SAINS, TEKNOLOGI, DAN AL-QUR’AN
MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar Oleh: Kelompok 3 Aditya Rahman 11470600 03 Anarita Diana 11470600 07 Dede Udayana 11470600 17 Dina Nur 11470600 Mardiana 19 Fahmi Ramadhan 11470600 27 Fantyana 11470600 Huwaida’a 28 Irfan Nurdiansyah 11470600 37 Maratun Sholehah 11470600 41
2
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2016 M/1437 H KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sains, Teknologi, dan Al-Qur’an” ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini selesai, semoga amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari dalam pengkajian
dan
penyusunan
makalah
ini
tidak
luput
dari
kesalahan dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan bagi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Aamiin.
Bandung, April 2016
3
Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................i DAFTAR ISI............................................................................ii BAB I..................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................1 1.1.
Latar belakang........................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah..................................................................3
1.3.
Tujuan..................................................................................... 3
BAB II.................................................................................4 PEMBAHASAN.....................................................................4 2.1.
Pengertian Sains, Teknologi dan Al-Qur’an.............................4
2.2.
Keterkaitan Sains, Teknologi dan Al-Qur’an............................4
2.3.
Al-Qur’an dalam Pengembangan Sains dan Teknologi............6
2.3.1.
Landasan Filosofis Sains dan Teknologi...............................8
2.3.2.
Al-Qur’an sebagai Prediktor...............................................10
2.3.3.
Al-Qur’an sebagai Sumber Motivasi..................................11
2.3.4. Al-Quran sebagai Sumber Etika Pengembangan Sains dan Teknologi........................................................................................ 12 2.3.5. 2.4.
Fungsi Al-Qur’an sebagai Sumber Kebenaran Ilmiah.........12 Prinsip-Prinsip Sains dan Teknologi Dalam Al-Qur’an............14
2.4.1.
Motivasi Agama Terhadap Pemberdayaan Akal.................14
2.4.2.
Membangun Paradigma Sains Islam..................................15
2.4.3.
Konstribusi Islam Dalam Bidang Sains Dan Teknologi.......16
2.5.
Ayat Al-Qur’an dalam Berbagai Bidang Sains.......................19
2.5.1.
Bidang Geologi..................................................................19
2.5.2.
Bidang Oceanografi...........................................................21
2.5.3.
Bidang Embriologi Al-Qur’an Surat al-Mukminun: 14........24
BAB III..............................................................................29 PENUTUP..........................................................................29 3.1.
Simpulan.............................................................................. 29
3.2.
Saran.................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................30
4
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan mukjizat paling besar pengaruhnya, isinya selalu relevan dengan kehidupan, serta ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya merupakan anugerah bagi manusia. Salah satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama
adalah
pengetahuaan,
hubungannya begitu
dengan
pentingnya
sains sains
dan dan
ilmu ilmu
pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5. Ada banyak ciri kemukjizatan Al-Qur’an salah satunya adalah dipeliharanya isi Al-Qur’an hingga keotentikannya dijamin oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hijr Ayat 9 yang artinya : Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya." Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, dilakukan
oleh
serta
berkat
upaya-upaya
makhluk-makhluk-Nya,
terutama
yang oleh
manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw (Shihab, 1994). Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an berarti sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang
5
diturunkan
kepada
Nabi
perantaraan
malikat
Jibril,
kemurniannya
senantiasa
Muhammad ditulis
dalam
terpelihara,
dan
SAW.
melalui
mushaf
yang
membacanya
merupakan amal ibadah. Al-Qur’an memberikan dalil yang berisi khikmah dan kekuasaan-Nya
bahwa
Allah
Maha
Bijaksana
dalam
menciptakannya (Izzudin Tafiq, 2006). Segala sesuatu yang diciptakan oleh allah tidak akan sia-sia, bahkan semua itu menjadi bukti dan bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT, bahwa Allah ada dan allah yang maha menciptakan atas segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta ini. Jika kita menelaah ayat-ayat di dalam Al-Qur’an maka Bukti-bukti ciptaan dan hikmah-Nya jelas nyata. Tolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi mengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan meneliti sains dan teknologi sebagai
penemuan
yang
paling
canggih
dan
modern.
Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang (Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah
6
di muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Menurut
(Kurniawan,
Saputra,
&
Irsan,
2012),
menyatakan bahwa pandangan Islam tentang sains dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw. “Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
Tuhanmu
yang
Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Isra: 15)” Peradaban Islam pernah memiliki khazanah ilmu yang sangat luas dan menghasilkan para ilmuwan yang begitu luar biasa.
Ilmuwan-ilmuwan
ini
ternyata
jika
kita
baca,
mempunyai keahlian dalam berbagai bidang. Sebut saja Ibnu Sina. Dalam umurnya yang sangat muda, dia telah berhasil menguasai berbagai ilmu kedokteran. Mognum opusnya alQanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan utama di berbagai Universitas Barat (Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Selain Ibnu Sina, al-Ghazali juga bisa dibilang ilmuwan yang representatif untuk kita sebut di sini. Dia teolog, filosof, dan sufi. Selain itu, dia juga terkenal sebagai orang yang menganjurkan ijtihad kepada orang yang mampu melakukan itu. Dia juga ahli fiqih. Al-Mushtasfa adalah bukti keahliannya dalam bidang ushul fiqih. Tidak hanya itu, al-Ghazali juga ternyata mempunyai paradigma yang begitu modern. Dia pernah mempunyai proyek untuk menggabungkan, tidak mendikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Baginya, kedua
7
jenis ilmu tersebut sama-sama wajib dipelajari oleh umat Islam (Shihab, 1994). 1.2. Rumusan Masalah a. Apa pengertian Sains, Teknologi dan Alqur’an? b. Bagaimana keterkaitan Sains, Teknologi dan Al-qur’an? c. Bagaimana peranan Al-qur’an dalam perkembangan sains dan teknologi? d. Bagaimana penjelasan Al-qur’an mengenai sains dan teknologi? 1.3. Tujuan a. Memahami dan memberi informasi mengenai pengertian Sains, Teknologi dan Alqur’an. b. Memahami dan memberi informasi mengenai keterkaitan Sains, Teknologi dan Al-qur’an. c. Memahami dan memberi informasi mengenai peranan Al-qur’an dalam perkembangan sains dan teknologi d. Memahami dan memberi informasi mengenai penjelasan Al-qur’an mengenai sains dan teknologi. BAB II PEMBAHASAN 1.
Pengertian Sains, Teknologi dan Al-Qur’an Menurut (Setiawan,
Kamus
2012),
Besar
sains
Bahasa
dapat
Indonesia
didefinisikan
(1)
dalam ilmu
pengetahuan pada umumnya; (2) pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani, fisika,
kimia,
pengetahuan
geologi, alam; (3)
zoologi,
dan
pengetahuan
sebagainya;
ilmu
sistematis
yang
diperoleh dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya. Menurut (Thohir, tt), sains berasal dari bahasa latin yaitu “Scientia” yang memiliki arti pengetahuan. Jadi definisi
8
sains adalah suatu cara untuk mempelajari sesuatu dalam berbagai aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains sangat terbatas hanya berbagai hal saja yang
bisa
dipahami
oleh
indera
seperti
penglihatan,
sentuhan, pendengaran, rabaan dan pengecapan atau sains juga bisa dibilang sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran dan pembuktian Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia,
teknologi
diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk
memanfaatkan
alam
bagi
kesejahteraan
dan
kenyamanan manusia (Febriana, tt). Al-Qur’an merupakan kumpulan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril sebagai pedoman hidup umat manusia. 2.
