LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN ISOLASI DAN PEMURNIAN MIKROBIA
OLEH :
NAMA NIM
: MUHAMMAD SADIQUL IMAN : H1E108059
KELOMPOK
: 5 (LIMA)
ASISTEN
: NOOR HARIYATI
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU Oktober, 2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme di alam tersebar luas, mulai dari tempat terdingin di kutub sampai di dalam tubuh kita, termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya pengamatan mikroba secara spesifik. Oleh sebab itu diperlukan teknik isolasi dan pemurnian agar didapatkan media murni (Waluyo, 2005). Bakteri berasal dari bahasa latin bacterium (jamak : bacteria), bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme hidup, berukuran sangat kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nucleus atau inti sel, cytoskeleton, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Bakteri adalah yang paling berlimpah dari semua organisme. Mereka tersebar (berada dimana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain (Djoelistee, 2010). Bakteri adalah salah satu contoh mikroorganisme yang penting dan memiliki bentuk yang beragam. Pada umumnya bakteri berhubungan dengan makanan. Adanya bakteri dalam bahan pangan dapat mengakibatkan pembusukan yang tidak diinginkan atau menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan atau dapat melangsungkan fermentasi yang menguntungkan (Buckle, 1987). Di alam fungi dan yeast/khamir juga tidak pernah berada di suatu tempat hanya dalam satu spesies. Karena itu untuk memperoleh populasi fungi dan yeast/khamir dalam kultur murni, juga harus dilakukan teknik isolasi dan
pemurnian. Metodenya serupa bakteri, sumber fungi hampir sama dengan bakteri. Perbedaannya bahwa populasi fungi di air lebih sedikit dibandingkan lingkungan dengan pH yang rendah. Pertumbuhan fungi pada medium menunjukkan penampakan yang pada umumnya berupa benang-benang putih dan sangat mudah untuk dilihat. Sedangkan yeast/khamir akan tampak seperti koloni bakteri yang tidak mengkilap (Fardiaz, 1992). Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultur, morfologis, fisiologis, maupun serologis memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja (Waluyo, 2005). Di dalam mengisolasi mikroorganisme digunakan berbagai cara, antara lain dengan cara goresan ( streak plate), cara taburan/tuang ( pour plate) (Lim, 1998). Cara sebar ( spread plate), ), cara pengenceran (dilution ( dilution method ), ), serta micromanipulator (teh (teh micromanipulator method ). ). Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah teknik cawan tuang dan cawan gores. Kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu yaitu mengencerkan organisme sedemikian sedemikian rupa sehinga individu spesies individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya (Hadioetomo, 1993). Untuk mengisolasi bakteri dari tanah atau benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut, atau zat cair, maka dilakukan s erangkaian pengenceran terhadap zat tersebut. Misalnya suatu sampel dari suatu suspense yang berupa
campuran diencerkan dalam suatu tabung tersendiri secara berkelanjutan dari suatu tabung ke tabung lainnya (Dwidjoseputro, 1994). Pertumbuhan bakteri pada medium agar pada umumnya berbentuk koloni berupa lendir dan mengkilap. 0
Pemurnian dengan inkubasi 30 C selama 2 x 24 jam (Capuuuccino & Natalie, 1983). Pertumbuhan fungi pada medium agar dengan penampakannya berbeda dari bakteri. Pada umumnya berupa benang-benang putih dan sangat mudah diamati. Fungi tumbuh baik pada medium
otato P otato
Dextrose Agar (PDA). Akan
tetapi, bakteri juga tumbuh pada medium tersebut. Sehingga, medium agar yang akan dipergunakan untuk isolasi fungi sebaiknya diberi suatu antibiotic untuk 0
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Temperatur inkubasi 28 C selama 2 x 24 jam atau lebih (Gaman & Shernington, 1994). Perbenihan untuk pertumbuhan bakteri agar dapat tetap dipertahankan harus mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh organisme tersebut. Faktor lain seperti pH, suhu dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik (Balbach, 1996). Beberapa indikasi pembiakan pada laboratorium mikrobiologi meliputi : 1. Pengasingan (isolasi) mikroba pada biakan bakteri. 2. Menunjukkan sifat khas mikroba. 3. Untuk menentukan jenis mikroba yang diisolasi dengan cara-cara tertentu. 4. Untuk mendapatkan bahan biakan yang cukup untuk membuat antigen dan percobaan serologi lainnya. 5. Menentukan kepekaan kuman terhadap antibiotic. 6. Menghitung jumlah kuman.
