MANAJEMEN NYERI DALAM SUATU TATANAN TIM MEDIS MULTI DISIPLIN
A. PEND PENDAH AHUL ULUA UAN N Keluhan Keluhan nyeri merupakan keluahan yang paling paling umum kita temukan/da temukan/dapatkan patkan ketika kita sedang melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di tataran pelayanan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap, yang karena seringnya seringnya keluhan itu kita temukan kadang kala kita sering menganggap hal itu sebagai hal yang biasa sehingga perhatian yang kita berikan tidak cukup memberikan hasil yang memuaskan di mata pasien. Nyeri sesunggguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi, tetapi berka berkaita itan n juga juga dengan dengan respon respon fisiol fisiologi ogis, s, psikol psikologi ogis, s, sosial sosial,, kognit kognitif, if, emosi emosi dan perilaku, sehingga dalam penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari semua semua unsur unsur yang yang terlib terlibat at di dalam dalam pelaya pelayanan nan keseha kesehatan tan,, untuk untuk itu pemaha pemahaman man tentan tentang g nyeri nyeri dan penang penangana anann nnya ya sudah sudah menjad menjadii keharu keharusan san bagi bagi setiap setiap tenaga tenaga kesehatan, terutama perawat yang dalam rentang waktu 24 jam sehari berinteraksi dengan pasien. B. DEFINISI ISI Menurut IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah “ suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan dengan kerusakan kerusakan jaringan yang nyata nyata atau yang berpotensi berpotensi untuk untuk menimbulkan menimbulkan kerusa kerusakan kan jaringa jaringan n “, dari dari defini definisi si terseb tersebut ut diatas diatas dapat dapat disimp disimpulk ulkan an bahwa bahwa nyeri nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman yang yang langsu langsung ng berhub berhubung ungan an dengan dengan luka luka (injur (injuri), i), yang yang dimula dimulaii dari dari awal masa masa kehidupannya. Pada tahun 1999, the Veteran’s Health Administration mengeluarkan kebijakan tanda vital vital ke lima lima,, jadi untuk untuk memasu memasukan kan nyeri nyeri sebaga sebagaii tanda jadi perawa perawatt tidak tidak hanya hanya mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri. Sternbach (1968) mengatakan nyeri sebagai “konsep yang abstrak” yang merujuk kepada sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya. McCaff McCaffery ery (1979) (1979) mengat mengataka akan n nyeri nyeri sebaga sebagaii penjel penjelasa asan n pribad pribadii tentan tentang g nyeri nyeri ketika dia mengatakan tentang nyeri “ apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika dia mengatakan hal itu ada “. C. TIPE IPE NYE NYERI Pada tahun 1986, the National Institutes of Health Consensus Conference on Pain mengkategorisasikan nyeri menjadi tiga tipe yaitu Nyeri akut merupakan hasil dari injuri akut, penyakit penyakit atau pembedahan, pembedahan, Nyeri kronik non keganasan dihubungkan dengan kerusakan jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif dan Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif. D. RESPON RESPON TERHAD TERHADAP AP NYER NYERII Respon terhadap nyeri meliputi respon fisiologis dan respon perilaku. Untuk nyeri akut repon fisiologisnya adalah adanya peningkatan tekanan darah (awal), peningkatan denyut denyut nadi, nadi, pening peningkat katan an pernap pernapasa asan, n, dilata dilatasi si pupil, pupil, dan kering keringat at dingin dingin,, respon respon
1