Keterkaitan Sains, Teknologi dan Al-Qur’an Dalam Islam tidak dikenal pemisahan esensial antara “ilmu agama” dengan ilmu “ilmu profan”. Berbagai ilmu dan perspektif
inteletual
yang
dikembangkan
dalam
Islam
memang mempunyai suatu hirarki. Tetapi herarki ini pada akhirnya bermuara pada pengetahauan tentang “Yang Maha Tunggal” substansi dari segenap ilmu. Inilah alasan kenapa para ilmuawan Muslim berusaha mengintergrasikan ilmu-ilmu yang dikembangkan peradaban-peradaban lain ke dalam skema hirarki ilmu pengetahuan menurut Islam. Dan ini pulalah alasan kenapa para “ulama”, pemikir, filosof dan ilmuwan Muslim sejak dari al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina sampai al-Ghazali, Nashir al-Din al-Thusi dan Mulla Shadra
9
sangat peduli dengan klasifikasi ilmu-ilmu (Nasr 1976 dalam (Abduh, tt). Berbeda dengan dua klasifikasi yang dikemukakan di atas, yakni ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, para pemikir keilmuan dan ilmuwan Muslim di masa-masa awal membagi ilmu-ilmu pada intinya kepada dua bagian yang diibaratkan dengan dua sisi dari satu mata koin; jadi pada esesnsinya tidak bisa dipisahkan. Yang pertama, adalah al„ulûm al-naqliyyah, yakni ilmu-ilmu yang disampaikan Tuhan melalui wahyu, tetapi melibatkan penggunaan akal. Yang kedua adalah al-„ulûm al-„aqliyyah, yakni ilmu-ilmu intelek, yang diperoleh hampir sepenuhnya melalui penggunaan akal dan pengalaman empiris. Kedua bentuk ilmu ini secara bersama-sama disebut al-„ulûm alhushuli, yaitu ilmu-ilmu perolehan. Isitilah terakhir ini digunakan untuk membedakan dengan “ilmu-ilmu” (ma‟rifat) yang diperoleh melalui ilham (kasyf). Walau
terdapat
integralisme
keilmuan
seperti
ini,
setidaknya pada tingkat konseptual, tetapi pada tingkat lebih praktis, tak jarang terjadi disharmoni antara keduanya, atau lebih tegas lagi antara wahyu dan akal, atau antara “ilmuilmu agama” dengan sains. Untuk mengatasi disharmoni ini berbagai
pemikir
klassifikasi
dan
ilmu-ilmu
ilmuwan lengkap
Muslim
memunculkan
dengan
hirarkinya.
Sebagaimana dikemukakan Nasr (1987, hal. 60), al-Kindi agaknya adalah pemikir Muslim pertama yang berusaha memecahkan persoalan ini dalam bukunya Fi Aqasâm al„ulûm (Jenis-Jenis Ilmu). Al-Kindi disusul al-Farabi, yang melalui
Kitâb
Ihshâ
al-„ulûm
(Buku
Urutan
memainkan pengaruh lebih luas dalam hal ini.
Ilmu-Ilmu)
10
Tokoh-tokoh lain, seperti Ibn Sina, al-Ghazali dan Ibn Rusyd
juga
membuat
klasifikasi
ilmu-ilmu
yang
pada
esensinya mengadopsi kerangka Ibn Farabi dengan sedikit penyesuaian. Al-Farabi membagi ilmu menjadi cabang besar: ilmu-ilmu bahasa, ilmu logika, ilmu-ilmu dasar (seperti aritmetika, geometri), ilmu-ilmu alam dan metafisika, dan ilmu-ilmu tentang masyarakat (seperti hukum dan theologi). 3.
Al-Qur’an dalam Pengembangan Sains dan Teknologi Menurut (Gosalam, tt) Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam harus difungsikan dalam kehidupan sehari-hari, agar tidak terjadi kesenjangan antara norma-norma Al-Qur’an dengan
sikap
dan
tingkah
laku
kaum
muslimin
pada
umumnya serta para ilmuwan muslim pada khususnya. Ilmuwan adalah orang yang memiliki ilmu berasal dari kata ‘ilmi, menurut makna leksikal Arab berarti saintisme, saintifik, terpelajar,
kesarjanaan
dan
akademik.
Ciri
khusus
(karakteristik) seorang ilmuwan adalah: 1) Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan selalu menegakkan keadilan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
Surah
menyatakan
Ali
bahwa
Imran tidak
(3)
ada
ayat Tuhan
18: selain
“Allah Dia,
(demikian pula bersaksi) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”. 2) Senantiasa memperhatikan fenomena alam dan dinamika kehidupannya, serta khusyu, tunduk dan takut hanya kepada Allah ‘Azza Wa Jalla’ (QS. Fathir (35) ayat 27 dan 28): “Tidakkah kamu perhatikan bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam
11
jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garisgaris putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatangbinatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
antara
hamba-hamba-Nya
Sesungguhnya
Allah
Maha
hanyalah
Perkasa
ulama.
lagi
Maha
Pengampun. 3) Senantiasa berdzikir dalam setiap keadaan dan berfikir pada ciptaan Allah SWT di langit dan di bumi untuk kemaslahatan
ummat
(mengembangkan
Imtaq
dan
Iptek), sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3) ayat 191:”(yaitu) orang-orang yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaa langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Al-Quran merupakan representasi (wakilan) dari alam semesata beserta isinya. Jika orang membaca al-Quran secara tekstual saja telah dikategorikan mengaji, maka membaca
al-Quran
secara
kontekstual
dengan
cara
mempelajari kandungan-kandungan al-Quran, yang ditopang dengan beberapa literatur pendukung dan ditinjau dari beberapa disiplin ilmu, adalah suatu hal yang lebih layak bahwa demikian itu disebut pula sebagai mengaji. Oleh karena itu, baginya berhak memperoleh pahala dari Allah. Demikian
pula
bagi
orang
yang
menerjemahkan
ilmu
pengetahuan itu ke dalam produk teknologi atau membuat
12
karya nyata, maka ia telah melakukan amal shaleh dan baginya
berhak
memperoleh
pahala
dari
Allah
SWT,
sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Zalzalah (99) ayat 7: “Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, maka dia akan melihatnya”. Teknologi dalam Islam bukan tujuan, tetapi sebagai alat yang digunakan untuk meneropong terhadap ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin banyak informasi yang diperoleh.
Penemuan-penemuan
membantu
kepada
orang
Islam
baru untuk
akan
semakin
lebih
mudah
mengagungkan Allah sehingga baginya benar-benar bahwa Allah itu Maha Besar dan sebaliknya manusia merupakan makhluk yang amat kecil. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar peran manusia sebagai khalifah Allah di
permukaan
bumi
yakni
memakmurkan
bumi
dan
mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi (Gosalam, tt). 1. Landasan Filosofis Sains dan Teknologi Dari sisi ilmu pengetahuan, maka al-Quran merupakan peletak landasan filosofi manusia dalam memandang dan memahami (formula)
alam baku
semesta. dan
AI-Quran
alam
merupakan
semesta
dengan
rumus segala
perubahannya merupakan persoalan yang layak dan perlu dijawab. Al-Quran merupakan kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur’an. Dengan
demikian
ayat-ayat
kauniyah
dan
ayat-ayat
quraniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi itu berbasiskan al-Quran
13
atau teknologi yang quranik. Metode seperti ini disebut induksi al- Quran (Gosalam, tt). Pada kondisi yang lain, tidak menutup kemungkinan bahwa dengan melalui proses deduksi yaitu pengamatan terhadap alam semesta, maka akan dihasilkan kesimpulan yang mengarah kebenaran al-Quran.
