BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Air memegang peranan penting di dalam kehidupan manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Oleh manusia air dipergunakan untuk menunjang kehidupan sehari-hari seperti minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang,industri, dan masih banyak lagi. Akan tetapi sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang maka baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempunyai dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk didalamnya pencemaran air. Pencemaran air umumnya berasal dari limbah domestik maupun limbah non domestik seperti limbah dari rumah tangga, industri , pertanian dan penangkapan ikan yang tidak dilakukan dengan semestinya. Akibat dari pencemaran air merusak ekosistem yang di dalam maupun di luar kehidupan air terganggu. Pencemaran air juga dapat berdampak bagi kehidupan manusia yang tidak pernah luput dari penggunaan air. Namun pencemaran air dapat diatasi dengan berbagai cara baik dari diri sendiri maupun dari instansi pemerintahan. Oleh karena itu pencemaran air perlu dikendalikan seiring dengan laju pembangunan agar fungsi air dapat dipertahankan kualitasnya. Melalui makalah ini kami akan membahas mengenai penyebab, dampak dan penanggulangan dari pencemaran air.
B.
Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran air? 2. Bagaimana dampak dari pencemaran air oleh limbah rumah tangga dan cara penanggulangannya? 3. Bagaimana dampak dari pencemaran air oleh limbah industri dan cara penanggulangannya? 4. Bagaimana dampak dari pencemaran air oleh limbah pertanian dan cara penanggulangannya? 5. Apa yang dimaksud dengan eutrofikasi? 6. Bagaimana dampak dari eutrofikasi dan cara penanggulangannya?
1
C.
Tujuan 1. Mengetahui pengertian pencemaran air 2. Mengetahui dampak dari pencemaran air oleh limbah rumah tangga dan cara penanggulangannya 3. Mengetahui dampak dari pencemaran air oleh limbah industri dan cara penanggulangannya 4. Mengatahui dampak dari pencemaran air oleh limbah pertanian dan cara penanggulangannya 5. Mengetahui pengertian eutrofikasi 6. Mengetahui dampak dari eutrofikasi dan cara penanggulangannya
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencemaran Air Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. Air biasanya disebut tercemar ketika terganggu oleh kontaminan antropogenik dan ketika tidak bisa mendukung kehidupan manusia, seperti air minum, dan/atau mengalami pergeseran ditandai dalam kemampuannya untuk mendukung komunitas penyusun biotik, seperti ikan.
B. Macam-macam pencemaran air 1.
Pencemaran air oleh limbah Rumah Tangga Limbah merupakan buangan atau bekas yang berbentuk cair, gas, dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah tangga limbah ini bisa berupa sisa-sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, slada dan lainlain bisa juga berupa kertas, kardus atau karton. Limbah rumah tangga dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Yang pertama berupa sampah. Kemudian ada air limbah yang dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci. yang terakhir adalah kotoran yang dihasilkan manusia. Limbah-limbah ini, jika tak dikelola baik, berpotensi tinggi mencemari lingkungan sekitar.
Limbah rumah tangga juga dapat diklasifikasi menjadi : a.
Limbah Organik, segala limbah yang mengandung unsur Karbon (C). Contohnya limbah dari mahluk hidup: air seni, kotoran manusia & hewan, dan sisa makanan atau sayuran.
b. Limbah Anorganik, limbah yang tidak dapat atau sulit terurai atau busuk secara
alami oleh mikro organisme pengurai. tidak mengandung unsur karbon, seperti
3
logam (misalnya besi dari mobil bekas atau perkakas dan almunium dari kaleng bekas atau peralatan rumah tangga) dan kaca.
Adapun dampak dari limbah rumah tangga adalah sebagai berikut : a.
Dampak dari pembuangan Limbah organic yang mengandung protein akan menghasilkan bau yang tidak sedap (lebih busuk).
b.
Dampak dalam kesehatan: dapat menyebabkan dan menimbulkan penyakit, contoh: penyakit diare, kolera, penyakit jamur, sampah beracun. penyakit ini terjadi karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat.
c.
Eutrofikasi: perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis.
d.
