LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN Dosen Pembimbing :
Cucuk Suprihartini, STP, M.Kes Arya Ulilalbab , STP, M.Kes
Kelompok 4 :
1. Dewi Sulastri
(201505006)
2. Efransiana Menge
(201505011)
3. Emika Maurice Diaz
(201505014)
4. Fakhriya muvida
(201505017)
5. Friska Widiastuti
(201505020)
6. Ririn Septiani
(201505035)
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI Jl. Soekarno Hatta No.7 Pare, Kediri Tahun Akademik 2015-2016
KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur atas kehadirat Allah SWT, dan atas segala Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Praktikum mikrobiologi Pangan”. Sehubungan dengan tersusunnya laporan ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, khususnya kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kehidupan dan kekuatan 2. Kedua Orang Tua kami yang selalu memberikan dukungan moril dan material 3. Direktur D3 Gizi yang telah membimbing kami 4. Dosen kami yang selalu mendampingi kami belajar di kampus dan memberikan pengetahuan 5. Teman - teman yang senantiasa membantu dan mendukung dalam penyempurnaan laporan ini Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat, bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya. Pare, 11 November 2016
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang sangat terkenal di Indonesia. Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah tempe yang menggunakan bahan baku kedelai. Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe menyebabkan perubahan kimia maupun maupu n fisik pada biji kedelai, ked elai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna d icerna oleh tubuh. Tempe segar tidak dapat disimpan lama, karena tempe tahan hanya selama 2 x 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba perombak protein, akibatnya tempe cepat busuk ( Sarwono, 2005) Selain meningkatkan mutu gizi, fermentasi kedelai menjadi tempe juga mengubah aroma kedelai yang berbau langu menjadi aroma khas tempe. Jamur yang berperanan dalam proses fermentasi tersebut adalah Rhizopus oligosporus. oligosporus. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi: aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penertisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Kasmidjo, 1990). Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungidengan cirikhas memiliki filamen(miselium).Kapang termasuk mikrobayang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamendan pertumbuhannya padamakanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan 1. Jamur pada Tempe Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Fermentasi pada pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus kapang Rhizopus oligosporus. oligosporus. Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. lipoksigenase. Fermentasi kedelai menjadi tempe akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja enzim fitase yang dihasilkan kapang Rhizopus kapang Rhizopus oligosporus yang mampu menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan fhosfat yang bebas. Jenis kapang yang terlibat dalam fermentasi tempe tidak memproduksi toksin, bahkan mampu melindungi tempe dari aflatoksin. Tempe mengandung senyawa antibakteri yang diproduksi oleh kapang tempe selama proses fermentasi (Koswara, 1995). Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan adalah biji kedelai yang telah direbus dan mikroorganisme yang digunakan berupa kapang antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (dapat terdiri atas kombinasi dua spesies atau ketiganya) dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30˚C, pH awal 6.8, kelembaban nisbi 70-80% 70-80% (Ferlina, 2009). 2. Kacang Tanah Kacang tanah merupakan salah satu bahan pangan yang dikonsumsi secara masal dalam jumlah yang besar. Umumnya Umumnya kacang tanah disimpan disimpan terlebih dahulu sebelum dipasarkan dipasarkan dan dikonsumsi. Selama penyimpanan kacang tanah dapat terserang oleh tikus, serangga, tungau dan mikroorganisme. Kapang merupakan mikroorganisme utama yang menyerang kacang tanah. Kapang yang menyerang kacang tanah selama penyimpanan merupakan kapang pascapanen pascapanen yang berasal dari genus Aspergillus genus Aspergillus,, Eurotium dan Penicilli dan Penicillium um.. Serangan kapang pada kacang tanah dapat menyebabkan menyebabkan penurunan kualitas fisik biji, perubahan warna, penurunan kandungan kandungan nutrisi, dan kontaminasi mikotoksin (Sauer (Sauer et al ., ., 1992). Sartini (2008) menyatakan bahwa, terdapat tujuh jenis kapang yang merusak kacang tanah, yaitu Aspergillus flavus, flavus, Aspergillus niger , Aspergillus parasiticus, parasiticus, Cladosporium sp., Fusarium sp., Penicillium sp., dan Mucor dan Mucor sp. Kontaminasi kapang dapat menyebabkan zat karsiogenik yang
merupakan salah satu zat yang dihasilkan dari kacang tanah yang sudah terkontaminasi, jika kacang tanah yang tekontaminasi kapang dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan gangguan kesehatan (Bahri, 2001).
3. Kecap Asin Kecap asin adalah sejenis kecap yang rasanya asin. Kecap asin merupakan hasil fermentasi bahan nabati atau hewani berprotein tinggi di dalam larutan garam. Kecap berwarna coklat tua, berbau khas, rasa asin dan dapat mempersedap rasa masakan. Kecap asin terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan bahkan ikan laut.
4. Tepung Terigu Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bahan dasar gandum yang diperoleh dengan cara penggilingan gandum yang banyak digunakan dalam industri pangan. Komponen yang terbanyak dari tepung terigu adalah pati, sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya kandungan amilosa dalam pati ialah sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56-62 (Belitz and Grosch, 1987). Tepung terigu yang mempunyai kadar protein tinggi akan memerlukan air lebih banyak agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya. Umumnya, dalam pembuatan roti digunakan tepung terigu protein tinggi untuk mendapatkan volume yang besar, tetapi ada kemungkinan roti menjadi alot. Oleh karena itu, dalam pembuatan roti perlu penambaha bahan - bahan lain yang berfungsi untuk mengempukkan roti seperti gula, margarine atau mentega, dan kuning telur dengan kompo sisi tertentu. Pencampuran tepung terigu protein tinggi dengan tepung terigu protein sedang juga dapat dilakukan, tujuannya agar kadar protein terigu turun sehingga roti yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, seperti tekstur lebih lembut (Mudjajanto & Yuliati, 2004). 5. PCA
Medium plate count agar (PCA) dapat berfungsi sebagai medium untuk
menumbuhkan mikrobia (Partic, 2008). Untuk penggunaannya, PCA instant sebanyak 22,5 gram untuk 1 Liter aquades. Berdasakan komposisinya, PCA termasuk ke dalam medium semisintetik, yaitu medium yang komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti (Partic, 2008). PCA berwarna putih keabuan, berbentuk granula. Sebelum dipanaskan tidak larut sepenuhnya dalam air, tetapi masih terlihat serbuk-serbuknya, berwarna kuning dan terlihat keruh. Setelah dipanaskan serbuk media larut seluruhnya dalam air, berwarna kuning (Partic, 2008).
