BAB II PEMBAHASAN A. Pengukuran
1. Pengertian Pengukuran Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain (Anas Sudijono, 1996: 3). Jika kita mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, atau mengukur jarak kota A dengan kota B, maka sesungguhnya yang sedang dilakukan adalah mengkuantifikasi keadaan seseorang atau tempat kedalam angka. Karenanya, dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif. Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu : (1) pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang mengukur jarak dua buah kota, (2) pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar serta (3) pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan jalan menguji hal yang ingin ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain sebagainya Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa. Menurut Mardapi (2004: 14) pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Karakteristik yang terdapat dalam obyek yang diukur ditransfer menjadi bentuk angka sehingga lebih mudah untuk dinilai. aspek-aspek yang terdapat dalam diri manusia seperti kognitif, afektif dan psikomotor dirubah menjadi angka. Karenanya, kesalahan dalam mengangkakan aspek-aspek ini harus sekecil mungkin. Kesalahan yang
mungkin muncul dalam melakukan pengukuran khususnya dibidang ilmu-ilmu sosial dapat berasal dari alat ukur, cara mengukur dan obyek yang diukur Pengukuran dalam bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang sering dipakai untuk mengukur hasil yang telah dicapai siswa adalah dengan tes. Selain dengan tes, terkadang juga dipergunakan nontes. Jika tes dapat memberikan informasi tentang karakteristik kognitif dan psikomotor, maka nontes dapat memberikan informasi tentang karakteristik afektif obyek. 2. Peranan pengukuran Dalam
kegiatan
merupakan
kegiatan
merupakan
salah
Keempat dan
tugas
menilai
Dalam
pengajaran
yang
satu
sangat
dari
pokok
praktek
penilaian
Kedua
kegiatan
tugas
pokok
seorang
adalah
pengajaran,
pengajaran,
dan
penting.
empat
tersebut
keberhasilan
pengukuran
merencanakan, serta
keempat
tersebut pengajar.
melaksanakan
memberikan kegiatan
bimbingan. pokok
ini
merupakan sebuah kesatuan yang padu, yang tidak dapat dipisahpisahkan. Dalam
melaksanakan
tugas
mengajarnya,
berupaya untuk menciptakan situasi dapat
belajar,
menggunakan
memotivasi
metode
mengolah
dan
keputusan
untuk
dan
siswa, media
menafsirkan kepentingan
akan
datang.
Guna
juga
memberikan
belajar
mencapai bimbingan
telah
belajar
peningkatan tujuan kepada
pengajar
yang memungkinkan siswa
menyajikan
yang
hasil
seorang
bahan
disiapkan. siswa,
efektivitas
pendidikan siswa
Selain
serta
serta itu
ia
mengambil
pengajaran
yang
dengan
ajar,
optimal, berupaya
yang guru untuk
memahami kesulitan belajar yang dialami siswa beserta latar belakangnya dan sekaligus memberikan bantuan untuk mengatasinya sebatas kemampuan dan kewenangannya
terhadap
seluruh
komponen
kegiatan
belajarmengajar,
pengukuran dan penilaian memberikan sumbangan yang sangat berarti. Pengukuran
dan
penilaian
berfungsi
sebagai
pemantau
kinerja
komponen-komponen tersebut dalam mencapai tujuan akhir proses belajar mengajar. Informasi yang diberikan oleh hasil analisis terhadap hasil pengukuran
dan penilaian sangat diperlukan bagai pembuatan kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan seorang guru bagi peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar di kelasnya. Dalam
kehidupan
profesional
seorang
guru
SD,
serta
pengukuran dan penilaian akan tercermin dalam langkah-langkah utama yang disebutkan diatas (membuat persiapan, melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil belajar, serta memberikan bimbingan). Dalam pembuatan persiapan (program pengajaran) yang efektif, hasil-hasil pengukuran dan penilaian terhadap program pengajaran sebelumnya bisa dijadikan dasar bagi perbaikan aspek-aspek persiapan program pengajaran yang dikembangkan. Misalnya, jika pada penilaian yang dilakukan pada akhir program sebelumnya diperoleh informasi bahwa hasil belajar yang dicapai para siswa kurang memuaskan, maka pada pengembangan persiapan program pengajaran selanjutnya, guru tersebut dapat mengambil langkah-langkah berikut: a. Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut terjadi pada sebagian besar bahan uji yang diberikan, maka program pengajaran tersebut harus diperbaiki dan diulangi; b. Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut hanya terjadi pada bagian bagian tertentu dari c. keseluruhan bahan uji yang diberikan, maka guru memasukkan bagian-bagian tersebut ke dalam rencana program pengajaran selanjutnya.; d. Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut hanya terjadi pada sebagian besar siswa, maka program pengajaran harus diulangi; e. Jika pencapaian yang kurang memuaskan tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil siswa, maka guru harus memberikan program remedial kepada siswasiswa tersebut. B. Pengujian
Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkaan dengan penilaian. Ada istilah ujian akhir semester di per guran tinggi dan ujian akhir tahun
untuk kenaikan kelas di sekolah.Pengujian terdiri dari sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Manfaat data pengujian bagi siswa 1. Dapat mengetahui apakah ia sudah menguasai bahan yang sudah disajikan oleh guru 2. Dapat merupakan penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi 3. Dapat mengetahui bagaimana yang belum dikuasainya,serta dapat merupakan diagnosis bagi siswa yang bersangkutan Manfaat data pengujian bagi guru 1. Dapat mengetahui sejauh mana para siswa menguasai bahan pelajaran 2. Dapat memberikan gambaran baginya untuk memperkirakan pencapaian keberhasilan terhadap keseluruhan program yang akan dilaksanakannya 3. Guru dapat mengetahui bagian mana saja dari bahan pelajaran yang disajikannya yang benar-benar belum dikuasai oleh siswa lebih-lebih apabila bagian tersebut merupakan prasyarat bagi bahan pelajaran berikutnya, maka ia perlu mengadakan upaya perbaikan Manfaat data pengujian bagi sekolah 1. Sekolah mengetahui keberhasilan atau kemunduran yang dicapai siswa dari tahun ke tahun, dan informasi tersebut dapat digunakan untuk menyusun program sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Penerapan pengujian pada proses pembelajaran dapat dilakukan pada ujian akhir semester Pada penerapan pengujian dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan didasarkan 1. Pemberian tugas 2. Ulangan harian 3. Ulangan umum
Tugas dan pekerjaan rumah dilaksanakan untuk setiap mata pelajaran disetiap tingkat/kelas.Pemberian tugas dan pekerjaan rumah dilakukan secara terus menerus dengan menggunakan teknik yang bervariasi,sesuai dengan
karakteristik
mata
pelajaran
(pokok
bahasan).Pelaksanaan
pemberian tugas dan pekerjaan rumah hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut. a. Jumlah tugas dan pekerjaan rumah hendaknya tidak memberatkan siswa b. Tujuan pokok pemberian tugas dan pekerjaan rumah adalah agar siswa dapat menerapkan atau menggunakan apa yang telah dipelajarinya. Contohnya : siswa ditugasi mengumpulkan bahan (melalui kegiatan wawancara, pengamatan, atau membaca) secara perorangan atau kelompok C. Penilaian 1. Pengertian Penilaian
Pengertian penilaian menurut para ahli 1. Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. 2. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. 3. Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Jadi, penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. 2. Penerapan Penilaian
Penilaian hendaknya dirancang sedemikian rupa, agar penilaian menjadi bermakna bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya karena penilaian memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. 1. Perlunya standar penilaian Pada dasarnya penilaian umumnya memiliki misi untuk memperbaiki standar, tidak hanya sekedar mengukur siswa. Darling Hammond (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) berpendapat bahwa usaha untuk menaikan standar pelajaran dan prestasi harus bertolak pada perubahan strategi penilaian. Kemudian pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Wedeen, Winter, dan Broad Fott (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) bahwa penggunaan penilaian dalam pembelajaran secara signifikan lebih efektif bagi guru dalam memperbaikai kualitas pembelajaran. Agar penilaian berfungsi dengan baik, maka sangat perlu untuk meletakan standar, yang akan menjadi dasar dan pijakan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Ada beberapa pihak yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan kegiatan ini, yaitu: a. Peran Guru Peranan guru sangat besar dalam menerapkan standar penilaian. Guru perlu memahami dengan baik standar yang sudah ditetapkan serta mampu menerapkannya dalam melakukan penilaian terhadap siswa. Informasi hasil penilaian juga dapat dimanfaatkan guru lebih efektif melalui umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi guru dan siswa untuk mengetahui sejauh mana kemajuan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil review literatur tentang umpan balik dan hubungannya dengan motivasi siswa, Croks (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) menyimpulkan bahwa manfaat umpan balik agar dapat memotivasi siswa, harus fokus pada: a) Kualitas kerja siswa, dan bukan pada membandingkan dengan siswa-siswa lain.
