LEUKOPLAKIA
DISUSUN OLEH: ANA ERDINA G99162148
LEUKOPLAKIA
I.
DEFINISI Menurut World Health Organization (WHO), leukoplakia merupakan lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut secara usapan atau kikisan dan secara klinis maupun histopatologis berbeda dengan penyakit lain di dalam mulut serta tidak dapat dihubungkan dengan sebab fisik atau kimia kecuali penggunaan tembakau.
II.
ETIOLOGI Etiologi leukoplakia belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Menurut beberapa ahli klinik, predisposisi leukoplakia terdiri atas beberapa faktor yaitu: faktor lokal, faktor sistemik, dan malnutrisi vitamin. 1. Faktor Lokal Biasanya merupakan segala macam bentuk iritasi kronis, antara lain: a. Trauma 1) Trauma karena gigitan tepi atau akar gigi yang tajam 2) Iritasi dari gigi yang malposisi 3) Pemakaian protesa yang kurang baik sehingga menyebabkan iritasi 4) Adanya kebiasaan menggigit jaringan mulut, pipi dan lidah b. Kimiawi 1) Tembakau Terjadinya iritasi pada jaringan mukosa mulut tidak hanya disebabkan oleh asap rokok dan panas yang terjadi pada waktu merokok, tetapi dapat juga disebabkan oleh zat-zat yang terdapat di dalam tembakau yang ikut terkunyah. Banyak peneliti yang berpendapat bahwa pipa rokok juga merupakan benda yang berbahaya, sebab dapat menyebabkan lesi yang spesifik pada palatum yang disebut "Stomatitis Nicotine". Pada lesi ini, dijumpai adanya warna kemerahan dan timbul pembengkakan pada palatum.
Selanjutnya, palatum akan berwarna putih kepucatan, serta terjadi penebalan
yang sifatnya
merata.
Ditemukan
pula
adanya
"multinodular" dengan bintik-bintik kemerahan pada pusat noduli. Kelenjar saliva membengkak dan terjadi perubahan di daerah sekitarnya. Banyak penelitian yang kemudian berpendapat bahwa lesi ini merupakan salah satu bentuk dari leukoplakia. 2) Alkohol Telah banyak diketahui bahwa alkohol merupakan salah satu faktor yang memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa. 3) Bakteri Leukoplakia dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri, penyakit periodontal yang disertai kebersihan mulut yang kurang baik. 2. Faktor Sistemik Selain dari faktor yang terjadi secara lokal di atas, kondisi dari membran mukosa mulut yang dipengaruhi oleh penyakit lokal maupun sistemik berperan penting dalam meningkatkan efektivitas yang bekerja secara lokal. a. Penyakit sistemik, penyakit sistemik yang behubungan dengan leukoplakia antara lain adalah sifilis tertier, anemia sidrofenik, dan xeroftalmia yang disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva. b. Bahan-bahan yang diberikan secara sistemik seperti alkohol, obat-obat antimetabolit, dan serum antilimfosit spesifik. 3. Faktor Malnutrisi Vitamin Defisiensi vitamin A diperkirakan dapat mengakibatkan metaplasia dan keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan epitel mukosa respiratorius. Beberapa ahli menyatakan bahwa leukoplakia di uvula merupakan manifestasi dari pemasukkan vitamin A yang tidak cukup. Apabila kelainan tersebut parah, gambarannya mirip dengan leukoplakia. Selain itu, pada percobaan dengan menggunakan binatang tikus, dapat
diketahui bahwa kekurangan vitamin B kompleks akan menimbulkan perubahan hiperkeratotik. III.
