Syari’ah Islam ................................................................................................................. 24
BAB I PENDAHULUAN Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah). Sebagian dari syari’ah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syari’ah adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syari’ah dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Pengertian dan ruang lingkup syari’ah islam 2. Pengertian, tujuan, ruang lingkup muamalah dan ibadah 3. Arti dan tujuan thaharah 4. Pengertian, hikmah, dan pengaruh shalat dalam kehidupan 5. Pengertian, jenis, dan ketentuan zakat 6. Pengertian, tujuan, hikmah, dan ketentuan puasa 7. Pengertian, hikmah, dan pelaksanaan haji
1
Syari’ah Islam
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Syari’ah Islam Kata syari‟ah Islam merupakan pengindonesiaan dari kata Arab, yakni as-syarî„ah alIslâmiyyah. Ditinjau dari sudut etimologi (bahasa) syariah bermakna jalan menuju sumber air. Orang Arab tidak menyebut sumber tersebut dengan sebutan syarî„ah kecuali jika sumber tersebut airnya berlimpah dan tidak pernah kering. Dalam bahasa Arab, syara„a berarti nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan), dan bayyana al-masâlik (menunjukkan jalan). Syara„a lahum-yasyra„u-syar„an berarti sanna (menetapkan). Syari’ah dapat juga berarti madzhab (mazhab) dan tharîqah mustaqîmah (jalan lurus).
Dalam terminologi (istilah) syari’ah sendiri berarti agama yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai hukum dan ketentuan yang beragam. Hukum-hukum dan ketentuan tersebut disebut syari’ah karena memiliki konsistensi atau kesamaan dengan sumber air minum yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Dengan demikian, syari’ah dan agama mempunyai konotasi yang sama, yaitu berbagai ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya. Sementara itu, kata al-Islâm (Islam), secara etimologis mempunyai konotasi inqiyâd (tunduk) dan istislâm li Allâh (berserah diri kepada Allah). Istilah tersebut selanjutnya dikhususkan untuk menunjuk agama yang disyariatkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Dalam konteks inilah, Allah menyatakan kata Islam sebagaimana termaktub dalam firman-Nya:
ْسالَ َم ْ ضيتُ ْلَ ُك ُن ْا ْإل ِ ﴿ا ْليَ ْو َهأ َ ْك َوْْلتُلَ ُك ْو ِدينَ ُك ْو َوأَ ْت َو ْوتُ َعلَ ْي ُك ْونِ ْع َوتِي َو َر ﴾ِدينًا Hari ini Aku telah menyempurnakan untuk kalian agama kalian, mencukupkan nikmat-Ku atas kalian, dan meridhai Islam sebagai agama bagi kalian. (QS al-Mâ’idah [5]: 3). Karena itu, secara syar„î, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada junjungan kita, Muhammad SAW, untuk mengatur hubungan manusia dengan Pencipta-Nya, dirinya sendiri, dan sesamanya. Hubungan manusia dengan Pencipta-Nya meliputi masalah
2
Syari’ah Islam akidah dan ibadah; hubungan manusia dengan dirinya sendiri meliputi akhlak, makanan, dan pakaian; hubungan manusia dengan sesamanya meliputi muamalat dan persanksian. Dengan demikian, syari’ah Islam merupakan ketentuan dan hukum yang ditetapkan oleh Allah atas hamba-hamba-Nya yang diturunkan melalui Rasul-Nya, Muhammad saw., untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dan dengan sesamanya. Artinya, cakupan syari’ah Islam meliputi akidah dan syari’ah. Dengan kata lain, syari’ah Islam bukan hanya mengatur seluruh aktivitas fisik manusia (af„âl al-jawârih), tetapi juga mengatur seluruh aktivitas hati manusia (af„âl al-qalb) yang biasa disebut dengan akidah Islam. Karena itu, syari’ah Islam tidak dapat direpresentasikan oleh sebagian ketentuan Islam dalam masalah hudûd (seperti hukum rajam, hukum potong tangan, dan sebagainya); apalagi oleh keberadaan sejumlah lembaga ekonomi yang menjamur saat ini semisal bank syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, dan sebagainya.
2.2 Ruang Lingkup Syari’ah Islam Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut : 1) Ibadah khusus, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual), yang terdiri dari a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan naik haji. b. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam 1. Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain. 2. Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain. 2) Ibadah Umum ( Muamalah dalam arti luas ) yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam lainnya. Dalam istilah kontemporer, aspek mu’amalah ini meliputi aturan hidup yang sangat luas, yaitu : a) Ahkamul Akhwal Syakhsiah yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan rumah tangga, Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini. b) Al Ahkamul Madaniyah yaitu hukum-hukum yang mengatur transaksi ekonomi sesama anggota masyarakat, seperti jual beli, pegadaian, sewa menyewa, hutang 3
Syari’ah Islam piutang, syirkah dan seterusnya. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini. c) Al Ahkamul Jinaiyah (hukum-hukum pidana), mengatur segala hal yang berkaitan dengan tindak pidana kejahatan serta hukumannya. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 30 ayat yang membahas masalah ini. d) Al
Ahkamul
Dusturiyah
(hukum
ketatanegaraan):
mengatur
mekanisme
penyelenggaraan negara berikut hubungan antara penguasa dan rakyat. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini. e) Ahkamul Murafa’at (hukum perdata): mengatur hal-hal yang berkaitan dengan dunia peradilan, kesaksian dan sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 13 ayat yang membahas ini. f) Al Ahkamul Iqtishodiyah wal Maliyah (ekonomi dan moneter) ; mengatur pendapatan dan belanja negara serta interaksi antara kaum kaya dan miskin sertanegara dan warga negara dalam masalah ekonomi. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini. g) Al Ahkam Ad Duwaliyah : mengatur hubungan antara negara Islam dengan negara lain dan hubungan negara dengan warga negara kafir dzimmi dalam negara Islam. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini. [Tarikhu Al Tasyri' Al Islami hal. 84-86, Al Madkhal Ila Dirasati Syari'ah Islamiyah hal. 49-53 dan 156-158, Ilmu Ushulil Fiqhi hal. 32-33 ]. Hukum-hukum ini dibukukan dan diatur lagi secara detail dalam As Sunah An Nabawiyah yang jumlahnya sangatlah banyak. Demikianlah, syariah Islam merupakan aturan hidup dan perundangundangan paling lengkap dan sempurna yang Allah SWT turunkan untuk umat manusia sampai akhir zaman nanti.
