LAPORAN PENDAHULUAN VAGINITIS
OLEH
1. Ni Luh Anda Kristianti
(102011503)
2. Bima Elsa Paulina Sitinjak
(102011505)
3. Gusti Ayu Kade Widya Aryanti (102011518)
SI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JEMBRANA 2017
LAPORAN PENDAHULUAN VAGINITIS
I. Tinjauan Teori A.
Definisi
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah mukosa vagina lembab. Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri, jamur serta virus yang bisa dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis. Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2001). Vaginitis adalah inflamasi vagina yang di cirikan oleh perubahan sekresi cairan vagina, yang dapat banyak, berbau, dan urulen, dan dapat diikuti oleh disuria dan pendarahan vagina. Sering terdapat gatal pada vulva, dan klien umumnya mengeluh ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia. (Black and Hawks, 2009).
LAPORAN PENDAHULUAN VAGINITIS
I. Tinjauan Teori A.
Definisi
Kebanyakan wanita pemberitahuan dari waktu ke waktu bahwa mereka memiliki cairan dari vagina. Ini adalah proses normal yang menjaga daerah mukosa vagina lembab. Tetapi tidak hanya itu daerah vagina yang lembab bisa berubah menjadi sarang berkumpulnya bakteri-bakteri, jamur serta virus yang bisa dengan mudah hidup di daerah tersebut dan bisa menimbulkan penyakit,seperti yang terdapat di daerah vagina yang biasa di sebut sebagai vaginitis. Vaginitis (colpitis) adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai bakteri, parasit atau jamur (Manuaba. 2001). Vaginitis adalah inflamasi vagina yang di cirikan oleh perubahan sekresi cairan vagina, yang dapat banyak, berbau, dan urulen, dan dapat diikuti oleh disuria dan pendarahan vagina. Sering terdapat gatal pada vulva, dan klien umumnya mengeluh ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia. (Black and Hawks, 2009).
B.
Etiologi
Penyebab dari vaginitis adalah Candida albicans, Trichomonas vaginalis, Neisseria gonorrhoeae, Hemophilus vaginalis. Penyebab lain meliputi gabungan bedak tabur, cacing kremi, benda asing, hygiene perineum yang buruk. Menurut Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vaginitis : 1. Vulvovaginitis pada anak 2. Sering disebabkan oleh gonorrhea atau corpus al lienum. 3. Kolpitis senilis 4. Disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi. 5. Kolpitis pada masa reproduktif a. Masturbasi b. Corpus allienum : pessaerium, obat atau alat kontrasepsi kapas c. Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin
C. Klasifikasi
1. Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans. Penyebab : a. Hygiene yang kurang. b. Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah yang tinggi, dan pemberian antibiotik berspektrum l uas. Tanda dan gejala : a. Pruritus vulvae. b. Nyeri vagina yang hebat. c. Disuria eksterna dan interna. d. Rash pada vulva. e. Eritematosa. f.
Sekret khas seperti keju lembut.
2. Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Penyebab : a. Hubungan seksual. Tanda dan gejala : a. Secret banyak dan bau busuk.
b. Disuria eksterna dan interna. c. Pruritus vulva. d. Edema vulva. 3. Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis. Penyebab : a. Hygiene yang kurang. b. Hubungan seksual. Tanda dan gejala : a. Vagina berbau busuk dan amis. b. Sekret encer, kuning sampai abu-abu. 4. Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi estrogen. Penyebab : a. Pasca menopause rentan terhadap infeksi. Tanda dan gejala : a. Pendarahan pervaginam. b. Disuria eksterna. c. Pruritus. d. Dispareunia. e. Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpa rugae.
D.
Manifestasi Manifestasi Klinis
Manifestasi vaginistis dicirikan dengan perubahan sekresi cairan vagina (lekorea) yang berjumlah banyak, berbau, dan bersifat purulen, kadang disertai dengan disuria dan perdarahan pada vagina. Wanita dengan vaginitis sering mengeluhkan
gatal
pada
vulva,
dan
klien
umumnya
mengeluhkan
ketidaknyamanan saat berkemih juga dispareunia (Black, J M dan Hawks, J H, 2014). Menurut Sinklair & Webb (1992) dalam Febri (2014), manifestasi yang terdapat pada vaginitis dibagi menjadi dua yaitu :
1. Vaginitis Akut Pada sekitar vagina akan didapatkan pruritus, terasa panas, eritema, edema, perdarahan, nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu berjalan, duduk dan retensi urine akut), Ulserasi serta adanya vesikel. (Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014). 2. Vaginitis Kronik Jika vaginitis sudah dalam tahap kronik, didapatkan Inflamasi hebat dengan edema minimal, pruritus hebat dengan ekskoriasi, infeksi sekunder dengan daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha yang berdekatan, anus, sekitar paha, lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma, dan hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva (Sinklair & Webb, 1992 dalam Febri, 2014). Pada vaginitis trichomonas, gejala utamanya ialah fluor (keputihan) yang banyak, berbau amis dan berbusa, flour berwarna kehijauan sampai abu-abu dan fronthy appearance. Pada pemeriksaan mikroskopis dengan Nacl tampak banyak leukosit dan organisme berflagel niselule hidup dan motil (patognomonis). Gejala utama pada vaginitis yang disebabkan oleh clamidia, sama seperti vaginitis pada umumnya. Tanda klinis pada pemeriksaan mikroskopis dengan NaCl ditemukan leukosit banyak, tanpa clue cell, jamur atau trikhomonas. Sedangkan gejala pada vaginitis artofikan yang disebabkan oleh menopause, yang ditimbulkan ialah vagina gatal, kering, dispareunia, kadang perdarahan pervaginaan (Kurniawati, D dan Hanifah M, 2009).Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah proteinuria, yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerolus. Penyebab peningkatan permeabilitas ini tidak diketahui tetapi dihubungkan dengan hilangnya glikoprotein bermuatan negatif pada dinding kapiler. Mekanisme timbulnya edema pada sindrom nefrotik disebabkan oleh hipoalbumin akibat proteinuria. Hipoalbumin menyebabkan penurunan tekanan onkotik
plasma
sehingga
terjadi
transudasi
cairan
dari
kompartemen
intravaskulerke ruangan interstitial. Penurunan volum intravaskuler menyebabkan penurunan perfusi
renal
sehingga
mengaktivasi
sistem
reninangiotensin-
aldosteron yang selanjutnya menyebabkan reabsorpsi natrium di tubulus distal
ginjal. Penurunan volum intravaskuler juga menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik (ADH) yang akan meningkatkan reabsorpsi air di tubulus kolektivus. Mekanisme terjadinya peningkatan kolesterol dan trigliserida akibat 2faktor. Pertama, hipoproteinemia menstimulasi sintesis protein di hati termasuk lipoprotein. Kedua, katabolisme lemak terganggu sebagai akibat penurunan 2 kadar lipoprotein lipase plasma (enzim utama yang memecah lemak di plasma darah).
