BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000 : 20). Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas
rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. (Rogers,1983 : 25). Pada hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih serba baik, secara material maupun spritual (Todaro, 2000 : 20).
Dalam merencanakan sesuatu program atau kegiatan agar tercapai tujuannya maka dibutuhkan sebuah perencanaan, dimana perencanaan adalah proses penetapan apa yang harus di capai, bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggungjawab, dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai, dengan menghubungkan fakta-fakta yang ada sehingga dapat memprediksikan situasi yang ada dimasa yang akan datang.
Terry dalam bukunya Principle Of Management (Amonimous, 2013) mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta serta menggunakannya untuk menyusun asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi dimasa mendatang, untuk kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk tercapainya tujuan yang diharapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa perencanaan adalah berorientasi kepada masa depan. Perencanaan program (pembangunan) yang dilakukan tak ada lain adalah untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan tiga tahap proses, yaitu: 1) perumusan dan penentuan tujuan, 2). Pengujian atau analisis opsi-opsi atau pilihan-pilihan yang tersedia serta 3). Pemilihan rangkaian, tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Dengan demikain diketahui bahwa perencanaan tidak bersifat statis melainkan dinamis kerena dilakukan melalui suatu rangkaian proses (siklus) yang berjalan terus menerus.
Seorang manajer haruslah mengerti fungsi-fungsi dari manajemen salah satunya adalah perencanaan, dalam sebuah organisasi tentunya banyak sekali perubahan-perubahan yang akan dihadapi, namun perubahan-perubahan tersebut harus terencana dalam arti kita membuat perencanaan, dari asalany perencanaan dibagi menjadi tiga perencanaan atas dan perencanaan bawah.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan?
b. Apa yang dimaksud dengan pembangunan?
c. Bagaimana konsep-konsep paradigma pembangunan?
d. Bagaimana perbedaan prisip dasar indikator pertumbuhan dan pembangunan?
e. Bagaimana hasil pertumbuhan dan pembangunan suatu wilayah
1.3 Tujuan
a. Dapat mengetahui tentang pengertian pertumbuhan
b. Dapat mengetahui tentang pengertian pembangunan
c. Dapat mengetahui tentang konsep-konsep paradigma pembangunan
d. Dapat mengetahui prinsip dasar indikator prtumbuhan dan pembangunan
e. Dapat mengetahui hasil pertumbuhan dan pembangunan suatu wilayah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perbedaan Istilah Pertumbuhan dan Pembangunan
Pertumbuhan Pembangunan adalah kemampuan suatu region adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan dengan sengaja oleh suatu dirinya sendiri baik karena region untuk memperbaiki pengaruh dari dalam region kondisi kehidupan masyarakat
(internal) maupun karena dengan cara perencanaan pengaruh dari luar region dalam segala aspek (eksternal) kehidupan masyarakat.
a. Pengertian Pembangunan
Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005). Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai "Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)".
Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai "suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana". Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Sama halnya dengan Portes, Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.
Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno, 1995:13).
Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
b. Pengertian pertumbuhan
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis Sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan Sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadan jasmaniah) ke dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
Pengertian pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang (cm , inchi) umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Berikut pengertian pertumbuhan menurut beberapa ahli:
Wong, pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh tubuh secara kuantitatif dan bisa diukur.
Fiktor Ferdinand dan Moekti Ariwibowo, Pertumbuhan adalah pertambahan volume, massa, tinggi, atau ukuran lainnya yang bisa dinyatakan dalam bilangan atau secara kuantitatif.
Mokhammad Ismail, pertumbuhan adalah peningkatan volume, massa, tinggi, panjang yang prosesnya dihasilkan dari pembelahan dan pembesaran sel, proses tersebut tidak dapat dikembalikan ke keadaan semula.
Diah Aryulina, pertumbuhan adalah suatu perubahan yang terjadi pada makhluk hidup yang mencakup pertambahan ukuran tubuh.
kartono, pertumbuhan adalah perubahan secara fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada waktu tertentu.