2.3
Muamalah
a. Definisi Secara etimologi, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan..
Secara terminologi, pengertian muamalah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Pengertian muamalah dalam arti luas: 4
Syari’ah Islam
―Peraturan-peraturan
Allah
yang
diikuti
dan
ditaati
oleh
mukallaf
dalam
hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan bersama.‖ ―Aturan-aturan (hukum) Allah yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan dan sosial kemasyarakatan.‖
Pengertian muamalah dalam arti sempit: ―Akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaat.‖ ―Aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup jasmani.‖
Meskipun penekanan kebutuhan dalam muamalah adalah aspek keduniaan/materi, namun hal ini tidak dapat dilepaskan dari aspek ukhrawi. Jadi, aktivitas muamalah, baik dalam memperoleh, mengelola dan mengembangkan harta (mal) sudah semestinya mengikuti aturan main yang ditetapkan oleh syara’. . b. Tujuan Muamalah Dalam Islam
Dalam syariah yang mengatur urusan muamalah memiliki tujuan-tujuan mengapa dalam interaksi antar sesama dalam urusan dunia perlu diatur sedemikian rupa. Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah 1. Merupakan pengabdian kepada Allah. 2. Berorientasi pada akhirat. Hal ini didasarkan pada Al Qur’an Surat Al Qashash ayat 77. 3. Harta yang diberikan Allah diberikan kepada orang-orang yang memerlukan. 4. Tidak melakukan kerusakan di masyarakat. Sehingga, pada dasarnya hukumhukum yang dijelaskan oleh ajaran muamalah adalah untuk menciptakan kemaslahatan bagi manusia dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat. Menurut para Ulama fiqih dengan merujuk kepada 2 sumber utama hukum Islam: alQur`an dan Hadits, tujuan muamalah antara lain:
5
Syari’ah Islam
•
Untuk kemaslahatan umat manusia
•
Untuk mengatur aktivitas tiap orang agar mengikuti panduan Islam
c. Ruang Lingkup Muamalah 1. Hal harta (jual-beli, sewa menyewa, serikat usaha)—fiqh muamalah 2. Hal penyaluran nafsu (pernikahan dan perceraian)—fiqh munakahat 3. Hal pemilikan harta akibat kematian (warisan)—fiqh mawarits 4. Hal kejahatan/pidana—fiqh jinayat 5. Hal untuk mendapatkan keadilan di pengadilan—fiqh murafa’at 6. Hal kehidupan bernegara—fiqh siyasah 7. Hal kehidupan antar negara –fiqh duwaliyah 8. Fiqh lingkungan—fiqh al-alam 9. Fiqh perempuan-fiqh al-nisa 10. Dll.
2.4
Ibadah
a. Definisi Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
1.
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para RasulNya. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
2.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
3.
Menurut Muhammad bin abdul wahab dalam kitabnya fathul al masjid(syarah kitab tauhid) Ibadah adalah konsep untuk semua bentuk (perbuatan) yang dicintai dan diridhai oleh allah dari segi perkataan dan perbuatan yang konkret (nyata) dan yang abstrak( tidak nyata / tersembunyi).
( Drs.KH.abdul hakim MAg. Dan Drs. Bani ahmad saebani, MSi. Fiqh ibadah, pustaka setia bandung, hal 62.)
6
Syari’ah Islam b. Tujuan Ibadah Ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba, pada dasarnya memiliki tujuan : 1. Pertama, untuk memperlihatkan perasaan hina di hadapan Allah SWT, sehingga diharapkan muncul dalam dirinya sebuah prinsip, bahwa Allah lah satu-satunya Dzat Yang Maha Mulia. Dan seorang hamba tidak dibenarkan untuk bersikap sombong; karena pada dasrnya, tidak ada seorang hambapun yang paling mulia dihadapan Allah SWT, apapun bangsanya, warna kulitnya, ataupun kedudukannya, semuanya tidak akan menjadikannya mulia di hadapan Allah SWT, kecuali dibarengi dengan kualitas ketakwaan yang sesungguhnya (melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya).