E. Patofisiologi
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal, misalnya C. albicans pada kasus infeksi monolia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis non spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme lainnya, organisme ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Nisseria gonorrhoea dapat menimbulkan gejala . Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis atau C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit, termasuk T. vaginalis, menghasilkan secret purulen. Diantara wanita dengan vaginitis non spesifik. Baunya disebabkan oleh terdapatnya amina dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh efek vasodilatasi local. Produk lainnya dapat merusak sel-sel epitel dengan cara sama dengan infeksi lainnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan preparat basah Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverglass. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x untuk melihat Clue cells
yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri sehingga tepinya tidak terlihat jelas. Pemeriksaan ini memilki sensivitas 60% dan spesifitas 98% (Srinivasan, 2008). 2. Whiff test Dinyatakan positif jika bau amis timbul setelah penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil dari bakteri anaerob (Srinivasan, 2008). 3. Tes lakmus Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Ditemukan kadar pH > 4,5 (Srinivasan, 2008). 4. Pewarnaan gram Ditemukan penurunan jumlah Lactobacillus dan peningkatan jumlah bakteri anaerob (Srinivasan, 2008). 5. Kultur vagina Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial vaginosis karena bakteri ini ditemukan hampir 50% pada perempuan normal (Srinivasan, 2008). 6. Tes proline aminopeptidase yang dihasilkan oleh bakteri anaerob, karena Lactobacillus tidak menghasilkan zat tersebut. (Srinivasan, 2008). Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis bakterial vaginosis, diantaranya adalah: a. Kriteria Amsel Kriteria ini memiliki tingkat spresifitas yang lebih tinggi daripada pewarnaan gram. Kriteria
ini
paling sering digunakan untuk
mendiagnosis vaginitis bakterial. Diagnosis dapat ditegakkan jika didapatkan minimal tiga dari empat kriteria. (Srinivasan, 2008). 1) Secret vagina yang homogen, putih, dan tipis melekat pada vagina 2) pH vagina > 4,5 Peningkatan pH dapat menyebabkan terlepasnya amin (trimetilamin).
3) Secret vagina yang berbau amis setelah penambahan KOH khitfg jika didapatkan bau amis setelah menambahkan satu tetes 10- 20% KOH (potasium hidroxide) pada sekret vagina. 4) Ditemukannya
sel
Clue
pada
pemeriksaan
mikroskopis
menggunakan preparat salin basah. Pada pemeriksaan sampel pasien vaginitis bakterial didapatkan adanya peningkatan jumlah kuman Gardnerella. Sel squamosa normal memiliki ciri selnya runcing diujungnya, jernih, tepi yang lurus, sedangkan sel Clue memiliki ciri granular, tidak jernih, dan pinggir yang kasar. Sel Clue adalah sel epitel vagina yang batas tepinya sudah tidak terlihat jelas karena terdapat banyak bakteri yang menempel pada permukaan sel tersebut. Ditemukannya sel Clue pada pemeriksaan mikroskopis memiliki sensivitas 98% dan spesifitas 94,3% (Srinivasan, 2008).
G. WOC
Zat asing
Candida albicans
Peningkatan konsentrasi flora normal
Hygine kurang
Nisscria gonorrhea Trichomonas vaginalis
Perubahan hormonal
Hubungan seksual
Infeksi epitel vagina
VAGINITIS
Radang supuratif
Transmisi hematogen
Erupsi dermal pada mukosa vagin
Resiko Infeksi
Mukosa vagina mengalami perubahan
Mengalami stres Pruritis Merangsang pusat termoregulasi di hipotalamus
Menggaruk bagian vagina yang gatal
Peningkatan kerja syaraf parasimpatik
Respon sekunder Lesi pada mukosa vagina Peningkatan suhu tubuh
Kerusakan Integritas Kulit
Respon inflamasi
Hipertermia
Peningkatan kerja sel parietal
Produksi HCL menigkat
Penurunan kepercayaan diri
Dampak pada pasangan
Perubahan pola seksual
Disfungsi Seksual
Pelepasan mediator nyeri
Gangguan rasa nyaman
Nyeri Akut
Anoreksia Nausea Vomitus
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Muntah
Kekurangan Volume Cairan
II. Tinjauan Kasus A. Pengkajian
Terdiri dari DS (data subjektif) dan DO (data objektif). Data subjektif merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengkajian terhadap pasien atau keluarga pasien (apa yang dikatakan pasien atau keluarga pasien), sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan. 1. Identitas : a. Nama : sebagai identitas, upayakan agar petugas kesehatan memanggil dengan nama panggilan agar hubungan komunikasi menjadi lebih baik. Wanita lebih rentan terkena vaginitis dari pada laki-laki karena pada laki-laki itu tidak memilki siklus mentruasi yang berisiko mengalami keputihan. b. Usia: Vaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia 1) Anak : usia < 13 tahun 2) Pubertas : > 14 tahun 3) Reproduksi : 20 – 35 tahun 4) Menopuose : > 55 tahun c. Pendidikan : untuk mengetahui tingkatan pengetahuan sehingga dalam memberikan asuhan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan klien d. Agama : sebagai dasar untuk memberikan dukungan mental dan spiritual terhadap klien dan keluarga e. Suku : data ini berhubungan dengan sosial budaya yang dianut oleh klien dan keluarga dan mempengaruhi pemberian konseling, informasi, dan edukasi f.