6. Tahu Putih Tahu
adalah
ekstrak
protein
kedelai
yang
telah
digumpalkan
dengan
menggunakan bahan penggumpal protein seperti asam, garamkalsium, atau bahan penggumpal lainnya. Tahu merupakan makanan sehari - hari yang sering dikonsumsi dalam bentuk makanan ringan seperti gorengan. Pada skala industri pembuatan tahu membutuhkan alat khusus, seperti alat penggilingan kedelai menjadi bubur.Namun tahu juga dapat dibuat dalam skala rumah tangga atau industri kecil, dimana tahu dibuat dengan menggunakan blender untuk proses penggilingan kedelai,namun mutu tahu yang dihasilkan kurang baik (Wikipedia, 2011). Tahu termasuk termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar
air
dipengaruhi oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium. Bila dibandingkan dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makananmakanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein 6agak rendah. Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai mempun yai daya awet rendah (Hamid, 2012).
7. Sterilisasi Sterilisasi merupakan prosedur untuk mematikan semua organisme yan g terdapat pada atau di dalam suatu benda. Prosedur sterilisasi dalam laboratorium mikrobiologi pada garis besarnya terbagi atas tiga cara : 1. Penggunaan panas
2. Penggunaan bahan kimia 3. Penyaringan / filtrasi Bila panas digunakan bersama-sama uap air maka cara demikian dikenal dengan sterilisasi panas lembab ( sterilisasi basah ), jika penggunaan panas tanpa u ap air maka disebut sterilisasi panas kering ( sterilisasi kering ). Sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode yang tepat didasarkan atas sifat bahan yang akan disterilisasikan. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. 1. Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi, dll.
Uap air panas bertekanan: menggunalkan autoklaf
2. Radiasi
Sinar Ultra Violet (UV) juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Biological interior Biological Safety Cabinet (BSC) atau Laminar atau Laminar Air Flow (LAF) dengan disinari lampu UV.
Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs
Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan.
8. Pengamatan mikroskopis Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya.
Mikroskop sebagai alat utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian penelitian dalam bidang biologi, untuk mempelajari struktur benda-benda yang kecil. Ada dua prinsip dasar yang berbeda b erbeda pada miroskop, yang pertama p ertama mikroskop optik dan yang kedua mikroskop elektron. Mikroskop optik, lebih sering digunakan dan sudah dimiliki oleh sebagian besar laboratorium di Indonesia. Dari mikroskop optik ini perlu dibedakan antara mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda-benda tipis dan transparan. Jika yang diamati tebal misalnya jaringan, harus dibuat sayatan yang tipis. Benda yang diamati biasanya diletakan diatas kaca objek, dalam medium air, dan ditutup dengan kaca penutup yang tipis (cover glass). 9. Isolasi Mikroorganisme Untuk mempelajari jenis dan sifat mikroorganisme, maka mikroorganisme tersebut harus diisolasi dari lingkungannya dan dipelihara pada medium yang sesuai untuk pertumbuhannya. Teknik untuk memisahkan mikroorganisme dari lingkungannya dikenal dengan isolasi. Isolasi akan menghasilkan biakan yang tidak bercampur dengan yang lain. Biakan yang sudah tidak bercampur dengan jenis lain disebut biakan murni. 10. Pengecatan Gram Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853 – 1938) 1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteriKlebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif
menjadi
berwarna
merah
atau
merah
muda.
Pengujian
ini
berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungugelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak. Bakteri gram positif positif bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya, 2010).
11. Penghitungan Cawan Cara pengukuran yang paling akurat untuk menghitung jumlah mikroorganisme yang hidup pada media menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Metode Total Plate Count (TPC) adalah metode yang digunakan dalam menghitung jumlah bakteri pada sampel yang akan di uji. Jumlah mikroorganisme pada sampel yang diperoleh dengan metode ini merupakan gambaran populasi. Tidak semua mikroorganisme dapat tumbuh dalam media agar dan kondisi inkubasi yang diterapkan. Jumlah mikroorganisme yang dapat tumbuh (membentuk koloni) hanya berasal dari mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi yang ditetapkan (misalnya jenis media, ketersediaan oksigen, suhu, dan lama inkubasi) karena mikroorganisme lain yang terdapat pada sampel uji tidak dapat tumbuh atau bahkan menjadi mati.Total bakteri/Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan. Metode hitungan cawan (TPC) merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam analisa, karena koloni dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Untuk menghitung total bakteri dengan metode cawan digunakan Nutrient Agar (NA) (Feliatra, 1999). Penentuan dengan cara ini merupakan pengukuran empiris saja,
oleh
karena
tiap
spesies
bakteri
membentuk
koloni
tersendiri
dalam
pertumbuhannya. Semua bakteri dari sampel akan tumbuh pada media tertentu dan d an setiap golongan bakteri akan tumbuh menjadi satu koloni yang spesifik, sehingga jumlah bakteri dapat diketahui dengan menghitung jumlah koloni. Media adalah suatu substrat untuk
menumbuhkan bakteri yang menjadi padat dan tetap tembus pandang pada suhu inkubasi (Pelczar et al.,1986). BAB III METODOLOGI a) Sterilisasi Alat
Sterilisasi kering pada oven 1) Membungkus dengan kertas bekas alat-alat yang akan disterilisasi yaitu gelas ukur, gelas kimia dan labu erlenmeyer dengan suhu 2) Memasukkan alat-alat yang akan disterilisasi ke dalam oven. Sterilisasi basah pada autoclaf elektrik 1) Mengisi wadah autoklaf dengan alat-alat yang akan disterilkan. 2) Menutup rapat autoklaf. 3) Nyalakan autoklaf, autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 2 jam pada suhu 121°C.