2. Kedua, memperlihatkan rasa cinta yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Rasa cinta merupakan anugerah dari Allah SWT, oleh karenanya, harus senantiasa disyukuri dan diarahkan atau diporsikan sesuai dengan kehendak Dzat Yang Memberikannya. 3. Ketiga, memperlihatkan rasa takut kepada Allah SWT (dari adzab-Nya), dan memperlihatkan pengharapan yang seutuhnya kepada rahmat-Nya. 4. Keempat, memperlihatkan rasa syukur yang mendalam terhadap semua ni’mat Allah SWT yang telah diberikan. 5. Merupakan tujuan utama dari penciptaan manusia seperti yang tertuang dalam QS Adz Dzariyat 56 Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku (QS Adz Dzariyat 56)
c. Ruang Lingkup Ibadah
Ibadah bukan hanya berupa shalat, zakat, puasa dan haji seperti yang menjadi pengertian banyak orang. Ibadah mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu. 1) Ibadah umum Semua perbuatan yang diizinkan Allah, bila dikerjakan dengan tujuan memperoleh keridhoan Allah. Unsur terpenting (niat) yang ikhlas (menempuh jalan yang halal dan menjauhi jalan yang haram). 2). Ibadah Khusus Di antara ibadah khusus adalah sebagai berikut : 7
Syari’ah Islam Ibadah yang macam dan cara pelaksanaannya ditentukan dalam syara’. Bersifat tetap, mutlak, manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang ada, tidak boleh mengubah, menambah, mengurangi. Seperti : wudlu, shalat, puasa ramadlan, zakat,dan haji.
2.5
Thaharah (Bersuci) a. Pengertian Thaharah Thaharah
menurut
etimologi,
artinya
bersih
atau
bersuci,
sedangkan
menurut
terminologi, thaharah adalah menyucikan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis dengan cara yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Islam sangat menganjurkan kepada umatnya agar selalu dalam keadaan bersih dan suci. Orang-orang yang sanggup menjaga kesuciannya sangat dicintai Allah. b. Dalil-Dalil Thaharah Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
)122
ان هللا ال اابٌا وي ً ال ااهبيي ي ا بااة
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).
ْ عي ا ي سعوذ ااخذرٍ "ااييٌر )شي ُ اإل ْ َهان" برًاه ااهسلم Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman
, قال دخل عةذ هللا ي عه علَ ا ي سعٌده ًىٌ م ض ف ال اال تذعٌ هللا اي,عي ُمصْ َعل ي َس ْع ٍذ ُ ًال,طيٌر ٌل ال ت ةل ااصال غو,سهعت رسٌل هللا صلَ هللا علوو ًسلّم ا ا ي عه ؟ قال إنّي ٍ ْ صذقة . غلٌل ًكنت علَ ااةص مي ٍ Artinya: dari mus”ab bin sa,id berkata: Abdullah bin umar pernah menjenguk ibnu amir yang sedang sakit. Ibnu amir berkata: “Apakah kamu tidak mau mendo‟akan aku, hai ibnu umar?”. Ibnu umar berkata: “saya pernah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “Shalat yang tanpa bersuci tidak diterima begitu pula sedekah dari hasil korupsi”. Sedang kamu adalah penguasa bashrah” c. Tujuan Thaharah Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah, diantaranya: 1.
Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis. 8
Syari’ah Islam 2.
Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Rasulullah SAW bersabda: ―Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu‖, karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah SWT memuji orang-orang yang bersuci : firmanNya, yang artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya”.(Al-Baqarah:122) Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih diri dari berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah seorang hamba.Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-keutamaan yang dianugerahkan oleh Allah di akhirat nanti. Thaharah juga membantu seorang hamba untuk mempersiapakan diri sebelum melakukan ibadah-ibadah kepada Allah. Sebagai contoh seorang yang shalat sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Allah, karenanya wudhu membuat agar fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas dari kesibukan-kesibukan duniawi, maka diwajibkanlah wudhu sebelum shalat karena wudhu adalah sarana untuk menenangkan dan meredakan fikiran dari kesibukan-kesibukan duniawi untuk siap melaksanakan shalat..
2.6
Shalat
Definisi Latar belakang disyariatkannya shalat di satu sisi sebagai pembuktian ketundukan dan penghambaan diri terhadap Allah dan di sisi lain sebagai bentuk syukur terhadap nikmat dari Yang Maha Besar. Di antaranya adalah, nikmat penciptaan makhluk. Di samping itu, shalat akan memberikan manfaat atau hikmah yang akan dirasakan para ahli shalat baik di dunia dan di akhirat kelak, apabila melaksanakannya dengan sempurna, memenuhi syarat rukun, khusu’ dan ikhlas karena Allah SWT. Shalat secara Bahasa (Etimologi) berarti Do'a.
