MAKALAH
AKHLAK TASAWUF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF
`
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
SEPTEMBER 2015
MAKALAH
AKHLAK TASAWUF
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF
Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf yang dibimbing oleh Musdhalifah, M.Hi
Oleh :
Machallafri Iskandar (E20151001)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
SEPTEMBER 2015
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: "Pokok-pokok Ajaran Islam". Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Akhlak Tasawuf dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk member arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:
Dosen Pembimbing mata kuliah Akhlak Tasawuf, Musdhalifah, M.Hi
Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.
Jember, 01 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 5
Latar Belakang 5
Rumusan Masalah 5
Tujuan Penulisan 5
Manfaat Penulisan 6
Sistematika Penulisan 6
BAB II PEMBAHASAN 7
Abad Pertama dan Kedua 7
Abad Ketiga dan Keempat 10
Abad Kelima 12
Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan 13
BAB IV PENUTUP 18
Simpulan 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu kata asing bagi orang awam terhadap ilmu keagamaan. Ilmu yang membahas tentang kemurnian dalam beribadah mungkin kalimat itu yang tepat untuk jadi definisi dari tasawuf. Ibadah yang satu ini memang khusus, khusus tingkat imannya dan khusus juga niatnya. Kata khusus ini menandakan ibadah yang satu ini tidak biasa dilakukan oleh setiap orang dan sifatnya pun tak wajib.
Terlebih jaman sekarang, ibadah wajib aja jarang dilakukan bahkan bisa dibilang sering diabaikan, bagaimana dengan ibadah khusus ini. Gila, stres, dan kawan-kawannya bisa melanda orang yang melakukan tasawuf tanpa didasari keikhlasan dan niat sungguh dalam hati. Hal ini disebabkan karena tasawuf ini lebih mendahulukan sifat akhirat dari pada gemerlapnya dunia. Jadi tidal mustahil semuanya bisa terjadi.
Namun, banyak orang timbul pertanyaan terhadap tasawuf. Kapan sih tasawuf ada? Pada masa siapa tasawuf berkembang? 2 pertanyaan dasar yang orang awam belum ketahui jawabannya. Dan jawabannya akan ada di makalah ini, karena kami kebetulan diberi tugas makalah dengan judul Sejarah Perkembangan Tasawuf.
Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul "Sejarah Perkembangan Tasawuf", antara lain :
Sejak kapan tasawuf ada?
Ada berapa masa ketika tasawuf berkembang?
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul "Sejarah Perkembangan Tasawuf", yaitu:
Memberitahukan awal mulanya tasawuf.
Menyebutkan masa-masa ketika tasawuf berkembang.
Manfaat Penulisan
Manfaat makalah yang berjudul "Sejarah Perkembangan Tasawuf", yaitu :
Mengetahui awal mulanya tasawuf berkembang.
Dapat tahu masa apa saja yang dilewati ketika tasawuf berkembang.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan:
LatarBelakang
RumusanMasalah
TujuanPenulisan
ManfaatPenulisan
SistematikaPenulisan
Bab II Pembahasan:
Abad Pertama dan Kedua Hijriah
Abad Ketiga dan Keempat Hijriah
Abad Kelima Hijriah
Abad Keenam, Ketujuh, Kedelapan Hijriah
Bab IV Penutup:
4.1 Simpulan
BAB II
PEMBAHASAN
Abad Pertama dan Kedua Hijriah
Aliran Madinah
Di Madinah sejak awal sudah banyak bermunculan para sufi. Mereka berpegang teguh pada Al-Quran dan Al-Hadist serta menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai panutannya. Begitu juga dengan para sahabat, mereka sangat mencintai Allah serta Rasul-Nya. Perkembangan tasawuf di aliran Madinah berawal dari para sahabat, antara lain :
Abu Bakar
Abu bakar merupakan saudagar kaya dari quraisy. Beliau adalah sosok yang sangat sederhana. Orang penerus rasul ini, tidak pernah sulit untuk mengeluarkan hartanya dijalan Allah SWT. Buktinya, ketika perang tabuk, khalifah pertama ini memberikan seluruh hartanya kepada pasukan rasul yang akan berperang. Baginya, harta tidak ada artinya, yang berarti hanya Allah dan Rasul.
Umar bin Khattab
Umar adalah salah satu sahabatyang paling dekat dengan rasul. Beliau selama jadi khalifah sangat perhatian terhadap rakyat. Iya sangat khawatir jika mendengar ada salah satu rakyat sengsara. Jika ia melihat sendiri rakyatnya sengsara, maka ia langsung begegas menanganinya sendiri. Sama dengan abu bakar, umar juga sosok yang sederhana, bahkan kesederhanaanya ia terapka dikeluarganya. Karena terlalu sederhananya, pakaian yang ia pakai sehari-hari bisa dibilang tidak pantas untuk seorang khalifah.