perilakunya adalah gelisah, ketidakmampuan berkonsentrasi, ketakutan dan disstress. Sedang Sedangkan kan pada pada nyeri nyeri kronis kronis respon respon fisiol fisiologi ogisny snyaa adalah adalah tekana tekanan n darah darah normal normal,, deny denyut ut nadi nadi norm normal al,, respi respira rasi si norm normal, al, pupi pupill norm normal al,, kuli kulitt kerin kering, g, dan dan resp respon on perilakunya berupa imobilisasi atau ketidak aktifan fisik, menarik diri, dan putus asa, karena tidak ditemukan gejala dan tanda yang mencolok dari nyeri kronis ini maka tuga tugass tim tim kese keseha hata tan, n, pera perawa watt khus khusus usny nyaa menj menjad adii tida tidak k muda mudah h untu untuk k dapa dapatt mengidentifikasinya.. E. HAMBATAN HAMBATAN DALAM DALAM MEMBER MEMBERIKAN IKAN MANAJE MANAJEMEN MEN NYERI NYERI YANG TEPAT TEPAT Menurut Blumenfield (2003), secara garis besar ada 2 hambatan dalam manajemen nyeri yaitu : 1. Ketakutan akan timbulnya adiksi Seringkali pasien, keluarga, bahkan tenaga kesehatanpun mempunyai asumsi akan akan terj terjad adin inya ya adik adiksi si terh terhad adap ap peng penggu guna naan an anal analge geti tik k bagi bagi pasi pasien en yang yang adiksi sering sering perse persepsi psikan kan sama sama den dengan gan pen penger gerti tian an mengalami mengalami nyeri, adiksi toleransi dan ketergantungan fisik . Ketergantungan Ketergantungan fisik adalah munculnya sindrom putus zat akibat penurunan dosi dosiss zat zat psik psikoa oakt ktif if atau atau peng penghe hent ntia ian n zat zat psik psikoa oakt ktif if seca secara ra mend mendad adak ak.. Toleransi adalah kebutuhan untuk terus meningkatkan dosis zat psikoaktif guna mendapatkan efek yang sama, sedangkan adiksi adalah suatu perilaku yang merujuk kepada penggunaan yang berulang dari suatu zat psikoaktif, meskipun telah diketahui adanya efek yang merugikan. Ketakutan tersebut akan lebih nyata pada pasien atau keluarga dengan riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat psikoaktif lainnya, mereka biasanya takut untuk mendapatkan pengobatan nyeri dengan menggunakan analgetik apalagi bila obat itu merupakan golongan narkotika. Hal ini salah satunya disebabkan oleh minimnya minimnya informasi informasi yang mereka mereka dapatkan mengenai mengenai hal itu, sebagai sebagai bagian dari tim yang terlibat dalam pelayanan kesehatan perawat semestinya mempunyai kapasitas yang cukup hal tersebut diatas. 2. Pengetahuan yang tidak adekuat dalam manajemen nyeri Pengetahuan yang tidak memadai tentang manajemen nyeri merupakan alasan yang yang palin paling g umum umum yang yang memi memicu cu terj terjad adin inya ya manj manjem emen en nyeri nyeri yang yang tida tidak k memadai tersebut, untuk itu perbaikan kualitas pendidikan sangat diperlukan sehingga tercipta tenaga kesehatan yang handal, salah satu terobosan yang sudah dilakukan adalah dengan masuknya topik nyeri dalam modul PBL dalam pendidikan keperawatan, hal ini diharapkan dapat menjadi percepatan dalam pendidikan profesi keperawatan menuju kepada perawat yang profesional. Dalam Dalam penang penangana anan n nyeri, nyeri, pengka pengkajia jian n merupa merupakan kan hal yang yang mendas mendasar ar yang yang menentukan dalam kualitas penanganan nyeri, pengkajian yang terus menerus harus dilakukan baik pada saat awal mulai teridentifikasi nyeri sampai saat setelah intervensi, mengingat nyeri adalah suatu proses yang bersifat dinamik, sehing sehingga ga perlu perlu dinilai dinilai secara secara berula berulangng-ula ulang ng dan berkes berkesina inambu mbunga ngan. n. Ada beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk menilai nyeri yaitu Simple Descriptive Pain Distress Scale, Visual Analog Scale (VAS), Pain Relief Visual Visual Analog Analog Scale, Scale, Percent Percent Relief Relief Scale Scale serta serta 0 – 10 Numeri Numericc Pain Distress Scale , diantara kelima metode tersebut diatas 0 – 10 Numeric Pain Distress Scale yang paling sering digunakan, dimana pasien diminta untuk “merati “merating” ng” rasa rasa nyeri nyeri terseb tersebut ut berdas berdasark arkan an skala skala penilai penilaian an numerik numerik mulai mulai angka 0 yang berarti tidak da nyeri sampai angka 10 yang berarti puncak dari rasa nyeri, sedangkan 5 adalah nyeri yang dirasakan sudah bertaraf sedang.