Sedangkan secara Istilah/Syari'ah
(Terminologi), shalat adalah perkataan dan perbuatan tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) diakhiri/ditutup dengan salam. Hikmah-hikmah Shalat Shalat merupakan tiang agama Islam. Tentunya ada banyak sekali hikmah di dalamnya, baik di dunia dan terutama di akhirat kelak. Banyak sekali hadits-hadits Rasulullah saw. yang menyebutkan tentang Hikmah Shalat, diantaranya ialah: 9
Syari’ah Islam 1. "Shalat itu merupakan tiang agama yang di dalamnya terkandung sepuluh hal, yaitu: dapat mencerahkan wajah; dapat menerangi hati; dapat menyehatkan badan; menjadi faktor ketenangan di dalam kubur; menjadi sebab turunnya rahmat; merupakan kunci langit; dapat memberatkan timbangan amal; tempat keridhaan tuhan; bernilai surga; dan menjadi tabir dari siksa neraka. 2. Barang siapa menegakkannya, berarti telah menegakkan agama; dan barang siapa meninggalkannya, berarti telah meruntuhkan agama." (HR. Abu Hurairah) 3. "Shalat seseorang menjadi penerang hatinya. Barang siapa berkeinginan agar hatinya terang, maka terangilah hatinya dengan shalat." (HR. Dailami) 4. "Shalat adalah sarana pendekatan diri kepada Allah bagi setiap insan yang bertaqwa." (HR. Qadha'i dari 'Ali) 5. "Berdirilah engkau untuk mengerjakan shalat, karena shalat itu dapat menjadi obat." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 6. "Sesungguhnya orang yang tengah mengerjakan shalat itu berarti tengah mengetuk pintu Dzat Yang Mahakuasa; dan sesungguhnya orang yang mengetuk pintu secara terusmenerus itu pasti akan dibukakan untuknya." (HR. Dailami) Pengaruh Shalat dalam kehidupan Ibadah shalat memiliki kedudukan yang utama dalam keseluruhan ibadah kepada Allah. Dari beberapa hadits Rasul yang menjelaskan kedudukan shalat dapat disimpulkan : 1. Shalat merupakan “mi‟rajul mukminin” (mikrajnya orang-orang beriman) 2. Shalat sebagai tiangnya agama, barangsiapa menegakkan shalat berarti telah menegakkan agama, dan barangsiapa meninggalkan shalat berarti merusak agama 3. Shalat sebagai amal ibadah yang membedakan antara umat Islam dan orang kafir (al farqu baina „abdi walkufri) 4. Shalat merupakan ibadah yang pertama dihisab di yaumil qiyamah. Diantara hikmah yang terkandung dalam shalat apabila dilaksanakan secara sempurna memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan sehari-hari yaitu: 1. Disiplin waktu 2. Kebersihan Shalat tidak sah bila tanpa bersuci. Hikmahnya, orang yang shalatnya khusyu’ akan cinta dengan hidup yang bersih. Akan selalu berpikir bagaimana lahir batinnya bisa selalu bersih.
10
Syari’ah Islam 3. Niat lurus karena Allah 4. Cinta keteraturan Hikmahnya adalah shalat mengajarkan agar mukmin senantiasa tertib, teratur dan prosedural dalam hidupnya. 5. Tawadhu’ Ketika sujud, kepala dan kaki sama derajatnya, bahkan dalam shalat setiap orang sama derajatnya. Ini bermakna dalam hidup kita harus tawadhu’. Sebab kemuliaan yang hakiki hanya pantas di miliki Allah SWT. 6. Muslim tidak akan pernah berbuat zhalim pada orang lain Shalat di tutup dengan salam, yang merupakan sebuah doa agar orang di sekitar kita di beri keselamatan dan keberkahan dari Allah. Ucapan salam inì sekaligus garansi bahwa bahwa seorang muslim akan memberikan dan menyebarkan keselamatan, rahmat dan barokah kepada orang-orang di sekitarnya, sebab shalat menjadi pencegah perbuatan fahsya dan munkar.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pencegah perbuatan fahsya dan munkar sebagaimana dalam QS. Al-Ankabut : 45 7. Muslim selalu sadar dalam pengawasan Allah dan takut kepada Allah Selalu berlangsung hubungan munajah antara hamba dan Tuhannya dalam ketaatan yang kontinyu, sehingga dia selalu sadar berada dalam pengawasanNya dan selalu takut kepadaNya. 8. Shalat meningkatkan ketahanan rohani, menimbulkan kedamaian jiwa dan membangkitkan ketenangan jiwa 9. Membina rasa persatuan dan persaudaraan sesama muslimin
10. Shalat dapat membangun kesadaran keseimbangan (tawazun) antara masalah ukhrowi dan duniawi.
2.7 Zakat a. Definisi Zakat menurut etimologi berarti, berkah, bersih, berkembang dan baik. Dinamakan zakat karena, dapat mengembangkan dan menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya dari bahaya. Menurut Ibnu Taimiah hati dan harta orang yang membayar zakat tersebut menjadi suci dan bersih serta berkembang secara maknawi. 11
Syari’ah Islam Zakat menurut terminologi berarti, sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah swt. untuk diberikan kepada para mustahik yang disebutkan dalam Al-quran. Atau bisa juga berarti sejumlah tertentu dari harta tertentu yang diberikan untuk orang tertentu. Lafal zakat dapat juga berarti sejumlah harta yang diambil dari harta orang yang berzakat.
b. Jenis jenis zakat dan ketentuannya 1. Zakat Fitrah (zakat badan) Zakat fitrah, adalah mengeluarkan harta kekayaan yang berupa makanan pokok yang sudah ditentukan jumlah dan waktunya lalu di berikan kepada yang berhak menerima dengan syarat yang sudah di tentukan. Zakat fitrah juga di sebut zakat badan dengan tujuan untuk membersihkan orang yang berpuasa dari kotoran rohani dan untuk memperbaiki puasa yang rusak. Zakat fitrah diwajibkan setiap orang islam, di keluarkan pada malam harinya sebanyak 2,5 kg untuk setiap jiwa. Bentuk zakat fitrah yaitu makanan yang dimakan menurut keadaan tiap-tiap negeri atau daerah, misalnya: beras, jagung, gandum dan lain-lain. Hal ini ditegaskan dalam hadist dari Ibnu Umar, berkata ―Dari Umar R.A berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah, sebanyak satu sha‟ (2,5 kg) kurma atau gandum atas setiap hamba atu merdeka, laki-laki atau perempuan, kecil atau besar dari orang islam. Beliau menyuruh melaksanakannya sebelum orang-orang pergi shalat(„idul fitri). ―(H.R. Bukhari dan muslim). 1. Syarat-syarat wajib zakat fitrah
Islam
Memiliki kelebihan makanan sehari semalam bagi seluruh keluarganya pada waktu terbenam matahari dan pada penghabisan bulan ramadhan. Kelebihan harta yang dimaksud tentu saja bukan barang yang dipakai sehari – hari seperti rumah, perabotan dan lain-lain. Jadi tidak perlu menjual sesuatu untuk membayar zakat fitrah.