Usman bin Affan
Khalifah satu ini punya julukan Dzu An-Nurain karena menikahi dua putri rasul. Khalifah ketiga ini sangat berperan penting dalam pengembangan islam sejak awal perjuangan. Sebelum masuk islam dia adalah pedagang besar yg terkenal. Kekayaannya berlimpah ruah. Dan ketika masuk islam, ia serahkan sebagian besar hartanya untuk pasukan perang dan kaum miskin yang teraniaya. Tingkat kesufian khalifah ini sangat tinggi, dia tak goyah akan harta yang sejatinya hanya bersifat duniawi saja.
Ali bin Abi Thalib
Ali merupakan salah satu orang yang pertama masuk islam dikalangan anak-anak. Seperti khalifah-khalifah sebelumnya, ali juga sosok yg sederhana. Dia berpendapat bahwa sederhana adalah mulia. Hal itulah yang menandakan ali seorang sufi.
Aliran Basrah
Al-Hasan Al-Basry
Nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Abu Said. Dia lahir di Madinah pada tahun 21 H/624 M. Beliau meninggla di Basrah pada tahun 110 H/728 M. Ia adalah putra dari Zaid bin Sabit.
Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari Khuzaifah bin Al-Yaman, ssehingga ajaran itu mempengaruhi sifat dan perilakunya dalam kehidupannya sehari-hari hingga dia dikenal sebagi ulama sufi yang sangat dalam ilmunya. Dasar pendirian Al-Basri adalah zuhud terhadap dunia, menolak segalan kemegahannya,hanya menuju kepada Allah SWT.
Rabiah Al-Adawiyah
Ummu Al-Khair Rabiah binti Ismail Al-Adawiyah Al-Qisiah adalah nama lengkapnya. Ia lahir dikeluarga yang miskin didaerah basrah pada tahun 96 H/713 M.
Semua berawal ketika dia dibeli oleh seseorang seharga 6 dirham. Selama bekerja , ia diperlakukan dengan kasar dan bengis. Setiap malam ia sempatkan beribadah kepada Alllah SWT. Suatu malam sang tuan mendengar doa dari Rabiah, dan luluhlah hati sang tuang ketika mendengar doa tersebut. Pada akhirnya dibebaskanlah Rabiah oleh tuannya.
Setelah dibebaskan, ia lebih mendekaktkan diri pada Allah dengan tidak memilih hidup miskin dan menjauhi kegemerlapan dunia. Saat itulah ia dihormati oleh orang-orang zuhud dimasanya serta dianggap seorang sufi perempuan pertama.
Malik bin Dinar
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa Malik adalh seorang ilmuan yang asketik dan rendah hati, bahkan ia adalah seorang yang suka merendah dan tidak mau makan kecuali darihasil kerjanya sendiri. Ia bekerja sebagai penulis mushaf dengan diupah. Asy-Sya'rani mengemukakan bahwa malik makan dari hasil kerja mencari pelepah kurma.
Corak tasawuf yang menonjol pada aliran basrah adalah rasa takut yang berlebih, kata Ibnu Taimiyah. Hal itu dikarenakan adanya kompetisi antara mereka dan para sufi kuffah.
Aliran Kuffah
Aliran kuffah bercorak idealistis, menyukai hal aneh dalan nahwu, imajinasi dalam puisi, dan harfiah dalam hadist. Mereka cendrung pada aliran syiah dan murjiah. Hal itu dikarenakan syiah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul di Kuffah. Berikut beberapa tokoh syiah di Kuffah, antara lain :
Sufyan Ast-Sauri
Nama lengkapnya adalah Abdullah Sufayyan bin Said bin Masruq Asy-Sauri Al-Kufi. Dia seorang tabi'in pilihan dan seorang zahid yang jarang ada tandingannya, bahkan merupakan seorang hadist terkenal.
Sufyan Ast-Sauri selam hidupnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf dan aktif mengjarkan ilmu yang ia miliki. Pendiriannya sangat teguh dan tidak mau mendekati penguasa. Suatu ketika ia dipanggil menhadap oleh khalifah Al-Manshur untuk mempertanggung jawabkan sikapnya terhadap penguasa. Ia tetap lantang pembicaraannya dihadapan khalifah, sehingga banyak orang yang mengira bahwa ia pasti dipenjara, namun hal itu tidak terjadi.