Peningkatan emisi CO2 akibat dari banyaknya kendaraan, penggunaan listrik berlebihan serta buangan industri akan memberikan efek peningkatan kadar keasaman laut. Peningkatan CO2 tentu akan berakibat buruk bagi manusia terkait dengan kesehatan pernapasan, salah satu fungsi laut adalah sebagai penyerap dan penetral CO2 terbesar di bumi. Saat CO2 di atmosfer meningkat maka laut juga akan menyerap lebih banyak CO2 yang mengakibatkan meningkatnya derajat keasaman laut. Hal ini mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus maka hewan-hewan tersebut akan punah dalam jangka waktu yang dekat.
e.
Plastik, yang menjadi masalah terbesar dan paling berbahaya. Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengkonsumsi plastik karena kesalahan, Karena tidak jarang plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut.
Limbah rumah tangga yang terlalu banyak jika tidak dapat ditanggulangi sangat berpotensi mencemari dan meracuni lingkungan. Penanggulangan limbah rumah tangga dibedakan menjadi 3, yaitu :
4
a) Daur ulang. 1. Pemanfaatan sampah organik. Kegiatan pemanfaatan sampah organic, adalah composting (pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan lingkungan. 2. Pemanfaatan
sampah
anorganik,
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung.Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan. b) Pengurangan dan pengelompokan sampah. Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan. Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai 10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing Pemda. c) Pembakaran/pemusnahan sampah. Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Tetapi harap diperhatikan juga lokasi dan dampak pembakaran sampah bagi kesehatan dan kebersihan lingkungan. 2. Pencemaran air oleh limbah Industri Limbah industri adalah jenis limbah yang dihasilkan oleh proses produksi. Bentuk dari limbah produksi bermacam - macam. Ada yang berupa limbah industri cair, limbah industri padat, dan lain - lain. 5
Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah. Misalnya: Ampas tebu dapat dijadikan bahan baku untuk pabrik kertas, sebab ampas tebu melalui proses sulfinasi dapat menghasilkan bubur pulp. Banyak lagi limbah pabrik tertentu yang dapat diolah untuk menghasilkan produk baru dan menciptakan nilai tambah. Limbah nonekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan merusakkan lingkungan; Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga dapat merupakan semacam “katalisator”. Karena sesuatu bahan membutuhkan air pada permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus dibuang lagi yang ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan beracun. Di samping itu ada pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus dikeluarkan bersama buangan lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan harus dibuang setelah proses produksi. Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan penolong. Berdasarkan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian,yaitu limbah cair, limbah gas/asap dan limbah padat. Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat dan malam hari turun bersama embun. Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan sampingan hasil proses produksi. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula. Limbah penduduk kota menjadikan kota menghadapi problema kebersihan. Kadang-kadang bukan hanya sistem pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna,
6
dibuang setelah diolah. Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia maupun biologi. Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini, sedangkan limbah gas yang sering dinilai berdasarkan satu karakteristik saja seperti halnya limbah padat. Berbeda dengan limbah padat yang menjadi penilaian adalah karakteristik fisikanya, sedangkan karakteristikkimia dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat. Limbah padat dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air dan limbah gas dilihat dari sudut kualitatif maupun kuantitatif. Sifat setiap jenis limbah tergandung dari sumber limbah. Beberapa contoh limbah industri : a. Limbah Industri Pangan Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain ; tahu, tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak , garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang menyengat dan polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat. Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya. b. Limbah Industri Kimia & Bahan Bangunan Industri kimia seperti alkohol dalam proses pembuatannya membutuhkan air sangat besar, mengeakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan kelingkungan sekitarnya. Air limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya terkandung mikroorganisme, senyawa organik dan anorganik baik terlarut maupun tersuspensi serta senyawa tambahan yang terbentuk selama proses permentasi berlangsung. Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca 7
SO4, gas berupa uap alkohol. kategori limbah industri ini adalah limbah bahan beracun berbahayan (B3) yang mencemari air dan udara. Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan efek bahan kimia toksik : Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya dosis tertentu kedalam tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat dengan segera, misalnya keracunan H2S, Co dalam dosis tinggi. Dapat menimbulkan lemas dan kematian. Keracunan Fenal dapat menimbulkan sakit perut dan sebagainya. Keracunan kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam dosis yang kecil tetapi terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam jangka panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya. Industri fermentasi seperti alkohol disamping bisa membahayakan pekerja apabila menghirup zat dalam udara selama bekerja apabila tidak sesuai dengan Threshol Limit Valued (TLV) gas atau uap beracun dari industri juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar. Kegiatan lain sektor ini yang mencemari lingkungan adalah industri yang menggunakan bahan baku dari barang galian seperti batako putih, genteng, batu kapur/gamping dan kerajinan batu bata. Pencemaran timbul sebagai akibat dari penggalian yang dilakukan terus-menerus sehingga meninggalkan kubah-kubah yang sudah tidak mengandung hara sehingga apabila tidak dikreklamasi tidak dapat ditanami untuk ladang pertanian.