PATOFISIOLOGI Pasien dengan idiopatik leukoplakia memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Downer dan kawan-kawan pada sejumlah pasien leukoplakia, 4-17% lesi bertransformasi menjadi tumor maligna pada kurun waktu 20 tahun. Data hasil penelitian pada premaligna leukoplakia membuktikan bahwa perubahan epitel pada penyakit ini disebabkan oleh transformasi displastik. Perubahan patologi yang utama pada leukoplakia diperlihatkan oleh diferensiasi epitel yang abnormal dengan peningkatan permukaan keratinisasi menghasilkan penampakan mukosa yang putih. Hal ini diikuti pula oleh penebalan pada epitelium, bahkan epitel bisa menjadi atrofi atau akantosis (perubahan lapisan tanduk). Banyak penelitian memperlihatkan adanya perubahan genetika akan mempengaruhi perubahan pada ekspresi gen keratin, perubahan siklus sel, dan peningkatan ekspresi sel yang kehilangan sifat heterozigotnya. Stres oksidatif dan kerusakan DNA akibat produk nitrogen reaktif, seperti induksi nitrit oksida dan mekanisme inflamasi, juga memiliki implikasi pada leukoplakia dan transformasinya dari displasia menjadi karsinoma.
IV.
TANDA DAN GEJALA Leukoplakia ditandai dengan adanya plak putih yang tidak bisa digolongkan secara klinis atau patologis ke dalam penyakit lainnya. Leukoplakia merupakan lesi prakanker yang paling banyak, yaitu sekitar 85% dari semua lesi prakanker. Lesi ini sering ditemukan pada daerah alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum, daerah dasar mulut, gingival, mukosa lipatan bukal, serta mandibular alveolar ridge. Bermacam-macam bentuk lesi dan daerah terjadinya lesi tergantung dari awal terjadinya lesi tersebut, dan setiap individu akan berbeda.
Lesi awal dapat berupa warna kelabu atau sedikit putih yang agak transparan, berfisura atau keriput dan secara khas lunak dan datar. Biasanya batasnya tegas tetapi dapat juga berbatas tidak tegas.Lesi dapat berkembang dalam minggu sampai bulan menjadi tebal, sedikit meninggi dengan tekstur kasar dan keras. Lesi ini biasanya tidak sakit, tetapi sensitif terhadap sentuhan, panas, makanan pedas dan iritan lainnya. Selanjutnya leukoplakia dapat berkembang menjadi granular atau nodular leukoplakia. Leukoplakia juga dapat berkembang dan berubah bentuk menjadi eritroplakia.Terdapat tipe klinis leukoplakia, antara lain: 1. Leukoplakia Homogen. Dalam perkembangannya, leukoplakia dapat menjadi semakin meluas, menebal, disebut leukoplakia homogen. Pada tipe ini, terutama berupa lesi putih yang datar dan tipis. Lesi ini dapat terlihat sebagai retakan yang dangkal dengan permukaan yang halus atau berkerut. Teksturnya konsisten. Tipe ini biasanya asimptomatik. 2. Leukoplakia non-homogen, terutama berupa lesi putih atau putih disertai merah (eritroplakia). Permukaan lesi ireguler, bisa rata, nodular (speckled leukoplakia) atau exophytic (exophytic atau verrucous leukoplakia). Pada verrucous leukoplakia, permukaan lesi tampak sudah menonjol, berwarna putih, tetapi tidak mengkilat. Tipe leukoplakia ini biasanya disertai dengan keluhan ringan berupa ketidaknyamanan atau nyeri yang terlokalisir. 3. Proliferative verrucous leukoplakia merupakan tipe leukoplakia yang agresif yang hampir selalu berkembang menjadi malignansi. Tipe ini ditandai dengan manifestasi multifokal dan meyebar luas, sering terjadi pada pasien dengan faktor risiko yang tidak diketahui. Secara umum, leukoplakia non-homogen memiliki risiko yang lebih tinggi untuk bertransformasi
menjadi
malignan,
tetapi
oral
carcinoma
dapat
berkembang dari berbagai jenis leukoplakia. V. DIAGNOSIS Penegakan diagnosis leukoplakia masih sering mengalami kendala. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti etiologi leukoplakia yang belum