Ar-Rabi' bin Khatsim
Dia pernah berkata pada saudaranya, bahwa seseorang harus bisa melindungi dirinya sendiri, jika tidak akan hancur. Apabila yang dilakukan bukan karena mengharap karunia Allah, maka sia-sia. Dia lebih suka menjadikan dirinya tertimpa cobaan hidup, ketimbang cobaan akhirat.
Aliran Mesir
Ada beberapa tokoh sufi Maesir abad pertama Hijriah, antara lain : 1. Salim bin Atar At-Tajibi 2. Abdurrahman bin Hujairah 3. Nafi' 4. Lais bin Saad 5. Hayyan bin Suraih 6. Abdullah bin Wahab
Pada abad pertama para sufi hanya berada di kota sekitar kota madinah. Contohnya, Mekah, Kuffah, Basrah dan kota lainnya.
Pada abad pertama dan kedua tasawuf memiliki karakteristik secara umum, antara lain :
Menjauhi hal yang bersifat duniawi demi meraih pahala.
Praktis, maksudnya hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan, sedikit makan dan minum, banyak beribadah dan berserah diri pada Allah SWT.
Motivasi tasawuf adalah rasa takut kepada Allah SWT.
Abad Ketiga dan Keempat
Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketiga Hijriah
Tasawuf pada abad ini cenderung membicarakan konsep moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh untuk menuju kejalan Allah SWT.
Selain itu, mereka menyusun aturan-aturan praktis bagi tarekat mereka serta mereka menyusun prinsip-prinsip teroritis dari konsep moral, jiwa, tingakah laku dan jalan menuju Allah SWT. Sejak itulah muncul karya-karya tentang tasawuf, antara lain di bidang tasawuf adalah, al Muhasibi, Al Kharraz, Al Hakim At Tirmidzi dan Al Junaid, mereka adalah para sufi abad ketiga hijriah.
Dapat dikatakan bahwa abad ketiga adalah abad awal mula tersusunnya ilmu tasawuf dan arti yang luas. Menurut At Tafzani terdapat dua aliran tasawuf pada abad ketiga dan keempat. Pertama, aliran para sufi yang pendapat-pendapatnya moderat(tasawuf sunni). Kedua,aliran pada sufi yang terpesona oleh keadaan-keadaan fana'(tasawuf semifilosofis).
Tokoh-tokoh sufi yang terkenal adalah.
Abu Sulaiman ad-Darani.
Nama lengkapnya adalah Abu Sulaiman Abdurrahman bin Utbah Ad-Darani. Dia lahir di dharan, sebuah kampung di damaskus. Dia adalah murid Ma'ruf dan merupakan tokoh sufi terkemuka, seorang 'arif dan hidupnya sangat wara'.
Dalam sejarahnya, Ad-Darani di kenal sebagai salah seorang sufi yang banyak memebahas ma'rifah dan hakikah.
Ahmad bin Al-Hawari Ad-Damasqiy
Ia dilahirkan di Damaskus dan di kenal oleh penduduk negeri syam(syiria) sebagai ahli psikologi dan ilmu akhlaq.
Perkembangan Akhlaq Tasawuf Pada Abad Keempat Hijriah
Abad ini ditandai denagn kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dari pada kemajuannya pada abd ketiga karna usaha maksimal para ulama' tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf diluar kota bagdad, diplopori oleh beberapa ulama' tasawuf yang terkenal alimnya, antara lain:
Musa al Al-shary
Abu Hamid bin Muhammad Ar Rubazi
Abu Zain Al Adamy
Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab Asy Syaqofy
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur filsafat yang mempengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang tersebar di kalangan umat islam.
Abad Kelima Hijriah
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada pada abad ketiga dan keempat muncuk dua alira tasawuf, yaitu tasawuf sunni dan tasawuf semifilosofis. Pada abad kelima aliran yang pertama mulai tenggelam dan muncul kembali dalam bentuk lain, yaitu pribadi-pribadi para sufi yang juga filsuf abad keenam dan setelahnya.
Tenggelamnya aliran kedua pada abad kelima disebabkan berjayanya aliran teologi ahlussunnah wal jama'ah karena keunggulan imam Abu Al-Hasan Asy'ari atas aliran-alira lainnya, dengan kritikannya yang keras terhadap keekstreman taswuf Abu Yazid Al-Bustami dan Al-Hallaj ataupun para sufi lain yang ungkapannya ganjil. Oleh karena itu, tasawuf di abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yaitu dengan mengembalikannya pada landasan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Beberapa tokoh tasawuf pada abad kelima, antara lain :
Al Qusyairi
Al Qusyairi adalah seorang tokoh sufi utama dari abad kelima Hijriah. Kedudukannya demikian penting mengingat karya-karyanya tentang para sufi dan tasawuf aliran sunni pada abad ketiga dan keempat Hijriah, menyebabkan terpeliharanya pendapat dan khazanah tasawuf pad masa itu, baik dari segi teoretis atau praktis.
