BAB I
PENDAHULUAN
Jamur memang terdapat pada rongga mulut semua individu, karena jamur merupakan salah satu flora normal rongga mulut yang sudah ada dalam rongga mulut setiap individu sejak masih bayi. Infeksi biasanya terjadi jika keseimbangan kuman di mulut terganggu, sehingga jumlah jamur berlebihan. Infeksi jamur dapat terjadi di berbagai bagian tubuh kita, termasuk di rongga mulut. Di rongga mulut pun, jamur dapat muncul di berbagai tempat namun yang a mat sering adalah di permukaan lidah, kulit yang mengitari mulut, atau sudut mulut. Orang pada tiap usia dapat menjadi penderita infeksi jamur di mulut, namun ada beberapa keadaan yang meningkatkan kemungkinan seseorang menjadi terinfeksi seperti: 1.
Setelah
konsumsi antibiotika atau pemakaian obat kumur antibakterial yang
berlebihan. Hal tersebut menyebabkan keseimbangan kuman di mulut terganggu. 2.
Pemakaian gigi tiruan atau anak yang memakai alat ortodontik lepasan yang kurang bersih atau kurang pas sehingga menimbulkan luka di mulut yang mudah dihuni jamur.
3.
Pemakaian obat kortikosteroid yang menekan sistem pertahana n tubuh.
4.
Usia bayi, kehamilan, dan da n usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi jamur.
5.
Adanya penyakit dalam jangka waktu la ma. Kebersihan diri perlu diperhatikan karena kondisi tubuh yang kotor serta kelembapan kulit yang tinggi dapat meningkatkan resiko terjangkitnya infeksi jamur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kandidiasis 1.
Definisi dan etiologi Candida merupakan jamur normal yang berada dalam mulut, usus dan
organ genitalia. Jamur ini tumbuh di daerah yang hangat dan basah. Hampir semua bayi, anak dan orang dewasa mempunyai candida dalam jumlah sedikit dan tidak menyebabkan gangguan apa-apa. Tetapi, kadang-kadang candida menjadi banyak sehingga dapat terlihat dengan jelas dan menyebabkan gangguan.
2.
Gambaran
klinis
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang dengan HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut candida albicans. albicans. Jamur ini, semacam ragi yang ditemukan di tubuh kebanyakan orang.
Sistem
kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan
jamur ini. Jamur ini bisa biasa menyebabkan menyebabkan penyakit pada mulut, mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi oportunistik ini dapat terjadi beberapa bulan atau tahun sebelum infeksi oportunistik lain yang lebih berat. Pada mulut, penyakit ini disebut thrush. thrush. Bila infeksi menyebar lebih dalam pada tenggorokan, penyakit yang timbul disebut esofagitis.
Gejalanya
adalah
gumpalan putih kecil seperti busa, atau bintik merah. Penyakit ini dapat menyebabkan menyebabkan sakit sa kit tenggorokan, tenggorokan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu makan.
3.
Jenis-jenis kandidiasis Kandidiasis oral ada beberapa jenis, yaitu: a.
Kandidiasis Pseudomembran Akut (oral thrush) - Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut dan lidah - Bercak putih yang mudah diangkat - Umumnya pada bayi
b.
Kandidiasis Atropik Akut Kandidiasis atropik akut adalah bentuk infeksi yang berkaitan dengan pemakaian antibiotik dalam jangka waktu yang lama dengan tanda-tanda klinis berupa lesi yang tampak sebagai stomatitis dengan dasar kemerahan.
c.
Kandidiasis Atropik Kronik Tanda klinisnya berupa lesi yang tampak sebagai stomatitis yang eritamatous dan asimptomatik, terbatas pada mukosa yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.
d.
Kandidiasis Hiperplastik Kronik Kandidiasis hiperplastik kronik (kandidiasis leukoplakia) sering ditemukan pada mukosa bukal. Insidensi penyakit ini terutama ditemukan pada individu perokok.
Sel
epitel mukosa mulut yang
terinfeksi cenderung mengalami transformasi kearah keganasa n.
e.
Kandidiasis Eritematosa Kandidiasis eritematosa adalah bentuk yang tersering ditemukan pada penderita yang terinfeksi HIV. Tidak jelas terlihat adanya bercak putih, hanya tampak sebagai daerah kemerahan pada palatum dan dorsum lidah.
f.
Angular Cheilitis Angular
cheilitis biasanya tampak sebagai jejas disertai radang
pada sudut mulut dengan faktor predisposisi yaitu defisiensi vitamin B2.