Oman Karmana, pertumbuhan adalah proses bertambahnya jumlah protoplasma sel pada suatu organsime yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat, can jumlah sel yang bersifat tidak kembali pada keadaan sebelumnya.
Wismoady Wahono, pertumbuhan adalah proses meliputi pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman, serta saling keterhubungan dan kompleksitas.
Mikrajuddi, pertumbuhan adalah perubahan biologis pada makhluk hidup berupa perubahan ukuran bersifat irreversible.
Crow and Crow, pertumbuhan adalah perubahan struktural dan fungsional dalam pembentukan seseorang secara jasmani mulai janin dalam kandungan, lahir, dan kemudian sampai dewasa.
Hasil pertumbuhan, antara lain bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak, seperti berat, tinggi, kekuatanya dan lain sebaginya. Begitu pula pertumbuhan akan mencakup perubahan yang semakin sempurna pada sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat diartikan Sebagai proses perubahan dan pematangan fisik.
2.1.1 Teori Pembangunan
Pada teori Paul Baran mengatakan bahwa menolak pandangan Marx tentang pembangunan di negara-negara ketiga. Bila Marx mengatakan bahwa sentuhan negara-negara kepada negara-negara pra-kapitalis yang terbelakang akan membangunkan negara-negara yang terakhir ini untuk berkembang seperti negara-negara kapitalis di Eropa, Baran berpendapat lain. Baginya sentuhan ini akan mengakibatkan negara-negara pra-kapitalis tersebut terhambat kemajuannya dan akan terus hidup keterbelakangan. Pada teori Andre Gunder Frank dalam bukunya "Capitalism and Underdevelopment in Latin America" mengatakan bahwa "saya percaya, bersama Paul Baran, bahwa kapitalisme, baik yang global maupun nasional, adalah faktor yang telah menghasilkan keterbelakangan masa lalu dan yang terus mengembangkan keterbelakangan di masa sekarang". Keterbelakangan bukan suatu kondisi alamiah dari sebuah masyarakat. Bukan juga karena masyarakat itu kekurangan modal. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik, dan sosial yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme. Keterbelakangan di negara-negara pinggiran (negara satelit) adalah akibat langsung dari terjadinya pembangunan di daerah-daerah pusat.
Pada teori Theono Dos Santos mengatakan bahwa negara pinggir (satelit) pada dasarnya hanya Tetapi, orang yang bersangkutan tentu saja tidak mengetahuinya. Salah satu cara untuk mengetahui apakah mereka akan masuk surga adalah keberhasilan kerjanya di dunia, hampir dipastikan dia akan masuk surga dan begitupun sebaliknya. Teori McMcelland mengatakan bahwa kebutuhan, keingginan, atau dorongan untuk berprestasi mengalami kepuasan bukan karena mendapatkan imbalan dari hasil kerjanya, tetapi karena hasil kerja tersebut dianggapnya sangat baik. Ada kepuasan batin tersendiri kalau dia berhasil menyelesaikan pekerjaanya dengan sempurna, imbalan material menjadi faktor sekunder. Teori Rostow (Lima tahap pembangunan) mengatakan bahwa pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke masyarakat yang maju. (Masyarakat tradisional prakondisi untuk lepas landas lepas landas bergerak ke kedewasaan zaman konsumsi masal yang tinggi). Teori struktural menurut karl marx menyatakan bahwa masa depan dari teori negara-negara yang berbelakang dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Bagi Marx, dunia akan berkembang menuju kapitalisme global. Sedangkan menurut teori Raul Prebisch lebih menitik beratkan pada industri substitusi impor.