2
F. PENA PENANG NGAN ANAN AN NYE NYERI RI 1. Manajemen nyeri non farmakologik. Pendekatan non farmakologik biasanya menggunakan terapi perilaku (hipnotis, biofe biofeedb edback ack), ), pelema pelemass otot/re otot/relak laksas sasi,a i,akup kupunt untur, ur, terapi terapi kognit kognitif if (distr (distraks aksi), i), restrukturisasi kognisi, imajinasi dan terapi fisik. Nyeri Nyeri bukan bukan hanya hanya unik unik karena karena sangat sangat berbed berbedaa satu satu dengan dengan yang yang lainnya lainnya mengin mengingat gat sifatn sifatnya ya yang yang indivi individua dual, l, termasu termasuk k dalam dalam penang penangana ananny nnyaa pun kita kita seringkali menemukan keunikan tersebut, baik itu yang memang dapat kita terima dengan kajian logika maupun yang sama sekali tidak bisa kita nalar walaupun kita telah berusaha memaksakan untuk menalarkannya. Sebuah kasus ; pernah suatu ketika saya dinas di ruang perawatan penyakit kanker pada sistem reproduksi/DDS, dimana pasien dengan ca serviks stadium IIIa merasa nyeri pada kuadran kiri bawah abdomennya, dan dia merasa nyerinya berkurang hanya dengan menggenggam erat-erat sebuah kerikil warna kelabu !!.
Hal terseb tersebut ut jelas jelas mengga menggamb mbark arkan an bahwa bahwa kadang kadang-ka -kadan dang, g, nyeri nyeri itu dapat dapat diselesaikan tanpa dengan medikasi sama sekali, berikut ini adalah faktor-faktor yang mungkin dapat menerangkan mengapa nyeri tidak mendapatkan medikasi sama sekali: a. Faktor Faktor-fak -faktor tor yang yang berhubu berhubunga ngan n dengan dengan staf medis medis Petuga Petugass keseha kesehatan tan (dokte (dokter, r, perawa perawat, t, dsb) dsb) sering seringkal kalii cender cenderung ung berpik berpikiran iran bahwa pasien seharusnya dapat menahan terlebih dahulu nyerinya selama yang mereka bisa, sebelum meminta obat atau penangannya, hal ini mungkin dapat dibenarkan ketika kita telah mengetahui dengan pasti bahwa nyeri itu adalah nyeri ringan, dan itupun itupun harus kita evaluasi evaluasi secara komprehensif komprehensif,, karena karena bisa saja nyeri itu menjadi nyeri sedang atau bahkan nyeri yang berat, apakah kondisi seperti ini dapat terus dibiarkan tanpa penanganan? Apakah ketakutan untuk terjadinya adiksi apabila mendapatkan analgetik dapat menyelesaikan masalah ? b. Faktor-fakt Faktor-faktor or yang berhubung berhubungan an dengan dengan pasien pasien Pasi Pasien en adal adalah ah manu manusi siaa yang yang memp mempun unya yaii kema kemamp mpua uan n adap adapti tif, f, yang yang dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Ketika pasien masuk ke dunia rumah sakit sebenarnya ia telah “siap” untuk menerima aturan dan konsekuensi di dunia tersebut, sehingga kadang-kadang, karena “takut” “takut” dianggap dianggap tidak menyenangka menyenangkan n oleh “petugas” “petugas” atau biar dapat menyen menyenang angkan kan dimata dimata “petug “petugas” as” maka maka ia akan akan “mena “menahan han”” inform informasi asi yang yang menyatakan bahwa ia sekarang sedang mengalami nyeri, atau karena kondisi fisiknya yang menyebabkan ia tidak mampu untuk mengatakan bahwa ia nyeri, pada kondisi CKB misalnya. Pada beberapa kasus seringkali nyeri ini juga merupakan suatu cara agar ia mendapatkan perhatian yang lebih dari petugas kesehatan, apalagi apabila ia merasa merasa sudah sudah melaku melakukan kan apa yang yang menjad menjadii kewaji kewajiban bannya nya sebaga sebagaii seoran seorang g pasien, pada kondisi ini mungkin ada perbedaan yang mencolok antara pasien kelas III dengan pasien yang di rawat di VVIP pada kondisi jeis nyeri yang sama. c. Faktor Faktor-fak -faktor tor yang yang berhu berhubun bungan gan denga dengan n sistem sistem Sebagi Sebagian an pasien pasien di rumah rumah sakit sakit adalah adalah pasien pasien dengan dengan asuran asuransi, si, yang yang telah telah mempun mempunyai yai standa standart rt terten tertentu tu di dalam dalam paket paket pelaya pelayanan nan mereka mereka,, terkada terkadang ng
3