Seandainya karya Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, dikaji secara mendalam , akan tampak jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Al-Harawi
Nama lengkapnya adalah Abu isma'il bin muhammad al- amshari. Ia adalah seorang faqih aliran Hambaliyyah yang terkenal. Karya-karyanya di bidang tasawuf dipandang bernilai.
Al-Harawi adalah seorang penyusun teori kefanaan dalam kesatuan, yang mirip dengan teori junaid. Dalam kedudukannya sebagai seorang penganit aliran sunni, Al-Harawi melancarkan kritik terhadap para sufi yang terkenal dengan keganjilan ungkapan-ungkapannya. Ia pun mengemukakan bahwa tingkat ketentraman yang timbul dari ridha Allah SWT. Sebagai pencegeh keganjilan ungkapan- uangkapannya.
Abad Keenam, Ketujuh, Dan Kedelapan Hijriah
Perkembangan Tasawuf pada Abad Keenam Hijriah
Beberapa ulama' yang sangat berpengaruh pada abad ini antara lain sebagai berikut :
As-Suhrawardi Al-Maqtul
Nama lengkapnya adalah Abu Futuh Yahya bin Hasby bin Amrak, ia bergelar Syihabuddin dan juga dikenal sebagai Al-Hakim. Ia wafat karna terbunuh di Halb oleh kerena itulah, ia dikenal denagn Al-Maqtul(yang terbunuh), untuk membedakan dengan sufi lainnya.
Ia mula-mula belajar filsafat dan ushul fiqih pada Asy-Syekh Al-Imam Majdudin Al-Jilly di Alepon. Bahkan, sebagian besar ulama' dari berbagai disiplin ilmu agama di negeri itu, telah ia kunjungi untuk menimba ilmu pengetahuannya.
Dalam ajaran tasawufnya, ia berpendirian bahwa Allah SWT adalah Nur(cahaya) dari segala nur. Dari Dialah keluar nur-nur yang lain, baik alam fisik maupun alam rohani.
Ia mengklasifikasikan pencipta ilmu pengetahuan itu menjedi tiga macam, yaitu:
Penganut hikmah dengan menggunakan akal semata yang dinamai filsuf,
Penganut hikmah yang bertujuan mencari kebenaran Tuhan, yang dinamainya sufi,
Penganut hikmah yang menggunakan akal mementingkan rasa untuk mendapatkan Tuhannya, yang dinamai filsuf ketuhanan. Inilah yang dianggapnya sebagai nilai yang paling tinggi,
Ia pun megatakan bahwa segala segala ma'rifat adalah ilham. Untuk mencapainya, manusia harus memperkuatkan perasaan batinnya, denagn cara mengurangi makan dan memperbanyak bangun malam.
As-Suhrawardy mencoba memilih jalan penggabungan fisafat yang mendalam dengan tasawuf yang mendalam, sehigga menghasilkan filsafat isyraq(filsafat baru).
Al- Ghaznawy
Ia merupakan pelanjut ajaran tasawuf dari Abu Sa'id Al-Khurasany yang dikanal sebagai sufi yang aktif mengajarkan ilmu nahwu pada abad kelima Hijriah.
Al-Ghazawy mengamalkan ajaran tasawufnya dengan melakukan zikir, dengan diikuti oleh murid-muridnya yang duduk melingkarinya sambil menggoyang-goyangkan badannya.
Sebagai murid Abu Sa'id, ia pun menganut ajaran Wihdatul Wujud, lalu ajaran itu diajarkan lagi pada murid-muridnya, sistem yang digunakan adalah syair-syair yang gubahnya. Pada abad kelima Hijriah, Imam Al-Ghazali telah mengembalikan citra ahli tasawuf di kalangan umat islam, dengan memepertemukan ilmu dzhir (ilmu syariat) dengan ilmu batin (ilmu tasawuf).
Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriah
Ada beberapa ulama' yang berpengaruh pada abad ini, diantaranya.