b) Cara-cara
spesifik
dimana
pekerjaan
siswa
dapat
ditingkatkan. c) Peningkatan pekerjaan siswa harus dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya. Peranan Guru dan Tujuannya dalam Penilaian Peranan
Tujuan
Guru sebagai monitoring
Memberikan umpan balik dan bantuan kepada setiap siswa.
Guru sebagai petunjuk jalan
Mengumpulkan informasi untuk diagnostik kelompok siswa melalui pekerjaan yang telah dikerjakan.
Guru sebagai akuntan
Memperbaiki
dan
memelihara
catatan
prestasi dan kemajuan siswa. Guru sebagai reporter
Melaporkan pada orang tua, siswa, dan pengurus sekolah tentang prestasi dan kemajuan siswa
Guru sebagai direktur program
Membuat keputusan dan revisi praktik pengajaran
b. Peran Siswa Keikutsertaan siswa di dalam proses penilaian menjadi penting apabila standar yang digunakan bisa diwujudkan untuk semua siswa. Brown (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007) menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar akan kekuatan dan kelemahan dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil menjalankan yang terbaik apabila mereka memiliki pemahaman yang mendalam akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri dan akses dalam menyusun strategi untuk belajar”. Rudd dan Gunstone (dalam Harun Rasyid dan Mansur: 2007) mengidentifikasi beberapa
keuntungan yang diperoleh dengan perlibatan siswa dalam proses penilaian diri sebagai berikut: a) Mengembangkan kemampuan siswa untuk merencanakan dan berpikir menyeluruh menyangkut hasil dan ketrampilan mereka b) Menciptakan kesadaran siswa akan pentingnya menilai pekerjaan mereka sendiri c) Mengembangkan
kemampuan
siswa
untuk
saling
mengevaluasi penilaian diri satu sama lain asalkan kritik membangun d) Mengembangkan
kemampuan
siswa
dalam
mengatur
sumber daya dan waktu secara lebih efektif. Dengan melibatkan siswa dalam penilaian diharapkan mereka menemukan sendiri kekuatan dan kelemahan mereka serta lebih termotivasi lagi untuk memperbaiki hasil belajar mereka. c. Peran Sekolah Sekolah merupakan pusat kegiatan pembelajaran. Penilaian dan pembelajaran merupakan dua hal yang sangat terkait, oleh karena itu sekolah hendaknya menciptakan suasana (kultur) yang kondusif agar penilaian dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuan masing-masing. Wedeen Winter, dan Broadfoot (dalam Harun Rasyid dan Mansur: 2007) melaporkan bahwa sekolah merupakan tempat dimana para siswa diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas belajar mereka, dengan mengatakan: “mempromosikan pembelajaran anak-anak merupakan tujuan utama sekolah”. Penilaian merupakan jantung dari proses tersebut. Dari paparan di atas
dapat
disimpulkan
bahwa, sekolah
berperan
dalam
pembentukan siswa yang berkualitas sehingga diharapkan siswa dapat menciptakan suasana yang kondusif yang akan mendukung
pembelajaran dan penilaian yang ada agar dapat berjalan dengan baik. 2. Siswa menjadi Pembelajar yang baik Dukungan sekolah dan para guru hendaknya lebih memihak pada kebutuhan siswa daripada memenuhi target kurikulum. Guru sebaiknya tidak terburu-buru dengan target harus selesai tepat pada waktunya tanpa memperhatikan apakah siswa telah paham atau belum. Guru harus fokus dengan bagaimana penilaian yang mereka terapkan dapat mengungkap permasalahan-permasalahan nyata yang dihadapi siswa mereka dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu para siswa menjadi pebelajar yang lebih baik. Siswa akan merasa tertantang dan termotivasi untuk terus memperbaiki diri, baik memperbaiki cara dan strategi belajar maupun dalam kaitan dengan perilaku, harapan dan cita-cita mereka. Jika tiga komponen tersebut (guru, siswa, sekolah) saling berkomitmen untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya, maka penilaian yang dilaksanakan menjadi suatu alat yang dapat menjadikan siswa termotivasi, percaya diri, dan penuh keyakinan untuk optimis menghadapi kehidupan sekolah. Siswa akan menjadi pembelajar yang baik dari waktu ke waktu. 3. Penilaian dan Motivasi Belajar Anak Penilaian dan motivasi merupakan dua istilah yang melekat pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dan penilaian, motivasi siswa akan mempengaruhi belajar siswa, jika lingkungan atau kondisi mendukung hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kemauan guru untuk menerapkan strategi penilaian yang membuat siswa bertanggungjawab terhadap belajar mereka sendiri. 4. Reformasi dalam Penilaian Untuk dapat melakukan pembelajaran yang mengutamakan mendidik daripada mengajar yang hanya sekedar mengejar target kurikulum maka sistem penilaian yang sekarang dipraktikan perlu kiranya untuk diubah, yaitu orientasi penilaian bukan hanya sekedar membeli label nilai 10, 9, 8, atau lulus, tidak lulus, naik kelas, tinggal kelas dan sebagainya, tetapi lebih