2.1.2 Teori pertumbuhan
Teori kutub pertumbuhan menurut Perreoux adalah pada kenyataannya proses pembangunan di manapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda satu sama lain. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan ini disebut sebagai pusat atau kutub pertumbuhan. Dari wilayah kutub pertumbuhan ini, proses perkembangan akan menyebar ke daerah-daerah lain di sekitarnya. Menurut teori Myrdal, setiap daerah mempunyai pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik bagi tenaga buruh dari pinggiran. Pusat pertumbuhan tersebut juga mempunyai daya tarik terhadap tenaga terampil, modal, dan barang-barang dagangan yang menunjang pertumbuhan suatu lokasi. Teori polarisasi ekonomi Myrdal ini menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery). Konsep pusat-pinggiran merugikan daerah pinggiran, sehingga perlu diatasi dengan membatasi migrasi (urbanisasi), mencegah keluarnya modal dari daerah pinggiran, membangun daerah pinggiran, dan membangun wilayah pedesaan.
Teori menurut Hirschman, efek tetesan ke bawah' tricle down effects" adalah perkembangan meluasnya pembagian pendapatan. Dalam teori ini berpendapat bahwa perkembangan suatu wilayah tidak terjadi secara bersamaan. Dalam terori ini terdapat sistem polarisasi perkembangan suatu wilayah yang akan memberikan efek ke wilayah lainnya, atau dengan kata lain, suatu wilayah yang berkembang akan membuat wilayah di sekitarnya akan ikut berkembang. Dari pola pembangunan yang diterapkan di wilayah miskin di negara berkembang dirasa tidak berhasil memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak merata, baik di dalam negara berkembang maupun antara negara maju dengan berkembang. Teori menurut Friedman, teori ini lebih menekankan pada pembentukan hirarki guna mempermudah pengembangan sistem pembangunan dengan asumsi bahwa dengan adanya pusat pertumbuhan akan lebih memudahkan dan pembangunan akan lebih terencana.
2.2 Konsep-konsep Paradigma Pembangunan
Paradigma berupa kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan bagaimana komunitas itu mengatur dirinya sendiri. Pembangunan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh suatu region untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat dengan cara perencanaan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Paradigma Pembangunan adalah kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakatnya. Di Indonesia yang menjadi paradigma pembangunan adalah Pancasila. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.
Konsep-konsep Paradigma Pembangunan berdasarkan Pancasila adalah :
a. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik
b. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi
c. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya
d. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan Keamanan
Pengertian paradigma secara komprehensif yaitu merupakan kesamaan pandang keilmuan yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi, prosedur-prosedur dan penemuan-penemuan yang diterima oleh sekelompok ilmuan dan secara berbarengan menentukan corak/pola kegiatan ilmiah yang tetap. Selain itu, paradigma juga diartikan sebagai keseluruhan kumpulan (konstelasi) kepercayaan, nilai-nilai, cara-cara (teknik) dan sebagainya yang dianut warga suatu komunitas tertentu.
2.3 Perencanaan Melalui Bottom Up dan Top Down dan tradisional
Ilustrasi Perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan masa depan. Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 1 disebutkan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan adalah meletakkan tujuan-tujuan dalam jadwal waktu atau program pekerjaan untuk mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, keharusan dan kebutuhan. Perencanaan itu sendiri berfungsi sebagai penuntun arah, meminimalisasi ketidakpastian, minimalisasi infesiensi sumber daya, penetapan standard dan pengawasan kualitas. Berdasarkan prosesnya, perencanaan ini dibagi menjadi Perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up planning) dan Perencanaan dari atas ke bawah.
PERBEDAAN PERENCANAAN BOTTOM UP DAN TOP DOWN
BOTTOM UP
TOP DOWN
Top down planning adalah model perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top down planning atau perencanaan atas adalah perencanaan yang dibuatoleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana saja.
Dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini mendesak bagian bawah bekerja sesuai kemauan atasan di dalam perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata bagian bawah. Waktu perencanaan bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal yang terlewatkan karena sempitnya forum informasi dan komunikasi. Biasanya menimbulkan kepatuhan yang terpaksa namun untuk sementara waktu efektif.
Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang pemerintahan, button up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.
Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan pengembangan budaya perusahaan yang sesuai.