Ibnu Faraidh
Ibnu Faridh lahir di siria dan wafat di mesir. Ia adalah pelanjut ajaran Wihdatul Wujud yang telah diajarkan oleh Muhyyidin Ibnu Arabipada abad sebalumnya. Dalam kitab karangannya, yang terdiri atas gubahan-gubahan syair yang berjudul Ath-Thaiyatul Kubra, terdapat kesamaan tekanan uraiannya dengan kitab karangan Al-Arabi. Ia menguraikan bahwa cintalah yang membakar jiwanya sehingga ia selalu ingin ittishal (berhubungan) dan ittihad (bersatu) dengan Tuhannya dalam tasawuf.
Ibnu Sabi'in
Ibnu Sabi'in lahir di Spanyol dan wafat di Mekah. Semula ia dikenal sebagai ulam' fiqh, kemudian ia berpindah pada tasawuf, sampai ia erhasi menduduki posisi imam (syekh tasawuf) pada masa itu. Ia sering mengeluarkan pemikiran yang terlalu bebas dan di anggap ganjil oleh syariat. Pemikiran-pemikiran yang telah di kemukakan antar lain:
Mengapa Muhammad bin Abdillah mempersempit alam yang luasini, dengan mengatakan bahwa tidak ada lagi sesudahnya.
Orang-orang yang bertawaf keliling Ka'bah seperti keledai yang berputar- putar mengelilingi kilangan.
Karena terdapatnya ajaran tasawuf yang menyimpang dan beberapa ulamu menentangnya agar tidak menyebar pada masyarakat. Dan di kabarkan bahwa tuduhan terhadap Ibnu Sabi'in sangat membahayakan agama islam, akhirnya ia bunuh diri karena tidak dapat menghindari dan memeela dirinya dari tuduhan dan hinaan.
Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedalapan
Memasuki abad kedelapan, tidak terdenagn lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan, mereka kurang dapat perhatian sehingga boleh dibilang, nasib tasawuf ketika itu sama dengan yang sebelumnya. Di antara pengarang tasawuf pada abad ini.
Al-Kisany
Abdul Karim Al- Jily, pengarag kitab Al-Insan Al-Kamil
Pada abad kelima Hijriah Imam Al-Ghazali dikenal sebagai tokoh muslim yang pernah memurnikah ajaran tasawuf dari unsur-unsur filsafat, pada abad ini Ibnu Taimiyyah yang berfungsi seperti Al-Ghazali.
Ajaran tasawuf yabg dominana ketika itu adalah Ibnu Arobi, tapi Ibnu taimiyah memendang bahwa ajaran tersebut meneyesatkan masyarakat, ia berusaha untuk memeberantasnya melalui kegiatang belajar mengajar.
Abad Kesembilan dan Kesepuluh Hijriah serta Sesudahnya
Pada abad ini, tasawuf mulai memudar, dan para peneliti muslim menarik kesimpulan bahwa dua faktor yang menonjol yang menyebabakan runtuhnya pengaruh ajaran tasawuf di dunia islam, yaitu:
Ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat islam sebab banyak diantara merekan yang terlalu menyimpang dari ajaran isla yang sebenarnya,
Penjajah Eropa yang bernama Nasrari sudah menguasai seluruh negri islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme dan marerialisme, selalu dibawa untuk menghancurkan ajaran tasawuf.
Meskipun nasib ajara tasawuf sangan menyedihkan, tapi ajaran tasawuf tidak sepenuhnya hilang. Hal ini dibuktikan masih muncunya pengarang kitab-kitab yang memuat tasawuf, diantaranya:
Abdul Wahhab Asy-Sya'rany dengan krangannya yang berjudul Al-Latha'if Al-Minan (kehalusan hati).
Abdul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany. Ia sebagai pendiri tarekat tijaniyah.
Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy. Ia sebagai pebdiri tarekat Sanusiyah.
Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi. Ia sebagai pengarang kitab Tanwirul Qutub fi Mu'amalah 'Allam Al-Ghuyub, serta termasuk pengikut Naqsyabandiayah.
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Tasawuf berawal dari masa khalifah, Namun pada saat itu hanya tersirat tanpa ada teori dan lebih ke tingkah perbuatan sehari-hari. Abad selanjutnya mulai di bentuk aturan-aturan, prinsip-prinsip tentang tasawuf. Lalu muncullah berbagai macam karya tentang tasawuf. Sedangkan pada abad kelima, tasawuf makin berkembang, terbukti dengan adanya alirian tasawuf sunni dan semifilosofis. Pada abad ini, lebih aktif memikirkan pembaharuan-pembaharuan dengan tetap mengebalikan pada Al-Quran dan Hadist. Abad-abad selanjutnya lebih sering menyebarkan apa itu tasawuf kepada masyarakt luang tanpa harus meninggalkan dunia sufi merek.
DAFTAR PUSTAKA
Akhlak Tasawuf IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002
4
4