7. Mempertahankan biakan mikroba. Usaha mencegah masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan dan untuk menanam suatu spesies terdapat beberapa cara yaitu : 1. Penanaman dengan penggoresan : cara ini untuk mengasingkan kuman agar didapatkan biakan murni. 2. Penanaman lapangan : berguna untuk penentuan jenis kuman dengan bakteriofage dan uji kepekaan terhadap antibiotic. 3. Biakan agar tabung : biasanya diperhunakan untuk menunjukkan adanya pertumbuhan murni mikro untuk aglutinasi gelas alas. 4. Biakan tusukan : biasanya diperhunakan untuk menunjukkan adanya pencairan gelatin dan mempertahankan biakan baru. 5. Biakan agar tuang : menunjukkan jumlah koloni mikroba hidup yang terdapat pada suspensi. 6. Biakan cairan : kegunaannya untuk menunjukkan biakan yang banyak dan cepat. Kerugiannya adalah tidak dapat membuat biakan biakan murni dari bahan yang mengandung berbagai mikroorganis mikroorganisme me (Dwidjoseputro, 1994). 1994). Untuk mendapatka menda patkan n biakan murni ada beberapa cara car a yang dapat dilakukan ilakuka n yaitu : pengenceran, penuangan, penggesekan untuk menumbuhkan mikroba anaerob dan pengucilan satu sel. Beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam melakukan isolasi mikroba yaitu sebagai berikut : 1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi. 2. Tempat hidup atau asal mikroba tersebut. t ersebut. 3. Medium untuk pertumbuhan yang sesuai. 4. Cara menginokulasi mikroba.
5. Cara inkubasi mikroba. 6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni dan sesuai dengan yang dimaksud. 7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni (Dwidjoseputro, 1994).
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari teknik-teknik isolasi mikroba dan pemurniannya.
BAB II METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada pukul 10.30-13.00 WITA, hari selasa 12 Oktober 2010. Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Lab. Dasar Fakultas MIPA UNLAM, Banjarbaru. 2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi steril, cawan petri, vortex mixer , efendorf pipet, pipet volumetrik, lampu spiritus, kertas label, alkohol 70%, spiritus, spiritus, alumunium a lumunium foil, kapas dan karet. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media nutrient agar , media potato dextrose agar , aquades, sumber bakteri (air sungai, air kemasan, tanah bawah pohon pohon dan tanah sampah). 2.3 Prosedur Prosedur Kerj Kerja a 2.3.1
Sampel Air (Isolasi dan Pemurnian Bakteri)
Prosedur kerjanya meliputi : 1. Diambilnya 1 ml sampel air dengan efendorf pipet. -6
2. Diencerkan sampai 10
(khusus sampel air kemasan pengenceran dilakukan
-3
samapi 10 , dengan mulut tabung reaksi yang dipanaskan terlebih dahulu dengan api bunsen). 3. Tabung reaksi kemudian dimasukkan pada vortex mixer . 4. Diambil sampel sebanyak 1 ml dari pengenceran 10 -4 dengan sistem doplo. 5. Dipanaskan cawan petri sekelilingnya dengan api bunsen. 6. Dimasukkan sampel dan ditambahkan media media sampai memenuhi me menuhi dasar cawan.
7. Diputar cawan petri searah angka delapan. 8. Direkatkan cawan petri dengan plastik penutup disekeliling cawan. -5
-6
9. Dilakukan kembali pengenceran 10 dan 10 . 10. Diinkubasi selama 2 x 24 jam. 11. Dari koloni yang terpisahkan dimurnikan secara goresan, selanjutnya dipindahkan ke media agar miring. 2.3.2
Sampel Tanah (Isolasi dan Pemurnian Jamur)
Prosedur kerjanya meliputi : 1. Dibuatnya media P otato otato Dextrose Agar , yang mana sebagian dimasukkan ke dalam tabung reaksi @ 5 ml untuk media agar miring, sedangkan sisanya dimasukkan dalam labu erlenmeyer. erlenmeyer. 0
2. Disterilkan media pada suhu 121 C selama 15 menit. -1
-6
3. Dilanjutkan dengan serangkaian pengenceran sampel tanah dari 10 - 10 . 4. Dari pengenceran tertinggi dimasukkan 1 ml suspensi fungi ke dalam cawan petri steril, diratakan pada dasar cawan dengan digoyangkan. digoyangkan. 5. Cawan-cawan yang berisi suspensi dituangkan dengan 10-15 ml media PDA dengan suhu 45 0C, digoyangkan dengan dibentuk angka delapan dan dibiarkan memadat. 6. Diinkubasi terbalik pada suhu 28 0C selama 2 x 24 jam. 7. Dari koloni yang terpisah dimurnikan secara goresan, selanjutnya dipindahkan ke media agar miring.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah : Tabel 1. Isolasi dan Pemurnian Bakteri No.