Banyak ayat-ayat al-
Quran yang menyinggung rentang pengembangan Iptek. seperti wahyu pertama menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Selanjutnya mengenai perintah untuk melakukan penelitian (suatu kegiatan yang sangat penting di dalam pengembangan sains), secara umum dapat dilihat antara Iain dalam firman-Nya pada surat Yunus, ayat 101: "Katakanlah
Muhammad:
Lakukanlah
nazhor
(penelitian
menggunakan metode ilmiah). Mengenai apa-apa yang ada di langit dan di bumi". Sedangkan yang lebih rinci dibaca dalam surar alGhosyiyah,
ayat
17-20:
"Apakah
mereka
tidak
memperhatikan (melakukan nazhor) onta, bagaimana ia diciptakan. Dan di langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung, bagaimana ia ditancapkan. Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan". Menurut
Prof.
A.
Baiquni
dalam
(Gosalam,
tt),
menyatakan bahwa dengan diikutinya perintah dan petunjuk al-Quran ini, maka muncullah di lingkungan ummat Islam suatu
kegiatan
observasional
yang
disertai
dengan
pengukuran sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif belaka, seperti yang berkembang di lingkungan bangsa Yunani
melainkan
mempunyai
ciri
empiris
sehingga
tersusunlah dasar-dasar sains. Penerapan metode ilmiah ini,
14
yang terdiri atas pengukuran teliti pada observasi dan penggunaan pertimbangan yang rasional, telah mengubah astrologi
menjadi
astonomi.
Karena
itu
telah
menjadi
kebiasaan para pakar untuk menulis hasil penelitiannya dan menguji
penelitian
orang
lain,
sehingga
tersusunlah
himpunan rasionalitas kolektif insani yang dikenal sebagai sains (ilmu pengetahuan). Beberapa contoh lain ayat-ayat yang berkenaan dengan sains, seperti pada surat Yasin, ayat 36 : "Maha suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari pada yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak (belum) mereka ketahui." Dari surah Yasin ini dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan
makhluk-Nya
secara
berpasang-pasangan,
seperti ada siang dan malam (QS. Ali Imran: 190), positif dan negatif, wanita dan pria sampai pada makhluk elementer seperti elektron yang bermuatan negatif, dan positron yang bermuatan positif. Terjadinya pasangan elektron dan positron, yang di dalam fisika inti dikenal dengan pembentukan pasangan ion (ion pair production) di mana peristiwa ini diterangkan apabila radiasi gelombang elektron magnetik yang mempunyai tenaga di atas atau sama dengan 1.02 Mev mendekati inti atom suatu materi, maka tiba-tiba radiasi tersebut lenyap dan kemudian muncullah elektron dan positron yang berhenti atau bergerak dengan kecepatan yang besarnya
tergantung
dari
tenaga
radiasi
yang
datang
mendekati inti atom tersebut. Akhir dari ayat ini berbunyi : Dan dari apa yang mereka belum ketahui, dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian, karena dengan
15
melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap. Menurut (Gosalam, tt), menjelaskan mengenai ciptaan yang berpasang-pasang ini juga dapat dilihat pada surat adzDzariyat, ayat 49: Dan dari segala sesuatu Kami (Allah) ciptakan berpasang-pasangan agar supaya kamu ingat (akan kekuasaan dan kebenaran AIIah). Kemudian dalam surat alMulk, ayat 3 dan 4, Allah berfirman: (Allah) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-Iapis. Kamu sekali-kali tidak akan melihat pada ciptaan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka ulangilah pandangan-mu adalah kamu melihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatan-mu akan kembali kepada-mu dengan
tidak
menemukan
sesuatu
yang
cacat
dan
penglihatan-mu itu pun dalam keadaan payah. Di dalam kedua ayat ini dan hukum-hukum yang diletakkannya dan yang dikenal dengan sunnatullah itu. Di situ dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini sangat kokoh, teratur rapi dan harmonis serta seimbang. Orang yang menguasai Iptek akan dengan mudah memahami
bahwa
benda-benda
langit
tersebut
saling
bergerak. Isaac Newton dan Kepler, yang bukan Muslim, yang justru mengemukakan orang dengan mudah memahami dan menerangkan sunnatullah ini. Tentang benda-benda langit yang selalu bergerak akan membawa pada suatu teori jagad raya yang berkembang (Expanding Universe). Allah berfirman dalam surat adz-Dzariat, ayat 47: "Dan langit itu Kami (Allah) bangun
dengan
kekuatan
dan
sungguh
Kami
(Allah)
mengembangkannya." Kemudian dalam surat al-Hijr, ayat 16, Allah
berfirman:
16
"Dan sungguh telah Kami (AIIah ciptakan di langit galaksigalaksi, dan Kami (Allah) hiasi langit tersebut bagi orang yang memandangnya (melakukan nazhor)" (Izzudin Tafiq, 2006). 2. Al-Qur’an sebagai Prediktor Beberapa
ayat
al-Quran
menyatakan
ramalannya
kejadian pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian besar merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini yang merupakan data-data dapat dirunut oleh manusia secara komprehensif, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi. Berbeda dengan keyakinan yang dimiliki oleh orang awam yang tidak disertai dengan data-data. Dari sini, manusia dapat menghindarkan diri dari akibat, jika rentetan sebab itu mengarah kepada akibat jelek dan menyongsong akibat rentetan sebab itu mengarah kepada akibat yang baik. Jika akibat terjadi pada masa yang dekat dari sebab, maka disebut ekstrapolasi. Bila terjadi pada masa yang jauh dari sebab, maka disebut prediksi, sebagai contoh: Kerusakan di muka bumi terjadi akibat ulah manusia. (Surat ar-Rum
30:
41)
Kisah Nabi Yusuf menganjurkan kepada kaumnya untuk menanam jagung dalam masa 7 tahun sebagai cadangan pada masa paceklik. (Surat Yusuf 12: 7-48). Surga sebagai balasan
bagi
orang
yang
beramal
saleh
dan
neraka
merupakan balasan bagi orang yang beramal jahat. (Surat alBayyinah 98: 6, 8) (Gosalam, tt).
17
3. Al-Qur’an sebagai Sumber Motivasi Al-Quran mendorong kepada manusia untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi. Di dalam surat arRahman, ayat 33, Allah berfirman : "Wahai sekumpulan Jin dan manusia apabila kamu ingin menembus langit dan bumi maka tembuslah dan kamu tidak mampu menembusnya kecuali dengan sulthon." Sahirul
Alim
dalam
(Gosalam,
tt)
memberikan
gambaran tentang sulthon ini, yaitu ketika USA meluncurkan Apollo II untuk mendarat di bulan, sebagai berikut: Roket pengangkat dari bumi diberi nama Saturnus V, bertingkat tiga booster yang besar. Tingkat pertamanya saja mempunyai 5 mesin yang bekerja dengan 160 juta daya kuda selama 2 menit 40 detik. Apollo II secara keseluruhan mempunyai 8 juta onderdil kerja, 91 mesin dan jika diisi dengan bahan bakar akan mencapai berat 3.100 ton. Apollo II ini diciptakan oleh 300.000 (tiga ratus ribu) orang ahli USA dan dibuat oleh 20.000 pabrik USA. Tentang penjelajahan di bumi Allah berfirman dalam surat
Yusuf ayat 109: "Apakah mereka tidak melakukan
perjalanan
di
bumi."
"Apakah mereka tidak memperhatikan bumi? Berapa banyak Kami turunkan di bumi itu aneka ragam tumbuhan yang baik? (QS.
as-Syu'ara
(26):7)".