Status pernikahan : untuk mengetahui status pernikahan pada klien, supaya memperoleh data yang spesifik
g. Alamat : data ini untuk mengetahui tempat tinggal klien sehingga memudahkan pengkaji bila sewaktu-waktu memerlukan keterangan lebih lanjut tentang klien serta keadaan lingkunan klien yang dapat mempengaruhi kejadian vulvovaginitis
2. Keluhan Utama Merupakan jawaban terhadap pertanyaan, “ masalah atau gejala apa yang membuat anda datang kesini saat ini?”. Jika klien menyebut dari satu alasan, maka fokus pada salah satu hal yang menurutnya paling mengganggu. 3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan – keluhan yang mungkin dirasakan pada ibu dengan vaginitis diantaranya: 1) Terdapat leukorea yang encer sampai kental, bewarna kekuningkuningan dan agak berbau, keputihan yang meyebabkan rasa gatal yang membakar pada vulva dan vagina, kadang-kadang ser ing sakit saat BAK. (Terjadi pada usia reproduksi dengan pola seksual yang sering) → Trikomonas. 2) Terdapat leukorea berwarna keputih-putihan dan vulva sangat gatal, pada dinding vulva dan vagina juga terdapat membranmembran kecil berwarna putih (Terjadi pada anak/pubertas dan juga pada masa reproduksi) → Kandida albicans. 3) Terdapat leukorea berwana putih bersemu kelabu, kadangkadang kekuningan
dengan
bau
yang
kurang
sedap,
terasa
gatal
→Hemofilus vaginalis vaginitis. 4) Terdapat leukorea dan rasa gatal hingga pedih, disuria dan sering kencing (Terjadi pada masa menopuose) → Vulvovaginitis atrofikans. 4. Riwayat Kesehatan dahulu Penyakit infeksi (campak, gondongan, batuk rejan, cacar air, demam rematik, difteria, polio, tuberculosis, hepatitis, 33 meningitis), penyakit kronik dan sistemik (diabetes mellitus, atritis, stroke, tiroid, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, kanker, anemia, bulan sabit), kecelekaan dan perlukaan, operasi, pembedahan, hospitalisasi, transfusi darah, riwayat imunisasi (BCG, polio, DPT, hepatitis, campak, MMR, Varicela, influenza, vaksin pneumokokus, uji tuberkulin, TB terakhir), pemeriksaan
skrinning
terakhir
(tes
pap,
mamogram,
uji
samar
darah
tinja,
sigmoidoskopi atau kolonoskopi, hematokrit, hemoglobin, titer rubela, urinalisis, tes kolesterol, EKG, penglihatan terakhir, gigi dan pemeriksaan pendengaran), pengobatan saat ini (nama obat, dosis, frekuensi, durasi, alasan konsumsi, kepatuhan terhadap pengobatan, pengobatan rumah, penggunaan obat yang dijual bebas, vitamin, suplemen/mineral herbal yang digunakan dalam periode 24 jam. 5. Riwayat perkawinan Usia perkawinan, lama perkawinan pernikahan ke berapa? 6. Riwayat kebidanan a. Riwayat mensturasi (usia saat menarche,periode,mensturasi terakhir, pola mensturasi, keluhan atau gejala yang dirasakan menjelang, saat dan
setalah
mensturasi,panjangsiklus,durasi,jumlah
darah,
intermenstrual, pendarahan, sifat darah (warna,bau,cair/gumpalan). b. Perimenopause atau menupause (pola pendarahan, gejala vasomotor, terapi penggantian hormon yang digunakan). c. Kontrasepsi
(metode
digunakan,metode
sekarang,kepuasan sebelumnya,
dengan
termasuk
metode
yang
komplikasi,alasan
dihentikan). 7. Riwayat obstetrik Riwayat
kehamilan,riwayat
persalinan,
abortus
dan
nifas
sebelumnya,masalah kesehatan selama kehamilan, persalinan dan nifas terdahulu,riwayat kehamilan sekarang ( klien merasa hamil berapa bulan,keluhan waktu hamil,gerakan anak pertama dirasakan, imunisasi, pembedahan BB selama hamil, pemeriksaan 34 kehamilan,teratur atau tidak teratur, tempat pemeriksaan , dan hasil pemeriksaan). 8. Riwayat keluarga Informasi mengenai usia, kesehatan dan kematian anggota keluarga yang digambarkan melalui genogram. Anamnesa adanya riwayat diabetas, penyakit jantung, hipertensi, stroke, atau masalah pernafasan, ginjal, tyroid, kanker dan gangguan perdarahan, hepatitis, alergi,asma,ateritis, TB, epilepsy,penyakit mental, infeksi HIV.
9. Pemeriksaan terhadap terjadinya kekerasan a. Pernakah klien dipukul,ditendang,ditampar,dipaksa berhubungan seks yang tidak diinginkan? b. Pernahkah klien mengalami kekerasan verbal/emosional? c. Apakah klien mengalami kekerasan pada usia anak-anak? Jika iya sudahkah klien menerima konseling ataukah klien perlu dirujuk? 10. Pola kebutuhan fungsional a. Perubahan pemenuhan aktifitas sehari-hari (nutrisi; diet, kafein, nikotin, alkohol, obat-obatan terlarang atau retreasional; eliminasi, personal hygine,
istirahat
tidur,
bekerja,
aktifitas,
olahraga
regularitas,
seksualitas; apakah klien aktif secara seksual?dengan pria, wanita atau keduanya? Apakah perilaku seks yang mengurangi resiko? b. Pola persepsi manajemen keperawatan kesehatan, pola koping dan stress, pola nilai dan keyakinan yang dianut, pola konsep diri dan persepsi diri, pola komunikasi. 11. Lingkungan Kondisi rumah,sekolah,tempat bekerja, tempat bermain,pajanan terhadap panas atau dingin yang ekstrim, racun industri (asbes, timbal, pestisida), radiasi tinja kucing atau asap rokok. 12. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang . Lampu sorot tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedic perempuan,
sedangkan
pada
pemeriksaan
pasien
laki-laki,
dapat
didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan:
a. Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus selalu menggunakan sarung tangan. Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa. b. Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan genitalia (pada keadaan tertentu, kadang – kadang pasien harus membuka seluruh pakaiannya secara bertahap). 1) Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam posisi litotomi. a) Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi mons pubis, labia, dan perineum. b) Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia,
perhatikan
adakah
kemerahan,
pembengkakan,
luka/lecet, massa, atau duh tubuh. c) Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya. d) Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar getah bening setempat (regional). e) Bilamana
tersedia
fasilitas
laboratorium,
sekaligus
dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan 2) Pemeriksaan spekulum Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum serta pengambilan spesimen a) Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar pasien tidak merasa takut. b) Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl. c) Setiap pengambilan bahan harus menggunakan speculum steril (sesuaikan ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit steril. d) Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar pelan-pelan sampai daun
spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi. e) Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan specimen 1. Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron steril untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron yang lain dibuat sediaan biakan. 2. Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin. 3. Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan hapus. 4. Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus f) Cara melepaskan speculum : kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum dalam posisi tertutup, putar speculum 90̊ sehingga daun spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan. Pada pasien perempuan berstatus belum menikah
tidak
dilakukan pemeriksaan
dengan
spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang beum menikah
namun
diperlukan
sudah
informed
aktif
berhubungan
consent
sebelum
seksual,
melakukan
pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak pemeriksaan
dengan
spekulum,
pasien
menggunakan bagan alur tanpa speculum.
ditangani
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan Vaginitis adalah sebagai berikut : 1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual. Muntah, intake tidak adekuat. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ( menggaruk) lesi pada mukosa vagina. 4. Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, muntah, intake nutrisi tidak adekuat. 5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi. 6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh ( proses penyakit, trauma). 7. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. C.
Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi kerusakan jaringan, suplay vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri berkurang/dapat teratasi Kriteria Hasil : a. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang) b. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai situasi individu. Rencana tindakan : a. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk mengurangi nyeri. Rasional : Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi at au efektifitas intervensi yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena mengganggu fisik dan psikologi. b. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional. Rasional : Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus
c. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi therapeutik melalui sentuhan. Rasional : Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan kontrol d. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai kebutuhannya Rasional : Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat n yeri dan minimum ada keterlibatan dalam ADLs. e. Kolaborasi: kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter. Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat. Rasional : Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, intake yang tidak adekuat. Tujuan dan kriteria hasil:Setelah dilakukan tindakan perawatan selama diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil: Kriteria Hasil : a. TTV normal b. Turgor kulit baik c. Haluaran urin tepat secara individu d. Kadar elektrolit dalam batas normal. Rencana tindakan : a. Catat intake dan output secara akurat. Pantau tanda-ta nda vital, catat adanya perubahan tanda vital. Rasional : hipovolemia dapat dimanisfestasikan oleh hipotensi dan takikardi b. Kaji Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa Rasional : demam dengan kulit kemerahan, kering menunjukkan dehidrasi. c. Berikan Pantau masukan dan pengeluaran cairan. Rasional : merupakan indicator dari dehidrasi, memberi perkiraan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan program pengobatan.
d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung. Rasional : mempertahankan volume sirkulasi. e. Berikan terapi cairan parenteral, pantau pemeriksaan laboratorium(Ht, BUN, Na, K) Rasional : mempercepat proses penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan cairan 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik ( menggaruk) lesi pada mukosa vagina. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit dapat teratasi. Kriteria Hasil : a.
TTV dalam rentang normal
b.
Turgor kulit baik
c.
Tidak ada eritema
d.
Lesi berkurang
Rencana tindakan : a. Ukur tanda-tanda vital. Rasional : Untuk mengetahui derajat/ adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan intevensi selanjutnya. a. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk area yang mengalami gatal. Rasional: mencegah terjadinya luka dan infeksi. b. Ajarkan klien dan keluarga tentang perawatan vulva hygiene. Rasional : meningkatkan kemampuan pasien dan keluarga tentang kebersihan genetalia. c. Monitor tanda-tanda infeksi seperti bau, eritema, dan demam Rasional : mengetahui tanda - tanda infeksi. d. Kolaborasi pemberian antibiotic topical. Rasional : mengatasi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme penyebab vaginitis.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, muntah, intake nutrisi tidak adekuat. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil : a.
Nafsu makan bertambah
b.
Makan habis 1 porsi
c.
Tidak ada tanda malnutrisi
Rencana tindakan : a. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya. b. Berikan
makanan
yang
hangat
dalam
porsi
sedikit
tapi
sering
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat c.
Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung Rasional
:
Mengurangi
pemberian
asam
lambung
yang
dapat
menyebabkan mual dan muntah. d. Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan Rasional : Menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah. e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiemetik dan antibiotik Rasional : Menghilangkan mual. f. Kolaborasi dengan ahli gizi Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.
5. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hipertermi dapat teratasi. Kriteria hasil : a. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 C – 37,5 ̊ C)
̊
b. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
Rencana tindakan: a. Monitor temperatur suhu tubuh. Rasional : Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut b. Observasi tanda – tanda vital (suhu,tensi, nadi, pernafasan, dan perubahan warna kulit). Rasional : Tanda – tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan yang banyak. d. Berikan kompres pada lipatan axila dan paha. Rasional : menurunkan panas lewat konduks e. Berikan antipiretik sesuai program tim medis Rasional : menurunkan panas pada pusat hipotalamus
6. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh ( proses penyakit, trauma). Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan disfungsi seksual dapat teratasi. Kriteria hasil : a. Menunjukkan dapat beradaptasi dengan ketidakmampuan fisik. Rencana tindakan: a. Diskusikan efek dari situasi penyakit atau kesehatan pada seksualitas. Rasional : mengetahui hal – hal yang dapat muncul akibat penyakit. b. Dorong pasien untuk mengungkapkan kekhawatiran dan mengajukan pertanyaan tentang seksualitasnya. Rasional : meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap pasangan. c. Beri rujukan atau konsultasikan dengan tim kesehatan lain dan terapi seksual. Rasional : menentukan tindakan lanjutan.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko infeksi dapat teratasi. Kriteria hasil : a.
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan: a. Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering. Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi dalam mengatasi perasaan cemas. b. Tingkatkan masukan cairan adekuat. Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh c. Kaji tingkat ansietas yang dialami oleh pasien Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pasien. d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia. Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan.
D.
Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
E.
Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.NY DENGAN DIAGNOSA MEDIS VAGINITIS DI RUANG BAKUNG RUMAH SAKIT UMUM NEGARA TANGGAL 25 – 28 NOVEMBER 2017
I. PENGKAJIAN 1. Identitas a. Identitas Pasien
Nama
: Ny. NY
Umur
: 32 Tahun
Agama
: Hindu
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Suku Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Mendoyo Dauh Tukad
Tanggal Masuk
: 25 November 2017
Tanggal Pengkajian : 25 November 2017 No. Register
: 10202077
Diagnosa Medis
: Vaginitis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn.TN
Umur
: 37 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Suami Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Mendoyo Dauh Tukad
2. Status Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) Saat MRS
: Pasien mengeluh nyeri pada alat kelamin
Saat ini
: Pasien mengeluh nyeri pada alat kelamin
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini Pasien mengatakan sejak 7 hari yang lalu pasien mengeluh nyeri pada alat kelamin,. Pada tanggal 23 November 2017, pasien dibawa oleh keluarga ke puskesmas 1 Mendoyo dan sempat dirawat inap selama 1 hari tetapi kondisi pasien semakin parah. Oleh karena itu, pihak puskesmas menyarankan agar pasien dirujuk ke Rumah Sakit Umum Negara. Pada tanggal 25 November 2017 pukul 09.00 Wita, pasien dirujuk ke UGD Rumah Sakit Umum Negara, kemudian pasien dirawat diruang Bakung. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri pada alat kelamin, pasien mengatakan nyeri timbul karena terdapat luka pada alat kelamin, nyeri dirasakan semakin hebat pada saat berhubungan suami istri, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan terasa panas, skala nyeri 6 dari 0-10 skala yang diberikan, nyeri dirasakan pada alat kelamin, nyeri dirasakan saat berjalan dan bergerak. Saat dilakukan pengkajian ditemukan hasil TTV yaitu TD 140/80 mmHg, Nadi 112 x/menit, Suhu 38,8 0 C, RR 20 x/menit. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Keluarga
pasien
mengatakan
upaya
yang
dilakukan
untuk
mengatasinya dengan berobat beberapa kali periksa dengan dokter di puskesmas.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami Sebelumnya pasien memilki riwayat penyakit hipertensi yang mana pada saat itu pasien hanya berobat dirumah dan bila gejala berlanjut pasien hanya membawanya ke puskesmas.