c. Limbah Industri Sandang Kulit dan Aneka Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kuit dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam proses pencucian memerlukanair sebagai mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan (bekas Proses) yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi). d. Limbah Industri Logam & Elektronika Bahan buangan yang dihasilkan dari industri besi baja seperti mesin bubut, cor logam dapat menimbulkan pemcemaran lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa debu, asap dan gas yang mengotori udara sekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam) mengganggu ketenangan sekitarnya. kadar bahan pencemar yang
8
tinggi dan tingkat kebisingan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia baik yang bekerja dalam pabrik maupun masyarakat sekitar. Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri ini memcemari air karena buanganya dapat mengandung minyak pelumas dan asam-asam yang berasal dari proses pickling untukmembersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat dapat dimanfaatkan kembali. Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihaslkan dari prosesproses dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan yaitu : 1. Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas 2. Kebisingan,
mengganggu
pendengaran,
menyempitkan
pembuluh
darah,
ketegangan otot, menurunya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi kerja. 3. Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat, dapat mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan kematian 4. Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala, pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging. 5. Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm), pembengkakan paru-paru/celah suara. 6. Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan kesungai, kolam atau sawah dan sebagainya. 7. Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang menbahayakan. Adapun upaya pencegahan adalah mengurangi sumber dampak lingkungan yang lebih berat. Ada pun penanggulangan atau pengendaliannya adalah upaya pembuatan standar bahan baku mutu lingkungan, pengawasan lingkungan dan penggunaan teknologi dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Secara umum, berikut ini merupakan upaya pencegahan atas pencemaran lingkungan : 9
1. Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan 2. Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman penduduk 3. Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida dan bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan. 4. Melakukan penghijauan. 5. Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang mencemari lingkungan 6. Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang sesungguhnya. 3. Pencemaran Air oleh Limbah Pertanian
Limbah
Pertanian
diartikan
sebagai
bahan
yang dibuang di
pertanian,misalnya sabut dan tempurung kelapa,jerami dan dedak padi.