Semuanya
itu
jika
manusia
melakukannya, maka akan memperoleh balasan berupa kemanfaatan-kemanfaatan untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
18
4. Al-Quran sebagai Sumber Etika Pengembangan Sains dan Teknologi Pada Teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguhpun hebat hasil teknologi, namun jika diniatkan untuk menghancurkan sesama manusia, menghancurkan lingkungan, maka sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi
bukan
Demikian
pula
merupakan
sesuatu
penyalahgunaan
yang
bebas
teknologi
nilai.
merupakan
tindakan zhalim yang tidak patut untuk dilanjutkan. Oleh sebab itu teknologi harus dapat dimanfaatkan baik langsung ataupun
tak
langsung
untuk
membantu
mendapatkan
kemudahan, amar ma'ruf nahi munkar. Dan bukan untuk merusak, sehingga menimbulkan bencana, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Qoshosh: 77: "Dan raihlah apa yang dianugrahhan Allah kepadamu untuk kebahagiaan kampung akhirat, tetapi jangan sekalikali kamu mengabaikan nasibmu di dunia. Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang berbuat kerusakan. 5. Fungsi Al-Qur’an sebagai Sumber Kebenaran Ilmiah Allah berfirman dalam al-Quran surat al-Isra’ (17) ayat 105 sebagai berikut: "Dan Kami turunkan al-Quran itu dengan sebenarbenarnya
dan
aI-Quran
itu
telah
dengan
membawa
kebenaran. Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan."
19
"Dan sungguh kami telah satu kitab (al-Quran) kepada mereka yang kami telah mejelaskannya atas dasar ilmu kami , menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. al-A’raaf (7): 52). Dari dua ayat terakhir yang penulis sampaikan di atas dapat ditarik satu kesimpulan yang sangat penting, yaitu bahwa al-Quran itu bagi kita adalah sumber kebenaran ilmiah yang terpercaya dan sempurna. Berbicara tentang sumber kebenaran ilmiah, maka untuk melengkapinya dengan hal-hal yang lebih detail, orang harus menggunakan sumber/ rujukan yang kedua yaitu Hadits Nabi Muhammad SAW. atau as-Sunnah. Adapun asSunnah
ini
tentunya
wahyu
ilahi
juga
tetapi
susunan
redaksinya berasal dari Nabi SAW. sendiri. Susunan atau Hadits yang sahih itu juga merupakan sumber kebenaran ilmiah yang dijamin oleh firman Allah dalam surat Fathir ayat (35) ayat 24: "Sesungguhnya
Kami
mengutus
kamu
dengan
membawa kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan." Sumber kebenaran ilmiah yang pertama adalah alQuran, dan yang kedua yaitu as-Sunnah. Namun harus diingat pula bahwa masih ada sumber yang ketiga yaitu alam semesta, atau al-‘Alamin, atau dengan kata yang lebih pendek dan lebih mudah diucapkan, sebut saja al-Kaun atau Sunnatullah. Sumber
kebenaran ilmiah yang ketiga
ini
tentunya tidak kalah pentingnya dengan yang pertama dan yang kedua sehingga tidak boleh diabaikan bahkan harus
20
dipelajari,
ditafakkurkan,
diobservasi,
dan
diteliti
serta
dinalari cermat, akurat dan seksama sebagaimana pula sikap kita
terhadap al-Quran dan as-Sunnah. Al-Kaun sebagai
sumber ketiga akan memberikan kelengkapan yang detail bagi pemahaman dan penafsiran al-Quran dan as-Sunnah (Gosalam, tt). Jaminan Allah bagi keshahihan sumber yang ketiga atau al-Kaum terdapat pula dalam al-Quran itu sendiri yaitu firman Allah dalam surat ad-Dukhan (44) ayat 38 dan 39 : “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantaranya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya itu melainkan. Dengan membawa kebenaran (dan tujuan yang benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." Ketiga sumber motivator ummat Islam yaitu al-Quran, as-Sunnah dan Sunnatullah/ al-Kaun (alam semesta atau al-'Alamin)
yang
bersifat
komplementer
atau
saling
melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain. Tiga sumber kebenaran ilmiah, atau tiga sumber Islam itu berarti pula sebagai sumber informasi ilmu dan hukum yang lengkap dan benar. 4.
Prinsip-Prinsip Sains dan Teknologi Dalam AlQur’an 1. Motivasi Agama Terhadap Pemberdayaan Akal Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan-Mu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah,
dan
Tuhanmulah
yang
Maha
Pemurah.
Yang
21
mengajar manusia dengan pena, mengajar manusia yang tidak diketahuinya” (Q.S. Al-Alaq, 96:1-5). Iqra’ terambil dari kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja selama bacaan tersebut Bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat
untuk
kemanusiaan.
Iqra’
berarti
bacalah,
telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak. Alhasil, obyek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya. Selanjutnya, dari wahyu pertama Al-Qur’an diperoleh isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya, dan mengajar manusia (tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Walaupun berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT. Setiap pengetahuan memiliki subyek dan obyek. Secara umum subyek dituntut peranannya untuk memahami obyek. Namun
pengalaman
ilmiah
menunjukkan
bahwa
obyek
terkadang memperkenalkan diri kepada subyek tanpa usaha sang
subyek.
Misalnya
komet
Halley
yang
memasuki
cakrawala hanya sejenak setiaap 76 tahun. Pada kasus ini, walaupun para astronom menyiapkan diri dengan peralatan
22
mutakhirnya
untuk
mengamati
dan
mengenalnya,
sesungguhnya yang lebih berperan adalah komet itu dalam memperkenalkan dirinya (Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Wahyu, ilham, intuisi, firasat yang diperoleh manusia yang siap dan suci jiwanya, atau apa yang diduga sebagai “kebetulan”
yang
dialami
oleh
ilmuwan
yang
tekun,
semuanya tidak lain kecuali bentuk-bentuk pengajaran Allah yang dapat dianalogikan dengan kasus komet di atas. Itulah pengajarah
tanpa
qalam
yang
ditegaskan
oleh
wahyu
pertama Al-Qur’an tersebut. 2. Membangun Paradigma Sains Islam Keberhasilan
sains
Barat
dalam
memajukan
ilmu
pengetahuan, ternyata tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh manusia secara keseluruhan. Apa yang telah dilakukan
saintis
Barat,
sesungguhnya
bukan
sekedar
membangun kemajuan teknologi yang dibanggakan. Lebih dari
pada
itu,
para
saintis
Barat
telah
mengantarkan
kehidupan manusia pada gerbang kehancuran, karena dari pencapaian tersebut kehidupan manusia semakin mengalami malapetaka yang tidak terbantahkan. Pada tataran yang lebih luas, sebagian saintis sudah ada yang mulai terbongkar epistemologinya. Sebagai sebuah contoh dapat kita lihat dari tokoh semisal Richard Tarnas dan Thomas S. Khun. Richard Tarnas menyatakan bahwa sains Barat saat ini sedang memasuki “krisis global” sebuah krisis yang
multidimensional
yang
mengakibatkan
kehidupan
manusia semakin terpuruk (Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Sains memang telah berhasil membantu manusia dalam mensejahterakan hidup, akan tetapi akibat yang
23
ditimbulkan
jauh
lebih
parah
dibandingkan
dengan
kemajuannya.Menurut konsep kaidah fiqih Islam: “Mencegah didahulukan
dari
kerusakan pada
dari
menarik
sesuatu manfaat
harus dari
lebih
sesuatu
tersebut”. Melihat
kondisi demikian, saintis Islam tidak perlu
mencontoh apa yang telah diraih oleh santis Barat.Mengingat paradigma
yang
dibangun
dalam
sains
Barat
tidak
berbasiskan pada nilai dan etika. Sains Islam sebagaimana dibuktikan dari sejarahnya, jelas berusaha untuk menjunjung dan mengembangkan nilainilai dari pandangan dunianya dan peradaban Islam, tidak seperti sains barat yang berusaha mengesampingkan semua masalah yang menyangkut nilai-nilai.Ciri yang unik dari sains Islam berasal dari penekanannya akan kesatuan agama dengan sains, pengetahuan dengan nilai-nilai, fisika dengan metafisika.Penekanannya
pada
keragaman
metode
dan
penggunaan sarana-sarana yang benar untuk meraih cita-cita yang benar itulah yang memberikan gaya yang khas pada sains Islam, dan keharmonisan menjadi ciri utamanya (Abduh, tt). Menurut
(Kurniawan,
Saputra,
&
Irsan,
2012),
menyatakan bahwa konsep Islam sains dan teknologi harus berorientasi pada nilai-nilai berikut : 1) Sumber ilmu adalah Allah, manusia hanya diberikan sedikit saja dari ilmuNya. Quran surat al-kahfi:109. Quran surat al-Isra’: 85 2) Ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai sarana (tools) untuk menyempurnkan ibadah kepada Allah, karena tujuan Allah menciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepadanya. QS. Adzariyat : 56
24
3) Alam semesta beserta isinya hak milik mutlak Allah Swt. QS. Thaha: 6 4) Alam semesta beserta isinya merupakan nikmat Allah Swt.