Orang-orang yang hidup pada hari raya idul fitri atau bagi yang baru lahir sebelum idul fitri.
2. Rukun zakat fitrah a.
Niat untuk menunaikan zakat fitrah dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT.
b. Ada pemberi zakat fitrah (muzaki). c.
Ada penerima zakat fitrah (mustahik). 12
Syari’ah Islam d. Ada harta benda yang di zakatkan. e.
Waktu mengeluarkan zakat sesuai dengan ajaran agama.
f.
Besar nya zakat fitrah yang di keluarkan sudah sesuai ajaran agama.
3. Waktu membayar zakat a.
Waktu yang diperbolehkan yaitu, awal ramadhan hingga akhir ramdhan.
b. Waktu yang diharuskan yaitu, mulai terbenam matahari pada akhir ramadhan. c.
Waktu yang lebih baik yaitu, di bayar sesudah sesudah shalat subuh sebelum pergi
shalat idul fitri. d.
Waktu yang tidak di perbolehkan yaitu, membayar zakat fitrah sesudah shalat idul
fitri.
4. Ukuran zakat fitrah Benda yang digunakan zakat fitrah adalah makanan pokok menurut tiap-tiap daerah. Misalnya beras, gandum, kurma untuk setiap orang kadar ukuran zakatnya adalah 3,1 liter atau 2,5 kg beras. Misalnya harga beras 1 kg Rp4.000, maka zakat untuk setiap orang adalah Rp10.000.
5. Akibat orang yang tidak mengeluarkan zakat fitrah a.
Dia akan berdosa karena zakat fitrah wajib.
b. Puasa yang dikerjakan pada bulan ramadhan kurang sempurna. c.
Dia akan menjadi orang yang kupur nikmat.
d. Sama saja memakan sebagian hak orang lain. e. Di dalam dirinya akan terbentuk sifat kikir(bakhil)dan egois. f.
Rezekinya akan sempit.
6. Mustahik zakat fitrah adalah orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah ada 8 ashraf(golongan): Zakat termasuk ibadah mahdhoh, yakni ibadah yang sudah diatur secara rinci tata cara pelaksanaannya, termasuk yang berhak menerimanya. Orang yang berhak menerima zakat fitrah (mustahik zakat) di terangkan Allah SWT dalam Q.S At Taubah ayat 60. Artinya:
13
Syari’ah Islam ―Sesungguhnya zakat –zakat itu, hanyalah untuk orang – orang Fakir, orang-orang Miskin, Pengurus zakat (amil), para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, Untuk (memerdekakan) budak, orang yang berhutang (gharim), untuk jalan Allah dan allah maha mengetahui lagi maha bijaksana ‖ (Q.S. At taubah : 60) Penjelasan ayat tersebut menurut imam syafi’i sebagai berikut : 1. Fakir, adalah orang yang tidak memiliki harta dan tidak mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya 2. Miskin, adalah orang yang memiliki harta dan penghasilan, namun belum cukup untuk memenuhi keperluan minimum bagi dirinya dan keluarganya yang menjadi tanggungan. 3. Amil, adalah orang yang perlu melaksanakan semua kegiatan urusan pengumpulan dan pendayagunaan zakat. 4. Muallaf, adalah Orang yang baru masuk Islam karena Imannya belum kuat. 5. Riqab (budak), adalah orang yang sudah dijandikan oleh pemiliknya bahwa ia boleh menebus dirinya jadi, budak itu di beri zakat untuk menebus kemerdekaan dirinya. 6. Gharim, adalah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan diri sendiri. 7. Musafir , adalah orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam rangka mencari ridho Allah. 8. Sabilillah, adalah suatu kemashalatan (kebaikan), pada umumnya yang di ridhoi Allah SWT. 9. Ibnu sabil, adalah musafir yang kehabisan bekal. 7. Tujuan zakat fitrah a.
Membersihkan diri dari berbagai dosa yang dilakukan selama berpuasa ramadhan.
b. Memberi makan bagi kepada orang fakir dan miskin.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan zakat fitrah a.
Orang yang wajib dibayarkan zakat fitrahnya adalah seluruh anggota keluarga dan
orang yang ditanggungnya. b. Bayi yang lahir sebelum waktu magrib tanggal 1 syawal wajib dizakati. Termasuk wanita yang dinikahi sebelum waktu magrib tanggal 1 syawal wajib dizakati oleh suaminya. 14
Syari’ah Islam c.
Orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah untuk diri dan keluarganya
adalah mereka yang punya kelebihan makanan di hari idul fitri. d. Waktu pengeluaran adalah pada malam hari sampai menjelang pelaksanaan shalt idul fitri. e. Zakat fitrah berupa makanan pokok masyarat setempat. 2. Zakat Mal (zakat harta) Zakat mal (harta) ialah zakat yang berhubungan dengan harta benda yang menjadi hak milik seseorang yang wajib di tunaikan (dikeluarkan) bagi pemilik harta setiap tahun sekali.tujuannya untuk membersihkan atau mensucikan harta yang dimiliki.pembayaran zakat mal hukumnya wajib bagi yang tergolong mampu kaya). Pembayaran zakat harus sesuai dengan ketentuan agama, yakin mencapai satu nisab atau haul (batas minimal wajib zakat).