Di dalam implementasinya tidak terdapat lagi penerapan penuh pendekatan dari atas ke bawah. Beberapa pertimbangan, misalnya ketersediaan tabungan pemerintah sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan kepentingan sektoral nasional, masih menuntut penerapan pendekatan dari atas ke bawah. Namun, kini pendekatan tersebut tidak lagi sepenuhnya dijalankan karena proses perencanaan rinci menuntut peran serta masyarakat. Untuk itu, diupayakan untuk memadukan pendekatan perencanaan dari atas ke bawah dengan perencanaan dari bawah ke atas. Secara operasional pendekatan perencanaan tersebut ditempuh melalui mekanisme yang disebut Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah (P5D) dengan memanfaatkan forum-forum Musyawarah Pembangunan (Musbang) Desa, Musbang Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) Dati II, Rakorbang Dati I, Konsultasi Regional Pembangunan (Konregbang), yaitu Dati I sepulau/kawasan, dan puncaknya terjadi pada Konsultasi Nasional Pembangunan (Konasbang). Di setiap tingkat diupayakan untuk mengadakan koordinasi perencanaan sektoral dan regional. Usulan atau masalah yang lintas wilayah atau lintas sektoral yang tidak dapat diselesaikan di suatu tingkat dibawa ke tingkat di atasnya. Proses berjenjang ini diharapkan dapat mempertajam analisis di berbagai tingkat forum konsultasi perencanaan pembangunan tersebut. Dengan demikian, perencanaan dari "atas ke bawah" yang memberikan gambaran tentang perkiraan-perkiraan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada diinformasikan secara berjenjang, sehingga proses perencanaan dari "bawah ke atas" diharapkan sejalan dengan yang ditunjukkan dari "atas ke bawah".
Pada bagan berikut ditunjukkan bagaimana mekanisme perencanaan dengan pendekatan dari bawah ke atas. Pemrosesan usulan kegiatan atau proyek dari instansi sektoral yaitu Kantor Departemen (Kandep) di Dati II dan Kantor Wilayah (Kanwil)/perwakilan departemen/lembaga di Dati I dikonsultasikan dalam forum konsultasi pembangunan sehingga diharapkan visi atau kepentingan daerah sudah terwakili dalam usulan tersebut. Upaya-upaya untuk mengakomodasikan kebutuhan dunia usaha telah diefektifkan dalam rapat koordinasi penanaman modal di Dati I (RKPPMD I). Dengan demikian, forum Rakorbang Dati I menjadi ajang pertemuan pembahasan antara kebutuhan masyarakat, dunia usaha, dan perencanaan sektoral.
2.3.1 Kelemahan dan Kelebihan Perencanaan Top Down dan Bottom Up
1. Kelemahan dari tipe Top Down adalah :
a) Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.
b) Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.
c) Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.
d) Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat.
e) Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan dalam proses berjalannya suatu proses.
f) Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka.
2. Kelebihan dari Top Down adalah
a) Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.
b) Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh pemerintah.
c) Mengoptimalkan kinerja para pekerja dipemerintahan dalam menyelenggarakan suatu program.
1. Kelebihan dari sistem Bottom Up Planning adalah
a) Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada pemerintah dalam menjalakan suatu program.
b) Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat bisa melihat apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan.
c) Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih banyak.
d) Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan dalam suatu jalannya proses suatu program.
2. Kelemahan Bottom Up Planning adalah
a) Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.
b) Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.
c) Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena adanya silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya masing-masing tugas dari pemerintah dan juga masyarakat.
Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah selain masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu berjalan beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan dalam mencapai kesuksesan dalam menjalankan suatu program tersebut.