sektor Limbah
industri pertanian adalah buangan dari pabrik/industri pengolahanhasil pertanian. Seperti industri-industri lainnya justru limbah ini yang banyak menimbulkan polusi lingkungan kalau tidak ditangani secara baik. Jenis industri ini juga cukup banyak. Untuk memudahkan penanganannya limbah industri pertanian ini bisa dikelompokkan berdasarkan komponen bahan bakunya, apakah limbah karbohidrat, protein atau lemak demikian juga bisa dikelompokkan berdasarkan fasanya yang terbesar apakah cairan atau padatan. Limbah pertanian terbagi atas empat kelompok yaitu : (1) Limbah pertanian pra panen contoh daun, ranting atau buah yang gugur sengaja atau tidak. (2) Limbah pertanian panen contoh batang atau jerami saat panen padi. (3) Limbah pertanian pasca panen contoh kulit atau jeroan pada ternak potong. (4) Limbah industri pertanian contoh molases pada pabrik gula tebu. Berdasarkan wujud nya limbah pertanian diklasifikasikan atas tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Ketiga jenis limbah ini dapat dikeluarkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada di industri pertanian. Dari ke-tiga jenis limbah di atas, limbah cair yang umum 10
diperhatikan oleh para ahli penanganan limbah, karena limbah cair industri pertanian jumlahnya banyak dan dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. Sifat-sifat limbah cair dibedakan atas tiga kelompok yaitu : (1) sifat fisik misalnya suhu, pH, warna bau dan endapan. (2) sifat kimiawi misalnya adanya kandungan organik (karbohidrat, protein, lemak dll) dan kandungan an organik (nitrogen, khlorida, fosfor dll). (3) sifat biologis misalnya ada tidaknya mikroorganisme. Untuk mengukur kadar bahan organik dari limbah cair biasanya dilakukan analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand). Dampak limbah pertanian : (1) Gangguan terhadap Kehidupan Biotik Dengan banyaknya zat
pencemar
yang ada di
dalam air limbah, maka
akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga disebabkan karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya temperatur tinggi yang dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya air limbah ini dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah. (2) Gangguan terhadap Kesehatan Limbah cair sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Limbah cair ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta skhistosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam limbah cair itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti menyebabkan penyakit kolera dengan penyebaran utama melalui limbah cair yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio kolera, Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air 11
hasil pengolahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatanmanusia. Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air Limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan yang demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah. Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah contoh yang nyata dimana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala penyempitan ruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya ikan oleh para nelayan, sedangkan ikan tersebut telah mengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air raksa yang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah yang tercemar oleh adanya pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan limbahnya.
Cara penanggulangan limbah pertanian : Mengenai limbah pertanian. Perlu kesadaran dari semua lapisan masyarakat khususnya
para
petani
supaya
berlaku
bijak
dengan
limbah
pertanian
yang
dihasilkannya.Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan kecil sebagai awalnya yaitu dengan memulai dari diri sendiri. Selama ini belum ada upaya yang maksimal dalam penanganan limbah dan dampak negatif dari usaha pertanian, sehingga perlu dikaji pengangannya melalui sistem integrasi tanaman-ternak. Konsep sistem integrasi tanaman-ternak ini hadir sebagai salah satu bentuk pertanian terpadu. Pola integrasi antara tanaman dan ternak muncul sebagai kegiatan pertanian dan peternakan yang saling melengkapi. Pola ini akan akan menjadi solusi bagi usaha pertanian. Salah satu contoh integrasi yang terjadi antara hewan ternak dan tanaman adalah limbah ternak berupa kotoran diolah menjadi pupuk cair dan kompos dan kemudian diaplikasikan pada lahan pertanian. Manfaat kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sumber zat makanan bagi tanaman tentu akan berpengaruh besar bagi pertanian. Sebaliknya limbah pertanian berupa jerami, gulma dan dedak dapat dimanfaatkan pula sebagai pakan ternak. Selain itu, bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembalakan ternak di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil, sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh di sekitar tempat tersebut atau menggunakan tenaga sapi atau 12
