalinan dengan cara : Induksi, vakum ekstraksi, sectio caesarea - Pada kala 2 sebanyak 30-40% dapat terjadi Bradikardia akibat kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan INTERVENSI KEPERAWATAN a. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan Tujuan : Nyeri Berkurang Kriteria : Klien mengungkapkan berkurangnya nyeri, klien tampak rileks. Intervensi dan Rasional Nyeri
Intervensi 1. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri
2. Beri informasi dan petunjuk mengantisipasi penyebab nyeri 3. Latih nafas dalam
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik setiap 3-4 jam
Rasional Dengan menentukan karakteristik dan lokasi nyeri diharapkan dapat membedakan karakteristik khusus dari nyeri, membantu membedakan nyeri pasca operasi dan terjadinya komplakasi. Dengan mencari informasi dan petunjuk mengantisipasi penyebab nyeri diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri. Dengan melatih nafas dalam diharapkan dapat menurunkan regangan dan ketegangan area luka operasi Dengan memberikan obat analgetik diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan, memperbaiki status psikologis dan dapat meningkatkan mobilitas
(Doengoes, 2005) b.
Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak Tujuan : Infeksi tidak terjadi Kriteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak demam, tidak nyeri tekan, panas, urine jernih kuning. Intervensi dan Rasional Potensial Terjadinya Infeksi Intervensi
1.
Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan
Rasional Dengan menganjurkan dan menggunakan
2.
Infeksi balutan abdominal
3.
Kaji tanda-tanda infeksi
4.
Beri antibiotik khusus untuk proses infeksi yang teridentifikasi
teknik mencuci tangan dihrapkan membantu mencegah atau membantu mengatasi penyebaran infeksi Dengan menginspeksi balutan abdominal diharapkan dapat melindungi luka dari cedera dan kontaminasi Dengan mengkaji tanda-tanda infeksi diharapkan dapat mengetahui penyebab infeksi Dengan memberi antibiotik diharapkan organisme penyebab infeksi dapat dimatikan
(Doengoes, 2005) c.
Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan pemasukan makanan dan cairan yang tidak adekuat Tujuan : Pola eliminasi kuat Kriteria : Fungsi usus normal Intervensi dan Rasionalisasi Gangguan Pola Eliminasi BAB
Intervensi 1. Auskultasi adanya bising usus
. Beri cairan peroral yang adekuat
Rasional Dengan mengauskultasi bising usus diharapkan dapat menentukan kesiapan terhadap pemberian makan peroral Dengan memberi cairan peroral yang adekuat diharapkan dapat merangsang eliminasi dan mencegah konstipasi
. Berikan pelunak feses / pencahar Dengan memberikan pelunak peses/pencahar diharapkan dapat merangsang peristaltik dan membantu mengembalikan fungsi usus (Doengoes, 2005) d.
Gangguan Retensi Urine berhubungan dengan trauma/diversi mekanik Tujuan : Mendapatkan pola berkemih yang optimal Kriteria : Klien dapat BAK spontan dan dapat mengosongkan kandung kemih pada saat berkemih. Intervensi dan Rasional Gangguan Retensi Urine
Intervensi 1. Berikan cairan peroral 6-8 gelas 2. Perhatikan tanda dan gejala infeksi saluran kemih (ISK)
3. Anjurkan latihan kegel
4. Beri infus intravena selama 24 jam setelah
Rasional Dengan memberikan cairan peroral diharapkan dapat meningkatkan fungsi ginjal Dengan memperhatikan tanda dan gejala infeksi saluran kemih diharapkan ISK tidak terjadi karena kapiler dapat mempredisposisikan klien pada masuknya bakteri Dengan menganjurkan latihan kegel diharapkan dapat meningkatkan sirkulasi ke perineum
pembedahan
Dengan memberi infus diharapkan untuk mengganti kehilangan dan mempertahankan aliran ginjal
(Doengoes, 2005) e.
1.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akibat proses persal inan Tujuan : Istirahat klien terpenuhi Kriteria : Mencapai sedikitnya 8 jam setiap malam dan tidur siang setiap hari Intervensi dan Rasional Gangguan Pola Tidur Intervensi Kaji persepsi klien tentang kelelahan, kebutuhan tidur, dan kekurangan tidur
.
Diskusikan perlunya istirahat
.
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
Rasional Dengan mengkaji persepsi klien tentang kelelahan, kebutuhan tidur, dan kekurangan tidur diharapkan dapat mengidentifikasi persepsi klien tentang masalah Dengan mendiskusikan perlunya istirahat diharapkan klien mengerti akan perlunya istirahat Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman diharapkan dapat memberikan suasana yang nyaman, sehingga klien dapat tidur dengan tenang
(Doengoes, 2005) f.
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan diri Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan perawatan diri Kriteria : Memenuhi kebutuhan ADL Intervensi dan Rasional Kurangnya Perawatan Diri
1.
. .
Intervensi Pastikan berat/durasi ketidak-nyamanan
Ubah posisi klien setiap 1-2 jam Berikan bantuan dengan hygiene
sesuai
kebutuhan
Rasional Dengan memastikan berat/durasi ketidaknyamanan diharapkan mampu berfokus pada aktifitas perawatan diri sampai kebutuhan fisiknya terhadap kenyamanan terpenuhi Dengan mengubah posisi klien diharapkan dapat mencegah komplikasi Dengan memberi bantuan sesuai kebutuhan diharapkan dapat memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan kesejahteraan
(Doengoes, 2005)
g.
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi tentang penyakit Tujuan : Dapat mengungkapkan pemahaman tentang perubahan-perubahan Kriteria : Memahami perubahan fisiologis, kebutuhan-kebutuhan individu dan hasil yang diharapkan
Intervensi dan Rasional Kurangnya Pengetahuan
Intervensi
Rasional
1. Beri penyuluhan tentang perubahan fisilogis, Dengan memberi penyuluhan tentang psikologis yang normal perubahan psikologis yang normal diharapkan dapat membantu klien mengenai 2. Diskusikan rencana untuk penatalaksanaan perubahan normal rumah Dengan mendiskusikan rencana untuk penatalaksanaan di rumah diharapkan klien dapat menjalani tugasnya setelah kelahiran 3. Motivasi klien untuk belajar, sisarea mengidentifikasikan kebutuhan Dengan memotivasi klien untuk belajar mengidentifikasikan kebutuhan diharapkan klien mampu mengidentifikasikan kebutuhan setelah melahirkan. (Doengoes, 2005)
DAFTAR PUSTAKA Mitayani, S.ST. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jilid I, Jakarta. Prawirohardjo, S. (2006). Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal dan Naternal , Yayasan Bina Pustaka, sarwono Prawirohardjo. Sujiyatini, DKK. (2010). Asuhan Ibu Nifas ASKEB II, Cetakan I, Yogyakarta Varney. (2008). Buku Ajar Asuhan kebidanan, Edisi 4, Volume 1. Jakarta : EGC Doengoes, M, and Frances, M.F. (2005). Rencana Keperawatan maternal Bayi, Edisi III, Jakarta : EGC.