12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan demikian dapat dipahami perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan pesertadidik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaiman acar individu mempelajari dan memikirkan lingkungan.
1Jean Piaget adalah seorang ilmuawan yang merumuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan aliran konstructive (constructivism). Teori perkembangan Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek-objek dan kejadian yang terjadi di sekitar anak.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh.
Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental.
1
Rumusan Masalah
Bagaimanakah latar belakang Jean Piaget?
Bagaimana teori perkembangan Piaget?
Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
Bagaimanakah implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran AUD?
Tujuan
Mengetahui latar belakang Jean Piaget
Mengetaui teori perkembangan kognitif piaget.
Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
Mengetahui implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran AUD.
BAB II
PEMBAHASAN
Latar Belakang Jean Piaget
Jean Piaget (1896-1980) adalah seorang ilmuawan yang dilahirkan di Neuchatel, Swiss. Piaget merupakan anak yang jenius, artikel pertamanya terbit pada usia 12 tahun. pada usia 18 tahun meraih gelar sarjanadan mendapatkan gelar doktor pada usia 21. Piaget adalah seorang ahli dibidang biologi dan tertarik pada pola cara pikir anak-anak
Pada tahun 1940, Ia menjadi ketua Experimental Psikologi, direktur laboratorium psikologi, dan presiden Masyarakat Swiss Psikologi ini. Pada tahun 1942, ia memberikan serangkaian kuliah di College de France, selama pendudukan Nazi di Perancis.
Piaget juga menerima sejumlah gelar kehormatan. Ia menerima salah satu dari Sorbonne pada tahun 1946, University of Brussels dan Universitas Brasil pada tahun 1949. Pada tahun 1949 dan 1950, ia menerbitkan sintesis nya, "Pengantar Epistemologi Genetika"
Pada tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne. Pada tahun 1955, dia menciptakan International Center for Genetic Epistemologi, di mana ia menjabat sebagai direktur hingga sisa hidupnya. Pada tahun 1956, dia menciptakan Sekolah Ilmu di Universitas Jenewa. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss.
3Menjelang akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan banyak ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980. Jean Piaget dikenal sebagai salah satu psikolog yang paling signifikan abad kedua puluh.
3
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
. Piaget merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan aliran konstructive (constructivism)
Aliran structural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat pandanganya tentang intelegensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia di sekitarnya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
Interaksi Sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi dirin, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
Semua oerganisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkunganya. Cara individu beradaptasi berbeda bagi setiap individu. Adaptasi terjadi dalam atau melalui suatu proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh anak-anak telah mengenali ciri-ciri yang terdapat pada burung seperti bersayap dan dapat terbang. Pemahaman baru ini akan dapat diterima dan akan masuk ke dalam skemabaru anak-anak. Pada saat anak-anak melihat seekor burung merpati yang masih memenuhi ciri-ciri tersebut, pemahaman ini akan ditambahkan ke skema burung.
2. Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru. Sebagai contoh anak-anak yang memahami skema burung tadi menjumpai ayam yang bersayap. Dalam skemanya menyerupai kelompok keluarga burung tetapi tidak terbang. Dengan pengalaman baru ini anak-anak perlu mengakomodaikan pemahaman yang ada kedalam skema yang baru bahwa semua burung pada umumnya dapat terbang tetapi ada pengecualian fakta karena ada burung yang tidak dapat terbang.
Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Proses ini disebut dengan ekuilibrium, yaitu pengaruh diri secara mekanisme yang diperlukan untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadan disekuilibrium ke ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema)..Apabila terjadi keseimbangan maka seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan baru dengan asimilasi dan akomodasi. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan belajar. Konsep ini menjelaskan tentang perlunya pendidik memilih dan menyesuaikan materi pembelajaran yang berbijak dari ide dasar yang diketahui oleh anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas, misalnya dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam menghadapi pengalaman yang lebih kompleks (Asmawati, 2008:1.23)
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama serta berkembang semakin canggih seiring pertambahan usia. 4 periode utama tersebut meliputi: periode sensorimotor (usia 0-2 tahun), periode praoprasional (usia 2-7 tahun), periode oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), periode operasional formal (11 tahunsampai dewasa).
1. Periode Sensorimotor (Usia 0–2 Tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24)
Piaget membagi periode sensorimotor dengan 6 tahapan subfase, berikut penjelasanya:
Sensorimotor (0-2 tahun)
No
Periode
Implikasi
1
Reflexes
(umur 0-1 bulan)
Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak sengaja, dan tidak terbedakan
Contoh:
refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan dan kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.
2
Primary Circular Reaction
(umur 1-4 bulan)
Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan mengulang-ulang suatu tindakan
Contoh:
seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap jari. Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari
3
Secondary Circular Reaction
(umur 4-8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya
Contoh:
seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi mainan yang akan berbunyi jika talinya dipegang. Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang sama
4
Coordinatory of Secondary Reaction
(umur 8-12 bulan)
Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya.
Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut
5
Tertiary Circular Reaction
(umur 12-18 bulan)
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan eksperimen
Contoh:
anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.
6
6
Symbolic Thought
(umur 18-24 bulan)
Symbolic Thought
(umur 18-24 bulan)
Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya
Contoh:
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan memindahkan kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak melihat.
2. Periode Praoperasional (Usia 2–7 Tahun)
Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun kemampuanya dalam menyusun pikiranya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoprasional dapat dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase berpikir secara simbolis, subfase berfikir secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.