Harta yag wajib dizakati dan nisabnya
a.
harta kekayaan berupa emas,perak dan uang
b. zakat perniagaan (zakat tijarah) c.
zakat hasil pertanian (zakat ziar’ah)
d. Zakat binatang ternak (Zakat An’am) e.
Zakat hasil tambang
f.
Zakat hasil temuan (zakat luqatah)
Akibat orang yang tidak mau berzakat
a.
Berdosa besar, karena tidak melaksanakan perintah Allah SWT.
b. Melanggar HAM, karena mengambil hak orang lain. c.
Tercela dalam pandangan Allah SWT dan sesame manusia.
d. Diancam siksa neraka
2.8 Puasa Puasa secara bahasa (etimologi) adalah ―As-shoum atau As-shiam‖ yang berarti Al-imsaak (menahan). Maksudnya menahan diri dari segala hal. Menahan diri dari bicara berarti puasa bicara,
15
Syari’ah Islam menahan diri dari tidur berarti puasa tidur, menahan diri dari makan dan minum berarti puasa makan dan minum dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT. Dibawah ini: artinya: “sesungguhnya aku telah bernadzar kepada Tuhan yang maha pemurah untuk berpuasa (menahan diri dari bicara)” (Qs. Maryam : 26) Sedang menurut istilah ulam fiqih (terminology), puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat pada malam harinya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Adapun puasa menurut pandangan para ulama Sufi puasa mempunyai pengertian yang sangat luas dan tinggi, bukan hanya sekedar menahan makan dan minum sebagaimana puasa menurut syar’I namun mereka mendefinisikan puasa adalah menahan makan dan minum serta menahan semua anggota tubuh, fikiran dan hati dari segala macam perbuatan dosa.
Tujuan dan Hikmah puasa Dalam Al-Q S.Albaqarah :183 Allah SWT menjelaskan bahwa puasa adalah sebagai jalan menuju ketaqwaan. ( la’alakum tattakuun = dengan tujuan agar kalian bertaqwa ) Taqwa itu : adalah menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangannya (menuju Islam yang kaffah menjadi manusia yang mulia di sisi Allah). Hikmah atau manfaat puasa adalah untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjaga kesucian : dalam sebuah hadist Rosulullah bersabda “ Wahai pemuda barang siapa di antara kalian bilamana telah mampu untuk menikah hendaklah menikah, dan bilaman tidak mampu hendaklah ia bershaum” Rosulullah dalam hadits ini menyatakan bahwa shaum dapat mengendalikan nafsu syahwat dan menjaga kesucian diri a) Selain itu dengan melaksanakan puasa kita dapat terhindar dari hasrat jahat dan keinginan untuk berbuat maksiat, puasa juga adalah sebagai media untuk melatih ke jujuran dan kesabaran diri b) Juga dengan rasa lapar dan haus yang kita rasakan pada waktu melaksanakan puasa, dapat mengingatkan kita bahwa diantara saudara-saudara kita masih banyak yang kelaparan yang membutuhkan bantuan sehingga ia tergugah hatinya dan mau mengasihi, menyayangi dan menolong mereka. c) Selain itu pula puasa itu dapat menyehatkan tubuh, dengan puasa mengosongkan perut dari semua bakteri yang sifatnya destruktif atau merusak tubuh kita, mengistirahatkan pencernaan, membersihkan darah, menormalkan kerja hati, membuat ruh menjadi cerah,
16
Syari’ah Islam jiwa menjadi bersih jasmani dan rohani menjadi sehat sehingga kalau jasmani dan rohani kita sehat maka ahlaq akan menjadi baik. d) Puasa juga adalah alat pemersatu umat muslimin, kaum muslimin sedunia sama puasa pada waktu yang bersamaan bln Ramadhan dan buka pada saat yang sama pula.
Ketentuan Puasa Syarat sah puasa: 1. Islam 2. Berakal 3. Bersih dari haid dan nifas 4. Mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa. Berarti tidak sah puasanya orang kafir, orang gila walaupun sebentar,perempuan haid atau nifas dan puasa di waktu yang diharamkan berpuasa, sepertihari raya atau hari tasyriq. Adapun perempuan yang terputus haid atau nifasnya sebelum fajar maka puasanya tetap sah dengan syarat telah niat, sekalipun belum mandi sampai pagi. Syarat wajib puasa: 1. Islam 2. Mukallaf (baligh dan berakal). 3. Mampu mengerjakan puasa (bukan orang lanjut usia atau orang
sakit).
Lansia yang tidak mampu berpuasa atau orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh menurut medis wajib mengganti puasanya dengan membayar fidyah yaitu satu mud (7,5 ons) makanan pokok untuk setiap harinya. 4. Mukim (bukan musafir sejauh ± 82 km dan keluar dari batas daerahnya sebelum fajar). Rukun-rukun puasa: 1. Niat. Niat untuk puasa wajib, mulai terbenamnya mataharisampai terbitnya fajar di setiap harinya. Sedangkan niat untuk puasa sunnah,sampai tergelincirnya matahari (waktu duhur) dengan syarat: diniatkan sebelum masuk waktu dzuhur
17
Syari’ah Islam tidak mengerjakan hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan lain-lain sebelum niat . 2. Menghindari perkara yang membatalkan puasa. Kecuali jika lupa atau dipaksa atau karena kebodohan yang ditolerir oleh syari’at (jahil ma’dzur). Jahil ma’dzur/kebodohan yang ditolerir syariat ada dua yaitu hidup jauh dari ulama’. baru masuk islam.
