LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TB PARU
Tanggal Praktik: Tanggal 16 Oktober s/d 21 Oktober 2017
OLEH: Arief Hidayat,S. Kep NIM. 1630913310004
PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2017
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TB PARU
Tanggal Praktik: Tanggal 16 Oktober s/d s/d 21 Oktober 2017
OLEH: Arief Hidayat,S. Kep NIM. 1630913310004 \
Banjarbaru, Oktober 2017 Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Kurnia Rachmawati, S.Kep., Ns., MNSc NIK. 1990 2014 1 139
Pembimbing Lahan
Hj. Laraswati, S.Kep, Ns NIP. 19720425 199503 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KELUARGA DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASAM URAT
A. Konsep Keluarga 1.
Pengertian
Menurut Silvicon G Bailon dan Aracelis Maglaya (2005), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubun gan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan (Efendi F & Makhfudli, 2009). Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta erbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakin dalam keluarga tersebut (Efendi F & Makhfudli, 2009).
2.
Tipe Keluarga
a.
Tipe Keluarga Tradisional 1) The nuclear family (keluarga inti), keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. 2) The dyad family, keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah 3) Keluarga usila, keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri 4) The childless family, keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita 5) The extended family (keluarga luas/besar), keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll). 6) The single-parent family (keluarga duda/janda), keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan) 7) Commuter family, kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end). 8) Multigenerational family, keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah 9) Kin-network family, beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll). 10) Blended family, keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya 11) The single adult living alone / single-adult family, keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
b.
Tipe Keluarga Non-Tradisional 1) The unmarried teenage mother , keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah 2) The stepparent family, keluarga dengan orangtua tiri 3) Commune family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama 4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan 5) Gay and lesbian families, seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners) 6) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu. 7) Group-marriage family, beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya 8) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya 9) Foster
family,
keluarga
menerima
anak
yang
tidak
ada
hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya 10) Homeless family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental 11) Gang , sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
3.
Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya yang diadopsi Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:. a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau peran formal dan informal b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan. c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti. d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah yang positif.
4.
Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota serta
sebagai
anggota
masyarakat
dan
kelompok
sosialnya
dari lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak
melaksanakan
peranan
psikososial
sesuai
dengan
tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual. 5.
Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu: a. Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga yang merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh
anggota
keluarga. Tiap
anggota
keluarga,
keluarga
saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga dengan cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi. Apabila fung si afektif tidak terpenuhi. maka akan timbul keretakan keluarga, masalah anak atau masalah keluarga. b.
Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam lingkungan sosial. c.
Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. d.
Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah). e.
Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : 1) Mengenal masalah. 2) Membuat keputusan tindakan yang tepat. 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit. 4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. 5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. 6.
Tingkatan Keperawatan Keluarga
Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu: a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan diintervensi. b.
Level II
Keluarga
merupakan
penjumlahan
dari
anggota-anggotanya,
masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah. c.
Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi, fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll. d.
Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi: dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem keluarga dengan lingkungan luar.
7.
Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu melalui tahapan sebagai berikut : a.
Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan
Meninggalkan keluarga mereka masing- masing
Tugas Perkembangannya :
Membina hubungan intim yang memuaskan
Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB, Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
b.
Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama lain.
Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5 tahun ). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
Persiapan menjadi orang tua
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan hubungan seksual
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan masalah keshatan fisik secara dini.
c.
Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak.
Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih majemuk dan berbeda.
Tugas Perkembangan Keluarga:
Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, p rivasi dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.
Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga, pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Stimulasi tumbang anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan Keluarga :
Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan dan kecelakaan dan lain-lain.
d.
Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga sangat sibuk
Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing
Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak & dirinya
Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan teman sebayanya)
Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah (sistem sekolah)
Tugas Perkembangan Keluarga :
Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar anak.
Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin meningkat termasuk biaya kesehatan.
e.
Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun)
Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
Konflik Perkembangan :
Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )
Tugas Perkembangan :
Menyeimbangkan kebebasan dangan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
f.
Menfokuskan hubungan perkawinan
Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak anak-anak
Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa berlangsung 6 - 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru dari perkawianan anak-anaknya.
Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami maupun istri.
Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi, Kolesterol, Obesitas dan Menopause.
g. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan
Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau kematian pasangan.
Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir saat masuk pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :
Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking, pemeriksaan berkala.
Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.
h. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia
Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau keduanya meninggal.
Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan (pensiun), perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial ( kematian pasangan dan teman-temannya),Kesehatan (penurunan kemamp fisik )
Tugas Perkembangan :
Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun
Mempertahankan hubungan perkawinan
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan dan integrasi hidup )
8.
Peran Perawat Keluarga
a.
Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
b.
Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
Koordinator Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
c.
Pelaksana Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
d.
Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga
e.
Konsultan Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, maka hubungan perawatkeluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya
f.
Kolaborasi Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
g.
Fasilitator Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat, dan lain-lain)
h.
Penemu kasus Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah
B. Tingkat Kemandirian Keluarga 1.
Keluarga Mandiri Tingkat
a.
Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b.
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan.
2.