Cara Kerja Sterilisasi
1. Panaskan atau sterilisasi ose diatas api bunsen 2. Dengan menggunakan ose steril tetesi aquades pada objek glass 3. Sterilisasi ose dengan memanaskan pada api bunsen 4. Ambil koloni pada sampel dengan menggunakan ose 5. Letakkan koloni yang telah diambil pada objek gelas 6. Letakkan objek glass pada mikroskop 7. Amati kapang dengan mikroskop pada perbesaran 100 b) Membuat media 1. Timbang PCA 78.7 gram pada beker glass 2. Tambahkan aquades 350 ml 3. Panaskan dan aduk hingga larut dan mendidih 4. Letakkan media pada 6 tabung dengan masing masing 12 ml 5. Tutup tabung dengan kapas 6. Sterilisasi dengan autoklaf dengan suhu 121 °C dalam waktu 15 menit c) Pengamatan morfologi kapang tempe
Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 5 Oktober 2016 di LAB KIMIA/ MIKROBIOLOGI STIKES KARYA HUSADA KEDIRI.
Alat dan Bahan
Bahan : 1. Tempe 2. Aquades
Alat : 1. 2. 3. 4. 5.
Mikroskop Pembakar spiritus Kaca obyektif Jarum ose Korek
Prosedur Kerja : 1. Panaskan jarum ose diatas api. Lalu jarum ose diangin-anginkan di atas api 2. Ambil sampel dengan jarum ose, kemudian diletakkan di kaca obyektif yang sudah ditetesi aquades sebelumnya 3. Panaskan jarum ose seperti langkah pertama untuk mensterilisasi agar bakteri tidak menempel dijarum ose sehingga mikroorganisme yang tidak diinginkan hilang 4. Letakkan kaca obyektif diatas pentas mikroskop lalu dijept agar kaca obyektif tidak bergeser 5. Lalu sesuaikan agar sampel dapat diamati dengan jelas
d) Isolasi mikroorganisme dari udara ( Lab diet)
Bahan dan alat : 1) Biakan agar 2) Beberapa tabung media terdiri atas NA, PDA, PCA 3) 3 cawan petri 4) Alcohol 70% 5) Pembakar spiritus Cara kerja 1. Tuang masing-masing media ke dalam cawan petri secara aseptis. 2. Dinginkan dengan cara menggerakkan cawan petri dengan membentuk angka delapan diatas meja 3. Setelah media padat buka cawan agar kontak dengan udara sekitar 10 menit 4. Inkubasikan semua biakan selama 24-48 jam pada suhu ruang (lab diet) dan amati perubahan yang terjadi.
1) Isolasi mikroorganisme dari subtract cair ( kecap asin ) 1. Cara sebar ( Spread Method) Bahan dan alat :
Cawan petri steril
Tabung berisi media sesuai dengan sample
Pipet steril
Ose/jarum inokulasi
Alcohol 70%
Pembakar spiritus
Bahan cair yang akan diperiksa
Cara kerja 1. Tuang masing-masing media ke dalam cawan petri secara aseptis 2. Dinginkan dengan cara menggerakkan cawan petri dengan membentuk angka delapan diatas meja 3. Pipet 1 ml sample dan sebarkan di atas media yang sudah padat dan ratakan dengan menggunakan ose 4. Inkubasikan semua biakan selama 24-48 jam pada suhu ruang dalam kondisi normal (tidak dibalik ) dan amati pertumbuhan yang terjadi 2) Cara tuang ( Pour Plate Method) Bahan dan alat :
Cawan petri steril
Tabung reaksi berisi media sesuai dengan sample
Pipet steril
Ose/ jarum inokulasi
Alcohol 70%
Penangas air
Pembakar spiritus
Bahan cair yang akan diperiksa
Cara kerja 1. Cairkan medium dengan penangas air, angkat dan turunkan suhunya sampai 38-40oC 2. Masukkan 1 ml sampel / 1 ose sampel ke dalam cawan petri steril secara aseptis 3. Tuangkan medium cair ke dalam cawan petri berisi sampel secara aseptis 4. Dinginkan dengan cara menggerakkan cawan petri dengan membentuk angka delapan di atas meja 5. Inkubasikan semua biakan selama 24-48 jam pada suhu ruang dengan posisi terbalik dan amati perubahan yang terjadi
3) Isolasi mikroorganisme dari substrat padat ( tepung ) 1. Cara Tabur Bahan dan alat :
Cawan petri steril
Tabung reaksi media sesuai sampel
Pipet steril
Ose / jarum inokulasi
Alcohol 70%
Pembakar spiritus
Bahan padat yang akan diperiksa ( Tepung ) Cara kerja : 1. Tuang medium kedalam cawan petri secara aseptis. 2. Dinginkan dengan cara menggerakkan cawan petri dengan membentuk angka delapan di atas meja dan biarkan mengeras 3. Geruslah bahan yang akan diperiksa dalam morter yang sebelumnya sudah steril dengan cara mencucinya dengan sedikit alcohol 70% 4. Bersihkan spatel, sterilkan dengan alcohol, dan lewatkan nyala api 5. Ambil sedikit bahan padat yang sudah digerus dan taburkan secara merata di atas permukaan medium dalam cawan petri. Tunggu selama 10 menit 6. Inkubasikan semua biakan selama 24-48 jam pada suhu ruang dalam kondisi normal ( tidak dibalik ) dan amati pertumbuhan yang terjadi
4) Cara suspensi Bahan dan alat :
Cawan petri steril
Tabung berisi media sesuai dengan sampel
Pipet steril
Ose/ jarum inokulasi
Alcohol 70%
Penangas air
Pembakar spiritus
Bahan padat sebagai sampel
Cara kerja : 1. Cairkan medium dengan penangas air, angkat dan turunkan suhunya sampai 38-40oC 2. Ambil sedikit bahan padat dan masukkan ke dalam aquadest steril kocok hingga homogeny ( 1 : 10 )
3. Masukkan 1 ml sampel / 1 ose sampel ke dalam cawan petri p etri steril secara aseptis 4. Tuangkan medium cair ke dalam cawan petri berisi sampel secara aseptis 5. Dinginkan dengan cara menggerakkan cawan petri dengan membentuk angka delapan di ats meja 6. Inkubasikan semua biakan selama 24-48 jam pada suhu ruang dengan posisi terbalik dan amati pertumbuhan yang terjadi 5) Isolasi Mikroorganisme dari Biji-bijian ( kacang tanah ) Bahan dan alat :