4.
Diagnosis Pemeriksaan diagnostik pada kandidiasis yaitu : a. Usapan mukosa mulut atau vagina b. Kerokan kulit atau kuku andida albicans) c.
Sekret bronkhus (andida Trophicalis)
d. Urine e. Darah
5.
Terapi Sistem
kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Sistem
kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga supaya kandida tetap seimbang. Mengobati kandidasis tidak dapat memberantas raginya. Pengobatan akan mengendalikan jamur agar tidak berlebihan. Pengobatan dapat lokal atau sitemik. Pengobatan lokal diberikan pada tempat infeksi. Pengobatan sistemik mempengaruhi seluruh tubuh. Banyak dokter lebih senang memakai pengobatan lokal dahulu. Ini menimbulkan lebih sedikit efek samping di banding pengobatan sistemik. Juga resiko kandida menjadi resistan terhadap obat lebih rendah. Obat-obatan yang dipakai untuk memerangi kandida adalah obat antijamur. Hampir semua namanya diakhiri dengan µ-azol¶. Obat tersebut termasuk klotrimazol, nistatin, flukonazol, dan itrakonazol.
B. Aktinomikosis 1. Definisi dan etiologi Aktinomikosis adalah penyakit infeksi jamur kronik dengan nodulusnodulus supuratif, granulomatosa disertai sinus-sinus yang mengeluarkan eksudat purulen. Aktinomikosis disebabkan oleh Actinomyces israelii. israelii.
2.
Gambaran
klinis
tinomi k osis osis Ak tinomi
servi k ofasialis ofasialis merupakan infeksi primer yang terjadi secara
endogen, karena adanya faktor predisposisi berupa trauma pada jaringan, misalnya setelah pencabutan gigi. Mikroorganisme penyebab dapat menjalar ke jaringan lunak di sekitar perkotinuitatum, terutama pada mandibula. tinomi k osis osis Ak tinomi
servi k ofasialis ofasialis menyebabkan menyebabkan pembengkakan yang pada mulanya
tidak khas pada bagian mandibula, namun dapat berubah menjadi keras seperti papan dengan permukaan yang berbenjol lampy ( jaw), jaw), diikuti dengan pembentukan abses dan fistul ekstra oral. Bila infeksi mengenai otot yang berperan dalam fungsi pengunyahan dapat menyebabkan gejala trismus. Diagnosis laboratoris dilakukan dengan memeriksa pus dari l esi berupa granula aktinomikotik.
3. Diagnosis Pemeriksaan pus dari lesi yang berupa granula aktinomikotik ( sulfur ( sulfur granules) granules)
4. Terapi Aktinomikosis memiliki prognosis yang baik, obat penicilin masih merupakan terapi untuk aktinomikosis. a ktinomikosis.
C. Kriptokokosis 1. Definisi dan etiologi Kriptokokosis disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoforman. neoforman. Jamur ini hidup di tanah yang mengandung kotoran burung merpati. Jamur ini berkembang biak kemudian membentuk tunas atau blastospora.
2.
Gambaran
klinis
Infeksi berupa inhalasi dan menyebabkan kriptokokosis paru dengan gejala klinik yang tidak khas. Jamur secara hematogen dapat menjalar ke
bagian tubuh lainnya, termasuk mukosa mulut dengan gambaran klinis yang tidak khas (menyerupai lesi/ulkus).
3. Diagnosis Ditemukan jamur penyebab di jaringan atau terisolasi dari bahan klinis yang aseptik.
4. Terapi Terapinya dengan menggunakan menggunakan a mfoterisin-B mfoterisin-B secara intravena.
D. Histoplasmosis 1. Definisi dan etiologi Histoplasmosis adalah penyakit menular yang disebabkan karena menghirup spora mikroskopik jamur H istoplasma istoplasma capsulatum yang hidup di tanah yang mengandung banyak nitrogen dan mengandung kotoran ayam dan kelelawar.
2. Jenis-jenis histoplasmosis Histoplasmosis bisa ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu: a. Histoplasmosis primer Pada bentuk yang akut, gejala biasanya timbul dalam waktu 3-21 hari setelah penderita menghisap spora jamur. Penderita akan merasakan sakit disertai demam dan batuk.
