MATERIAL, STANDARISASI, DAN SPESIFIKASI Disusun kembali oleh : Mhd. Tetuko munansyah
KONTRAK KULIAH Kehadiran Tugas Quiz MID Test/UTS UAS
: 10 % : 15 % : 10 % : 25 % : 40 %
• Mahasiswa diwajibkan hadir tepat pada waktunya. • Tidak dibenarkan memakai kaos oblong (kaos tanpa kerah) dan memakai sandal.
BUKU REFERENSI • S. Kalpakjian, Manufacturing Processes for Engineering Materials, Prentice Hall, 2003 • E.P. DeGarmo, Materials and Processes in Manufacturing, Prentice Hall Inc., 2004
• P.L. Mangonon, The Principles of Materials Selection for Engineering Design, Prentice Hall Inc., 1995 • B.H. Anstead, Proses Mekanik (terjemahan), Erlangga, 1979
Apakah Material Itu ? Material dipakai sejak manusia dilahirkan di bumi, sebagai salah satu sarana untuk bisa survive dalam kehidupannya. Dan dalam konteks alat produksi, material lahir secara bertahap seiring dengan perkembangan iptek yang dipahami oleh manusia, dimulai dengan jaman batu (stone age), perunggu(bronze age) dan besi (iron age) Di era kehidupan modern, material tidak cukup untuk sandang dan perumahan, tetapi sudah menjadi bahan baku utama segala macam industri. (sebagai contoh kecil, pesawat Boeing 747, “Jumbo Jet”, terdiri dari 82% aluminium, 13% baja, 4% titanium, dan 1% fiberglass). Beberapa dekade sebelumnya beberapa logam dan paduan (besi, tembaga, kuningan, timah putih, dan seng) dan keramik (bahan kerajinan, lantai, bangunan,dll), serta polimer alami (wool, katun, asbes, selulose) sudah cukup memenuhi kebutuhan manusia. Di akhir abad 19 awal abad 20, lahir kemampuan manusia sebagai “man made a new material or man-made age”, meskipun baja masih menjadi material utama dalam rekayasa teknik, aluminium dan polimer semakin komersial menggantikan fungsi sebagian komponen baja.
Evolusi Material Teknik Periode
Logam (metal)
> 10,000 B.C 5000 4000 3000 2000 0 1000 A.D 1500 1600 1700 1800 1850 s/d 1900 1910 – 1930 1940 – 1960 1970 -1980 1980 - 2000
Keramik Batu, gelas/kaca, bata, semen
Emas, Perak Tembaga Perunggu (bronze) Besi (iron)
Polimer Kayu Katun (cotton) Selulosa
Besi ccor (cast iron)
Baja (steel) Baja paduan (alloy steel)
Beton bertulang (reinforced concrete)
Al-alloy, Mg-alloy, Ni-alloy Ti, V, Cr-alloy, Hf, Nb, Moalloys, Zr, Ta, W-alloys. Glassy metal, shape memory metal. Pengembangan berikutnya relatif lambat
Fused silica Mullite, Titania, Pyroceramic, Spinels, Alumina, Silicoon carbide New ceramic, Cermet, Urania, Berylia, etc.
Nylon, Acrylic, Polystyrene. Polyethylene Epoxies Polysulphones Urethanes New polymer (strong, heat resistance, etc.)
Klasifikasi Material (1)
(2)
(3)
(4)
Material logam, merupakan elemen kimia yang tersusun dalam bentuk kristal, secara visual opaque, lustrous, penghantar listrik dan panas yang baik, apabila di poles menjadi reflektor sinar. Umumnya logam bersifat kuat, ulet, bisa ditempa, relatif lebih berat daripada material lain, seperti baja (Fe), aluminium (Al), tembaga (Cu), seng (Zn), nikel (Ni), titanium (Ti), dll. Keramik, termasuk material an-organik, non metallic solid, yang dimanfaatkan setelah melalui proses pemanasan, bahkan dikombinasikan dengan tekanan tinggi. Sehingga bersifat stabil pada temperatur tinggi, isolator, tahan korosi, dll. Seperti Urania (UO2), beryllia (BeO), alumina (Al203) bahan keramik yang dipakai di lingkungan industri reaktor nuklir. Polimer (dikenal sebagai plastik atau resin), material yang terdiri dari kumpulan rantai unit molekular (monomer atau mers) menjadi ikatan berulang membentuk molekul lebih besar (makromolekul). Perkembangan iptek 50 tahun terakhir memicu penemuan sintentik organik dan polimer an-organik meningkat dengan pesat (fiber, plastik, rubber, paint, coating material, dll.) Komposit material, merupakan campuran dari ketiga material tersebut diatas. Seperti fiberglass, merupakan campuran antara polimer sebagai matrik dan serat kaca (fiber) sebagai penguatnya.