pada pengumpulan informasi yang berkaitan dengan misalnya kenapa siswa memperoleh nilai 5? Kenapa siswa malas belajar? Kenapa siswa tidak
lulus?
Kemudian
informasi
tersebut
harus
digunakan
dan
dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan teknik pengajaran sesuai dangan kebutuhan nyata dari para siswa. 3. Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan sekolah dasar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Objektif , penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang jelas) dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2. Terpadu, penilaian dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan. 3. Ekonomis, penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 4. Transparan, prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5. Akuntabel, penilain dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6. Sistematis, penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 7. Edukatif, mendidik dan memotivasi siswa dan guru. 8. Menyeluruh, prinsip menyeluruh menetapkan bahwa penilaian harus dilaksanakan secara utuh. Penilaian benar-benar dapat mengungkapkan secara keseluruhan dari objek yang dinilai. 4. Tujuan Penilaian
Pelaksanaan penilaian harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan tersebut menjadi arah bagi pelaksanan evaluasi. Secara umum penilaian hasil belajar bertujuan untuk
membantu
kemajuan
dan
pencapaian
tujuan
pembelajaran
yang
dilaksanakan peserta didik. Menurut Nana Sudjana (2005) tujuan penilain hasil belajar adalah untuk mengetahui:
a. Tingkat pencapaian hasil belajar setiap peserta didik b. Faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti pembelajaran c. Ketepatan
materi
yang
diajarkan
bagi
pencapaian
tujuan
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik d. Kesesuaian penggunaan metode mengajar bagai peserta 5. Fungsi Penilaian 1. Penilaian berfungsi selektif
Penilaian membuat guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya . Penilaian itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, anatara lain: a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu b. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa d. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah 2. Penilaian berfungsi diagnostik
Guru yang mengadakan penilaian, sebenarnya guru tersebut melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Jika guru mengetahui sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya. 3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Guru dapat menempatkan siswa dikelompok yang sama dalam belajar dari suatu penilaian yang dilakukan. 4. Sebagai pengukur keberhasilan
Penilaian berguna untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. D. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran adalah adalah keseluruhan kegiatan baik berupa pengukuran maupun penilaian (pengukuran data dan informasi), pengolahan,
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi pembelajaran juga diartikan sebagai evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara sistematik, evaluasi pembelajaran, yang mencakup komponen input, yakni perilaku awal siswa, komponen input instrumental yakni kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif (alat , waktu dan dana), komponen proses ialah perosedur pelaksanaan pembelajaran, komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini perhatian ditujukan hanya pada evaluasi terhadap komponen proses dalam kaitannyad dengan komponen input istrumental. a. Evaluasi Proses Pengajaran Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan palaksanaan pembelajaran. Evaluasi proses bertujuan untuk menilai kefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Objek dan sasaran evaluasi proses adalah komponenkomponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses maupun keluaran, dengan semua dimensinya. Komponen masukan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni masukan mentah (raw input), yaitu para siswa, dan masukan alat (instrumental input), yakni unsur manusia dan non manusia yang mempengaruhi terjadinya proses. Komponen proses adalah interaksi semua komponen pengajaran seperti bahan pengajaran, metode dan alat, sumber belajar, sistem penilaian, dan lain-lain. Komponen keluaran adalah hasil belajar yang dicapai anak didik setelah menerima proses pengajaran. Penilaian keluaran lebih banyak dibahas