Gejala-gejala
tersebut biasanya menghilang dalam
waktu 2 minggu tanpa pengobatan dan kadang bisa menetap sampai selama 6 minggu. Bentuk ini jarang bersifat fatal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil analisa biakan dari dahak, kelenjar getah bening, sumsum tulang, hati, ulkus di mulut. Penderita infeksi akut histoplasmosis jarang memerlukan terapi obat. b. Histoplasmosis diseminata Bentuk ini dalam keadaan normal tidak akan terjadi pada orang dewasa yang sehat. Biasanya terjadi pada anak-anak anak-anak da n penderita gangguan sistem
kekebalan tubuh.
Gejala-gejalanya
sangat lambat ataupun sangat cepat, akan
bertambah buruk. Hati, limpa dan kelenjar getah bening membesar. Kadang infeksi ini menyebabkan ulkus di mulut dan saluran pencernaan. Dalam beberapa kasus, kelenjar adrenal mengalami gangguan sehingga timbul penyakit Addison. ddison. Tanpa pengobatan, bentuk ini 90 % berakibat fatal. Bahkan meskipun diobati, pada penderita AID S bisa terjadi kematian. Infeksi diseminata sering memberikan memberikan respon yang baik terhadap terhadap pengobatan dengan dengan amfoterisin-B intravena atau itrakonazol per oral. c. Histoplasmosis kronis Bentuk ini merupakan infeksi paru-paru yang timbul secara bertahap dalam waktu beberapa minggu, menyebabkan batuk dan kesulitan bernafas. gejala-gejala lainnya adalah penurunan berat badan, malaise dan demam ringan. Kebanyakan penderita akan pulih tanpa pengobatan dalam waktu 2-6 bulan. Tetapi gangguan pernafasan bisa bertambah buruk dan beberapa penderita mengalami batuk darah yang kadang-kadang jumlahnya sangat banyak. Kerusakan paru-paru atau masuknya bakteri ke paru-paru pada akhirnya bisa menyebabkan kematian. Pada bentuk ini, itrakonazol maupun amfoterisin-B bisa memusnahkan jamur, walaupun kerusakan yang disebabkan infeksi ini menetap dibawah jaringan parut.
Gangguan
pernafasan yang mirip dengan yang disebabkan oleh
penyakit paru obstruktif biasanya bersifat menetap. Oleh karena itu, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin untuk memperkecil kerusakan paru-paru.
E. Fikomikosis 1. Etiologi Fikomikosis Fikomikosis disebabkan oleh jamur dari kelas P hycomycetes. hycomycetes.
2. Jenis-jenis Terdapat 2 bentuk fikomikosis, fikomikosis, yaitu: a.
Fikomikosis Fikomikosis viseralis
Merupakan fikomikosis sistemik yang disebabkan oleh jamur dari ordo ucorales, M ucorales,
yaitu M ucor ucor , Rhizopus dan Absidia. bsidia.
Infeksinya terjadi secara inhalasi spora atau melalui alat pencernaan dan menyebar secara hematogen ke otak dan organ dalam lainnya. Gejala
klinisnya
tergantung
pada
lokalisasi
kelainan
dan
faktor
predisposisi seperti: -
Pemakaian antibiotik atau kortikosteroid dalam jangka waktu lama.
-
Pemakaian antibiotik dengan dosis tinggi.
-
Penyakit menahun khususnya DM yang tidak terkontrol. Prognosisnya Prognosisnya kurang baik, ba ik, terutama bila infeksi telah t elah sampai ke otak, mata
dan sinus di daerah kepala. b.
Fikomikosis subkutis Fikomikosis subkutis disebut juga creeping granuloma. granuloma. Fikomikosis jenis
ini disebabkan oleh Basidiobolus oleh Basidiobolus meristoporus . Basidiobolus meristoporus adalah jamur yang hidup di dalam alat pencernaan binatang pemakan serangga seperti kecoa, tokek, cicak, kadal dan kodok. Infeksinya terjadi secara eksogen, namun mekanismenya belum diketahui secara pasti.
Gejala
klinisnya tampak sebagai tumor di bawah kulit, berbatas
tegas, kenyal dan tanpa gejala radang, dan tidak menyebabkan keluhan sakit. Prognosisnya Prognosisnya baik, kadang dapat sembuh dengan sendirinya.
3. Diagnosis Bahan pemeriksaan laboratoris berupa: suptum, cairan otak dan biopsi jaringan.
F. Rinofikomikosis enthomophtora Rinofikomikosis enthomopora disebabkan oleh
E nthomophtora nthomophtora
coronata
yaitu jamur yang hidup saprofit di tanah yang mengandung humus. Infeksi melalui inhalasi spora yang tersebar di udara.