2.3.2 Pandangan Tradisional
Pada mulanya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita atau populer disebut strategi pertumbuhan ekonomi. Semula banyak yang beranggapan yang membedakan antara negara maju dengan NSB adalah pendapatan rakyatnya. Dengan ditingkatkannya pendapatan per kapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan yang dihadapi NSB dapat terpecahkan, misalkan melalui apa yang dikenai dengan "dampak merembes ke bawah" (trickle down effect). Indikator berhasil tidaknya pembangunan semata-mata dilihat dari meningkatnya pendapatan nasional (GNP) per kapita riil, dalam arti tingkat pertumbuhan pendapatan nasional dalam harga konstan (setelah dideflasi dengan indeks harga) harus lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan penduduk.
Kecenderungan di atas terlihat dari pemikiran-pemikiran awal mengenai pembangunan, seperti teori Harrod Domar, Arthur Lewis, WW Rostow, Hirschman, Rosenstein Rodan, Nurkse, Leibenstein. Seperti judul buku karya monumental Arthur Lewis, pembangunan ekonomi dianggap merupakan kajian The Theory of Economic Growth. Ini mencerminkan munculnya teori pertumbuhan dan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama dari setiap kebijakan ekonomi di negara manapun. Sepanjang dasawarsa 1950-an, sementara pembangunan ekonomi diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi, ekonomika pembangunan sebagai cabang ilmu ekonomi yang relatif baru memusatkan perhatian pada taktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi (Arndt, 1996: 6).
Meskipun banyak varian pemikiran, pada dasarnya mereka sependapat bahwa kata kunci dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan melakukan industrialisasi. Diundangnya modal asing nampaknya diilhami oleh kisah sukses Rencana Marshall dalam membantu pembangunan negara Eropa Barat dan Jepang. Sedang industrialisasi yang memusatkan perhatian pada sektor-sektor modern dan padat modal nampaknya tidak dapat dipisahkan dari pengalaman Inggris sebagai negara industri pertama.
Tak pelak lagi konsep dan strategi pembangunan semacam itu dijiwai oleh pengalaman negara-negara Eropa. Inilah yang disebut eurocentrism, Eropa sentris, dalam pemikiran awal tentang pembangunan (Hettne, 1991). Paham developmentalis gaya Eropa ini ditandai dengan munculnya kapitalisme, naiknya masyarakat borjuis sebagai kelas sosial yang dominan, refatif berhasilnya revolusi industri, dan diperkenalkannya "pertumbuhan" sebagai ide perkembangan masyarakat. Tradisi pemikiran arus utama (mainstream) Eropa diterjemahkan lebih lanjut oleh model liberal, strategi kapitalis negara (state capitalist strategy), model Soviet, dan Keynesianisme Model liberal mendasarkan diri pada berlangsungnya mekanisme pasar, industrialisasi yang bertahap, dan perkembangan teknologi. Strategi kapitalis negara merupakan reaksi terhadap paradigma modernisasi. Model Soviet pada dasarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari strategi kapitalis negara, yang nampaknya diilhami oleh kisah sukses Soviet dalam program industrialisasinya. Aliran Keynesianisme merupakan manifestasi dari kapitalisme yang telah mencapai tahap dewasa, yang intinya menghendaki campur tangan pemerintah dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sekitar tahun 1960, ketika data makro yang dapat diperbandingkan secara internasional telah tersedia, Maddison, Denison, dan para ahli lain menemukan bahwa perbedaan dalam pembentukan modal dan faktor input tidak banyak menjelaskan mengapa timbul perbedaan dalam pertumbuhan ekonomi. Ternyata baru disadari ada banyak faktor yang tadinya dianggap "residual", ternyata ikut berperanan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Residual di sini dikaitkan dengan investasi modal manusia dan kemajuan teknologi. Pentingnya investment in man, yang menekankan peranan faktor pendidikan dan budaya, merupakan tahap pertama menuju konsep pembangunan yang semakin tidak murni ekonomi lagi. Pembangunan pun semakin disadari tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi multidimensi.