Yang
dianugerahkan
kepada
umat
manusia.
QS.Luqman:20 5) Alam yang dikaruniakan Allah Swt. harus dinikmati dan dimanfaatkan
dengan
tidak
melampaui
batas-batas
ketentuan-Nya. QS. Al-A’raf : 31. 6) Ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan tidak boleh
menimbulkan
kerusakan
(mafsadah)
apalagi
mengancam kehidupan manusia. QS.Al-Ankabut: 36. 7) Ilmu pengetahuan dan teknologi dipergunakan untuk mndapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. QS. Al-Baqarah: 201 3. Konstribusi Islam Dalam Bidang Sains Dan Teknologi Salah satu sumbangsih Islam yang sangat besar bagi dunia modern sekarang, adalah mewariskan sejumlah teori tentang
alam
pengetahuan
semesta
dan
tentangnya.
sekitar abad 9-13 M
cara-cara
mengaplikasikan
Sarjana-sarjana
Muslim
pada
telah banyak mencontohkan dan
mengujicobakan hubungan ilmu pengetahuan (sains) dengan cara
penerapannya
(teknologi).
Mereka
bukan
hanya
ditopang oleh pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga anugerah yang melimpah dengan mendapat fasilitas dari pemerintahan, Abbasiyah
di
terutama Baghdad.
pada
masa-masa
kejayaan
Sebelum
melahirkan
teknologi,
pengembangan sains lebih dahulu mereka peroleh, bukan hanya dari hasil-hasil temuan mereka sendiri, tetapi juga mereka peroleh dari sejumlah sumber yang berasal bukan hanya
dari
dalam
doktrin
Islam
saja.Kebanyakan
pengetahuan tentang hukum-hukum alam, ilmu ukur dan
25
matematika, fisika dan geometrika sampai ilmu gaya dan berat mengenai macam-macam benda, mereka peroleh dari warisan Yunani, Persia, India dan Mesir. Pengetahuan sains ini mereka kuasai terlebih dahulu sebelum mengembangkan teknologi. Karena ilmu-ilmu tersebut adalah sebagai dasardasar bagi pengembangan teknologi (Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Beberapa contoh sains dan teknologi Islam, yang berkait erat dengan warisan Hellenisme Yunani adalah filsafat, astronomi, fisika, geometrika, kimia, pertambangan, matematika, kedokteran, pertanian dan lain sebagainya. Dalam
bidang
matematika
kontribusi
Islam
telah
mengenalkan sistem bilangan India, dengan mengenalkan bilangan baru nol (0) dengan sebuah titik (.). Hal ini telah mempermudah
bagi
proses
penghitungan
berikutnya,
sekalipun dengan jumlah kelipatan yang sangat panjang. Penulis bilangan pertama adalah Muhammad bin Musa alKhawarizm
(w.875),
selanjutnya
Abul
Hasan
al-Uqdisy
(w.953), Umar Khayyam (w.1131). Sedangkan dalam bidang astronomi pengaruh Babilonia dan India sangat terasa, apalagi sejak diterjemahkan risalah India, Siddhanta ilmu perbintangan para raja sejak tahun 711M di Baghdad. Abu Ma’syar al-Falaky al-Balkhy merupakan salah satu tokoh yang paling
terkenal
dalam
membuat
ramalan-ramalan
perbintangan, karyanya , Kitab al-Uluf. Adapun dalam bidang fisika yang paling menonjol adalah mengenai teori optic yang dikembangkan oleh Ibn alHaitsam dalam karyanya “Kitab al-Manadzir”, al-Khaziny (w. 1040 M) juga mengurai tentang gaya grafitasi spesifik dalam karyanya “Kitab Mizan al-Hikmah” Pengobatan dalam Islam
26
mereka dapatkan banyak dari Persia, Mesopotamia, India dan lainnya. Muhammad Ibn Zakaria Ar-Razi
(865-925 M) telah
menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan prosesproses yang lazim dilakukan oleh ahli kimia, misalnya distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya (Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Di dunia Barat, Ar-Razi juga dikenal sebagai ahli di bidang ilmu kedokteran, sama halnya dengan Ibnu Sina, sehingga
gambaran
kedua
ilmuwan
Muslim
ini
dapat
menghiasi Fakultas Kedokteran Universitas Paris. Ia juga dianggap sebagai orang yang menemukan benang fontanel (yang
dipakai
dalam
ilmu
bedah).
Buku-bukunya
yang
beredar di Barat lebih popular dengan nama “Razes”. Ibnu Sina selain dikenal sebagai seorang filosof , dikenal juga sebagai ilmuwan dalam bidang kedokteran. Karya ilmiahnya di Barat dikenal dengan istilah Canun, menjadi buku teks standar ilmu kedokteran di berbagai Universitas baik di dunia Islam atau di dunia Barat (Non Islam). Di Barat, ia lebih dikenal sebagai politikus dan dokter. Ilmu politik sudah diperkenalkan oleh ayahnya sejak ia masih kecil, sedangkan ilmu kedokteran ia pelajari hanya dalam tempo 18 bulan, kemudian ia perdalam sendiri secara otodidak. Di antara karya-karyanya yang popular adalah ; Al-Syifa’, AlHikmah
Al-Masyriqiyah,
Al-Qanun
(Canun
of
Medicine)
(Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Ibn Khaldun nama lengkapnya Waliyuddin Abdurrahman Ibn Khaldun Al-Hamdhami dari Tunisia. Dia dikenal sebagai ilmuwan Muslim dalam bidang sosiologi, sejarah, dan filsafat. Dunia Barat mengakuinya sebagai perintis ilmu dan pakar di bidang
sosiologi
modern.Bukunya
yang
berjudul
27
“Muqaddimah”,
merupakan
bagian
dari
karyanya
yang
terbesar (Kurniawan, Saputra, & Irsan, 2012). Masih banyak penemu dan pakar di bidang sains dan teknologi yang hidup di dunia Islam, meskipun dalam sejarahnya mengalami tarik menarik dengan para ilmuwan Barat, baik yang hidup sebelumnya, semasanya, ataupun sesudahnya. Walaupun
demikian,
sesungguhnya
setiap
individu
muslim dituntut, bahkan diwajibkan untuk memahami dan menjelaskan kebenaran yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam pernyataan maupun penyangkalan yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran yang sistematik, holistik, dan integralistik. Hal ini bertujuan antara lain untuk menyatakan bahwa disamping sebagai kitab suci, Al-Quran juga sumber segala ilmu, termasuk sains dan teknologi. Untuk melakukan hal itu tentu dibutuhkan suatu proses pemahaman dan penjelasan secara ilmiah yang kilas baliknya akan berpengaruh terhadap proses trasformasi budaya dalam Islam. 5.