Gambaran
klinik berupa tumor berbatas tegas, kenyal dan terasa tidak
sakit, yang terletak di bawah mukosa hidung, di bawah kulit, sekitar hidung, sekitar mata, bibir atas dan palatum. Umumnya menimbulkan keluhan gangguan menelan, penyumbatan penyumbatan saluran pernapasa n, dan lakrimasi.
G.
Aspergilosis 1. Definisi dan etiologi Aspergilosis merupakan infeksi yang terutama menyerang paru-paru. Aspergilosis terjadi bila organisme A pergillus menyusup ke dalam jaringan yang lebih dalam, seperti saluran telinga atau paru-paru, terutama pada
penderita tuberkulosis atau bronkitis. Di paru-paru bisa tumbuh aspergiloma (bola-bola (bola-bola jamur A spergillus). spergillus). Bola-bola ini terdiri dari serabut jamur, serabut bekuan darah dan sel-sel darah putih yang tidak beraturan. Bola-bola ini secara bertahap akan membesar dan merusak jaringan paru-paru. Pada penderita gangguan sistem kekebalan, aspergilosis bisa menyebar melalui aliran darah menuju ke otak dan ginjal.
2.
Gambaran
klinis
Aspergilosis pada saluran telinga menyebabkan gatal dan kadang-kadang nyeri. Cairan dari telinga biasanya keluar selama tidur, sehingga meninggalkan bercak di bantal. Aspergiloma di paru seringkali tidak menunjukkan gejala dan ditemukan pada pemeriksaan roentgen dada. Aspergiloma bisa menyebabkan batuk darah berulang dan dan perdarahan, meskipun jarang jara ng dan bisa berakibat berakibat fatal. Infeksi pada jaringan yang lebih dalam menyebabkan menyebabkan demam, menggigil, menggigil, syok, mengigau dan pembekuan darah. Bisa terjadi gagal ginjal, gagal hati dan gangguan pernafasan. Kematian bisa terjadi dengan cepat. Merupakan Infeksi yang jarang ditemukan pada penderita AID S.
3. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Jika memungkinkan, bisa diambil jaringan terinfeksi untuk dibuat biakan di laboratorium. Memerlukan waktu beberapa hari untuk tumbuhnya jamur sehingga bisa diidentifikasi, tetapi pengobatan harus segera diberikan diberikan karena penyakit ini bisa berakibat fatal.
4. Terapi Aluminium asetat (larutan Burow) digunakan untuk membersihkan saluran telinga yang terinfeksi. Aspergiloma biasanya diangkat melalui pembedahan. Obat anti jamur, seperti amfoterisin-B, biasanya diberikan melalui infus. Obat pilihan lainnya adalah ketokonazol dan itrakonazol yang diberikan per oral pada infeksi jaringan yang lebih dala m.
H. Parakoksidioidomikosi Parakoksidioidomikosiss (S outh outh American Blastomycosis) Blastomycosis ) 1. Definisi dan etiologi Jamur penyebab adalah P aracoccidioides aracoccidioides brasiliensis. brasiliensis . Penyakit ini hanya ditemukan di Amerika Selatan.
2.
Gambaran
klinis
Lesi primer terjadi di paru, akibat infeksi yang terjadi karena inhalasi spora jamur penyebab. Dari paru dapat menyebar secara hematogen/limfogen ke organ dalam lainnya, seperti limpa, hati, saluran cerna, mukosa mulut, tulang dan otak.
3. Diagnosis Dilakukan dengan pemeriksaan dahak, nanah dan biopsi jaringan.
4. Terapi Pengobatan yang digunakan berupa amfoterisin-B intravena, sulfa, dan mikonazol.
I. Rinospoidiosis Rinospoidiosis disebabkan oleh Rhinosporidium oleh Rhinosporidium seeberi yaitu jamur yang diduga hidup di dalam air. Banyak ditemukan di Indian dan
Srilanka.
Infeksi
terjadi secara eksogen, mekanismenya meka nismenya belum diketahui. Gambaran
klinik tampak sebagai polip bertangkai yang mudah berdarah,
pada mukosa mata, hidung, faring, mungkin juga mukosa uretra dan telapak kaki. Diagnosa ditegakkan dengan memeriksa jaringan polip yaitu pemeriksaan langsung dan pemeriksaan histopatologi.