Subfase Fungsi Simbolis (Usia 2-4 tahun)
Anak mulai memahami bahwa pemahamnya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainya. pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Misalnya anak dapat menggambar manusia secara sederhana. Biasanya pada subfase ini anak menggambar manusia lidi, jadi menggambar hanya menggunakan simbol-simbol saja.
Subfase Berpikir Secara Egoisentris (Usia 2-4 tahun)
Anak berpikir secara egoisentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagi anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egoisentris.
Subfase Berpikir Secara Intuitif (usia 4-7 tahun)
Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena. Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi (contration), animism (Nafisah: 2014)
Concentration:
Anak tidak dapat memberi alasan perpindahan kereta, anak hanya fokus keadaan kereta yang statis bukan perpindahan. Dengan kata lain anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada di balik suatu kejadian.
3. Periode Operasional Konkrit (usia 7–11 tahun)
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Contoh:
Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau conservation adalah suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan di dalam kewujudanya atau apareance jika menunjukkan empat kelereng dengan susuna lurus dengan kelereng yang diletakkan secara acak maka anak pada masa oprasionalkonkrit akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama. Sedangkan anak pada mas praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang disusun secara acak memiliki kuantitas lebih banyak.
Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46). Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep persepsi.
Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Pembelajaran AUD
Anak usia dini belajar melalui acive learning, metode yang digunakan adalah memberikan pertanyaan kepada anak dan membiarkan berpikir/bertanya pada dirisendiri, sehingga hasil belajar yang didapat merupakan konstruksi anak tersebut. Karena anak pada dasarnya memiliki kemampua untuk membangun dan mengkreasikan pengetahuan sendiri, sehingga sangat penting bagi anak untuk terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget juga menjelaskan pengalaman belajar anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan percobaan dengan objek nyata, dan melalui pengalan konkret. Anak mempunyai kesempatan untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.
Implikasi perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran yang efektif dapat dilakukan cara sebagai berikut:
Aktivitas di dalam proses belajar mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi pada lingkungan anak (tumbuh-tumbuhan, air, binatang). Menggambar, menggunting dan lain-lain yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa, baikbahasa lisan , membaca atau menulis.
Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan menemukan jawaban yang benar
Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat membangun kemampuan kognitifnya. Misalnya mengubah objek-objek yang disajikan secara nyata kedalam bentuk lain misalnya gambar
Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan pikiranya.
Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang dibangun oleh anak dapat terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain:
Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak akan dapat pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek
Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang bagaiman cara menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan
Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sehingga anak dapat menjawab dan membuat pertanyaan sesuai informasi yang ingin diperoleh
Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk melakukan eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar
Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial karena dituntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan dimainkan
Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan kejadian, proses dan peristiwa
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, 2) pengalaman, 3) interaksi sosial, dan 4) ekuilibrasi. Hasil dari interaksi maka terbentuklah struktur kognitil atau skemata (dalam bentuk tunggal skema) yaitu melalui asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi dan asimilasi senantiasa berlaku sehingga terwujud keseimbangan atau equilibrium
Piaget membagi 4 tahap perkembangan kognitif anak, diantaranya adalah: tahap sensorimotor (sejak lahir hingga usia sekitar 2 tahun), tahap praoprasional (usia sekitar 2-7 tahun), tahap oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), tahap oprasional formal (usia sekitar 11-15 tahun).
Implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran Aud menurut teori dari Piaget adalah memberikan ruang untuk anak agar anak dapat membangun pemahamnya yang ada pada dirinya. Sedangkan metode yang sesuai dalam pembelajaran adalah: praktik langsunbg, cerita, tanya jawab, proyek, bermain peran dan demonstrasi.
13
13
B. Saran
Dalam perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget, intelegensi anak berkembang melalui suatu proses active learning, pada intinya anak membangun kemampuan kognitifnya melalui interaksinya dengan dunia disekitarnya. Dalam menstimulus perkembangan kognitif anak usia dini disarankan untuk:
Memperhatikan karakteristik perkembagan kognitif anak sesuai dengan tahap-tahap perkembanganya, sehingga perkembangan kognitif anak dapat berkembang secara optimal.
Pada dasarnya setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang unik, maka disarankan sebagai seorang pendidik dapat memfasilitasi dan tidak memaksakan anak.
Peranan pendidik dalam mendampingi anak diperlukan namun perananya tidak dominan, dengan kata lain pendidik memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi dan membangun pemahamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati, luluk.2008. Pengelolahan Kegiatan Pengembngan Anak Usia Dini.Jakarta:Universitas Terbuka
Nirmala, Indah. Perkembangan Kognitif Piaget, (online), http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01 Maret 2013 9:04:06
Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru. Penerbit: Psikologi Press
Program pensiswazanaguru sekolah rendah (PGSR)2008. Perkembangan Kognitif Kanak-Kanak.Malaysia.Sektor Pembangunan ProfesionalismeKeguruan Kementerian Malaysia
Nafisah, Vivi. 2014. Perkembangan Kognitif Anak oleh Psikolog Ana Surti Arianai. (online). (http://anakjempolan.wordpress.com/2014/02/06/perkembangan-kognitif-anak-oleh-psikolog-anna-surti-nina/) diakses 19 Oktober 2014
Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.
Sudarma. Paud Berkarakter.2014. Yogyakarta: PT Genius Publisher
Sujiono, Yuliani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Din. Jakarta:PT Indeks
Suparno, Paul.2001. Teori Perkembangan Kognitif.Yogyakarta: Penerbit Kanisius