jelas serta perkembangan yang agresif dari leukoplakia yang mula-mula hanya sebagai hiperkeratosis ringan namun dapat menjadi karsinoma sel skuamosa dengan angka kematian yang tinggi. Berdasarkan konsep yang diterima oleh World Health Organization maka batasan leukoplakia adalah lesi yang tidak ada konotasi histologinya dan dipakai hanya sebagai deskripsi klinis. Jadi definisinya adalah suatu penebalan putih yang tidak dapat digosok sampai hilang dan tidak dapat digolongkan secara klinis atau histologi sebagai penyakit-penyakit spesifik lainnya (contoh: seperti likhen planus, lupus eritematosus, kandidiasis, white sponge naevus). Leukoplakia didiagnosis banding dengan lesi putih lain seperti likhen planus, jamur, sifilis, leukoplakia berambut, atau karsinoma. Untuk menyingkirkan diagnosis banding, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. Pemeriksaan yang teliti pada seluruh rongga mulut dan nodus limfa pada leher diperlukan untuk membuat diagnosis yang akurat dari leukoplakia mulut. Tes serologis diperlukan untuk mengeksklusi sifilis sebagai faktor etiologi. Jika lesi mengandung nodul keras, atau terdapat ulserasi atau papillomatous, atau terfiksasi dengan jaringan dasarnya, maka diperlukan biopsi untuk mengeksklusi bahwa lesi tersebut disebabkan oleh kanker. Terdapat juga lesi lain dengan etiologi yang tidak diketahui yang mungkin akan menyulitkan penegakan diagnosis. Psoriasis merupakan salah satunya, lesi ini memiliki gambaran seperti renda (lacelike), mengkilat dan lebih superfisial dibandingkan dengan leukoplakia. Kedua adalah lichen planus, biasanya tampak sebagai spot putih kecil hingga besar dapat juga berbentuk gelang (annular) atau papular. V.
PENATALAKSANAAN Penanganan leukoplakia dapat dibagi menjadi 2 tindakan, yaitu: 1. Penanganan medis Tujuan dari penanganan ini adalah untuk mendeteksi dan mencegah perubahan leukoplakia menjadi sel ganas. Bila leukoplakia masih berupa plak putih saja, tidak diperlukan tindakan khusus untuk menanganinya.
Terdapat beberapa tindakan yang disarankan untuk dilakukan, akan tetapi hingga saat ini belum ditemukan pengobatan definitif untuk penyakit ini. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan diantaranya: a) Tunggu dan amati b) Pemberian obat, misalnya agen antiinflamasi, vitamin, agen sitotoksik c) Tindakan operasi, misalnya laser, scapel, cryosurgery, electrocautery, terapi photodynamic Pasien juga harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan leukoplakia seperti rokok dan alkohol. Penyakit ini dapat dapat sembuh dengan sendirinya atau malah bertambah buruk dengan mengalami displasia. Displasia pada lesi yang terdapat di daerah dengan resiko tinggi kanker harus ditangani secara serius dan lesi harus segera diangkat. 2. Penanganan operasi Tindakan operasi masih menjadi penanganan pilihan untuk leukoplakia kecil. Electrocautery, cryosurgery dan laser sama-sama efektif, dimana proses ini sangat tergantung kepada kemampuan patologis untuk mengevaluasi luas serta derajat displasia yang terjadi. Pasien juga harus diperiksa secara berkala, kira-kira setiap 2-3 bulan sekali karena tingkat kekambuhan penyakit yang sangat tinggi. Pasien yang tidak mengalami kekambuhan selama 3 tahun tidak perlu melakukan pemeriksaan berkala lagi,
tapi pasien dengan
residual
leukoplakia harus melakukan
pemeriksaan berkala seumur hidup. VI.
PROGNOSIS Prognosis leukoplakia baik dan deformitas akibat operasi juga bisa diminimalkan bila penyakit ditemukan pada stadium awal. Selain itu, kanker pada mukosa mulut yang diasosiasikan dengan leukoplakia sebagai lesi prakankernya juga menunjukkan prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Neville WB, Day AT (2002). Oral cancer and precancerous lesions. In CA Cancer J Clin,52:195 2. Soukos N (2008). Oral Leukoplakia, Idiopathic. Medscape. http://emedicine.medscape.com/article/853864-overview#showall 3. Burket (1994). Lesi merah dan lesi putih pada mukosa mulut. Dalam Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosis dan terapi. Alih Bahasa : Drg. P. P. Sianita Kurniawan. Edisi kedelapan, 299-316. 4. Kai HL, Ajith DP (2009). Oral white lesions: pitfalls of diagnosis. MJA, 190 (5): 276 5. Hasibuan S (2004). Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut. USU Digital Library.