Keluarga Mandiri Tingkat II
a.
Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b.
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
c.
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.
Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
3.
Keluarga Mandiri Tingkat III
a.
Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b.
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
c.
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.
Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e.
Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f.
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
4.
Keluarga Mandiri Tingkat IV
a.
Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
b.
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
c.
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
d.
Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
e.
Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
f.
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga 1.
Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode : a. Wawancara keluarga b. Observasi fasilitas rumah c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki) d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap semar dan lain-lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah : a. Data Umum 1) Nama kepala keluaga 2) Usia 3) Alamat dan telepon 4) Pekerjaan kepala keluarga 5) Pendidikan kepala keluarga 6) Komposisi keluarga 7) Genogram 8) Tipe Keluarga 9) Suku bangsa 10) Agama 11) Status sosial ekonomi 12) Aktivitas rekreasi keluarga b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi 3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya c. Pengkajian Lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga komunitas 3) Mobilitas keluarga 4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat 5) Sistem pendukung keluarga d. Pengkajian Struktur Keluarga 1) Pola komunikasi keluarga 2) Struktur kekuatan keluarga 3) Struktur peran 4) Nilai atau norma keluarga e. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif 2) Fungsi Sosialisai 3) Fungsi Perawatan Kesehatan 4) Fungsi Reproduksi 5) Fungsi Ekonomi f. Stress dan Koping Keluarga 1) Stresor jangka pendek dan panjang 2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor 3) Strategi koping konstruktif yang digunakan 4) Strategi adaptasi disfungsional g. Pemeriksaan Fisik h. Harapan Keluarga 2.
Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tipologi dari diagnosis keperawatan : a. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh menggunak an/ tidak menggunakan etiologi. Skoring : 1) Tentukan skore untuk setiap kriteria 2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot : Skore X Bobot Angka tertinggi 3) Jumlahkan skore untuk semua kriteria
No.
Kriteria
Skala
Bobot
Scoring
1.
Sifat masalah
3
1
2/3 x 1 =
Bila lansia tidak
2/3
segera diatasi akan
ancaman
Pembenaran
kesehatan
membahayakan
1 = Sejahtera
lansia, karena setiap
2 = Resiko
hari lansia tinggal
3 = Kurang
dirumah tanpa ada
Sehat/Tidak
pengawasan
Sehat 2.
Kemungkinan
2
2
masalah dapat
3.
2/2 x 2 = Penyediaan sarana 2
mudah dan murah
diubah:
untuk dapat. (missal
2 = Mudah
sandal karet, keset).
1 = Sebagian
Perubahan bias
0 = Tidak
dilaksanakan, missal
dapat diubah
lantai yang licin.
Potensial
3
1
masalah
2/3 x 1 = Keluarga mempunyai 2/3
kesibukan yang cukup
untuk diubah:
tinggi, tetapi merawat
3 = Tinggi
orang tuamerupakan
2 = Cukup
tugas dan pengabdian
1 = Rendah
seorang anak. Lagi pula mencegah lebih mudah dan lebih murah dari pada mengobati.
4.
Menonjolnya masalah;
2
1
0/2 x 1 = Keluarga merasa 1
keadaan tersebut
2 = Harus
sudah berlangsung
segera diatasi
lama dan lansia tidak
1 = Tidak
pernah jatuh yang
perlu segera
menimbulkan
0 = Masalah
masalah.
tidak dirasakan oleh keluarga Total
3.
4 1/3
Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. 4.
Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini : 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
Memberikan informasi
Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan:
Mendemonstrasikan cara perawatan.
Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :
5.
Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.
Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pela yanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan. Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut : 1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil. 2) Memeriksa
laporan
atau
record mengenai
test
diagnostik
yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien 3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah. Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah: Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan. Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan. Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan ditanggulangi. Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan TB Paru
A. Pengertian TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79). Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis paru) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis. Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. B. Etiologi Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman batang aerobik dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005: 852). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant , tertidur lama selama beberapa tahun (Judarwanto, 2009). C. Patofisiologi Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara yang mengandung Mycobacterium
tuberculosis. Segera
setelah
menghirup
basil
tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi. Bersamaan
dengan
terbentuknya
kompleks
primer
terjadi
pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama di perifer dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah paru dibanding lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi melalui hematogen. Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme TB dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneu monia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa. Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya. D. Manifestasi Klinis Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain : a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam gejala yaitu : 1. Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam. 2. Malaise 3. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik ( failure to thrive) dengan adekuat. 4. Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama bermingu-minggu sampai berbulan-bulan) 6. Nyeri menusuk dan rasa sesak didada 7. Haemoptisis b. Sejalan dengan perkembangan 1. Peningkatan frekuensi napas 2. Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit 3. Bunyi napas hilang dan ronki kasar 4. Pekak pada saat perkusi 5. Demam persisten 6. Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan. E. Penatalaksanaan Penatalaksanaan serangan akut Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain: 1. Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan arthritis gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang sering ditemui diantaranya sakit perut , diare, mual atau muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap Kristal urat dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5 – 0,6 mg per jam sampai nyeri, mual atau diare hilang. Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat inflamammatory bowel disease. 2. OAINS Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosisi awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam. Kontraindikasinya jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal, dan riwayat alergi terhadap OAINS. 3. Kortikosteroid untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif, contohnya triamsinolon 10-40 mg intraartikular.
4. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan aspirin karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia. 5. Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. F. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah sebagai berikut : a. Uji Mantoux atau Tuberkulin Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein Derivat (PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah. Hasilnya dapat dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm pada anak dengan gizi buruk. b. Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi Mycobaterium tbc. c. Laju Endap Darah Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED). d. Pemeriksaan mikrobiologis Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena sulitnya menggunakan hasil dahak. e. Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR ( Polymerase Chain Reaction), Bactec, ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis f.
Pemeriksaan radiologis
Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan kelenjar paratrakeal.
Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura, konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.
.
Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
Merupakan dasar utama dari proses keperawatan. Melalui pengkajian ini, semua data pasien dapat dikumpulkan untuk menentukan masalah – masalah keperawatan yang mungkin timbul pada setiap kasus penyakit Tuberkulosis Paru. Pengkajian menurut Doenges (1999) meliputi : -
Identitas Pasien. Pengkajian ini mencakup nama klien, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS, diagnosa
medis, ruang dan nomor register. -
Identitas Penanggung Jawab. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pelajaran, agama, alamat, hubungan dengan klien.
-
Aktifitas/istirahat. o
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan. Napas pendek karena kerja. Kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam hari, menggigil dan atau berkeringat.
o
Tanda : Takikardia, takipnea/dispnea pada kerja. Kelelahan otot, nyeri, dan sesak (tahap lanjut).
-
Integritas Ego o
Gejala : Adanya/faktor stres lama. Masalah keuangan, rumah. Perasaan tak berdaya/etnik : madura, dll.
o
Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini). Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.
-
Makanan/cairan o
Gejala
:
Kehilangan
nafsu
makan.
kulit
buruk,
Tak
dapat
mencerna.
kering/kulit
bersisik.
Penurunan berat badan. o
Tanda
:
Turgor
Kehilangan otot/hilang lemak subkutan.
-
-
Nyeri/Kenyamanan o
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
o
Tanda : Berhati – hati pada area yang sakit. perilaku distraksi, gelisah.
Pernapasan o
Gejala
:
Batuk,
produktif
atau
tak
produktif.
Napas
pendek.
Riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi. o
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan. Pengembangan pernapasan tak simetris. Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Karakteristik sputum : Hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak darah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik). Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)
-
Keamanan o
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, Kanker. Tes HIV positif.
o
-
Tanda : Demam rendah atau panas akut.
Interaksi Sosial. o
Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
3. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d adanya secret Kelemahan , upaya batuk ,burukEdema tracheal. 2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi 3. Kesiapan meningkatkan menajemen kesehatan
Intervensi Keperawatan Keluaraga
N o
1.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
NOC Respiratory Status: Ventilation Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x60 menit pasien akan: 1. Melaporkan kenyamanan dalam bernafas (pasien tidak merasa sesak) 2. Mendemonstrasikan kemampuan untuk melakukan pursed-lip breathing 3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC Airway Management
1. 2. 3.
4. 5. 6.
2.
Monitor status respirasi (kecepatan, kedalaman, dan kemudahan pasien dalam bernafas). Kaji faktor yang menyebabkan dispnea apakah fisiologis atau psikologis. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk dengan meninggikan kepala 60-90 o. Catat adanya penggunaan otot-otot bantu nafas. Auskultasi suara nafas, catat penurunan dan hilangnya suara nafas. Ajarkan dan dukung pasien untuk menggunakan teknik pursed-lip breathing .
Defisiensi pengetahuan
Knowledge : disease process
Teaching Disease Process
b.d kurang informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul
selama 1 kali pertemuan, diharapkan klien
pada penyakit dengan cara yang tepat
memahami tentang penyakitnya, dengan kriteria hasil:
Klien memahami tentang penyakitnya
Klien mampu mengulang apa yang sudah dijelaskan perawat
2. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat 3. Berikan penilaian tentang tingkatpengetahuan klien tentang proses penyakit yang spesifik 4. Diskusikan dengan klien tentang pemilihan terapi
3.
Kesiapan meningkatkan
Knowledge: disease process
Teaching : Disease Process
manajemen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 kali pertemuan kesiapan meningkatkan mnajemen kesehatan diabetes melitus Tn. K teratasi dengan kriteria hasil: 1. Mengetahui penyebab dan faktor yag berkonstribusi dalam penyakit dengan level 1 akan di tingkatkan menjadi level 4 2. Mengetahui tanda dan gejala yang muncul dalam penyakit dengan level 1 akan di tingkatkan menjadi level 4 3. Mengetahui strategi untuk penyakit dengan level 1 akan tingkatkan menjadi level 4
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang proses penyakit 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat 5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dan atau mengontrol proses penyakit 6. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
kesehatan
pada keluarga Tn. K
Keterangan: Level 1 : No knowledge Level 2 : Limited knowledge Level 3 : Moderate knowledge Level 4 : Substantial knowledge Level 5 : Extensive knowledge