2) Pernah dirawat Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di Rumah Sakit
manapun,
paien
mengatakan
hanya
periksa/kontrol
di
Puskesms 1 Mendoyo. 3) Alergi Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat dan debu. 4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum kopi alcohol dan lain lain. 5) Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi, ayah dan ibu kadung pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. 6) Diagnosa Medis dan therapy Diagnosa
: Vaginitis
Therapy
: 1. IVFD NaCl 20 tpm 2. Kodein 3 x 50 mg 3. Injeksi IV Ceftriaxone 1 x 50 ml 4. Paracetamol 3 x 500 mg
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Pasien mengatakan keadaan sehat itu dapat beraktivitas dengan baik. Pasien mengatakan keadaan sakit merupakan keadaan tubuh yang lemah dan tidak dapat melakukan kegiatan apapun. b. Pola Nutrisi-Metabolik Sebelum sakit
: Pasien mengatakan makan 3 x sehari dengan porsi cukup dengan menu tempe, tahu, ikan minum ± ( 1500 ml),/ hari
Saat sakit
: Pasien mengatakan nafsu makan biasa, makan 3 x/hari dengan porsi cukup dengan menu tempe, sayur, telur, dan terkadang diselingi dengan makan bubur, minum ± (1200 ml)
c. Pola Eliminasi 1) BAB Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB teratur, 1 x sehari disetiap pagi hari dengan feses lembek, tidak disertai darah Saat sakit
: Pasien mengatakan BAB teratur, 1x sehari, konsistensi feses lembek, warna kecoklatan
2) BAK Sebelum sakit
: Pasien mengatakan BAK teratur 4 x sehari, urine berwarna jernih kekuningan, tidak disertai dengan darah dan nanah.
Saat sakit
: Pasien mengatakan BAK 4 x sehari, urine berwarna kekuningan, tidak disertai darah.
d. Pola aktivitas dan latihan 1) Aktivitas Kemampuan Perawatan Diri
0
Makan dan minum
√
Mandi
√
Toileting
√
Berpakaian
√
Berpindah
√
1
2
3
4
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total 2) Latihan Sebelum sakit
: Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan aktivitas dengan mandiri. Tanpa bantuan dari orang lain dan tanpa bantuan dengan alat.
Saat sakit
: Pasien mengatakan lemah, melakukan aktivitas dengan mandiri, tetapi terkadang pasien memerlukan bantuan dari orang lain.
e. Pola kognitif dan Persepsi Pasien dan keluarga pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya dan sudah mengetahui mengenai penanggulangannya. f. Pola Persepsi-Konsep diri Pasien mengtakan tentang perasaan mengenai dirinya bahwa ia merasa lemah, pasien tampak dapat berinteraksi dengan keluarganya dengan baik. g. Pola Tidur dan Istirahat Sebelum sakit
: Pasien mengatakan tidur ± 6 jam dalam sehari, tidur malam mulai jam 11 dan bangun jam 5 pagi.
Saat sakit
: Pasien mengatakan tidur ± 6 jam dalam sehari, tidur malam mulai jam 11 dan bangun jam 5 pagi.
h. Pola Peran-Hubungan Pasien mengatakan tinggal serumah dengan suami dan orang tunnya, pasien mengatakan dapat berhubungan dengan baik dengan setiap anggota keluarga. i. Pola Seksual-Reproduksi Sebelum sakit
: Pasien mengatakan sudah menikah, pasien mengatakan belum memiliki anak, pasien mengatakan dapat berhubungan suami istri dengan baik, menstruasi rutin setiap bulan
Saat sakit
: Pasien mengatakan sudah menikah, pasien mengatakan belum memiliki anak, pasien mengatakan karena kondisinya saat ini sakit, maka tidak dapat berhubungan suami istri dengan baik dan suami pasien memakluminya.
j. Pola Toleransi Stress-Koping Pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Pasien mengatakan dengan ditemani oleh suami dan orangtuanya, pasien merasa tidak khawatir. k. Pola Nilai-Kepercayaan Pola nilai kepercayaan baik, pasien melakukan persembahyangan secara Hindu diatas tempat tidur.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
: Lemah
Tingkat kesadaran : Composmetis GCS
: verbal : 5 Psikomotor : 6 Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : TD
: 140/80 mmHg
Nadi
: 112x/menit
Suhu
: 38,8 ̊ C
RR
: 20 x/menit
c. Keadaan fisik 1. Kepala Inspeksi
: Bentuk kepala normocephalic, warna rambut hitam, ketombe tidak ada, tidak ada luka, kepala bersih.
Palpasi
: Tidak nyeri kepala , benjolan tidak ada.
2. Mata Inspeksi
: Pata sejajar, konjungtiva tidak anemis, tidak ada ikterik pada sklera, ada reflek pupil terhadap cahaya
Palpasi
: Nyeri pada mata tidak ada, tidak ada benjolan
3. Telinga Inspeksi
: Liang telinga ada serumen, aurikula tidak ada lesi, tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan
Palpasi
: Nyeri telinga tidak ada, benjolan tidak ada
4. Hidung dan Sinus Inspeksi
: Tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada luka, tidak terdapat nafas cuping hidung.
Palpasi
: Nyeri hidug tidak ada, benjolan tidak ada
5. Mulut dan Faring Inspeksi
: Mukosa mulut lembab, tidak ada luka pada mukosa oral, tidak ada pembengkakan pada gusi
Palpasi
: Nyeri daerah bibir tidak ada, benjolan tidak ada
6. Leher Inspeksi
: Tdak ada jaringan parut, tidak ada massa, tidak ada kemerahan, tidak ada luka.
Palpasi
: Nyeri tidak ada, benjolan tidak ada, denyut karotis teraba
7. Toraks (Paru) Inspeksi
: Bentuk dada normochest, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ada luka, tidak ada benjolan.
Palpasi
: Nyeri tidak ada, benjolan tidak ada, tidak ada fraktur iga, taktil fremitus seimbang,
Perkusi
: Pada perkusi paru suara yang dihasilkan sonor
Auskultasi
: Frekuensi dada 20 x/menit, pola nafas teratur, terdapat tidak suara nafas tambahan.
8. Toraks (Jantung) Inspeksi
: Ada thrill, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
Palpasi
: Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axila anterior kanan,
Perkusi
: Pada perkusi jantung suara yang dihasilkan redup
Auskultasi
: Bunyi jantung S 1 dan S2, tidak ada suara tambahan, murmur tidak ada.
9. Payudara dan Aksila Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada kemerahan, tidak ada luka, tidak ada perubahan warna kulit.
Palpasi
: Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan.
10. Abdomen Inspeksi
: Bentuk simetris, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ada luka atau lesi.
Auskultasi
: Bising usus 10 x/menit, terdengar gelombang peristaltik.
Perkus
: Pada perkusi abdomen suara yang dihasilkan timpani, pada hati suara yang dihasilkan pekak.
Palpasi
: Tidak ada nyeri abdomen
11. Genetalia Inspeksi
: Terdapat luka/lesi, terdapat perdarahan sedikit, terdapat keputihan, terdapat eritema, pasien tampak menggaruk pada areal genetalia, terdapat pruritus, pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena merasa gatal pada alat kelaminnya,
Palpasi
: Terdapat rasa nyeri dengan skala nyeri 6 dari 0-10 skala yang diberikan.