Ayat Al-Qur’an dalam Berbagai Bidang Sains 1. Bidang Geologi a. QS. Al-Nazi’at ayat 30-33 Artinya: “Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya, Ia memancarkan (menumbuhkan) gunung untuk
daripadanya
mata
airnya,
tumbuh-tumbuhannya, Dan
dipancangkan-Nya kesenanganmu
dan
dengan untuk
dan
gunung-
teguh, (semua
itu)
binatang-binatang
ternakmu”. Maksudnya Dia hamparkan bumi, lalu Dia pancarkan mata airnya serta munculkan segala yang dikandungnya
28
dan
Dia
alirkan
sungai-sungainya,
serta
tumbuhkan
tanaman, pepohonan, dan buah-buahannya, juga Dia tegakkan gunung-gunungnya agar penghuninya menetap dengan tenang. Semua itu merupakan kenikmatan bagi semua
makhluk-Nya,
membutuhkan
dan
berbagai
karena
binatang
mereka ternak
memang
yang
dapat
mereka makan dan pergunakan untuk kendaraan selama mereka butuhkan didunia ini sampai berakhir masa dan waktu yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam penegakan gunung-gunung, gunung-
gunungmencengkeram
lempengan-lempengan
kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempenganlempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas
lapisan
magma
atau
di
antara
lempengan-
lempengannya. Singkatnya, kita dapat mengumpamakan gunung
dengan
paku
yang
menyatukan
bilah-bilah
papan. Jika dua lempeng saling bertumbukan, kerak bumi akan
terdorong
keatas
dan
membentuk
barisan
pegunungan tinggi, disebut pegunungan lipatan. b. QS. Luqman ayat 10 Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.
29
Allah menciptakan langit dan meninggikannya dari bumi tanpa tiang, sebagaiman adapat dilihat oleh umat anusia. Dia juga meletakkan gunung-gunung yang kokoh di muka bumi untuk menjaga keseimbanag bumi agar jangan sampai miring dan bergoncang. Allah menebarkan aneka hewan dan binatang melata di muka bumi dan Allah menurunkan air hujan yang rasanya tawar dari awan sehingga hujan yang penuh berkah itu menyugukan tanah setselah masa pacekliok dan kemarau yang berkepanjagan. Di telah menjadikan tumbuh-tubuhan dan aneka ragam pohon-pohonan serta segala buah-buahan yang sedap di pandang dan satu sama lain berbeda warna dan rasanya. Firman-Nya: (مد د ت ههروون ههه(ا )ب رغهي ورر ع ه ه/ tanpa tiyang yang kamu melihatnya dalam arti sebenarnya tiangnya ada tetapi kamu tidak melihatnya dengan mata kepala. Tiang tersebut adalah daya-daya yang diciptakan allah sehinngga ini dapat meninggi dan tidak jatuh kebumi. Tidak juga dengan planet-planet yang ada di alam raya ini saling bertabrakan c. QS. Al-Nahl ayat 15 Artinya: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”. Setelah menguraikan ciptaan dan anugrah-Nya yang terpendam, kini diuraikan ciptaan dan dan nikmat-Nya yang
menonjol
dan
Menjulang
keatas,
dengan
menyatakan : dan Dia mencampakkan dipermukaan bumi gunung-gunung yang sangat kukuh sehingga tertancap kuat supaya ia,yakni bumi tempat hunian kamu itu, tidak guncang bersama kamu, kendati ia lonjong dan terus
30
berputar, dan dian menciptakan juga sungai yang dialiri air yang dapat digunakan untuk minum, dan selanjutnya dibui itu allah menjadikan juga jalan-jalan yang terhampar agar kamu mendapat petunjuk lahiriah menuju arah yang kamu kehendaki
dan
petunjuk
batiniah
menuju
pengakuan
keesaan allah swt. Kata ى ق ( أ هل و هmencampakkan dibumi,), yakni melempar kearahnya, memberi kesan bahwa kehadiran gunung, sungai, dan jalan-jalan terjadi sesudah penciptaan bumi, dan
karena
itu
ayat
ini
tidak
menggunakan
katamenciptakan gunung-gunung. Boleh jadi pencampakan yang dimaksud adalah benturan yang besar atau gempa yang dahsyat, yang mengakibatkan lahirnya gununggunung dan sungai-sungai. Ayat ini tidak menjelaskan bagaimana hal tersebut tidak terjadi. Kata ي هرهوسا رterambil dari kata ( سالرسوal-rasw) atau arس ه rusuwwu, yakni kemantapan pada satu tempat. Dari sini, gunung-gunung, karena ia kekar tidak bergerak dari tempatnya, ditunjuk dengan kata rawasi yang merupakan bentuk jamak dari kata rasin. Dia menancapkan gununggunung yang kokoh kedalam bumi, agar tetap (stabil) dan tidak goncang bersama hewan yang ada di atasnya, sehingga karenanya mereka hidup tenang. Bumi ini tidak ubahnya bahtera di atas permukaan air, jika tidak ada benda-benda berat di dalamnya, niscaya ia akan goncang dan miring ke sana-sini, meski karena sebab yang kecil. Tetapi jika didalamnya diletakkan bendabenda berat, niscaya ia akan tetap pada satu keadaan. Demikian halnya dengan bumi, jika tidak ada gununggunung ini di atasnya, niscaya ia akan goncang.
31
2. Bidang Oceanografi AL-Qur’an
adalah
sumber
dari
segala
ilmu
pengetahuan. Kitab suci AL-Qur’an bukan saja menjelaskan sejarah dan perkembangan tentang keislaman, tetapi juga merupakan
sumber
ilmu
pengetahuan
lain
seperti
hidrologi, perbintangan, biologi, fisika, dan ilmu lain yang telah di tegaskan oleh Allah swt. Ilmu AL-Qur’an itu seperti lautan yang tidak bertepi. Sebelum ilmuwan-ilmuwan menjelaskan teori penciptaan alam, teori fisika, teori evolusi
dan
berbagai
teori,
AL-Qur’an
telah
lama
menjelaskan teori itu, hanya saja para ilmuan baru menemukannya,
bahkan
AL-Qur’an
telah
menjelaskan
seluruh kehidupan yang ada di alam semesta yang belum diketahui oleh akal manusia. Oleh karena itu AL-Qur’an bertujuan sebagai pedoman hidup agar manusia tidak tersesat dan selalu berada dijalan yang di ridhoi Allah SWT. Salah satu ilmu AL-Qur’an dari sekian banyak ilmu pengetahuannya adalah tentang penciptaan lautan dan daratan. Khususnya di Indonesia, lautan adalah salah satu sumber
mata
penduduknya,
pencaharian karena
bagi
Indonesia
sebagian
merupakan
besar negara
maritim, yang banyak dikelilingi oleh lautan. Bukan hanya sebagai mata pencaharian tetapi lautan juga memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan manusia. Berdasarkan artikel ini, saya akan menguraikan berbagai macam manfaat dari lautan menurut sisi pandang AL-Qur’an. Semoga makalah ini memberikan pengetahuan kepada kita dan dapat membuat kita menjadi pribadi yang pandai
bersyukur
menciptakan
alam
kepada
Allah
semesta
beserta
SWT
yang
isinya.