pas pasien ien memb membut utuh uhka kan n obat obat yang yang tida tidak k term termas asuk uk dala dalam m pake pakett yang yang tela telah h ditentukan, sehingga ia harus mengeluarkan dana ekstra untuk itu, ceritanya menjadi lain ketika ia tidak mempunyai dana ekstra yang dibutuhkan. 2. Manajemen nyeri dengan pendekatan farmakologik Ada tiga kelompok utama obat yang digunakan untuk menangani rasa nyeri : a. Analg Analgeti etika ka golo golong ngan an non non narkot narkotika ika b. Analg Analgeti etika ka golo golong ngan an nark narkoti otika ka c. Adjuvan 3.
Prosedur invasif Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah dengan memasukan opioid ke dalam dalam ruan ruang g epid epidur ural al atau atau suba subara rakh khno noid id mela melalu luii intr intras aspi pina nal, l, cra ini ini dapa dapatt member memberika ikan n efek efek analge analgesik sik yang yang kuat kuat tetapi tetapi dosisn dosisnya ya lebih lebih sediki sedikit. t. Prosed Prosedur ur invasif yang ang lain ada adalah blok sara araf, stimulasi spinal, pembedahan (rhizotomy,cordotomy) teknik stimulasi, stimulasi columna dorsalis.
G. Kesi Kesimp mpul ulan an Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang holistik/ menyeluruh, hal ini karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia, oleh karena itu kita kita tida tidak k bole boleh h hany hanyaa terp terpak aku u hany hanyaa pada pada satu satu pend pendek ekat atan an saja saja teta tetapi pi juga juga meng menggu guna naka kan n pend pendek ekat atan an-pe -pend ndek ekata atan n yang yang lain lain yang yang meng mengac acu u kepa kepada da aspe aspek k kehidu kehidupan pan manusi manusiaa yaitu yaitu biopsi biopsikos kososi osialk alkult ultura urall dan spirit spiritual ual,, pendek pendekata atan n non farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan send sendir iri-s i-sen endi diri ri,, kedu keduan anya ya haru haruss dipa dipadu duka kan n dan dan sali saling ng meng mengis isii dalam dalam rangk rangkaa mengatasi/ penanganan nyeri pasien. Pasien adalah individu-individu yang berbeda yang berrespon secara berbeda terhadap nyeri, nyeri, sehing sehingga ga penang penangana ananya nyapun pun tidak tidak bisa bisa disama disamakan kan antar antar indivi individu du yang yang satu satu dengan yang lainnya. Pengkajian yang tepat, akurat tentang nyeri sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencari mencari solusi solusi yang tepat untuk menanganiny menanganinya, a, untuk untuk itu pengkajian pengkajian harus selalu dilakukan secara berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh pasien. H. Implik Implikasi asi keperaw keperawata atan n 1. Perawat Perawat dituntu dituntutt untuk untuk mempuny mempunyai ai kapasi kapasitas tas yang memadai memadai sebagai sebagai upaya untuk untuk member memberika ikan n asuhan asuhan kepera keperawat watan an yang yang adekua adekuatt terhada terhadap p nyeri nyeri yang yang dirasakan oleh pasien, untuk itu diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai nyeri dan penangannya dimana hal ini bisa dilakukan dalam masa pendidikan maupun dalam bentuk pelatihan-pelatihan secara terpadu. 2. Mengin Mengingat gat komplek kompleknya nya aspek nyeri, nyeri, dan banyak banyaknya nya keluhan keluhan ini ditemukan ditemukan pada pasien maka sudah saatnya perawat membentuk suatu tim keperawatan yang khusus khusus yang menangani menangani nyeri baik di tatanan rawat jalan maupun rawat inap. 3. Peraw Perawat at ditu ditunt ntut ut untu untuk k mamp mampu u menj menjem emba batan tanii kepe kepent ntin inga gan n pasi pasien en terk terkai aitt dengan nyeri dan penanganannya sesuai dengan kebutuhan pasien. 4. Pengetahuan Pengetahuan dan dan ketrampilan ketrampilan mengen mengenai ai penanganan penanganan nyeri nyeri baik baik pendekatan pendekatan non non farmako farmakolog logis is maupun maupun farmako farmakolog logis is serta serta tindak tindakan an yang yang lainny lainnyaa mutlak mutlak diperlukan dan dikuasai oleh perawat.