12. Integumen Inspeksi
: Warna kulit sawo matang, wajah pasien tampak pucat, terdapat luka pada areal genetalia.
Palpasi
: Tidak ada nyeri, turgor kulit kurang elastis, badan pasien teraba panas.
13. Ekstermitas 1). Atas Inspeksi : Tidak ada luka, rentang gerak normal,. Palpasi : Tidak ada nyeri, capillary refill 2 detik
2). Bawah Inspeksi : Tidak ada luka, tidak ada dislokasi, rentang gerak normal, tidak ada fraktur, gaya berjalan normal. Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan. 14. Neurologis Status mental dan emosi Masalah yang pernah di alami pasien yaitu dirumah terkadang pasien marah dan menjadi keras kepala, bersikap kasar kepada orang lain ketika pasien merasa tidak nyaman dan merasa terganggu, namun masalah tersebut sudah dapat teratasi secara perlahan dengan merubah sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik, orang tua pasien sangat membantu dalam hal ini. Pengkajian saraf kranial 1. Olfaktorius
: Dapat membedakan bau
2. Optikus
: Dapat melihat dengan baik
3. Okulomtor
: Ada reaksi pupil terahdap cahaya
4. Troklearis
: Bola mata bergerak kesegala arah
5. Trigeminalis
: Dapat merasakan sentuhan
6. Abdusen
: Gerakan bola mata lateral
7. Fasialis
: Dapat mengangkat kedua alis
8. Akustikus
: Dapat mendengar dengan baik
9. Glossofaring
: Dapat menelan dan mengunyah
10. Vagus
: Dapat mengeluarkan suara
11. Aksesorius
: Dapat mengangkat bahu
12. Hipoglosal
: Lidah dapat bergerak ke segala arah
Pemeriksaan refleks 1. Biceps
: Fleksi pada perkusi 2
2. Triceps
: Ekstensi pada perkusi 2
3. Achilles percussion
: Plantar fleksi pada perkusi 2
4. Knee percussion
: Ekstensi pada perkusi 2
5. Babinsky
: Kelima jari kaki plantar fleksi
6. Kaku kuduk
: Dagu dapat menyentuh dada
7. Brudsinsky I
: Saat dagu di tekuk tidak muncul rasa nyeri
8. Brudsinsky II
: Saat kaki kanan fleksi kaki kiri ikut fleksi
d. Pemeriksaan Penunjang 1. Data laboratorium yang berhubungan Dilakukan pemeriksaan laboratorium pada tanggal 2 Oktober 2017. Hemoglobin
: 12 gr/dl
( 12-15 g/dl )
Hematokrit
: 26 %
Eritrosit
: 3.500.000/mmk
Leukosit
: 11.100/mmk
Trombosit
: 250.000/mmk
Ureum
: 35 mg/dl
Kreatinin
: 1,2 mg/dl
Natrium
: 140 mmol/L
( 136-145 mmol/L )
Kalium
: 3,7 mmol/L
( 3,5-5,1 mmol/L )
Clorida
: 100 mmol/L
( 98-107 mmol/L )
( 35-47 % ) ( 3,9-5,6 juta/mmk )
( 4-11 ribu/mmk ) ( 150-400 ribu/mmk )
( 15-39 mg/dl ) ( 0,6-1,3 mg/dl )
2. Pemeriksaan radiologi 3. Hasil konsultasi Dokter menyarnkan agar pasien dan suami tidak melakukan hubungn suami istri sampai keadaan pasien membaik dan sembuh. 4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
5. Analisa Data Data
Etiologi
DS :
Respon inflamasi
P : pasien mengatakan nyeri disebbkan
Masalah
Nyeri akut
kerusakan jaringan
karena terdapat luka pada alat kelamin Q : nyeri dirasakan seperti tertusuktusuk dan terasa panas R : pasien mengeluh nyeri pada alat kelamin S : skala nyeri 6 dari 0-10 skala yang diberikan T : nyeri dirasakan saat berjalan dan bergerak, nyeri dirasakan semakin hebat pada saat berhubungan suami istri DO : 1. Pasien tampak meringis 2. Terdapat lesi pada vagina 3. Tekanan darah 140/80 mmHg 4. Nadi 112 x/menit
DS : 1. Pasien mengatakan nyeri tibul karena terdapat luka pada alat kelamin 2. Pasien
mengatakan
merasa
(menggaruk) lesi
integritas kulit
tidak vagina
pada alat kelaminnya 3. Pasien mengatakan merasa panas pada
DO :
Kerusakan
pada mukosa
nyaman karena merasa sangat gatal
vagina
Faktor mekanik
1. Terdapat lesi pada vagina 2. Wajah pasien tampak pucat 3. Turgor kulit kurang elastis 4. Terdapat eritema pda areal genetalia dan vagina 5. Pasien
tampak
menggaruk
areal
genetalia 6. Terdapat
perdarahan
sedikit
pada
vagina 7. Terdapat pruritus
DS :
Proses inflamasi
1. Pasien
mengatakan
tubuh
merasa
demam 2. Pasien mengatakan tubuh terasa panas 3. Pasien mengatakan merasa lemas
DO 1. Tubuh pasien teraba panas 2. Wajah pasien tampak pucat 3. Turgor kulit kurang elastis 4. Pasien tampak lemas 5. Suhu tubuh 38,8 ̊ C
Hipertermia
II. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN /MASALAH KOLABORATIF BERDASARKAN PRIORITAS N TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL O DITEMUKAN TERATASI 1 25 November 2017, Nyeri akut berhubungan dengan respon Selasa, 28-10-2017 Pukul 09.00 Wita inflamasi kerusakan jaringan ditandai dengan Pukul 09.00 Wita pasien mengatakan nyeri disebbkan karena terdapat luka pada alat kelamin, nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan terasa panas, pasien mengeluh nyeri pada alat kelamin, skala nyeri 6 dari 0-10 skala yang
diberikan, nyeri dirasakan saat berjalan dan bergerak, nyeri dirasakan semakin hebat pada saat berhubungan suami istri , pasien tampak meringis, terdapat lesi pada vagina, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 112 x/menit 2
25 November 2017, Pukul 09.00 Wita
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Selasa, 28-10-2017 f aktor mekanik (menggaruk) lesi pada mukosa Pukul 09.00 Wita vagina ditandai dengan, pasien mengatakan nyeri tibul karena terdapat luka pada alat kelamin, pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena merasa sangat gatal pada alat kelaminnya, pasien mengatakan merasa panas pada vagina, terdapat lesi pada vagina, wajah pasien tampak pucat, turgor kulit kurang elastic, terdapat eritema pda areal genetalia dan vagina, pasien tampak menggaruk areal genetalia, terdapat perdarahan sedikit pada vagina, terdapat pruritus
3
25 November 2017, Pukul 09.00 Wita
Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan pasien mengatakan tubuh merasa demam, pasien mengatakan tubuh terasa panas, pasien mengatakan merasa lemas, tubuh pasien teraba panas, wajah pasien tampak pucat, turgor kulit kurang elastic, pasien tampak lemas, suhu tubuh 38,8 ̊ C
Selasa, 28-10-2017 Pukul 09.00 Wita
TTD
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Hari/
No
Tgl
Dx
Sabtu
I
Rencana Perawatan
Ttd
Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV pasien keperawatan selama 3 x 24
2017
jam diharapkan rasa nyeri
seperti lokasi, frekwensi
dapat teratasi dengan kriteria
durasi
intensitas
data dasar untuk evaluasi
hasil :
(skala 1 – 10) dan upaya
atau efektifitas intervensi
1. Pasien mengatakan rasa
untuk mengurangi nyeri.