dalam penilaian hasil. Penilaian terhadap masukan mentah, yakni siswa sebagai subjek dan objek belajar. b. Evaluasi Hasil Pengajaran Pada umumnya evaluasi hasil pengajaran, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif, telah dilaksanakan oleh guru. Melalui pertanyaan secara lisan atau tulisan pada akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengajaran (tes formatif). Demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program seperti akhir kuartal atau akhir semester, penilaian diberikan kepada para siswa untuk menentukan kemajuan belajarnya. Tes tertulis, baik jenis tes esay maupun tes objektif, dilakukan oleh guru dalam penilaian sumatif tersebut. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. 2. Peranan Evaluasi Pembelajaran Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Dalam menjalankan evaluasi, pelajar sendiri harus turut mempunyai saham secara aktif. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk: 1. Pengembangan Untuk pengembangan sutau program pendidikan, yang meliputi program studi, kurikulum, program pembelajaran, desain belajar mengajar, yang pada hakikatnya adalah pengembangan dalam bidang perencanaan. 2. Akreditasi Evaluasi juga berfungsi untuk menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria tertentu,sehingga suatu program dapat dipercaya,diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau sebaliknya program itu harus diperbaiki/disempurnakan. Evaluasi itu sendiri dalam kaitannya dengan pembelajaran akan berpengaruh terhadap apakah tujuan pembelajaran itu tercapai atau tidak.
Dengan demikian kegiatan evaluasi sangat penting untuk mengukur sejauh mana keberhasilan siswa maupun guru dalam proses belajar mengajar Lebih jauh tentang peranan evaluasi dalam pendidikan dijelaskan oleh Worthen dan Sanders (Worthen, 1987:5) yaitu :
1. Menjadi dasar pembuatan keputusan dan pengambilan kebijakan. 2. Mengukur prestasi siswa 3. Mengevaluasi kurikulum 4. Mengakreditasi sekolah 5.
Memantau pemanfaatan dana masyarakat.
6. Memperbaiki materi dan program pendidikan. Evaluasi pembelajaran berperan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. E. Hubungan Evaluasi, Penilaian, Pengukuran
Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki perbedaan arti dan fungsi. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sebab semuanya memiliki keterkaitan yang erat. Tes adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Tes merupakan alat ukur untuk mengukur kemampuan seorang individu, kemudian dilakukan proses untuk mengukur kemampuan individu tersebut yang disebut dengan Testing. Setelah dilakukan testing maka akan menghasilkan hasil tes atau lembar kerja kemudian dilakukan pengukuran. Pengukuran merupakan proses membandingkan hasil tes dengan standart ukuran tertentu.
Pengukuran
dan
penilaian
juga
merupakan
dua
proses
yang
bekesinambungan. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang menghasilkan skor dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan penilaian. Langkah selanjutnya adalah penilaian, penilaian merupakan proses untuk memberikan atribut atau deskripsi tinggi atau rendah, baik atau buruk dari hasil pengukuran yang berupa angka tersebut. Penilaian bersifat kualitatif dikarenakan hasil dari penilaian berupa deskripsi. Kemudian evaluasi, evaluasi adalah
justifikasi atau pengambilan keputusan atas hasil penilaian, apakah individu tersebut lulus atau tidak, naik atau tidak. Evaluasi adalah proses memberikan nilai atau harga dari data yang terkumpul. Melalui pengukuran data kuantitatif diproses dan dinilai hingga menjadi nilai yang bersifat kualitatif. Data yang terkumpul digunakan sebagai bahan informasi untuk mengambil keputusan. Penilaian dan evaluasi mempunyai hubungan sangat erat satu sama lain. Siswa dapat diukur kemampuannya melalui tes yang sesuai dengan jenjang atau tingkat kemampuan serta perkembangan dari proses pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Setelah kemampuan siswa diukur dan dinilai, mereka dapat dievaluasi berdasarkan data-data dari pengukuran dan penilaian tersebut. Pengukuran menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil pengamatan dan wawancara. Antara
penilaian
dan
evaluasi
sebenarnya
memiliki
persamaan
yaitu keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Pada hakikatnya keduanya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran.