Two-phase alloys Eutecticts
METALS Laminates
Cermets Dispersion-strengthened alloys Reinforced concrete
Wood Rubber-filled
Two
Carbon-fiber polymers
POLYMERS
Polymers
Boron-fiber polymers
CERAMICS
phase ceramics
Ceramics-filled polymers Fibre glass
Pyroceramic
Glass-filled polymers
Glass-filled cements
GLASSES Phase-separated glasses
The classes of engineering materials and the composites which can be formed within a class and between classes
Tahapan Pemilihan Material Pemilihan material bisa dikategorikan sebagai proses problem solving, melalui tahapan umum : (1) Analisa problem (2) Formulasi solusi alternatif (3) Evaluasi alternatif (4) Pengambilan keputusan
Tahapan proses seperti tersebut diatas dapat dikembangkan : 1. Disainer menyusun daftar kondisi operasional dan lingkungan, dimana produk akan berfungsi; 2. Berdasarkan daftar, diperlukan jawaban yang diperlukan agar produk tahan dan mampu menghadapi kondisi tersebut, termasuk perubahannya, 3. Disainer menyusun beberapa material, membandingkan sifat-sifatnya satu sama lain, dikaitkan dengan kondisi operasional dan lingkungan. 4. Disainer menentukan / memilih material dengan pertimbangan menyeluruh.
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik Merupakan tugas yang kompleks memerlukan pertimbangan banyak faktor yang saling berkaitan, tetapi tidak semua compatible; melalui 3 kategori pendekatan : (1)Persyaratan fungsional;
(2)Analisa total life cycle; (3)Faktor utama lain.
•Ketiga kategori diatas ada yang overlapping, tetapi saling melengkapi, maka disainer idealnya harus mengetahui faktor mana yang relatif paling penting dan sangat berdampak pada disain
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik Lingkup Persyaratan Fungsional : 1. Spesifikasi performance a. Difinisi / menetapkan kebutuhan b. Risiko dan konsekuensi under-specification c. Konsekuensi over-specification 2. Konfigurasi disain a. Pertimbangan beban dan tegangan b. Batasan ukuran, berat atau volume c. Lingkungan agresif, atau berpotensi mempercepat kerusakan d. Antisipasi kerusakan e. Keandalan, pemeliharaan, ketersediaan, dan kemampuan repair f. Jumlah yang akan di produksi dan kandidat material 3. Re-disain a. design review, b. simplifikasi /standarisasi, c. substitusi fungsi
Persyaratan Fungsional Dalam Disain Disain harus memenuhi spesifikasi performance yang merefleksikan hasil analisa menyeluruh tentang persyaratan fungsi produk. Ada perbedaan antara spesifikasi performance (dasar persyaratan fungsional suatu produk) dan spesifikasi produk (daftar persyaratan konfigurasi, toleransi, material, cara manufaktur, dll).
Contoh menentukan spesifikasi performance, yang dikaitkan dengan ketahanan korosi, dapat melalui tiga tahapan yang berbeda : (1) Mencegah kontaminasi karena produk terkorosi, misalnya pada peralatan industri makanan,
(2) Mencegah kebocoran (keluar atau masuk) suatu tangki tertutup, misalnya tangki bahan bakar otomotif, (3) Mencegah integritas struktur konstruksi, misalnya jembatan harus mempunyai umur pakai puluhan tahun.
Persyaratan Fungsional Dalam Disain Ilustrasi : Spesifikasi performance sistem knalpot mobil (automotive exhaust system), harus memenuhi persyaratan fungsional sebagai berikut : 1. Menghantarkan gas buang mesin menjauhi dari unit mesin, 2. Mencegah gas beracun masuk kedalam mobil, 3. Mendinginkan gas buang, 4. Mengurangi kebisingan mesin (engine noise), 5. Mengurang bagian body mobil terekspos dengan gas buang, 6. Pengaruh terhadap performance mesin sekecil mungkin, 7. Membantu mengontrol emisi gas buang yang tidak diinginkan, 8. Mempunyai umur-pakai dalam rentang waktu yang dapat diterima, 9. Mempunyai nilai biaya yang logis, baik sebagai komponen orisinil dan sebagai komponen yang diganti.
Persyaratan Fungsional Dalam Disain Untuk mendukung spesifikasi performance sistem knalpot mobil (automotive exhaust system),maka bentuknya : 1.Terdiri dari satu rangkaian tubes, atau tabung / pipa yang mengumpulkan gas dari engine, dan mengalirkan kearah belakang mobil,
2.Ukuran tabung / pipa ditentukan berdasarkan volume gas buang yang akan dialirkan, 3. Ada komponen tambahan dalam sistem knalpot, yaitu muffler, berfungsi untuk meredam / mengurangi suara, 4.Bahkan, ada yang di isi dengan katalis, untuk mengubah gas beracun menjadi turun kadarnya dan emisinya tidak berbahaya, 5. Umur-pakai sistem knalpot harus diperhitungkan dikaitkan dengan materialnya tahan terhadap panas, kelembaban gas buang, perubahan cuaca, kondensasi air, lumpur, dll. 6.Penempatan sistim knalpot, relatif komplek tetapi tidak mengganggu konstruksi mobil ketika melaju / bergerak, maupun tempat penumpang.