yang dilakukan.
skala yang diberikan dalam
rentang
normal yaitu TD 120/80 mmHg,
Nadi
dan
3. Beri
2. Skala nyeri 0-3 dari 0-10
3. TTV
riwayat
60-100
nyeri
keadaan
25/11
nyeri berkurang
2. Kaji
1. Mengetahui
kenyamanan
dengan mengatur posisi pasien
umum dan status nyeri 2. Informasi
merupakan
3. Menolong
dan
meningkatkan relaksasi
senyaman 4. Melibatkan
mungkin
memberikan
dan partisipasi
4. Dorong
penggunaan
aktif
untuk
stress
management
meningkatkan kontrol
x/menit, Suhu 36,5-37 ̊
seperti tehnik distraksi, 5. Anlgetiik opioid dapat
C, RR 16-20 x/menit
relaksasi,
4. Pasien tampak rileks
komunikasi
therapeutik
melalui
mengatasi nyeri ringan – sedang.
sentuhan. 5. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik
Kodein
Sabtu
II
Setelah dilakukan tindakan
3
x
50
mg
1. Anjurkan pasien untuk
25/11
keperawatan selama 3 x 24
tidak
2017
jam
yang mengalami gatal
diharapkan kerusakan
integritas kulit dapat teratasi
menggaruk
2. Lakukan
area
perawatan
1. Mencegah
terjadinya
luka dan infeksi. 2. Menjaga area vulva tetap dalam
keadaan
dengan kriteria hasil :
vulva hygine dan ajarkan
dan
1. Pasien mengatakan rasa
klien tentang perawatan
kemampuan
vulva hygiene.
tentang
gatal berkurang 2. Lesi tampak berkurang 3. Turgor kulit elastic
3. Monitor infeksi
tanda-tanda seperti
bersih
meningkatkan pasien kebersihan
genetalia.
bau, 3. Mengetahui
tanda
-
4. Eritema
dan
pruritus
berkurang
4. Kolaborsi
5. Tidak
terdapat
perdarahan
Sabtu
III
eritema, dan demam
pemberian
dalam antibiotik
penyebab vaginitis.
2017
jam diharapkan hipertermia 2. Anjurkan pasien untuk
tubuh.
minum banyak 1,5 – 2
hasil :
liter dalam 24 jam. teraba 3. Berikan kompres pada lipatan axila dan paha. dalam
3. Pasien tampak rileks
pemberian
antipiretik
4. Suhu
Paracetamol 3 x 500 mg
rentang
normal
36,5-37 ̊ C,
dalam yaitu
temperatur
infeksi akut 2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
4. Kolaborasi
tubuh
1. Perubahan
dapat terjadi pada proses
dapat teratasi dengan kriteria
2. Turgor kulit elastic
perkembangan
x 50 ml
keperawatan selama 3 x 24
tidak panas
dan
mikroorganisme
25/11
pasien
4. Mengatasi pertumbuhan
Injeksi IV Ceftriaxone 1
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor temperatur suhu
1. Badan
tanda infeksi.
penguapan
tubuh
meningkat
sehingga
perlu diimbangi dengan asupan yang banyak. 3. Menurunkan panas lewat konduks 4. Golongan
obat
antipiretik
bertujuan
untuk mengatasi demam.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Hari/Tgl/Jam Sabtu, 25-11 -17,
No Dx I
Tindakan Keperawatan
Memonitor TTV pasien
Evaluasi proses
S
Pukul 09.00 Wita
: Pasien mengucapkan terima kasih setelah melakukan pemeriksaan TTV
O : TD : 140/80 mmHg, N : 112 x/menit,
Pukul 09.10 Wita
III
Memonitor
temperatur
suhu
tubuh.
S
S
: 38,8 ̊ C
R
: 20 x/menit
: Pasien mengatakan badan terasa panas
O : Suhu tubuh pasien 38,8 ̊ C
Pukul 09.20 Wita
I
Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan mersa nyeri lokasi, frekwensi durasi dan
pada vagina, nyeri dirasakan saat
intensitas (skala 1 – 10) dan
bergerak, berjalan, dan duduk,
upaya untuk mengurangi nyeri.
skala nyeri 6 dari 0-10 skala yang diberikan O : Pasien tampak meringis
Pukul 10.00 Wita
I,II,III Melaksanakan pemberian obat Kodein 1 x 50 mg
Pukul 10.30 Wita
II
S : Pasien mengatakan merasa lemas O : Obat sudah diberikan, obat
Inj. IV Ceftriaxone 1 x 50 ml
sudah benar-benar diminum,
Paracetamol 1 x 500 mg
tidak ada reaksi alergi
Memonitor tanda-tanda infeksi seperti demam
bau,
eritema,
dan
S : Pasien mengatakan merasa sangat tidak nyaman O : Tampak terdapat eritema, adanya perdarahan sedikit, terdapat lesi pada vagina
Ttd
Pukul 10.40 Wita
II
Melakukan perawatan vulva
S : Pasien mengatakan merasa
hygine dan mengajarkan klien
sedikit lebih nyaman setelah
tentang
diberikan perawatan
perawatan
vulva
hygiene.
O : Daerah vulva pasien tampak lebih bersih
Pukul 14.00 Wita
I,III
Melaksanakan pemberian obat
S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg
O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg
sudah benar-benar diminum, tidak ada reaksi alergi
Pukul 15.30 Wita
I
Mendorong penggunaan stress S management
seperti
tehnik
: Pasien mengatakan merasa sedikit lebih nyaman
distraksi, relaksasi, komunikasi O : Pasien tampak melakukan tehnik therapeutik melalui sentuhan.
relaksasi, pasien tampak sedikit lebih nyaman
Pukul 15.45 Wita
II
Menganjurkan
pasien
untuk
tidak menggaruk area yang mengalami gatal
S : Pasien mengatakan area kelamin merasa sangat gatal O : Pasien tampak masih menggaruk area genetalia
Pukul 16.15 Wita
III
Memberikan
kompres
pada
lipatan axila dan paha.