2.4 Hasil Pertumbuhan dan Pembangunan Suatu Wilayah
Di Riau sendiri telah dilaksanakan usaha pertumbuhan dan pembangunan yaitu ditandai dengan :
1. Pembangunan Bangunan Fisik (Sarana dan Prasarana Umum). Pembangunan gedung-gedung pemerintahan, rumah sakit umum, sekolah, jalan, pasar, jembatan, perumahan dan lainnya menjadi prioritas pembangunan fisik di Riau.
2. Dibangunnya Bank Pembangunan Daerah Riau
Tujuannya untuk menjadi mitra usaha penduduk, untuk mendorong pertumbuhan daerah, dan sebagai bank kebanggaan masyarakat Riau dan Kepulauan Riau. VISI RIAU 2020 Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Batin, di Asia Tenggara Tahun 2020 Untuk memberikan gambaran secara nyata sebagai upaya penjabaran Visi Pembangunan Riau 2020, maka perlu visi antara dalam Visi 5 tahunan agar setiap tahap untuk periode pembangunan jangka menengah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kondisi, kemampuan dan harapan yang ditetapkan berdasarkan ukuran-ukuran kinerja pembangunan. Untuk itu pada tahun 2004 - 2008 ke depan sebagai penggalan lima tahunan kedua dari RENSTRA Provinsi Riau Tahap Pertama periode Tahun 2001 - 2003 guna mewujudkan Visi Pembangunan Riau 2020 secara berkelanjutan dan konsisten, maka dirumuskan visi antara sebagai berikut : Terwujudnya Pembangunan Ekonomi yang Mengentaskan Kemiskinan, Pembangunan Pendidikan yang Menjamin Kehidupan Masyarakat Agamis dan Kemudahan Aksesibilitas, dan Pengembangan Kebudayaan yang Menempatkan Kebudayaan Melayu secara Proporsional dalam Kerangka Pemberdayaan.
2.5 Perbedaan Prisip Dasar Indikator Pertumbuhan dan Pembangunan
Indikator Pertumbuhan adalah : naiknya pendapatan perkapita penduduk. Semakin tinggi pendapatan perkapita penduduk maka semakin tinggi pertumbuhan yang terjadi, sebaliknya semakin rendah pendapatan perkapita penduduk maka semakin rendah pula tingkat pertumbuhan yang terjadi di wilayah tersebut. Indikator Pembangunan adalah :
a. Indikator Ekonomi, b. Indikator Sosial
Perbedaan antara keduanya adalah : pada pertumbuhan kita membahas mengenai aspek perekonomian saja akan tetapi pada pembangunan yang dibahas tidak hanya aspek ekonomi saja melainkan aspek lain seperti aspek kependudukan, pendidikan, layanan kesehatan, pemukiman dan aspek-aspek fisis seperti lahan, hidrografi, sumber daya alam dan seterusnya.
2.6 Laporan tentang Pertumbuhan dan Pembangunan Suatu Wilayah
Besaran PDRB Antar Daerah Beberapa kabupaten/kota di Provinsi Riau mempunyai PDRB yang sangat besar, daerah-daerah ini dapat dianggap sebagai daerah kantong. Dukungan utama PDRB daerah-daerah kantong terutama berasal dari minyak dan gas. Jika dilihat dari distribusi besaran PDRB, daerah ini akan terlihat menjadi outlier. Produksi migas di provinsi Riau terutama terpusat di tiga kabupaten; Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir. Pada tahun 2006 kontribusi ketiga kabupaten ini sekitar 38 persen total PDRB Provinsi Riau dari sektor migas.
Dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau, Kabupaten Bengkalis mempunyai PDRB terbesar. Nilai PDRB Kabupaten Bengkalis termasuk migas atas dasar harga berlaku pada tahun 2006 sebesar 47,30 triliun rupiah atau 28,18 persen dari total 11 kabupaten/kota. Kabupaten berikutnya adalah Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir, dengan nilai PDRB masing-masing 26,19 triliun rupiah dan 18,35 triliun rupiah atau masing-masing 15,61 persen dan 10,93 persen dari total 11 Kabupaten/Kota. Kabupaten yang mengalami PDRB terkecil adalah Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Dumai, dengan nilai PDRB 6,65 triliun rupiah dan 4,93 triliun rupiah, atau keduanya masih di bawah 5 persen dari total PDRB kabupaten/kota se-Provinsi Riau. PDRB Per Kapita PDRB per kapita digunakan untuk menggambarkan nilai output tiap-tiap penduduk di suatu wilayah. PDRB per kapita yang lebih tinggi menyebabkan tingkat kemakmuran yang lebih tinggi juga bagi daerah. Dengan kata lain, PDRB per kapita merupakan gambaran kemakmuran suatu daerah.
Berdasarkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku dengan migas, ternyata Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir masih merupakan kabupaten yang mempunyai besaran per kapita tertinggi dengan nilai masing-masing 66,78 juta rupiah; 47,20 juta rupiah; dan 43,53 juta rupiah (lihat tabel 4.1).Dikarenakan besarnya sumber daya alam dan mineral, terutama migas, menjadikan PDRB per kapita Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir berada jauh di atas rata-rata PDRB per kapita kabupaten/kota di Provinsi Riau. Bila migas dikeluarkan dari hitungan, besaran per kapita Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Rokan Hilir, masing-masing hanya sebesar 14,41 juta rupiah; 18,20 juta rupiah; dan 19,03 juta rupiah atau jauh di bawah Kabupaten Pelalawan yang mempunyai PDRB per kapita terbesar.
Pertumbuhan Ekonomi Pada kurun waktu 2001-2006, seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau mencatat pertumbuhan ekonomi (tanpa migas) yang positif dan semua daerah dapat mencapai pertumbuhan yang tinggi. Secara umum perkonomian kabupaten/kota mengalami pertumbuhan antara 7 persen sampai 11 persen per tahun. Pada tahun 2006, Kabupaten Bengkalis mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, meskipun hanya mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis pada tahun ini sebesar 7,69 persen atau hanya sedikit di atas laju pertumbuhan di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Rokan Hulu (7,34%) dan Indragiri Hulu (7,28%).
Selama kurun waktu enam tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi tertinggi selalu dicapai oleh Kota Pekanbaru dengan rata-rata pertumbuhan 10,67 persen per tahun. Untuk tahun 2006, pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru mencapai 10,15 persen. Sementara Kabupaten yang mengalami pertumbuhan terkecil adalah Kabupaten Indragiri Hulu, yaitu 7,28 persen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan adalah sebagai sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping, tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 2000 : 20). Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. (Rogers,1983 : 25).
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan fisik secara kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis Sebagai hasil proses pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat pula diartikan Sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadan jasmaniah) ke dalam bentuk proses aktif berkesinambungan.
Paradigma berupa kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan bagaimana komunitas itu mengatur dirinya sendiri. Pembangunan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh suatu region untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat dengan cara perencanaan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Paradigma Pembangunan adalah kumpulan konsep, nilai, persepsi, dan praktik yang dimiliki bersama oleh suatu komunitas yang membentuk suatu visi realitas yang menjadi landasan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakatnya. Di Indonesia yang menjadi paradigma pembangunan adalah Pancasila. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolak ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca agar memberikan kritik yang membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Dan diharapkan agar penelitian dan pengembangan ilmunya tidak berhenti di sini saja.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7103/3/08E00252.pdf.txt
http://digilib.uin-suka.ac.id/13931/1/Welfare%20Vol%201%20No1%20Januari%20-%20Juni%202012%20CHAPTER%205.pdf
http://www.kompasiana.com/risandaabe/paradigma-dan-indikator-pembangunan-ekonomi-indonesia_54f673efa33311f3158b4b90
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7103/3/08E00252.pdf.txt
http://amonscomputer.blogspot.co.id/2013/06/makalah-perbedaan-perencanaan-top-down.html
http://amonscomputer.blogspot.co.id/2013/06/makalah-perbedaan-perencanaan-top down.html
https://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-pembangunan-menurut-para-ahli/
1