Hal-hal yang membatalkan puasa : a) Masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke bagian dalam tubuh seperti mulut, hidung, telinga dan lain-lain jika ada unsur kesengajaan, mengetahui keharamannya dan atas kehendak sendiri. Namun jika dalam keadaan lupa, tidak mengetahui keharamannya karena bodoh yang ditolerir atau dipaksa, maka puasanya tetap sah. b) Murtad, sekalipun masuk islam seketika. c) Haid, nifas dan melahirkan sekalipun sebentar. d) Gila meskipun sebentar. e) Pingsan dan mabuk sehari penuh. Jika masih adakesadaran sekalipun sebentar, tetap sah. f) Bersetubuh dengan sengaja dan mengetahui keharamannya. g) Mengeluarkan mani dengan sengaja h) Muntah dengan sengaja. Masalah masalah yang berkaitan dengan puasa: a) Apabila seseorang berhubungan dengan istrinya pada siang hari Ramadhan dengan sengaja, tanpa terpaksa dan mengetahui keharamannya maka puasanya batal,berdosa, wajib menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai maghribd an wajib mengqodhoi puasa serta wajib membayar kaffaroh [denda] yaitu: membebaskan budak perempuan yang islam jika tidak mampu, wajib berpuasa dua bulan berturut turut,
18
Syari’ah Islam jika tidak mampu maka wajib memberi makanan pada 60 orang miskin masing-masing berupa 1 mud (7,5 ons) dari makanan pokok. Dendaini wajib dikeluarkan hanya bagi laki laki. b) Hukum menelan dahak : Jika telah mencapai batas luar tenggorokan, makaharam menelan dan membatalkan puasa. Jika masih di batas dalam tenggorokan, makaboleh dan tidak membatalkan puasa. Yang dimaksud batas luar menurut pendapat ImamNawawi (mu’tamad) adalah makhroj huruf kha’ (?),dan dibawahnya adalah batas dalam. Sedangkan menurut sebagian ulama’ batas luar adalah makhroj huruf kho’(?),dan di bawahnya adalah batas dalam. c) Menelan ludah tidak membatalkan puasa dengan syarat: Murni (tidak tercampur benda lain) Berasal dari sumbernya yaitu lidah dan mulut,sedangkan menelan ludah yang berada pada bibir luar membatalkan puasa karena sudah di luar mulut. d) Hukum masuknya air mandi ke dalam rongga dengan tanpa sengaja Jika sebab mandi sunnah seperti mandi untuk shalat jum’at atau mandi wajib seperti mandi janabat maka tidak membatalkan puasa kecuali jika sengaja atau menyelam. Jika bukan mandi sunnah atau wajib seperti mandi untuk membersihkan badan maka puasanya batal baik disengaja atau tidak. e) Hukum air kumur yang tertelan tanpa sengaja: Jika berkumur untuk kesunnahan seperti dalam wudhu’ tidak membatalkan puasa asalkan tidak terlalu ke dalam (mubalaghoh). Jika berkumur biasa, bukan untuk kesunnahan maka puasanya batal secara mutlak,baik terlalu ke dalam (mubalaghoh) atau tidak. f) Orang yang muntah atau mulutnya berdarah wajib berkumur dengan mubalaghoh (membersihkan hingga ke pangkal tenggorokan) agar semua bagian mulutnya suci.
19
Syari’ah Islam Apabila ia menelan ludah tanpa mensucikan mulutnya terlebih dahulu maka puasanya batal sekalipun ludahnya nampak bersih. g) Orang yang sengaja membatalkan puasanya atau tidak berniat di malamhari, wajib menahan diri di siang hari Ramadhan dari perkara yang membatalkan puasa (seperti orang puasa) sampai maghrib dan setelah Ramadhan wajib mengqodhoi puasanya. h) Berbagai konsekuensi bagi orang yang tidak berpuasa atau membatalkanpuasa Ramadhan: Wajib qodho’ dan membayar denda :
Jika membatalkan puasa demi orang lain. Seperti perempuan mengandung dan menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan anaknya saja.
Mengakhirkan qodho’ hinggadatang Ramadhan lagi tanpa ada udzur.
Wajibqodho’ tanpa denda. Berlaku bagi orang yang tidakberniat puasa di malam hari, orang yang membatalkan puasanya dengan selainjima’ (bersetubuh) dan perempuan hamil atau menyusui yang tidak puasa karenakuatir pada kesehatan dirinya saja atau kesehatan dirinya dan anaknya. Wajib denda tanpa qodho’. Berlaku bagi orang lanjut usia dan orang sakit yang tidak punya harapan sembuh, jika keduanya tidak mampuberpuasa. Tidak wajib qodho’ dan tidak wajib denda. : Berlaku bagi orang yang gila tanpa disengaja. Yang dimaksud denda di sini adalah 1 mud (7,5 ons) makanan pokok daerah setempat untuk setiap harinya.