Biji-biji an sampel
Pinset
Gelas piala 200 ml
Aquadest steril
Alcohol 70%
Cawan petri steril medium PCA
Cara kerja : 1. Biji-bijian yang akan diperiksa diperlukan sebagai berikut a. Tidak dicuci dengan aquadest steril b. Dicuci dengan aquadest c. Dicuci dengan KMnO4 d. Dicuci dengan KMnO4 kemudian dibilas dengan aquadest steril 2. Pinset dibersihkan dengan alcohol 70% dan sterilkan dengan membakarnya diatas nyala api 3. Dengan pinset yang sudah steril letakkan biji-bijian di atas permukaan medium dalam cawan petri pada jarak yang tidak dekat satu dengan lain 4. Inkubasikan semua biakan selama 24-48 jam pada suhu ruang dalam kondisi normal ( tidak dibalik ) dan amati pertumbuhan pe rtumbuhan yang terjadi e) PENGECATAN / PEWARNAAN GRAM Sel bakteri tidak berwarna sehingga sukar untuk diamati secara langsung. Oleh karena itu
pengamatan sel bakteri dilakukan dengan cara pengecatan / pewarnaan sel Tujuan untuk mencirikan bakteri menjadi salah satu diantara 2 ( dua ) kelompok, yaitu : a. BAKTERI GRAM POSITIF ( WARNA UNGU GELAP ) b. BAKTERI GRAM NEGATIF ( WARNA MERAH ) Larutan pewarna, ada 4 Jenis Zat Warna , yaitu : 1. UNGU KRISTAL / KRISTAL VIOLET ( GRAM A ) 2. YODIUM ( GRAM B)
3. ALKOHOL ASETON ( GRAM C ) 4. SAFRANIN (GRAM D ) 1) Bahan : - Sampel agar dengan bakteri di Lab Diit - Garam A,B,C,D - Aquadest 2) Alat : - Bunsen - Ose - Mikroskop - Kaca objek 3) Metode : - Bersihkan kaca objek dengan alcohol - Teteskan 2-3 aquadest steril pada kaca objek - Sterilkan ose, masukkan pada alcohol setelah itu panaskan di atas api - Ambil biakan dengan ose, letakkan di atas tetesan aquadest steril dan ratakan seluar 1cm² - Keringkan olesan dengan dipanaskan di atas api / fiksasi olesan dengan cara melewatkan gelas objek diatas nyala api hingga kering - Teteskan larutan gram A sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 1 menit - Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest - Teteskan larutan gram B sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 1 menit - Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest - Teteskan larutan gram C sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 30 detik - Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest gram D sebanyak 2-3 tetes, biarkan selama 30 detik - Teteskan larutan gram - Cuci dengan aquadest / semprot dengan aquadest, lalu keringkan sisa aquadest dengan tisu secara hati hati - Amati morfologi bakteri menggunaka mikroskop f) TPC Bahan : 1. 2. 3. 4. Alat :
Sampel padat ( Tahu Putih ) PCA Aquadest Alcohol 70%
Petridish
Tabung reaksi Pipet volume Rak tabung reaksi Bunsen Autoclave Beaker Swab Penangas air Bola hisab Penggaris Spidol Kapas Koran Plastic
Cara kerja Pembuatan Media : 1. Timbang PCA sebanyak 2,92 g 2. Larutkan dalam 100 ml aquadest, diangin-anginkan diatas api hingga mendidih (sambil diaduk) 3. Setelah mendidih, masukkan PCA sebanyak 12 ml ke dalam tabung reaksi sebanyak 6 buah 4. Kemudian di sterilisasikan dalam autoclave Pengenceran : 1. Siapkan tabung reaksi steril yang sudah berisi aquadest seban yak 10 tabung berisi 9 ml dan 2 tabung reaksi berisi 5 ml untuk metode swab 2. Thowing sampel padatan yang disimpan dalam refrigerator pada air yang mengalir 3. Setelah itu ukur sampel 2 x 2 cm 4. Masukkan swab pada tabung reaksi yang berisi aquadest 5 ml 5. Setelah itu ambil sampel swab, oleskan swab pada sampel sebanyak 4x pada sampel yang sudah diukur 6. Masukkan kembali swab yang berisi aquadest 5 ml dan kocok sebanyak 25 kali 7. Lalu ambil larutan 1 ml sampel swab dan masukkan masukk an pada tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest, setelah itu masukkan kapas sebagai P-1 8. Ambil sampel P-1 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 2 sebagai P-2 9. Ambil sampel P-2 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 3 sebagai P-3 10. Ambil sampel P-3 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 4 sebagai P-4 11. Ambil sampel P-4 sebanyak 1 ml dan letakkan pada tabung reaksi 5 sebagai P-5
Metode Penanaman Bakteri 1. Ambil sampel P-3, P-4, P-5 lalu masing-masing 1 ml d ituangakan kedalam cawan petri 2. Lalu tuangkan media pada cawan petri 3. Setelah itu letakkan pada tempat yang datar kemudian dinginkan dengan cara menggerakkan cawan petri dengan membentuk angka delapan diatas meja. 4. Lalu inkubasi pada suhu ruang selama 48 jam atau 2 hari, setelah itu lakukan hal yang sama pada sampel refrigerator dan freezer
BAB IV HASIL PENGAMATAN
A. Pengamatan kapang tempe NO 1.
NAMA JAMUR Jamur Tempe ( Rhyzopus oryzae)
HASIL PENGAMATAN
GAMBAR INTERNAT
Kapang Tempe ( Menggunakan perbesaran 100X )
LAMPIRAN DARI BEBERAPA KELOMPOK NO
BAHAN MAKANAN
GAMBAR MIKRO
GAMBAR di
IDENTIFIKASI
INTERNET
Aspergillus 1.
Jagung kering
flavus
Aspergillus 2.
Kacang tanah
flavus
3.
Nasi aking
Geotrichum sp.
Rhizopus 4.
Tempe
5.
Jenang
6.
Bakpia
oryzae
7.
Roti
8.