S : Pasien mengatakan badan terasa panas O : Kompres sudah diberikan, tubuh pasien teraba hangat
Pukul 19.30 Wita
I,III
Melaksanakan pemberian obat
S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg
O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg
sudah benar-benar diminum, tidak ada reaksi alergi
Minggu, 26-11 -17,
I
Memonitor TTV pasien
S
Pukul 09.00 Wita
: Pasien mengucapkan terima kasih setelah melakukan pemeriksaan TTV
O : TD : 130/80 mmHg, N : 107 x/menit,
Pukul 09.10 Wita
III
Memonitor
temperatur
suhu
tubuh.
S
S
: 38,2 ̊ C
R
: 20 x/menit
: Pasien mengatakan badan terasa panas
O : Suhu tubuh pasien 38,2 ̊ C
Pukul 09.20 Wita
I
Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan mersa nyeri lokasi, frekwensi durasi dan
pada vagina, nyeri dirasakan saat
intensitas (skala 1 – 10) dan
berjalan dan duduk, skala nyeri 5
upaya untuk mengurangi nyeri.
dari 0-10 skala yang diberikan O : Pasien tampak meringis
Pukul 10.00 Wita
I,II,III Melaksanakan pemberian obat Kodein 1 x 50 mg
Pukul 10.30 Wita
II
S : Pasien mengatakan merasa lemas O : Obat sudah diberikan, obat
Inj. IV Ceftriaxone 1 x 50 ml
sudah benar-benar diminum,
Paracetamol 1 x 500 mg
tidak ada reaksi alergi
Memonitor tanda-tanda infeksi seperti
bau,
eritema,
dan
demam
S : Pasien mengatakan merasa tidak nyaman O : Tampak terdapat eritema, masih terdapat lesi pada vagina
Pukul 10.40 Wita
II
Melakukan perawatan vulva hygine dan mengajarkan klien tentang hygiene.
perawatan
S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman dari sebelumnya
vulva O : Daerah vulva pasien tampak lebih bersih
Pukul 14.00 Wita
I,III
Melaksanakan pemberian obat
S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg
O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg
sudah benar-benar diminum, tidak ada reaksi alergi
Pukul 15.30 Wita
I
Mendorong penggunaan stress S management
seperti
tehnik
: Pasien mengatakan merasa sedikit lebih nyaman
distraksi, relaksasi, komunikasi O : Pasien tampak melakukan tehnik therapeutik melalui sentuhan.
relaksasi, pasien tampak sedikit lebih nyaman
Pukul 15.45 Wita
II
Menganjurkan
pasien
untuk
S : Pasien mengatakan area kelamin
tidak menggaruk area yang mengalami gatal
merasa gatal O : Pasien tampak sudah tidak menggaruk area genetalia
Pukul 16.15 Wita
III
Memberikan
kompres
pada
S : Pasien mengatakan badan terasa
lipatan axila dan paha.
hangat O : Kompres sudah diberikan, tubuh pasien teraba hangat
Pukul 19.30 Wita
I,III
Melaksanakan pemberian obat
S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg
O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg
sudah benar-benar diminum, tidak ada reaksi alergi
Senin, 27-11 -17,
Pukul 08.00 Wita
I
Memonitor TTV pasien
S
: Pasien mengucapkan terima kasih
O : TD : 130/80 mmHg, N : 97 x/menit, S
: 38 ̊ C
R
: 20 x/menit
Pukul 09.20 Wita
I
Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan mersa nyeri lokasi, frekwensi durasi dan
pada vagina, nyeri dirasakan saat
intensitas (skala 1 – 10) dan
duduk, skala nyeri 4
upaya untuk mengurangi nyeri.
Pukul 10.00 Wita
I,II,III Melaksanakan pemberian obat Kodein 1 x 50 mg
Pukul 10.30 Wita
II
O : Pasien tampak lebih rileks
S : Pasien mengatakan merasa lemas O : Obat sudah diberikan, obat
Inj. IV Ceftriaxone 1 x 50 ml
sudah benar-benar diminum,
Paracetamol 1 x 500 mg
tidak ada reaksi alergi
Memonitor tanda-tanda infeksi seperti
bau,
eritema,
S : Pasien mengatakan merasa lebih
dan
nyaman, pasien mengatakan rasa
demam
gatal sudah berkurang O : Tampak terdapat eritema sudah berkurang, lesi pada vagina tampak berkurang, purpura tampak berkurang
Pukul 10.40 Wita
II
Melakukan perawatan vulva
S : Pasien mengatakan merasa lebih
hygine dan mengajarkan klien tentang
perawatan
nyaman dari sebelumnya
vulva O : Daerah vulva pasien tampak
hygiene.
Pukul 14.00 Wita
I,III
lebih bersih
Melaksanakan pemberian obat
S : Pasien mengatakan merasa lemas
Kodein 1 x 50 mg
O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg
Pukul 15.30 Wita
I
sudah benar-benar diminum
Mendorong penggunaan stress S management
seperti
tehnik
: Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
distraksi, relaksasi, komunikasi O : Pasien tampak melakukan tehnik therapeutik melalui sentuhan.
relaksasi, pasien tampak rileks
Pukul 15.45 Wita
II
Menganjurkan
pasien
untuk
S : Pasien mengatakan rasa gatal
tidak menggaruk area yang
pada alat kelamin sudah
mengalami gatal
berkurang O : Pasien tampak sudah tidak menggaruk area genetalia
Pukul 16.15 Wita
III
Memberikan
kompres
pada
S : Pasien mengatakan badan sudah
lipatan axila dan paha.
tidak panas, demam sudah berkurang O : Kompres sudah diberikan, tubuh pasien sudah tidak teraba panas, turgor kulit elastis, wajah pasien tampak tidak pucat
Pukul 19.30 Wita
I,III
Melaksanakan pemberian obat
S : Pasien mengatakan merasa rileks
Kodein 1 x 50 mg
O : Obat sudah diberikan, obat
Paracetamol 1 x 500 mg
sudah benar-benar diminum, tidak ada reaksi alergi
Selasa, 28-11 -17,
I
Memonitor TTV pasien
Pukul 08.00 Wita
S
: Pasien mengucapkan terima kasih karena sudah dirawat engan sangat baik
O : TD : 120/80 mmHg, N : 90 x/menit,
Pukul 09.00 Wita
I
S
: 37 ̊ C
R
: 20 x/menit
Mengkaji riwayat nyeri seperti S : Pasien mengatakan nyeri sudah lokasi, frekwensi durasi dan
berkurang, nyeri dirasakan saat
intensitas (skala 1 – 10) dan
duduk, skala nyeri 3 dari 0-10
upaya untuk mengurangi nyeri.
skala yang diberikaan O : Pasien tampak rileks