1.
Gambar
Koloni
Bentuk
Tepian
Warna
Elevasi
Ket.
1
bundar
licin
putih
datar
-
-4
Air sungai 10 (1)
susu 2.
-4
Air sungai 10 (2)
Terkonta minasi 0
3.
-
-
rizoid
bercabang
-
fungi
Air sungai 10-5 (1)
7
licin bundar
4.
-
-5
Air sungai 10 (2)
tdk
datar putih susu
berombak
timbul datar
beraturan 3
&
-
menyebar
putih susu
bundar
licin
datar
No.
5.
Gambar
Koloni
-6
Air sungai 10 (1)
Bentuk
Tepian
tdk
berlekuk
Warna
Elevasi
Ket.
datar
beraturan 8
6.
&
putih
menyebar
susu
-
bundar
licin
datar
rizoid
bercabang
datar
-6
Air sungai 10 (2)
2
licin bundar
putih susu
cembu ng
7.
-4
Air kemasan 10 (1)
tdk beraturan 1
&
siliat
menyebar
8.
-4
Air kemasan 10 (2)
putih
datar
-
putih datar
-
susu
tdk beraturan 5
&
berlekuk
menyebar 9.
susu
Air kemasan 10-5(1)
1
tdk
berombak
beraturan 10.
putih datar
-
susu
-5
Air kemasan 10 (2)
2
rizoid
bercabang
putih susu
datar
-
No.
Gambar
11.
Air kemasan 10 (1)
Koloni
Bentuk
Tepian
Warna
Elevasi
Ket.
-6
tidak 0
-
-
-
-
terkontam inasi
12.
-6
Air kemasan 10 (2) tidak 0
-
-
-
-
terkontam inasi
Tabel 2. Isolasi dan Pemurnian Fungi F ungi No.
1.
Gambar
Tanah
Koloni
Bentuk
Tepian
Warna
Elevasi
Ket.
bawah -4
pohon 10 (1)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
2.
Tanah
bawah
pohon 10 -4 (2)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
3.
Tanah
bawah
pohon 10 -5 (1) 2
berbenan g-benang
siliat
putih susu
datar
-
No.
4.
Gambar
Tanah
Koloni
Bentuk
Tepian
Warna
Elevasi
Ket.
1
berbenan
siliat
putih
datar
-
bawah -5
pohon 10 (2)
g-benang
5.
Tanah
susu
bawah -6
pohon 10 (1)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
6.
Tanah
bawah -6
pohon 10 (2)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
7.
Tanah sampah 10-4 (1)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
8.
Tanah sampah 10-4 (2)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
No.
9.
Gambar
Koloni
Bentuk
Tepian
Warna
Elevasi
Ket.
0
-
-
-
-
tidak
-5
Tanah sampah 10 (1)
tumbuh
10.
-5
Tanah sampah 10 (2)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
11.
Tanah sampah 10-6 (1)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
12.
-6
Tanah sampah 10 (2)
terkontam 0
-
-
-
-
inasi bakteri
3.2 Pembahasan
Pengisolasian
merupakan
suatu
cara
untuk
memisahkan
atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis,
fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Ada beberapa metode atau teknik yang digunakan pada isolasi mikroorganisme, yaitu metode tuang ( pour plate), plate), metode sebar ( spread plate), plate), metode
goresan
( streak
plate ), pengenceran
(dilution (dilution
method ), ),
serta
micromanipulator (teh (teh micromanipulator method ). ). Metode tuang adalah suatu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri. Dimana kelebihan metode ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar, metode ini cocok untuk isolasi mikroba yang bersifat anaerob. Kekurangan metode ini adalah kurang cocok apabila digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat aerob. Metode sebar adalah teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam
media
agar
dengan
cara
menuangkan
stok
kultur
murni
atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat. Bedanya dengan metode tuang adalah pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat, sedangkan metode tuang kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan metode sebar adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar, dan metode ini digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat aerob. Kekurangan metode ini adalah tidak cocok digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat anaerob. Metode pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan suatu suspensi berupa cairan spesies kemudian diencerkan dalam tabung tersendiri. Dari
pengenceran tersebut kemudian diambil 1 ml umtuk diencerkan lagi. Jika perlu, dari pengenceran yang kedua diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut hingga pengenceran pengenceran yang ya ng diinginkan. Dari akhir pengenceran dia mbil kembali kembali 1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat sehingga kemungkinan besar akan didapatkan beberapa koloni yang tumbuh pada medium tersebut. Dilakukannya pengenceran bertujuan untuk memperoleh biakan atau koloni murni dari suatu medium. Selain metode yang disebutkan diatas, terdapat metode lainnya yaitu metode