Strawberry
B. Hasil Isolasi udara, cair dan padat
NO
1
Teknik
Gambar pertumbuhan
Isolasi
( 72 jam )
Udara ( lab diet )
2
Cair sebar ( kecap asin)
Bentuk
Identifikasi
3
Cair tuang (kecap asin )
4
Tabur padat
5
suspensi
Lampiran
No
Perlakuan
Gambar pertumbuhan Sesudah
1
Aquadest
Indicator Pertumbuhan Pertumbuhan cambah bakteri +++ +
2
Aqua
+++++
+
3
Biasa
++++
-
4
Alcohol
+++
-
C. Pengecatan gram No
Bakteri
Warna
Bentuk
Gambar
1
Isolasi
Ungu
Spiroseta
Gram Gram
pada udara
positif
( lab diet)
Perbesaran 1000x
KETERANGAN :
-
Warna gram = Ungu Gram dengan warna ungu berarti bakteri tersebut bersifat non pathogen Bentuk Spiroseta Bakteri spiroseta ini memiliki ciri dengan bentuk mirip dengan spira, han ya saja lebih berkelok dengan ujung yang lebih runcing berbentuk spiral yang tipis, dinding sel fleksibel , tetepi tidak memiliki flagela D. Hasil pengamatan TPC
No
Perlakuan
p-3
p-4
p-5
Keterangan
1
Refrigerator
11
33
22
Pengenceran
Perhitungan
p-4 = 33 x
1 10−4
yang
= 33 x 104
dihitung
= 3,3 x 105
yang memiliki koloni 30300
2
Freezer Perhitungan
124 p-3 = 124 x
81 1 −3
10
130
p-4 = 81 x
1 −4
10
p-5 = 130 x
1 10−5
= 124 x 103
= 81 x 104
= 130 x 105
= 1,24 x 105
= 8,1 x 105
= 1,3x 107
BAB V PEMBAHASAN
1) Sterilisasi Sterilisasi merupakan Metode praktis yang dirancang untuk membersihkan dari mikroorganisme, atau sengaja untuk menghambat pertumbuhannya, yang nyata dari kepentingan dasar di banyak keadaan. Jenis dari mikroorganisme sangat berbeda dalam kelemahannya terdapat berbagai macam agen antimikroba, dan lebih banyak lagi, afek yang praktis dari agen ini pada adanya keadaan nyatayang sangat besar dipengaruhi oleh keadaan sekitar. Banyak yang akan bertahan, contohnya, pada cuaca tertentu organisme memiliki kulit, pada beberapa tubuh zat cair atau pada udara, Air, makanan, kotoran, atau ruangan berdebu. Caranya harus dirubah, oleh karena itu, dengan masalah nyata. Hal ini tidak mungkin, bagaimanapun pada garis besarnya tentunya prinsip dasar digaris bawahi pada umumnya umumnya digunakan digunakan cara untuk untuk memusnahkan memusnahkan dan mengontrol mengontrol kehidupan kehidupan mikroba. Fungsi Sterilisasi Tujuan utama yaitu mematikan, menyingkirkan atau mengahambat pertumbuhan mikroorganisme adalah : 1. Untuk mencegah inflasi pada manusia, hewan dan tumbuhan. 2. Untuk mencegah makanan dan lain-lain menjadi rusak. 3. Untuk mencegah gangguan kontaminasi terhadap mikroorganisme. 4.
Untuk mencegah kontaminasi bahan-bahan yang dipakai.
N utr utr i ent A gar (NA) Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient kimia. Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. Komposisi Nutrient Komposisi Nutrient Agar Agar (NA) terdiri dari ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram. Formula ini tergolong relatif simpel untuk menyediakan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh sejumlah besar mikroorganisme. Pada Nutrient Agar (NA), ekstrak daging sapi dan peptone digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin, serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Ekstrak daging sapi mengandung senyawa-senyawa yang larut di dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, nitrogen
organik dan juga garam. Peptone merupakan sumber utama dari nitrogen organik, yang sebagian merupakan asam amino dan peptide rantai panjang. Dalam hal ini agar digunakan sebagai bahan pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Media Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri. Di Indonesia sendiri, Nutrient sendiri, Nutrient Agar (NA) sudah banyak dipakai oleh industri khususnya industri produk susu dan juga di pengolahan air dan limbah pabrik. Tidak semua bakteri dapat dibiakkan pada media ini karena media ini hanya mengisolasi bakteriantraks dan stafilokokus. Prosedur pembuatan nutrient agar adalah melarutkan bahan nutrient agar ke dalam 1 L air kemudian dipanaskan hingga mendidih dan dituangkan ke dalam tabung dan disterilkan selama 15 menit pada suhu 1210C. Kemudian media dibuka dan disimpan pada suhu dibawah 80C dan terlindung dari sinar secara langsung.
2) Morfologi kapang Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa (tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari hifa disebut miselium (tunggal = mycelium, Jamak = m ycelia) (Pelczar,2005). Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal,struktur tubuh, sifat hidup, habitat, pertumbuhan, dan reproduksinya. Fungi terdiridari kapang dan khamir. Kapang bersifat filamentus, sedangkan khamir bersifat uniselular. Istilah cendawan, kapang, khamir maupun ragi seringkali dicampur baurkan, padahal masing-masing istilah tersebut memiliki pengertian yangberbeda-beda. Untuk memudahkan istilah-istilah tersebut, para pakar biologi kemudian menyatukannya ke dalam satu golongan yaitu jamur atau fungi. Kita mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhanlainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas.
Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya menggunakan jamur Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae. Tempe umumnya dibuat secara tradisional dan merupakan sumber protein nabati.
Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah sebagai berikut: Hifa nonseptat, mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua,
sporangiospora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir, tidak mempunyai sporangiola, membentuk hifa vegetatif yang melakukan penetrasi pada substrat, dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofor, pertumbuhannya cepat, membentuk miselium seperti kapas (Fardiaz, 1992). Miselium R. oryzae lebih panjang daripada R. oligosporus, sehingga tempe yang
dihasilkannya kelihatan lebih padat dari pada apabila hanya R. oligosporus 9 yang digunakan. Sedangkan untuk peningkatatan gizi protein kedelai, R. oligosporus memegang peranan tersebut. Hal ini disebabkan karena selama proses fermentasi R. oligosporus mensintesis enzim protease (pemecah protein) lebih banyak, sedangkan R. oryzae lebih banyak mensintesis enzim alfa-amilase (pemecah pati). Oleh karena itu biasanya dipakai keduanya dengan kadar R. Oligosporus lebih banyak yaitu 1 : 2 (Koswara, 1992). Koloni R. oryzae berwarna putih dan menjadi abu-abu kecoklatan dengan bertambahnya
usia biakan serta mencapai tinggi kurang lebih 10 mm. Stolon berdinding halus atau agak kasar. Sporangiofor dapat tunggal atau berkelompok hingga 5. Kolumela berbentuk ovoid atau berbentuk bulat begitu juga sporangiosporanya. Pada permukaan sporangiospora terdapat garis-garis, sedangkan pada R. stolonifer tinggi koloni dapat mencapai 20 mm dengan warna coklat keabu-abuan. Sporangiofor dapat tunggal atau berkelompok dan muncul dari stolon yang berwarna coklat gelap. Sporangiospora berbentuk tidak teratur, seringkali poligonal atau ovoid dan memiliki garis pada permukaannya (Gambar 2). Berbeda dengan R. oryzae dan R. stolonifer, koloni R. Oligosporus hanya dapat mencapai tinggi sekitar 1 mm. Sporangiospora berbentuk bulat, elips, atau tidak teratur dan berdinding halus dan tidak terdapat garis-garis pada permukaannya (Gandjar et al, 1999).
1. R. Oligosporus adalah spesies jamur yang paling penting digunakan dalam pembuatan tempe di Indonesia. Indonesia. Beberapa ciri terpenting dari jamur jamur ini antara lain adalah miselium dan sporangiofornya tidak bersekat, sporangiosporanya mempunyai bentuk tidak beraturan, sporangiumnya berwarna hitam dan mempunyai rhizoid dengan cabang yang pendek (Gambar 2). Jamur 2. R. oligosporusbersifat lipolitik dan proteolitik (Hesseltine, 1965). Setiap jamur pada pembuatan tempe akan menghasilkan jenis enzim tertentu, yang akan berpengaruh terhadap rasa tempe. Kapang R. Oligosporus yang yang utama dalam pembuatan tempe, memiliki
merupakan spesies kapang yang
aktivitas enzim protease dan lipase yang
tinggi, aktivitas enzim amilase rendah, menghasilkan anti oksidan, serta mampu menghasilkan tempe dengan flavor dan aroma yang khas tempe. Hal inilah yang menyebabkan kapang R. Oligosporus banyak digunakan dalam pembuatan tempe. Di Indonesia penggunaan kultur campuran lebih disukai dalam pembuatan tempe, karena memiliki beberapa beberapa keuntungan yaitu: memberikan memberikan rasa yang yang lebih unggul, daya cerna protein yang
lebih baik, serta komposisi zat gizi dan daya awet yang lebih tinggi
(Astawan, 2008).
Faktor – Faktor – factor factor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme:
1. Mikroba biasanya tumbuh baik pada rentang pH tertentu. 2. Bakteri tumbuh baik pada rentang pH 4-8, 3. Ragi pada rentang pH 3-6 4. Fungi dan eukariot lain pada 6,5-7,5, 5. Rentang pH intrasel biasanya lebih sempit. Contoh : E.coli tumbuh pada pH 6,5 -8, tetapi pH intraselnya adalah 7,8. 6. Thiobacillus ferrooxidans tumbuh baik pada pH 2 tetapi pH intraselnya adalah 6,5. 7. pH yang berbeda ini dapat disebabkan oleh karena proses metabolisme yang terjadi dalam sel, misalnya akumulasi produk metabolisme yang asam at au basa, sesuai kebutuhan pertumbuhannya.
3) Isolasi mikroorganisme a. Isolasi Mikroorganisme dari Udara Untuk mengetahui mikroorganisme pada udara dapat melakukan dengan metode isolasi mikroorganisme dari udara. Kelompok kami mengunakan tempat lab diet Stikes Karya Husada Kediri untuk melakukan metode ini. Dalam metode ini, kami mempersiapkan cawan petri yang berisi media padat, dan meletakka meletakkan n pada Lab diet secara terbuka selama selama 10 menit. Setelah itu, kami melakukan inkubasi selama 72 jam. Selama 72 jam, kelompok kami menemukan banyak koloni mikroorganisme. Sehingga, kami dapat mengetahui bahwa pada udara juga terdapat mikroorganisme yang tidak terlihat oleh mata telanjang.
Dari semua lingkungan, udara merupakan lingkungan yang paling sederhana. Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen 78,1 %, oksigen 20,93 % dan karbondioksida karbondioksida 0.03 %, sementara selebihnya selebihnya berupa gas argon, neon, kripton, xenon dan helium. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri, spora dan sisa-sisa tumbuhan (Budiman, C., 2007). Udara dalam ruang tertutup mengandung lebih sedikit bakteri dari jenis yang sama dibandingkan yang ditemukan di udara terbuka. Bakteri tersebut sebagian besar adalah saprofit dan bersifat non patogenik, tetapi dengan bertambahnya bakteri non patogenik dalam jumlah yang relatif besar dapat berpotensi sama seperti bakteri patogenik (Pelczar, et al ,. ,. 2008)
b. Isolasi Mikrooganisme dari Substrat Cair ( Metode sebar dan tuang ) Teknik tuang memerlukan agar yang belum padat (>45 oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen. Pada hasil pengamatan isolasi cair pada kecap asin yaitu dengan metode tuang dan suspensi, ditemukan bakteri bintik-bintik berwarna putih selama inkubasi 72 jam. Diperkirakan bakteri tersebut adalah Escherich adalah Escherichia ia coli.
METODE TABUR DAN SUSPENSI Teknik
penanaman
suspense
merupakan
lanjutan
dari
pengenceran
bertingkat.
Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran pengenceran terakhir. Spread plateatau tabor adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspense bakteri di permukaan permukaan agar diperoleh kultur murni.
Cara tuang dimana hal ini dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan bakteri mesofil aerob, yang membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya, sehingga akan teramati bahwa pertumbuhan bakteri mesofil aerob tersebut akan berada dipermukaan lempeng agar, karena pertumbuhannya yang mencari oksigen. Oleh karena itu, pada pengamatan tepung terigu ini, dicari hanya koloni bakteri yang tumbuh di permukaan lempeng agar. Masa inkubasi dilakukan dengan membalik cawan petri yang berisi biakan pada tepung.
c. PENGECATAN GRAM
Pewarnaan gram ini bertujuan untuk mlihat bakteri bersifat gram positif atau negatif dan bentuknya. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853 – 1938) 1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka. Dalam pewarnaan gram di perlukan empat reagen yaitu :
Zat warna utama (violet kristal)
Mordan
(larutan
Iodin)
yaitu
senyawa
yang
digunakan
untuk
mengintensifkan warna utama.