kerbau untuk pengolahan tanah. Sementara itu, ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan kotoran padatnya. Harapan dari pola tersebut petani yang ketergantungan akan bahan agrokimia seperti pupuk sintesis yang sudah jelas mempunyai efek negatif dan limbah ternak berlimpah belum tertangani akan terselesaikan dengan adanya penyediaan pupuk kandang dari limbah ternah dilahan pertanian, sehingga terbentuk peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Adapun dampak negatif dari pertanian berupa kerusakan tanah dan pemanasan global dalam jangka panjang dapat diminimumkan 4. Eutrofikasi Eutrofikasi merupakan masalah lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L. Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik. Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat fenomena algal bloom. Kondisi eutrofik sangat memungkinkan alga, tumbuhan air berukuran mikro, untuk tumbuh berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat ketersediaan fosfat yang berlebihan serta kondisi lain yang memadai. Hal ini bisa dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tak sedap, dan kekeruhannya yang menjadi semakin meningkat. Banyaknya eceng gondok yang bertebaran di rawa-rawa dan danaudanau juga disebabkan fosfat yang sangat berlebihan ini. Akibatnya, kualitas air di banyak ekosistem air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol, menyebabkan makhluk hidup air seperti ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik sehingga akhirnya mati. Hilangnya ikan dan hewan lainnya dalam mata rantai ekosistem air menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem air. Permasalahan lainnya, cyanobacteria (blue-green algae) diketahui mengandung toksin sehingga membawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Algal bloom juga menyebabkan hilangnya nilai 13
konservasi, estetika, rekreasional, dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya sosial dan ekonomi yang tidak sedikit untuk mengatasinya. Penyebab Terjadinya Euterofikasi : Eutrofikasi dapat dikarenakan beberapa hal di antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Hampir 90 % disebabkan oleh aktivitas manusia di bidang pertanian. Para petani biasanya menggunakan pestisida atau insektisida untuk memberantas hama tanaman agar tanaman tidak rusak. Akan tetapi botol – botol bekas pestisida itu dibuang secara sembarangan baik di sekitar lahan pertanian atau daerah irigasi. Hal inilah yang mengakibatkan pestisida dapat berada di tempat lain yang jauh dari area pertanian karena mengikuti aliran air hingga sampai ke sungai – sungai atau danau di sekitarnya. Mengacu pada buku Phosphorus Chemistry in Everyday Living, manusia memang berperan besar sebagai penyumbang limbah fosfat. Secara fisiologis, jumlah fosfat yang dikeluarkan manusia sebanding dengan jumlah yang dikonsumsinya. Limbah organik adalah sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan perikanan yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya. Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan sedangkan bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Dampak Eutrofikasi : Selain menurunkan konsentrasi oksigen terlarut, menghasilkan senyawa beracun dan menjadi tempat hidup mikroba fatogen yang menyengsarakan fauna air; dekomposisi juga menghasilkan senyawa nutrien (nitrogen dan fosfor) yang menyuburkan perairan. Nutrien merupakan
unsur
kimia
yang diperlukan
alga
(fitoplankton)
untuk
hidup
dan
pertumbuhannya. Sampai pada tingkat konsentrasi tertentu, peningkatan konsentrasi nutrien dalam badan air akan meningkatkan produktivitas perairan, karena nutrien yang larut dalam badan air langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya sehingga populasi dan kelimpahannya meningkat. Peningkatan kelimpahan fitoplankton akan diikuti dengan peningkatan kelimpahan zooplankton, yang makanan utamanya adalah fitoplankton. Akhirnya karena fitoplankton dan zooplankton adalah makanan utama ikan, maka kenaikan kelimpahan keduanya akan menaikan kelimpahan (produksi) ikan dalam badan air tersebut. 14