telah
Al-Qur’an
32
secara jelas dan tegas menjelaskan kepada manusia tentang lautan. Dalam al Qur’an sedikitnya ada 32 ayat yang menyebutkan kata “laut”, sedangkan kata “darat” terkandung dalam 13 ayat AL-Qur’an, jika ditambahkan keduanya maka hasilnya 45 ayat. Angka 32 itu sama dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu sama dengan 28,22 persen dari 45. Berdasarkan ilmu hitungan sains dan penelitian bahwa komposisi lautan dan daratan dimuka bumi ini ternyata memang 71,11 persen bumi ini berupa lautan dan 28,88 persen berupa daratan. Keseimbangan antara lautan dan daratan yang ada dibumi ini senantiasa memperoleh kenikmatan dan kenyamanan bagi seluruh makhluk hidup. Keseimbangan ini telah tertulis di AL-Qur’an dalam surah Al Mulk (67:3) yang artinya: “Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis tidak akan kamu lihat sesuatau yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan yang maha pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” Didalam
AL-Qur’an
sebenarnya
ada
beberapa
yang
menjelaskan tentang bahra (lautan), tetapi dimakalah ini penulis hanya menuliskan beberapa ayat saja untuk lebih spesifiknya diantaranya adalah sebagai berikut. a. QS. Al-Fathir [35] : 12
فل و ه سون ههه(ا وهت ههر ى سال و ُف ست ه و حل وي ه ة ن ر ك رفيهر جو ه خرر ُف له و ة ت هل وب ه ُف م(ا ط هرريي(ا وهت ه و ح ة م ته و ن وسا ر خهر ل رت هب وت هُفغوسا ر شك ُفُفرو ه ن فه و ضل رهر وهل هعهل لك ُف و ه م و م ه “Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging
33
yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.” b. (QS.AZ-zumar,39:21) Hikmah terjadinya proses
hujan dari langit ke
permukaan bumi di dalam Al-Qur'an apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya ALLAH menurunkan air dari langit, maka diatur nya menjadi sumber-sumber di bumi kemudian di tumbuhkan Nya dengan air itu tanamantanaman yang beramacam-macam warnanya , lalu ia menjadi kering lalu kami melihat nya ke kuning-kuningan, kemudian
dijadikanya-Nya
sesungguhnya terdapat
pada
pelajaran
yang bagi
hancur demikian
orang
yang
berderai-derai, itu
benar-benar
berakal
(QS.AZ-
zumar,39:21) Hujan merupakan anugrah yang di berikan ALLAH SWT bagi semua mahluk di alam semesta.Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup, Berkat kekuasaan sang khalik, Setiap saat miliaran liter air berpindah dari lautan menuju atsmosfer lalu
kembali
lagi
menuju
daratan,
kehidupan
pun
bergantung pada daur air ini. Harun yahya dalam "the signs in the heavens and the Earth for men of understanding" yang dialihbahasakan dalam pustaka sains populer islami: manusia dan Alam Semesta terbitan Dzikra menjelaskan kekeuasaan Allah SWT dalam menciptakan hujan
34
Harun yahya juga membuktikan kebenaran dan kesesuaian
ayat-ayat
AL-Qur'an
yang
menjelaskan
fenomena hujan dengan sains modern "Andai manusia mencoba mengatur daur di alam di alam semesta , maka tak akan pernah berhasil, walaupun mengerahkan semua teknologi yang ada di bumi " papar nya, tanpa harus menggunakan biaya dan teknologi , mahluk hidup di bumi bisa menikmati air melalui proses penguapan menurut harun yahya, setiap tahunya 45 miliar liter kubik sir menguap dari lautan, Air yang menguap tersebut di bawa angin melintasi suatu daratan di permukaan bumi yang di dalamnya akan terbentuk suatu bentuk awan setiap tahun 3-4 miliar liter air di bawa dari lautan menuju daratan untuk dapat dinikmati dan di manfaatkan manusia untuk iulah, AL-Qur'an mengajak manusia untuk mensyukuri hujan sebagai karunia yang di berikan Allah kepada mahluk Nya. 3. Bidang Embriologi Al-Qur’an Surat alMukminun: 14 Menjelaskan bahwa pembentukan manusia di dalam rahim ibunya melewati beberapa tahapan atau proses, yaitu diantara nya : 1) Nuthfah Nuthfatun adalah sperma laki-laki dan sel telur perempuan yang telah bertemu dan terjadi pembuahan kemudian terjadi perubahan dari keadaan yang satu kepada yang lain dan dari bentuk yang satu kepada bentuk yang lain. Riset para ahli embriologi menyebutkan bahwa selain mengandung spermatozoa (sperma) air mani juga tersusun dari berbagai campuran yang berlainan yang
35
mempunyai fungsi masing-masing, misalnya mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi spermatozoa, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan
lingkungan
agar
memudahkan
pergerakan
sperma. Air mani yang tersusun dari berbagai campuran tersebut
telah
disebutkan
membuat segala sesuatu
dalam
Al-
Qur'an. "Yang
yang Dia ciptakan sebaik-
baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (mani)". (QS. As Sajdah : 7-8). Kata-kata sulalah (saripati) pada ayat tersebut
merupakan bagian yang
mendasar atau "bagian dari satu kesatuan". 2) 'Alaqah Peringkat pembentukan alaqah ialah pada hujung minggu pertama / hari ketujuh . Pada hari yang ketujuh telor yang sudah disenyawakan itu akan tertanam di dinding rahim (qarar makin). Selepas itu Kami mengubah nutfah menjadi alaqah. "Kemudian
Kami
alaqah" al-Mukminun: mempunyai
arti
mengubah 14'.
sesuatu
Alaqah yang
nutfah
menjadi
secara
bahasa
mengambang
atau
menempel, sedangkan pada 'alaqah ini embrio berbentuk segumpal darah sebagaimana ditegaskan Allah SWT : "Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah" (QS. Al 'Alaq : 2) 'Alaqah merupakan bahan dasar bayi yang berupa sel tunggal, dalam istilah biologi sel ini disebut zigot sebagai "segumpal darah", istilah 'alaqah ini juga tersebut dalam firman Allah SWT: "kemudian mani itu menjadi segumpal
36
darah,
lalu
Allah
menciptakannya,dan
menyempurnakannya". (QS. Al Qiyamah : 38). 3) Mudghah Pembentukan
mudghah
dikatakan
berlaku
pada
minggu keempat. Perkataan mudghah disebut sebanyak dua kali di dalam al-Quran iaitu surah al-Hajj ayat 5 dan surah al-Mukminun ayat 14: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu
sebagai
bayi,
kemudian
(dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya
Dia
tidak
mengetahui
lagi
sesuatupun
yang
dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah
bumi
itu
dan
suburlah
dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”. (QS. al-Hajj ayat 5) "...lalu segumpal darah itu Kami jadikan daging,..." (QS. Al Mukminun: 14) Mudghah yang mempunyai arti segumpal daging ini merupakan fase yang mana berbentuk lengkung, dengan penampakan gelembung-gelembung serta alur-alur. Embrio yang tumbuh berumur 40-42 hari tidak lagi mirip dengan
37
embrio
hewan
pendengaran,
karena
sudah
penglihatan,
dilengkapi
kulit,
otot
dengan
dan
tulang
sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW dari Hudzaifah ibnu Asid : "Ketika nuthfah telah lewat 42 malam dari penciptaan, Allah Ta`ala mengirim malaikat untuk membentuknya
dan
menciptakan
pendengaran,
penglihatan, kulit, otot dan tulang. Kemudian malaikat bertanya : Ya Allah, ini akan dijadikan laki-laki atau perempuan
?
Dan
Allah
memutuskan
apa
yang
dikehendakiNya, .." (HR. Muslim). Diperingkat ini sudah berlaku pembentukan otak, saraf tunjang, telinga dan anggota-anggota yang lain. Selain itu sistem pernafasan bayi sudah terbentuk.Vilus yang tertanam di dalam otot-otot ibu kini mempunyai saluran
darahnya
sendiri.