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan uantuk melunturkan zatwarna utama.
Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
a. Bakteri Gram Negatif Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara bakteri gram negative tidak. Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu: Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 15 mm, berlapis tiga atau
multilayer. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit ± 10% dari berat
kering, tidak mengandung asam tekoat. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya
kristal violet. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana. Tidak resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat Peka terhadap streptomisin Toksin yang dibentuk Endotoksin
b. Bakteri Gram Positif Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di
bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010) Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu: Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (14%), peptidoglikan
ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu
kristal. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit. Lebih resisten terhadap gangguan fisik. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut .Tidak peka terhadap streptomisin Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin Bakteri gram negatif
memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Fitria, 2009).
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama. Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek (Fitria, 2009).
Macam-macam pewarnaan:
Cat Gram A Berwarna ungu karena mngandung kristal violet. Cat gram A merupakan cat primer yang akan memberikan warna mikroorganisme target.Semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai cat warna cat gram A.
Cat Gram B Cat gram B berwarna coklat. Cat ini merupakan cat mordan, yaitu cat/ bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap mikroorganisme mikroorganisme target. Pengikatan warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat)
Cat gram C Cat gram ini tidak berwarna / bening. Berfungsi untk melunturkan warna cat sebelumnya akibat pemberian warna tersebut
:
a. Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap alkohol, ikatan antar cat dengan bakteri tidak dilunturkan dengan alkohol.bakteri yang demikian dinamakan bakteri gram positif b. Mikroorganisme akan tidak berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian dinamakan bakteri gram negatif
Cat Gram D Merupakan cat skunder atau kontras. Cat ini berwarna merah berfungsi sebagai pemberi warna mikroorganisme mikroorganisme non target.Cat Skunder mempunyai mempunyai spektrum warna yang yang berbeda dari cat primer. Akibat pemberian cat gram D a.
:
Bakteri gram positif akan tetap berwarna ungu karena tidak jenuh mengikuti cat gram A sehingga tidak mampu lagi mengikat cat gram D.
b.
Bakteri gram negatif berwarna merah karena cat sebelumnya telah dilunturkan oleh cat gram C, maka akan mampu mengikat cat gram D.
d. PENGARUH SUHU RENDAH PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN
Prinsip dasar penyimpanan pada suhu rendah :
Menghambat pertumbuhan mikroba Menghambat reaksi-reaksi enzimatis, kimiawi dan biokimiawi Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan,
antara lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis. Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan pembekuan.
Kisaran suhu yang digunakan dalam proses pendinginan biasanya antara – 1oC sampai + 4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis bahan pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah-rumah tangga adalah dalam lemari es yang mempunyai suhu – suhu – 2oC 2oC sampai + 16oC.
Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada suhu kira-kira – 17oC 17oC atau lebih rendah lagi. Pada suhu ini pertumbuhan bakteri sama sekali berhenti. Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu antara – antara – 12oC sampai – 24oC. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun.
Perbedaan antara pendinginan dan pembekuan juga ada hubungannya dengan aktivitas mikroba. o
Sebagian besar organisme perusak tumbuh cepat pada suhu di atas 10oC
o
Beberapa jenis organisme pembentuk racun masih dapat hidup pada suhu kirakira 3,3oC.
o
Organisme psikrofilik tumbuh lambat pada suhu 4,4oC sampai – sampai – 9,4oC 9,4oC
Jumlah mikroba yang terdapat pada produk yang didinginkan atau yang dibekukan sangat tergantung kepada penanganan atau perlakuan-perlakuan yang diberikan sebelum produk itu didinginkan atau dibekukan, karena pada kenyataannya mikroba banyak berasal dari bahan mentah/ bahan baku. Setiap bahan pangan yang akan didinginkan atau dibekukan perlu mendapat perlakuan-
perlakuan pendahuluan seperti pembersihan, blansing, atau sterilisasi, sehingga mikroba yang terdapat dalam bahan dapat sedikit berkurang atau terganggu keseimbangan metabolismenya. Pada umumnya proses-proses metabolisme (transpirasi atau penguapan, respirasi atau pernafasan, dan pembentukan tunas) dari bahan nabati seperti sayursayuran dan buah-buahan atau dari bahan hewani akan berlangsung terus meskipun bahan-bahan tersebut telah dipanen ataupun hewan telah disembelih. Proses metabolisme ini terus berlangsung sampai bahan menjadi mati dan akhirnya membusuk. Suhu dimana proses metabolisme ini berlangsung dengan sempurna
disebut
sebagai
suhu
optimum.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan makanan tidak dapat mematikan bakteri, sehingga pada waktu bahan beku dikeluarkan dan dibiarkan hingga mencair kembali (“thawing”), maka pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba
dapat
berlangsung
dengan
cepat.
Penyimpanan
dingin
dapat
menyebabkan kehilangan bau dan rasa beberapa bahan bila disimpan berdekatan. Misalnya :
Mentega dan susu akan menyerap bau ikan dan bau buah-buahan
Telur akan menyerap bau bawang
Bila memungkinkan sebaiknya penyimpanan bahan yang mempunyai bau tajam terpisah dari bahan lainnya, tetapi hal ini tidak selalu ekonomis. Untuk mengatasinya, bahan yang mempunyai bau tajam disimpan dalam kedaan terbungkus. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendinginan yaitu :
Suhu
Kualitas bahan mentah
Sebaiknya bahan yang akan disimpan mempunyai kualitas yang baik
Perlakuan
pendahuluan
yang
tepat,
Misalnya
pembersihan/
pencucian atau blansing
Kelembaban Umumnya RH dalam pendinginan sekitar 80 – 95 %. Sayursayuran disimpan dalam pendinginan dengan RH 90 – 90 – 95 95 %
Aliran udara yang optimum
Distribusi udara yang baik menghasilkan suhu yang merata di seluruh
tempat
pengumpulan
pendinginan, uap
sehingga
air
dapat
setempat
mencegah (lokal).
d. Keuntungan penyimpanan dingin :
Dapat menahan kecepatan reaksi kimia dan enzimatis, juga pertumbuhan dan metabolisme mikroba yang diinginkan. Misalnya pada pematangan keju..