micromanipulator,
dimana
kita
memerlukan
kesabaran
dalam
pengerjaannya, selain itu harganya sangat mahal, tetapi dengan menggunakan alat micromanipulator ini kita dapat mengambil satu bakteri dari sekian ba nyak bakteri dengan tidak ikut sertanya bakteri lain. Dalam pengerjaan percobaan ini, air sungai, air kemasan, tanah bawah pohon dan tanah sampah dilarutkan dengan menggunakan akuades yang -1
selanjutkan dilakukan pengenceran dari 10 -4
-5
hingga 10
-6
sebanyak 1 ml. Pada
-6
pengenceran 10 , 10 dan 10 , dimasukkan ke dalam 2 cawan petri yang berbeda masing-masing 1 ml, hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kedua sampel. Setelah memasukkan sampel air maupun tanah yang akan diisolasi, selanjutnya dilakukan metode isolasi dengan menggunakan media tuang. Dalam setiap pengenceran, ke dalam cawan-cawan petri dituangkan media NA untuk sampel air dan media PDA untuk sampel tanah. Suhu yang tidak sesuai bisa menyebabkan kontaminan dapat tumbuh dan mengganggu mikroba yang akan kita tumbuhkan. Metode yang digunakan dalam mengisolasi mikroba pada percobaan ini adalah metode tuang, dimana sampel yang di uji dituangkan pada cawan petri
yang sudah steril dan selanjutnya dimasukkan media nutrient agar untuk sampel air dan media potato dextrose agar untuk sampel tanah, kemudian cawan petri digoyangkan dengan pola membentuk angka delapan. Selanjutnya dilakukan inkubasi selama 24 jam untuk sampel air dan 2 x 24 jam untuk sampel tanah, dimana selama inkubasi cawan petri diletakkan terbalik, hal ini dimaksudkan agar uap air yang berasal dari media tidak jatuh kembali ke atas media, sehingga media dapat rusak. Dari hasil pengamatan didapatkan data yaitu : untuk sampel air, jumlah koloni terbanyak pada pengenceran air sungai 10 -6 (1) yaitu sebanyak 8 koloni, sedangkan pada sampel tanah, jumlah koloni terbanyak pada pengenceran tanah -5
bawah pohon 10 (1) yaitu hanya sebanyak 2 koloni. Jika dilihat dari banyaknya koloni pada air sungai, hal ini disebabakan karena air sungai banyak mengandung bakteri
dibandingkan
dengan
air
kemasan
yang
mana
dalam
proses
pengolahannya sudah melalui proses sterilisasi. Sedangkan pada sampel tanah, yang banyak ditemukan jamur adalah tanah bawah pohon dibandingkan dengan tanah sampah, hal ini mungkin disebabkan terjadinya kontaminasi dalam proses isolasi, karena kita ketahui bersama seharusnya tanah sampah banyak memiliki jamur, karena kondisi tanahnya yang lembab dan banyaknya sampah yang telah membusuk. Dalam proses isolasi mikrobia ini didapatkan berbagai macam bentuk bakteri maupun fungi. Dimana untuk bakteri terdapat bentuk tidak beraturan & menyebar, bundar, bundar, dan rizoid. rizoi d. Sedangkan untuk tepiannya lebih beragam meliputi meliputi licin, bercabang, berombak, berlekuk, dan siliat. Untuk elevasi didominasi datar, cembung dan timbul. Dan untuk warna, semuanya sama yaitu berwarna putih
susu. Sedangkan untuk fungi hanya satu bentuk yaitu berbenang-benang dengan tepian yang siliat, elevasi yang datar da tar serta berwarna putih susu. Dari penjelasan bentuk, tepian, elevasi dan warna dari bakteri mapun fungi didapatkan suatu kesimpulan bahwa pada sumber mikroba yaitu air sungai, air kemasan, tanah bawah pohon dan tanah sampah hanya didominasi oleh satu ataupun dua jenis mikroba ataupun fungi saja. Hal ini kita dapat dari tidak terlalu beragamnya bentuk, tepian, elevasi maupun warna dari bakt eri dan fungi tersebut. Sumber-sumber bakteri dapat kita temukan pada sampel air sungai dan air kemasan, kemasa n, hal ini karena ba kteri lebih muda h hidup pada media ca ir. Hal ini kita ketahui dengan penggunaan media nutrient agar yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri dengan sumber sampel dari air sungai dan air