4
MANAJEMEN NYERI DALAM SUATU TATANAN TIM MULTI DISIPLIN I. DEFINISI IASP 1979 IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) “ suatu pe pen ngalaman sensorik dan emosional yang tidak menyena menyenangk ngkan, an, yang berkait berkaitan an dengan dengan kerusa kerusakan kan jaring jaringan an yang yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan The Veteran’s Health Administration, 1999 memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri. Sternbach (1968) “konsep yang abstrak” yang merujuk kepada sensasi pribadi tentang saki sakit, t, suatu uatu sti stimulu muluss be berb rbah ahay aya a yang yang men engg ggam amba bark rkan an akan akan terjadinya kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya. McCaffery (1979) nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia mengatakan tent tentan ang g nyer nyerii “ apap apapun un yang yang dika dikata taka kan n tent tentan ang g nyer nyerii dan dan ada ada dimanapun ketika dia mengatakan hal itu ada “.
II. Tipe Nyeri The Nation National al Instit Institutes utes of Health Health Consen Consensus sus Confer Conference ence on Pain Pain 1986. Nyeri akut akut meru merupa paka kan n hasi hasill dari dari injur injurii akut akut,, pe peny nyak akit it atau atau Nyeri pembedahan, Nyeri kronik kronik non kegana keganasan san dihubungkan dihubungkan dengan kerusakan kerusakan Nyeri jaringan yang dalam masa penyembuhan atau tidak progresif, Nyeri kronik keganasan adalah nyeri yang dihubungkan dengan kanker atau proses penyakit lain yang progresif.
III. Penanganan nyeri Manajemen nyeri non farmakologik farmakologik . terapi perilaku (hipnotis, biofeedback), pelemas otot/ relaks relaksasi asi,ak ,akupu upuntu ntur, r, ter terapi api kogniti kognitiff (distra (distraksi ksi), ), restru restruktur kturisa isasi si kognisi, imajinasi dan terapi fisik.
5
Manajemen nyeri dengan pendekatan farmakologik farmakologik
Ada tiga kelompok utama obat yang digunakan untuk menangani rasa nyeri : Analgetika golongan non narkotika Analgetika golongan narkotika
Adjuvan
Prosedur invasif
Prose rosedu durr inva invasi siff yang yang bias biasan anya ya dila dilaku kuka kan n adal adalah ah de deng ngan an memasukan opioid ke dalam ruang epidural atau subarakhnoid melalu melaluii intras intraspin pinal, al, cara cara ini dapat dapat member memberika ikan n efe efek k analge analgesik sik yang kuat tetapi dosisnya lebih sedikit. Prosedur invasif yang lain adalah blok saraf, stimulasi spinal, pembedahan (rhi (rhizo zotom tomy, y,co cordo rdotom tomy) y) tekni teknik k stimu stimula lasi si,, stimu stimula lasi si colu column mna a dorsalis.