J. S porotrikhosis Jamur penyebab yaitu S porotrichum schenk ii ii yang hidup di alam bebas, seperti tanah, tumbuh-tumbuhan dan kayu busuk. Penyakit ini ditemukan kosmopolit dan terutama ditemukan pada pekerja kebun. Cara infeksi berupa trauma tusukan duri dari potongan kayu. Secara
klinis terdapat pada kulit atau jaringan di bawah kulit dan kelenjar
limfe, jarang menyebar ke mukosa, organ-organ dalam dan tulang. Kelainan dapat mengenai hidung, faring dan mulut. Lesi dalam mulut tampak sebagai ulkus yang tidak khas, mirip dengan lesi yang disebabkan oleh penyakit lain. lain.
K. Kromomikosis 1. Definisi dan etiologi Kromomikosis adalah infeksi jamur kronis pada kulit dan subkutan, yang berbentuk noduli verukosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatiaceae, yaitu jamur yang berwarna gelap. Ada beberapa jenis, yaitu Cladosporium carionii, hialophora verrucosa, P hialophora
2.
Gambaran
Fonsecae perdrosoi, H. compactum. compactum .
klinis
Kromomikosis pada umumnya terdapat di daerah tropis dan subtropis, terutama mengenai orang dewasa antara 30-50 tahun, pria lebih sering dari
pada wanita. Sebagian besar kasus umumnya berhubungan dengan pekerjaan, terutama di daerah pedesaan seperti petani dan pencari kayu di huta n. Jamur hidup sebagai saprofit di tanah dan pada tumbuh-tumbuhan yang merupakan habitat alaminya. S pora masuk ke kulit melalui trauma, seperti tertusuk duri atau tergores. Tidak pernah dilaporkan penularan dari manusia ke manusia atau dari hewan ke manusia. Lesi dimulai sebagai papula kecil yang gatal, lalu berkembanglambat membentuk plakat dengan tepi yang meninggi, batas tidak beraturan atau sebagai noduli dengan permukaan kasar dan verukosa. Perabaan keras, kering, kasar, dan tidak sakit. Warnanya coklat, merah, ungu.
Setelah
beberapa bulan
dan tahun, akan timbul lesi baru. Beberapa lesi mengalami fusi membentuk noduli kasar, verukosa seperti kembang kol. Ada dua bentuk, yaitu kromomikosis kutan dan sistemik, meskipun manifestasi pada organ visera jarang. ja rang. Perjalanan penyakit sangat lambat, la mbat, yakni antara 4 sampai 15 tahun. Keadaan umum penderita tetap baik. Lokalisasi infeksi terutama pada bagian bagia n tubuh yang terbuka, terbuka, yaitu tungkai dan kaki.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pembahasan di at as, maka dapat ditarik kesimpulan berikut: 1. Jamur merupakan salah satu flora normal rongga mulut yang sudah ada dalam rongga mulut setiap individu sejak masih bayi. 2. Infeksi biasanya terjadi jika keseimbangan kuman di mulut terganggu, sehingga jumlah jamur berlebihan. Infeksi jamur dapat terjadi di berbagai bagian tubuh kita, termasuk di rongga mulut. Di rongga mulut pun, jamur dapat muncul di berbagai tempat namun yang amat sering adalah di permukaan lidah, kulit yang mengitari mulut, atau sudut mulut. 3. Ada berbagai macam infeksi jamur di rongga mulut, antara lain: a.
Kandidiasis Kandidiasis pseudomembran akut (oral ( oral thrush), thrush), kandidiasis atropik akut, kandidiasis atropik kronik, kandidiasis hiperplastik kronik, kandidiasis eritematosa, angular cheilitis. cheilitis .
b.
Aktinomikosis
c.
Kriptokokosis
d.
Histoplasmosis
e.
Fikomikosis
f.
Rinofikomikosis enthomophtora
g.
Aspergilosis
h.
Parakoksidioidomikosis
i.
Rinospoidiosis
j.
S porotrikhosis
k.
Kromomikosis
B. Saran 1. Bagi Pemerintah untuk dapat lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut melalui program-program peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut dan pengadaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang program tersebut. 2. Bagi kader-kader kesehatan gigi dan mulut untuk dapat lebih berperan dalam tindakan promosi kesehatan gigi dan mulut ke seluruh elemen masyarakat yang ada, agar masyarakat dapat sadar mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. mulut. 3. Bagi masyarakat agar kiranya perlu memperhatikan kebersihan karena kondisi tubuh yang kotor serta kelembapan kulit yang tinggi dapat meningkatkan resiko terjangkitnya infeksi jamur.