Akan tetapi peningkatan konsentrasi nutrien yang berkelanjutan dalam badan air, apalagi dalam jumlah yang cukup besar akan menyebabkan badan air menjadi sangat subur atau eutrofik dan akan merangsang fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang-biak dengan pesat sehingga terjadi blooming sebagai hasil fotosintesa yang maksimal dan menyebabkan peningkatan biomasa perairan tersebut. Sehubungan dengan peningkatan konsentrasi nutrien dalam badan air, setiap jenis fitoplankton mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memanfaatkannya sehingga kecepatan tumbuh setiap jenis fitoplankton berbeda. Selain itu setiap jenis fitoplankton juga mempunyai respon yang berbeda terhadap perbandingan jenis nutrien yang terlarut dalam badan air. Fenomena ini menyebabkan komunitas fitoplankton dalam suatu badan air mempunyai struktur dan dominasi jenis yang berbeda dengan badan air lainnya. Selain merugikan dan mengancam keberlanjutan fauna akibat dominasi fito-plankton yang tidak dapat dimakan dan beracun; blooming yang menghasilkan biomasa (organik) tinggi juga merugikan fauna; karena fenomena blooming selalu diikuti dengan penurunan oksigen terlarut secara drastis akibat pe-manfaatan oksigen yang ber lebihan untuk dekomposisi biomasa (organik) yang mati. Seperti pada analisis dampak langsung tersebut diatas maka rendahnya konsentrasi oksigen terlarut apalagi jika sampai batas nol akan menyebabkan ikan dan fauna lainnya tidak bisa hidup dengan baik dan mati. Selain menekan oksigen terlarut proses dekomposisi tersebut juga menghasilkan gas beracun seperti NH3 dan H2S yang pada konsentrasi tertentu dapat membahayakan fauna air, termasuk ikan. Selain badan air didominasi oleh fitoplankton yang tidak ramah lingkungan seperti tersebut diatas, eutrofikasi juga merangsang pertumbuhan tanaman air lainnya, baik yang hidup di tepian (eceng gondok) maupun dalam badan air (hydrilla). Oleh karena itulah maka di rawa-rawa dan danau-danau yang telah mengalami eutrofikasi tepiannya ditumbuhi dengan subur oleh tanaman air seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes), Hydrilla dan rumput air lainnya. Cara Menanggulangi Eutrofikasi : Menyadari bahwa senyawa fosfatlah yang menjadi penyebab terjadinya eutrofikasi, maka perhatian para saintis dan kelompok masyarakat pencinta lingkungan hidup semakin meningkat terhadap permasalahan ini. Ada kelompok yang condong memilih cara-cara penanggulangan melalui pengolahan limbah cair yang mengandung fosfat, seperti detergen dan limbah manusia, ada juga kelompok yang secara tegas melarang keberadaan fosfor dalam detergen. Program miliaran dollar pernah dicanangkan lewat institusi St Lawrence Great 15
Lakes Basin di AS untuk mengontrol keberadaan fosfat dalam ekosistem air. Sebagai implementasinya, lahirlah peraturan perundangan yang mengatur pembatasan penggunaan fosfat, pembuangan limbah fosfat dari rumah tangga dan permukiman. Upaya untuk menyubstitusi pemakaian fosfat dalam detergen juga menjadi bagian dari program tersebut. Pada Umumnya penaggulangan eutrofikasi yaitu sebagai berikut : 1. Attacking symptoms Attacking symptoms yaitu dengan mencegah pertumbuhan vegetasi penyebab eutrofikasi dan meningkatkan oksigen terlarut di dalam perairan. Untuk cara ini ada beberapa metode yang dapat digunakan : - Chemical treatment yang bermaksud untuk mengurangi nutrien berlebih yang terkandung dalam air - Aerasi - Harvesting algae (memanen algae) untuk mengurangi algae yang tumbuh subur di permukaan air 2. Getting at the root cause Getting at the root cause yaitu mengurangi nutrien dan sedimen berlebih yang masuk ke dalam air. Ada beberapa metode yang dapat digunakan : - Pembatasan penggunaan fosfat - Pembuangan limbah fosfat dari rumah tangga dan pemukiman -Upaya untuk mensubstitusi pemakaian fosfat dalam detergen BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia seperti limbah rumah tangga, limbah industri dan limbah pertanian. Masing-masing dari limbah tersebut mempunyai dampak yang berbeda terhadap lingkungan maupun makhluk hidup, misalnya menimbulkan penyakit seperti penyakit diare, kolera, penyakit jamur, sampah beracun hingga karbon monoksida (CO) yang dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan melemahkan penglihatan dan pendengaran. Beberapa dari limbah tersebut dapat ditanggulangi seperti daur 16
ulang limbah rumah tangga, namun sampai saat ini belum ada upaya yang maksimal dalam penanganan limbah dan dampak negatif dari usaha pertanian, sehingga perlu dikaji penangannya melalui sistem integrasi tanaman-ternak. Ada pun penanggulangan atau pengendalian limbah industri adalah dengan
pembuatan standar bahan baku mutu
lingkungan, pengawasan lingkungan dan penggunaan teknologi dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan.
B. Saran 1. Perlunya kesadaran dari seluruh aspek masyarakat untuk menjaga serta memelihara lingkungan khususnya pada ekosistem air. 2. Perlunya pembuatan atau perencanaan
tata saluran pembuangan yang lebih
ditingkatkan guna mengatasi masalah pencemaran lingkungan khususnya pada ekosistem air.
17