IV. Hambatan dalam penanganan nyeri 1.
Ketakutan akan timbulnya adiksi adi adiksi ksi seri sering ng pe pers rsep epsi sika kan n sam sama de deng ngan an pengertian toleransi dan ketergantungan fisik . Kete Ke terg rgan antu tung ngan an fisi fisik k adal adalah ah munc muncul ulny nya a sindrom sindrom put putus us zat akibat akibat pen penuru urunan nan dosis dosis zat psikoa psikoakti ktiff atau atau penghentian zat psikoaktif secara mendadak. Tole Tolera rans nsii adal adalah ah kebu kebutu tuha han n un untu tuk k teru teruss meningkatkan dosis zat psikoaktif guna mendapatkan efek yang sama sama,, seda sedang ngkan kan adiks adiksii adal adalah ah suat suatu u pe peri rila laku ku yang yang meru meruju juk k kepa kepada da pe peng nggu guna naan an yang yang ber berul ulan ang g dari dari suatu suatu zat zat psiko psikoak akti tif, f, meskipun telah diketahui adanya efek yang merugikan. 2. Pengetahuan yang tidak adekuat dalam manajemen nyeri perbai baikan kan kualit kualitas as pen pendid didika ikan n sangat sangat diperl diperluka ukan n sehing sehingga ga per tercipta tercipta tenaga kesehatan kesehatan yang handal, handal, salah satu terobosan terobosan yang suda sudah h dila dilaku kuka kan n adal adalah ah de deng ngan an masu masukn knya ya topik topik nyer nyerii dalam dalam modul PBL dalam pendidikan keperawatan. Pengkajian merupakan hal yang mendasar yang menentukan dalam kualitas penanganan nyeri: Ada beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk menilai nyeri yaitu : o Simple Descriptive Pain Distress Scale, o Visual Analog Scale (VAS), 6
o o
Pain Relief Visual Analog Scale, Percent Relief Scale 0 – 10 Numeric Pain Distress Scale
V. Kesimpulan Pendekatan
yang holistik/ menyeluruh, Biopsikososialkultural dan spiritual, Pendekatan atan non farmak farmakolo ologik gik dan pen pendeka dekatan tan farmak farmakolo ologik gik Pendek tida tidak k akan akan be berj rjal alan an efek efektif tif bila bila digu diguna nakan kan sendi sendiri ri-s -send endir iri, i, keduan keduanya ya harus harus dipaduk dipadukan an dan saling saling mengis mengisii dalam dalam rangka rangka mengatasi/ penanganan nyeri pasien. Pasien adalah adalah indivi individudu-ind indivi ividu du yang yang ber berbed beda a yang yang ber beresp espon on Pasien secara berbeda terhadap nyeri. Pengkajian secara berkesinambungan
VI.Implikasi VI.Implikasi keperawatan 1. Perawat dituntut untuk mempunyai kapasitas yang memadai sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan yang adekuat terhadap nyeri yang dirasakan oleh pasien, untuk itu itu dipe diperl rluk ukan an suat suatu u pen pendi didi dika kan n khusu khususs menge mengena naii nyer nyerii dan dan pena pe nang ngan anny nya a dima dimana na hal hal ini bisa isa dila dilaku kuka kan n dal dalam masa masa pendid pen didika ikan n maupun maupun dalam dalam ben bentuk tuk pelati pelatihan han-pel -pelati atihan han secara secara terpadu. 2. Mengingat kompleknya aspek nyeri, dan banyaknya keluhan ini ditemukan pada pasien maka sudah saatnya perawat membentuk suatu tim keperawatan yang khusus yang menangani nyeri baik di tatanan rawat jalan maupun rawat inap. 3. Perawat dituntut untuk mampu menjembatani kepent kepenting ingan an pasien pasien terkait terkait dengan dengan nyeri nyeri dan pen penang angana ananny nnya a sesuai dengan kebutuhan pasien. 4. Pengetahuan dan ketrampilan mengenai penanganan nyeri baik pendekatan non farmakologis maupun farmakologis serta tindakan yang lainnya mutlak diperlukan dan dikuasai oleh perawat.
7