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik Lingkup total life cycle dalam disain : 1. 2. 3. 4.
Pemilihan material Mampu atau kemudahan dalam produksi Mempunyai ketahanan Mempunyai nilai ekonomis dan secara teknis mudah untuk di re-cycling
5. Persyaratan atau pertimbangan energi (produksi, operasional, reklamasi) 6. Ramah terhadap lingkungan (dampak produk terhadap lingkungan, pengaruh lingkungan terhadap produk, 7. Inspeksi dan pengujian untuk jaminan kualitas 8. Handling 9. Packaging 10.Pengiriman dan penyimpanan 11.Nilai barang bekas (scrap value).
Completing the Materials Cycle
Sumber : Fakultas Metallurgi UI
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik Lingkup Faktor Utama Dalam Disain : 1. Perkembangan terakhir (pengetahuan, patent, kompetitor,dll) 2. Kesesuaian dengan standard 3. Persyaratan keamanan (registrasi dari otoritas yang mewakili konsumen,warning, label, dll). 4. Keamanan dan kesehatan kerja dalam proses manufaktur, 5. Persyaratan lingkungan, 6. Standard industri (SNI, ASTM, ANSI, SII, JIS, dll), 7. Faktor manusia (kemudahan dalam operasional, pemeliharaan), 8. Estetika 9. Biaya
Rancang Bangun & Rekayasa Teknik Lingkup Faktor Utama Dalam Disain : Ada dua alasan mengapa material tertentu untuk aplikasi tertentu pula selalu dipilih, karena : (1) material tersebut sudah umum (alasan teknis dan ekonomis saat itu) seperti pelat baja karbon bodi mobil, besi cor untuk rumah mesin, dll; (2) material tersebut mempunyai sifat yang cocok dan unik sesuai fungsinya.
Tetapi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (meningkatnya hak patent suatu penemuan maupun inovasi), kebutuhan yang semakin meningkat dari aspek keamanan, khususnya dampaknya bagi manusia, perlindungan lingkungan, aspek produksi dan manufaktur (evaporative casting, CNC maching, otomatisasi, dll), penghematan biaya, khususnya biaya energi, serta berkembangnya standard, maka material-material konvensional, banyak yang di substitusi, sebagian komponen dari baja digantikan aluminium, plastik, dll.
Faktor Umum Dalam Pemilihan Material (1) Persyaratan fungsional dan batasan (constraint) (2) Sifat mekanis (mechanical properties) (3) Konfigurasi disain (4) Ketersediaan dan alternatif material (5) Kemampuan dan kemudahan di fabrikasi (casting, rolling, forming, forging, welding, dll). (6) Ketahanan terhadap serangan korosi dan degradasi sifat mekanis karena lingkungan, (7) Stabilitas, terhadap lingkungan khususnya temperatur, radiasi (8) Sifat yang unik dan dominan (9) Biaya material (cost of raw material).
Sifat Mekanis (Statik) Dan Disain Dalam konfigurasi disain maupun pemilihan material tidak lepas dari sifat mekanisnya, khususnya sifat statiknya, mencakup : (1) Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength), merupakan kekuatan maksimum yang mampu ditahan material sebelum patah, (2) Kekuatan mulur (yield strength), tegangan terendah dimana dimulainya deformasi plastis. (3) Kekerasan (hardness), ketahahan material terhadap beban indentasi (beban di satu titik). (4) Keuletan (ductility), diukur berdasarkan prosentase pengecilan penampang atau pertambahan panjang saat uji tarik spesimen. (5) Ketangguhan (toughness), diukur berdasarkan besarnya energi yang mampu diserap dalam uji impak. Sifat-sifat tersebut diatas dikaitkan dengan sifat mekanis –dinamik, serta agresifitas lingkungan berdampak pada bentuk kerusakan (failure mode)
Faktor-faktor yang mempengaruhi service life peralatan (contoh heat exchanger atau tangki di Pabrik Kimia, pompa, jembatan, otomotive, dll) (1) Disain (Design) (2) Material untuk konstruksi (Material of construction)
(3) Spesifikasi (Specification) (4) Fabrikasi dan kontrol kualitas (Fabrication & quality control).