kemasan. Sedangkan untuk sumber-sumber fungi atau jamur dapat kita gunakan tanah bawah pohon maupun tanah sampah, hal ini dikarenakan bahwa jamur atau fungi sangat suka tumbuh dan berkembang biak pada daerah yang lembab dengan sedikit air. Hal ini dapat kita ketahui dengan penggunaan media potato dextrose agar untuk menumbuhkan fungi atau jamur tersebut. Kebanyakan dari hasil percobaan terhadap sampel tanah tidak hanya ditumbuhi oleh jamur melainkan mikroba lain yaitu bakteri. Hal ini disebabkan karena terjadinya kontaminasi selama proses pengerjaan, baik saat sterilisasi alat, bahan maupun tangan praktikan yang tidak dilakukan secara benar. Selain itu terdapat pula media PDA dengan sampel tanah sampah yang tidak ditumbuhi oleh mikroba satupun, hal ini mungkin disebabkan terjadinya kesalahan yang diakibatkan oleh praktikan yang terlalu banyak berdiskusi ataupun terlalu sterilnya media sehingga jamur bahkan bakteri pun tidak dapat tumbuh.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari percobaan ini antara lain adalah dalam dala m proses isolasi mikrobia, mikrobia , kita dapat menggunakan menggunaka n berbagai macam maca m teknik, k, meliputi metode tuang ( pour ( pour plate), plate), metode sebar ( spread plate), plate), metode goresan ( streak plate ), ), pengenceran (dilution (dilution method ), ), serta micromanipulator (teh (teh micromanipulator method ). ). Manfaat dengan melakukan kultur murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu populasi populasi yang terdiri dari satu macam maca m mikroorganisme saja. Sumber-sumber mikroba dalam percobaan ini meliputi air sungai, air kemasan yang mana merupakan sampel sampel bakteri, sedangkan untuk jamur atau fungi dengan menggunakan sampel yang berasal dari tanah bawah pohon dan tanah sampah. Dari hasil pengamatan, bakteri banyak ditemukan pada sampel air sungai dengan pengenceran 10
-6
(1), sedangkan untuk jamur ditemukan pada sampel
tanah bawah pohon dengan pengenceran 10 -4 (2). Banyaknya bakteri maupun jamur yang tidak tumbuh pada media nutrient agar maupun potato dextrose agar, karena terjadinya kontaminasi pada saat pengerjaannya baik sterilisasi alat dan bahan, juga karena kesalahan praktikan yang berdiskusi selama proses isolasi bakteri dan jamur berlangsung. Selain itu penuangan media yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan media agar rusak sehingga menyulitkan mikroba untuk tumbuh.
4.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, hendaknya dilakukan dengan teliti dan disiplin. Praktikan dan alat-alat yang akan digunakan sebaiknya disterilisasi terlebih dahulu agar pada saat proses pengerjaan berlangsung, kontaminasi oleh mikroba lain dapat dikurangi. Selain itu selama praktikum berlangsung, praktikan hendaknya tidak terlalu banyak berdiskusi, karena dapat menyebabkan kontaminasi pada media tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Balbach, M. & L.C. Bliss. 1996. A Laboratory Manual for Botany. Saunders Collage Publishing, New York. Buckle, K.A. 1987. Jakarta.
lmu P angan. angan . I lmu
Penerbit Universitas Indonesia (UI Press),
Capuuuccino, J.G. & S. Natalie. 1983. Microbiology a Laboratory Manual . Addison-Wesley Publishing Company, Company, New N ew York. Djoelistee, Bertha. 2010. Perhitungan Bakteri pada Media NA (Nutrient Agar). http://btagallery.blogspot.com/2010 http://btagallery.blogspo t.com/2010/02/blog-post_6125 /02/blog-post_6125.html .html Diakses tanggal 10 Oktober 2010 Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi . Djambatan, Jakarta. Gaman, P.M. & K.B. Shernington. 1994. I lmu lmu P angan angan dan angan Nutrisi dan Mikrobiologi . UGM, Jakarta. P angan
engantar I lmu lmu P engantar
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam P raktek raktek : Teknik dan P rosedur rosedur Dasar Laboratorium. Laboratorium . PT Gramedia Pustaka Utama, Uta ma, Jakarta. Lim, D. 1998. Microbiology. Microbiology. WCB McGraw-Hill, McGra w-Hill, Missouri. Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi umum. umum . UMM Press, Malang.