20
Syari’ah Islam
2.9 Ibadah Haji Definisi Haji Secara etimologi pengertian haji adalah Menyengaja. Sedangkan menurut terminologi adalah suatu amal ibadah yang dilakukan dengan sengaja mengunjungi Baitullah di makkah dengan maksud beribadah secara ikhlas mengharap keridhaan Allah dengan syarat dan rukun tertentu. Menunaikan ibadah haji adalah melakukan rukun islam yang kellima , oleh sebab itu hukumnya wajib bagi setiap orang islam sekali dalam hidup bagi yang bisa melaksanakannya dan mampu. Ibadah haji wajib dikerjakan dengan segera bagi orang-orang yang sudah memenuhi syaratnya. Jika seseorang telah memenuhi syarat-syaratnya dan tidak segera menunaikan ibadah haji, maka ia berdosa karena telah melalaikannya
Hikmah dan pelaksanaan haji Kewajiban Ibadah Haji mengandung banyak hikmah besar dalam kehidupan rohani seorang muslim, dan tentunya mengandung kemaslahatan bagi seluruh ummat Islam dari segi dunia dan akhirat. Berikut adalah beberapa hikmah yang bisa di dapat dari pelaksanaan haji,
Meningkatkan disiplin
Melaksanakan ibadah haji dan ibadah umrah di mekkah dan madinah harus terbiasa untuk disiplin ketika melaksanakan ritual ibadah haji. Pola disiplin ini harus bisa terus berkelanjutan meski waktu pelaksanaan ibadah telah selesai.
Meningkatkan kualitas diri
Dosa yang kita punya akan dihapuskan oleh allah ketika kita mau melaksanakan ibadah secara tulus dan ikhlas. Kita akan tedorong untuk lebih taat menjalankan jenis ibadah yang lain selain ibadah haji dan ibdah umrah.
Memunculkan sifat sabar
Banyak cobaan yang muncul ketika kita melaksanakan ibadah haji dan ibadah umrah. Berbagai orang dari segala penjuru dunia berkumpul dalam satu tempat. Ini menyebabkan
21
Syari’ah Islam maslah berkenaan dengan fasilitas yang harus digunakan bersama karena jumlahnya yang terbatas.
Melahirkan rasa solidaritas
Banyak umat yang berkumpul dalam satu tempat yaitu mekkah akan menimbulkan rasa persatuan umat yang tinggi, tanpa membedakan golongan, ras dan lain-lain. Perbedaan tersebut tidak perlu menimbulkan perpecahan, namun justru akan membuat ikatan persaudaraan sesama muslim diseluruh dunia.
Meningkatkan dakwah
Umat Islam dari segala penjuru dunia berkumpul, akan menjadi media yang tepat untuk meningkatkan dakwah islamiyah secara efektif. Kita bisa belajar bertukr pengalaman terhadap pelaksanaan ibadah ataupun penamaan nilai-nilai islami dalam kehidupan masingmasin Negara atau wilayah.
Tentunya masih banyak hikmah yang lain yang dapat kita ambil dari ibadah lain selain ibadah haji. Namun yang terpenting adalah setelah kita pulang dari ibadah haji dan ibadah umrah kita harus memiliki pencerahan jiwa baru dengan wujud amal shaleh. Khususnya bagi diri sendiri dan umumnya untuk masyarkat dan lingkungannya. Waktu melaksanakan haji di mulai tanggal 1 Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijah. Melaksanakan ibadah haji dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara yaitu ifrad, tamattu, dan qiran. 1. Ifrad adalah mengerjakan haji lebih dahulu, baru mengerjakan umrah. Apabila cara ini dilakukan, maka orang yang melaksanakannya tidak wajib membayar dam, yaitu menyembelih hewan. 2. Tamattu ialah mengerjakan umrah lebih dahulu, baru mengerjakan haji. Cara ini mewajibkan orang yang melakukannya untuk membayar dam. 3. Qiran adalah mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Cara ini juga mewajibkan orang yang melakukannnya untuk membayar dam.
22
Syari’ah Islam Dalam ibadah haji terdapat syarat, rukun dan wajib haji. Rukun haji adalah sesuatu yang tidak bisa di tinggalkan dalam pelaksanaan ibadah haji. Jika rukun haji tidak dipenuhi maka ibadah hajinya dinyatakan tidak sah. Syarat Haji 1. Islam 2. Baligh (dewasa) 3. Berakal 4. Merdeka 5. Mampu Rukun haji terdiri atas : 1.
Ihram, yaitu niat untuk memulai mengerjakan haji/umrah dengan memakai kain ihram.
2.
Wukuf di Arafah, yaitu hadir di Arafah pada waktu tergelincir matahari tanggal 9 sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijah.
3.
Tawaf Ifadah, yaitu tawaf yang apabila tidak di laksanakan, maka hajinya tidak sah. Tawaf adalah perjalanan mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali keliling.
4.
Sa’i, yaitu berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali.
5.
Bercukur, yaitu mencukur atau menggunting rambut minimal tiga helai rambut.
6.
Tertib.
Adapun wajib haji terdiri atas : 1. Niat ihram dari Miqat. 2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah. 3. Mabit di Mina. 4.
Melontar Jamrah Ula, Wusta dan Aqabah. Jamrah adalah melontarkan marma (dasar bawah tugu) di Mina dengan batu kerikil pada Hari Tasyik.
5. Tidak melakukan perbuatan yang diharamkan pada waktu melakukan ibadah haji. 6. Tawaf Wada, yaitu tawaf penghormatan terakhir kepada Baitullah sebelum meninggalkan Mekah.
23
Syari’ah Islam
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Syariat islam merupakan peraturan yang telah ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an dan hadish bagi umat islam tidak hanya segi ibadah namun juga bidang sosial, ekonomi, budaya agar tercipta kehidupan teratur, aman sentosa dunia dan akhirat.
Ruang lingkupnya mencakup pertama ibadah khusus, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual), seperti rukun islam dan Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam Kedua Ibadah Umum yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan hubungan manusia dengan alam lainnya. B.
Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memabangun bagi para pembacanya seabgai keempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa menjadi acuan 24
Syari’ah Islam untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.
25