Kerugian penyimpanan dingin :
Terjadinya penurunan kandungan vitamin, antara lain vitamin C
Berkurangnya kerenyahan dan kekerasan pada buah-buahan dan sayur-sayuran
Perubahan warna merah daging
Oksidasi lemak
Pelunakan jaringan ikan Penurunan suhu mengakibatkan penurunan proses kimia,
mikrobiologi , dan biokimia yang berhubungan dengan kelayuan, kerusakan, pembusukan , dll. Pada suhu kurang dari 0 oC , air akan membeku kemudian terpisah dari larutan dan membentuk es. Jika kristal es yang terbentuk besar dan tajam akan merusak tekstur dan sifat pangan , tetapi di lain pihak kristal es yang besar dan tajam juga bermanfaat untuk mereduksi
atau
mengurangi
mikroba
jumlah
mikroba.
Pembentukan kristal es menjadi bagian penting dalam mekanisme pengawetan dengan pembekuan. Sebuah kristal es yang terbentuk misalnya, dapat menarik seluruh air bebas dalam sel bakteri dan khamir.
Kristal-kristal
ekstra
seluler
dapat
menyebabkan
pembekuan isi sel melalui perforasi. Tanpa kristal es ekstra seluler, sel masih bisa betahan (belum membeku) pada suhu – suhu – 25 25 oC, tetapi jika terdapat kristal es tersebut sel membeku pada – pada – 5 5 oC. Perubahan bahan sampai membeku tidak terjadi sekaligus dari cairan ke padatan. Contohnya sebotol susu yang disimpan pada ruang pembeku (freezer), maka cairan yang paling dekat dengan dinding botol akan membeku lebih dahulu. Kristal yang terjadi mula-mula ialah air murni (H2O). Ketika air terus berkristal, susu menjadi lebih pekat terutama pada komponen protein, lemak, laktosa, dan mineral. Pekatan ini akan berkristal secara perlahan-lahan sebanding dengan proses pembekuan yang berlangsung pada makanan. METODE PENGENCERAN DAN SWAB
PENGENCERAN Tujuan dari pengencera bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi Jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya. METODE SWAB Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud atau kapas steril pada sampel yang memiliki permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut. Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud atau kapas memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton budatau kapas kontak dengan permukaan sampel. s ampel. Swab Swa b akan lebih baik jika cotton bud atau kapas k apas dicelupkan dicel upkan terlebih dahulu ke dalam larutan atraktan semisal pepton semisal pepton water .
1. Perbedaan refri dan freezer
Pada hasil pengamatan perhitungan mikroorganisme metode swab pada tahu yang disimpan pada refrigerator dan frezzer dapat diketahui bahwa jumlah mikroorganisme lebih banyak pada hati yang disimpan pada freezer. Hal ini disebabkan karena suhu frezzer lebih rendah dibandingkan suhu pada refrigerator. Teknik
penyimpanan
pada
suhu
beku
dapat
memperlambat
kecepatan
reaksi
metabolisme, sehingga dengan penurunan suhu 8°C kecepatan reaksinya akan berkurang setengahnya dan memperlambat keaktifan respirasi sehingga pertumbuhan bakteri, jamur dan kebusukan akan dihambat (Khomsan 2004). Penggunaan suhu rendah dan pengawetan pangan tidak dapat membunuh mikroorganisme penyebab kebusukan. Dengan demikian, jika bahan pangan dikeluarkan dari penyimpanan suhu beku dan dibiarkan mencair kembali, pertumbuhan mikroorganisme pembusuk akan berjalan cepat (Winarno 1993). Pada hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pengenceran mempengaruhi jumlah mikroorganisme. Pengaruh pengenceran Pengenceran yang terlalu encer, maka koloni yang terbentuk hanya sedikit saja bahkan menghasilkan TFTC (Too Few To Count). Dan apabila sampel terlalu pekat, jumlah koloni yang dihasilkan bisa menjadi sangat banyak bahkan sampai tidak bisa dihitung atau menghasilkan TNTC/TBUD (Waluyo, 2005).. Namun dari hasil pengamatan, pengamatan, pengenceran pengenceran dengan refregerator dan freezer dapat diketahui bahwa semakin tinggi pengenceran, tidak semakin sedikit dan hasilnya tidak konstan. Hal ini disebabkan kemungkinan kesalahan pada saat perhitungan koloni, metode thawing
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37884/4/Chapter%20II.pdf http://digilib.unila.ac.id/12595/3/Bab%20II.pdf Basak B, Md. Ahsan HP, Muhammad SR, Sharif UT, Bimol CR. 2002. Azolla Azolla (Azolla pinnata) pinnata) as a feed ingredient in broiler ration. Poultry Science 1(1): 29-34. URL: http://www.pjbs.org/ijps http://hestcassie.wordpress.com/2013/03/12/laporan-praktikum-mikrobiologi-pengenalan-alatalat/ di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://imakssterilisasimikrobiologi.blogspot.com/ http://imakssterilisasimikrobiologi.blogspot.com/ di akses pada hari h ari jum’at 4 Oktober 2013 http://lapaktip.blogspot.com/2013/03/laporan-praktikum-mikrobiologi.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://lapaktip.blogspot.com/2013/03/laporan-praktikum-mikrobiologi.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://mainkanakbugis.blogspot.com/2012/12/pengenalan-alat-alat-mikrobiologi.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://natureisalam.blogspot.com/2013/02/sterilisasi.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://noberanagbio.blogspot.com/2011/11/bab-i- pendahuluan.html pendahuluan.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://teckhnologyproductagricultural.blogspot.com/2012/12/pengenalan-alat-alat.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/07/definisi-sterilisasi.html http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/07/definisisterilisasi.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 http://widiindrakesuma.blogspot.com/2013/03/praktikum-mikrobiologi-sterilisasi-alat.html di akses pada hari jum’at 4 Oktober 2013 Sumberhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci/article/download/994/1020 Sumberhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci/article/download/994/1020