Dalam evaluasi pendidikan, ada empat komponen yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Artinya kegiatan evaluasi harus melibatkan ketiga kegiatan lainnya, yaitu penilaian, pengukuran, dan tes (non tes).
Gambar 1 Komponen Evaluasi Pendidikan Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan pengukuran. Pengukuran (measurement) pada umumnya berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Oleh sebab itu, dalam proses pengukuran diperlukan alat bantu tertentu. Misalnya untuk mengukur kemampuan atau prestasi seseorang dalam memahami bahan pelajaran diperlukan tes prestasi belajar, untuk mengukur IQ digunakan tes IQ; untuk mengukur berat badan digunakan alat timbangan dan lain sebagainya. Dari penjelasan di atas, maka antara evaluasi dan pengukuran tidak bisa disamakan walaupun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erta. Evaluasi akan lebih tepat manakalah didahului oleh proses pengukuran; sebaliknya hasil pengukuran tidak akan memiliki arti apa-apa manakalah tidak dikaitkan dengan proses evaluasi. Misalkan berdasarkan pengukuran diperoleh informasi bahwa anak-anak SMA dapat menyerap 60% bahan pelajaran yang terkandung dalam kurikulum. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa anak-anak SMA cukup bagus menguasai bahan pelajaran, diperlukan suatu proses pengambilan kesimpulan atau proses pemberian makna yang disebut dengan evaluasi. Jadi dengan demikian pengukuran itu hanya bagian dari evaluasi dan tes bagian dari pengukuran. Ini
berarti sebelum melakukan evaluasi atau judgment, didahului oleh pengukuran dan pengukuran adalah hasil dari suatu tes. Dari penjelasan di atas, maka pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam rangka memberikan judgment yakni berupa keputusan terhadap sesuatu. Istilah lain yang erat hubungannya dengan evaluasi dan pengukuran adalah penilaian (assessment). Penilaian pada dasarnya adalah bagian dari evaluasi yang lebih luas dari sekedar pengukuran. Dengan demikian, antara evaluasi, asessment, dan measurement memiliki keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pegukuran adalah kegiatan penentuan angka terhadap suatu obyek secara sistematis. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkaan dengan penilaian. Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa yang bertujuan untuk membantu kemajuan dan pencapaian tujuan pembelajaran yang dilaksanakan peserta didik. Pengukuran
dan
penilaian
berfungsi
sebagai
pemantau
kinerja
komponen-komponen tersebut dalam mencapai tujuan akhir proses belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran adalah adalah keseluruhan kegiatan baik berupa pengukuran maupun penilaian untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki perbedaan arti dan fungsi. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan sebab semuanya memiliki keterkaitan yang erat.
DAFTAR PUSTAKA
B.Uno, Hamzah, dkk. 2013. Assessment Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Eben Manik. Peranan Pengukuran dan Penilaian. Diakses melalui http://creative71ss.blogspot.co.id/2014/11/peranan-pengukuran-dan-penilaiandalam.html pada tanggal 19 Agustus 2016 http://ebookinga.com/pdf/pemanfaatan-data-pengujian-asesmen-untuk 1589018.html diakses pada hari jumat 19 agustus 2016 Kurniasih, Imas, S.Pd.I dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Arikunto, Suharsimi, Dr., Prof., 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
http://zonependidikan.blogspot.co.id/2010/06/pengertian-penilaianmenurut-para-ahli.html (diakses pada 19 Agustus 2016) http://fitriyani180893.blogspot.co.id/2014/01/peranan-penilaian-dalam pembelajaran_2750.html (diakses pada 19 Agustus 2016) http://pepunm1.blogspot.co.id/2012/09/hubungan-antara-tes-pengukuran.html (diakses pada 19 Agustus 2016)