Jantung
bayi
pula
mula
berdengup. Untuk perkembangan seterusnya, darah mula mengalir
dengan
lebih
banyak
lagi
kesitu
bagi
membekalkan oksigen dan pemakanan yang secukupnya. Menjelang tujuh minggu sistem pernafasan bayi mula berfungsi sendiri. 4) Izam dan lahm Pada peringkat ini iaitu minggu kelima, keenam dan ketujuh
ialah
peringkat
pembentukan
tulang
yang
mendahului pembentukan oto-otot. Apabila tulang belulang telah
dibentuk,
otot-otot
akan
membungkus
rangka
tersebut. Firman Allah yang bermaksud : "Lalu Kami mengubahkan pula mudghah itu menjadi izam da
kemudiannya
Kami
daging" al-Mukminun : 14.
membalutkan
Izam
dengan
38
Kemudian pada minggu ketujuh terbentuk pula satu sistem yang kompleks. Pada tahap ini perut dan usus , seluruh saraf, otak dan tulang belakang mula terbentuk. Serentak
dengan
itu
sistem
pernafasan
dan
saluran
pernafasan dari mulut ke hidung dan juga ke pau-paru mula kelihatan. Begitu juga dengan organ pembiakan, kalenjar, hati, buah penggang, pundi air kencing dan lainlain terbentuk dengan lebih sempurna lagi. Kaki dan tangan juga mula tumbuh. Begitu juga mata, telinga dan mulut semakin sempurna. Pada minggu kelapan semuanya telah sempurna dan lengkap. 5) Peniupan Ruh Selanjutnya
yaitu
peringkat
peniupan
roh. Para ulamak Islam menyatakan bilakah roh ditiupkan ke dalam jasad yang sedang berkembang? Mereka hanya sepakat mengatakan peniupan roh ini berlaku selepas empat puluh hari dan selepas terbentuknya organ-organ tubuh termasuklah organ seks. Nilai kehidupan mereka telah pun bermula sejak di alam rahim lagi. Ketika di alam rahim
perkembangan
perkembangan
fizikal
mereka
bukanlah
semata-mata
tetapi
proses telahpun
mempunyai hubungan dengan Allah s.w.t melalui ikatan kesaksian sebagaimana yang disebutkan oleh Allah di dalam al-Quran surah al-A'raf : 172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami
39
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (al-A'raf: 172.) Dengan
ini
entiti
roh
dan
jasad
saling
bantu
membantu untuk meningkatkan martabat dan kejadian insan disisi Allah SWT. Ruh merupakan penggerak dan pertanda dari kehidupan seorang hamba, tanpa adanya ruh maka jasad yang telah terbentuk tidak akan sempurna. Tentang ruh ini Allah Ta`ala berfirman: "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al Isra': 85). Para ahli ilmu mendefinisikan ruh sebagai organ lembut yang berada pada badan. Proses peniupan ruh oleh malaikat
tersebut
diiringi
dengan
proses
penentuan
rizkinya, ajalnya, amalnya dan ia celaka atau bahagia. Proses peniupan ruh pada embrio tersebut ketika berumur 120 hari sebagaimana disebutkan pada hadits dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas'ud RA. yang sudah tersebut di atas. Hal lain yang disebutkan dalam Al Qur'an adalah bahwa
embrio
terselubungi
oleh
tiga
kegelapan
"dzulumatin tsalats". Para pakar embriologi menyebutkan bahwa maksud dari tiga tabir kegelapan itu adalah: (1). Dinding bagian dalam perut ibu, (2) Dinding uterus, dan (3) Membran amniokorionik. Maha benar Allah Ta`ala dengan firmanNya:"…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan…".
40
BAB III PENUTUP 1.
Simpulan Sains adalah suatu cara untuk mempelajari sesuatu dalam berbagai aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains sangat terbatas hanya berbagai hal saja yang bisa dipahami oleh indera seperti penglihatan,
sentuhan,
pendengaran,
pengecapan
atau
sains
pengetahuan
yang
didapatkan
pembuktian. menerapkan kesejahteraan
Teknologi sains dan
juga
adalah
untuk
bisa dari ilmu
rabaan
dibilang cara
memanfaatkan
kenyamanan
sebagai
pembelajaran atau
manusia.
dan dan
tentang
alam
bagi
Al-Qur’an
merupakan kumpulan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril sebagai pedoman hidup umat manusia. Sains dan teknologi merupakan salah satu bagian dari isi kandungan Al-Qur’an yang penting bagi kehidupan umat manusia. Maka dari itu, bahwasannya Ilmu Allah begitu luas sehingga ibarat ditulis diatas air laut maka air itu akan habis terlebih dahulu sebelum ilmu Allah tertulis diatasnya. AlQur’an telah mencakup semua yang ada di alam semesta dan Allah telah menuliskan dalam firmanNya seluk beluk yang akan terjadi dan ilmu-ilmu termasuk sains dan teknologi. 2.
Saran Allah telah memberikan wahyu kepada manusia perihal ilmu pengetahuan/sains dan teknologi.
Sains dan teknologi
berasal dari Allah. Jika Al-Qur’an adalah jalan untuk menuju Allah,
Rabb kita. Sementara, pengetahuan adalah karunia
41
Allah kepada kita
sebagai makhluk yang berfikir, maka
bagaimana mungkin jalan menuju Allah dan karunia
dari
Allah bisa bermusuhan? Karena itulah ilmu pengetahuan seharusnya dapat beriringan dengan Al-Qur’an (firman Allah). DAFTAR PUSTAKA Abduh, M. (tt). Peradaban Sains dalam Al-Qur'an. Palembang: Pdf. Febriana, A. (tt). Al-Qur'an dan Sains. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam As-Safi'iyah. Gosalam, S. (tt). Al-Quran dalam Pengembangan Sains dan Teknologi. Diambil kembali dari Blendist.blogspot.com: http://Blendist.blogspot.com/KeistimewaanAlQuran/AlQuran-dalam-sains-dan-teknologi.html Izzudin Tafiq, M. (2006). Dalil Afaq Al-Qur’an Dan Alam Semesta (Memahami Ayat-Ayat Penciptaan dan Syubhat. Solo: PT. Tiga Serangkai. Kurniawan, M. D., Saputra, E. A., & Irsan, M. (2012). Prinsipprinsip Sains dan Teknologi dalam Al-Qur'an. Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan. Setiawan, E. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diambil kembali
dari
Http://kbbi.web.id/sains:
http://kbbi.web.id/sains Shihab, M. Q. (1994). Membumikan Al-Qur’an, Fungsi Dan Peran Wahyu, Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. Thohir, A. (tt). Pengembangan Sains, Hukum, Seni, Teknologi dan Ekonomi
Di
Dunia
Islam
Dalam
Persepktif
Sejarah.
Bandung: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati. Gunawan Heri, S.PdI., M.Ag dan Deden Suparman, M.A. 2015. Ulumul Qur’an Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung. Arfino Raya
42
Alam, R.2011. Pengertian Hujan dan Proses Terjadinya Hujan. id.shvoong.com/exact
sciences/physics/2118324-
pengertian-hujan-dan-proses-terjadinya/. diakses pada 22 Maret April 2015 Caramanfaat.2013.Manfaat
Air
caramanfaat.com/manfaat-air-hujan/
Hujan. diakses
pada
20
Maret 2015 Hidayat
dan
Cahyadi.2013.Penuntun
Praktikum
Agroklimatologi.Fakultas Pertanian Unsyiah.Banda Aceh Laras, 2006 dalam Geomorphologys.2011.Hujan Asam, Penyebab dan Proses Pembentukannya.