(5) Pengoperasian (Operation) (6) Pemeliharaan (Maintenance)
(7) Kondisi lingkungan (Environmental conditions)
Dari berbagai faktor tersebut tadi, yang relatif bobotnya penting adalah : (1) Disain dan (2) Material. Keduanya sama pentingnya untuk mencapai kinerja (performance) dan umurpakai (life time) seperti yang diinginkan.
Availability in form required
Corrosion Resistance
Cost
Optimum material of construction
Mechanical strength: Low temperature Intermediate temperature Elevated temperature
Fabricability:
Cost and ease of maintenance
Ease of forming Ease of welding Ease of heat treatment Ease of machining
PEMILIHAN MATERIAL YANG SESUAI UNTUK REKAYASA KONSTRUKSI TERGANTUNG BEBERAPA FAKTOR.
APAKAH STANDARD ??? • Standard ditulis oleh Institusi Standard seperti BSI ( Inggris ), AFNOR
(Perancis), DIN (Jerman), ANSI, ASTM, AISI, API, SAE (Amerika ), JIS (Jepang) dan SNI (Indonesia) • Institusi Standard mempunyai kebijakan redaksional yang tegas dan lugas dan biasanya rancangan standard dikaji ulang oleh berbagai pihak yang terkait. •Standard dirancang seputar “Persyaratan”, dimana harus cocok atau sesuai dengan apa yang harus dicapai. •Persyaratan tersebut harus mampu di uji (verifiable) dan berbagai variasinya harus dapat di kontrol. •Apabila didalam standard masih ada kalimat atau ketentuan yang mengijinkan adanya perubahan, misalnya dengan kata-kata “ by agreement”, maka akan mengurangi tingkat keandalan standarisasi.
HIRARKI BADAN STANDARISASI INTERNASIONAL : INTERNATIONAL STANDARD ORGANIZATION ( ISO ) UNIFIED NUMBERING SYSTEM (UNS)
REGIONAL
:
??? NASIONAL
:
ANSI, JIS, SNI, BS, DLL.
INDUSTRI : API, ASME, SAE, TEMA, SII, ETC. PERUSAHAAN (COMPANY) : Operator, Contractor, Supplier
APAKAH UNIFIED NUMBERING SYSTEM ( UNS ) ? (1) Tahun 1967 : SAE dan ASTM menyusun standard sebagai supplement yang sudah ada. (2) Tahun 1974: SAE dan ASTM mengeluarkan dokumen panduan ( sekitar 1000 spesifikasi baja, stainless steel dan super alloy, aluminium, dll. ) (3) Tahun 1986 : UNS-Handbook ( Edisi ke-4 ) di cetak dan dipakai sebagai Worldwide Guide; dan sudah memuat sekitar 3000 informasi tentang material. Diskripsi UNS : • Dikategorikan ke dalam 18 group material dan paduan. • Cara penomoran menggunakan awalan huruf tunggal di ikuti angka 5 digit. ( Contoh: AISI 1020 ---> UNS G10200; AISI SS 316 ---> S 31600; AA AI 2024 ---> UNS A92024 )
UNIFIED NUMBERING SYSTEM - UNS UNS number consists of a single letter prefix followed by five digits in most cases, the letter is suggestive of the family of metals identified, for example ;
A : for aluminium, P : for precious metals, N : for nickel C : for copper
UNS - FOR METAL AND ALLOY FERROUS METALS : D00001 – D99999 F00001 – F99999 G00001 – G99999 H00001 – H99999 K00001 – K99999 S00001 – S99999 T00001 – T99999 Nonferrous Metals : A00001 – A99999 C00001 – C99999 E00001 – E99999 L00001 – L99999 M00001 – M99999 N00001 – N99999 P00001 – P99999 R00001 – R99999
Specified mechanical properties steels. Cast Irons; Gray, malleable, pearlitic malleable, ductile ( Nodular ). AISI – SAE carbon and alloy steel. AISI – “H” steels. Miscellaneous steels and ferrous alloys. Stainless steels. Tool steels
Aluminium and aluminium alloys. Copper and copper alloys. Rare earth and rare earthlike metals. Low melting metals. Miscellaneous metals. Nickel and nickel alloys. Precious metals. Reactive and refactory metals.
For example, (a) carbon steel, presently indentified by AISI 1020, is covered by UNS G11020; (b) free cutting brass, now indentified by CDA 360, is covered by UNS C36000.
APAKAH SPESIFIKASI ??? Spesifikasi biasanya ditulis oleh suatu perusahaan, asosiasi perdagangan atau suatu departemen pemerintahan. Spesifikasi ditulis oleh seseorang atau team tanpa dikonsultasikan dengan pihak lain yang terkait, dan dirancang untuk memenuhi atau cocok dengan aplikasi tertentu Kedua terminologi, yaitu standard dan spesifikasi dimanfaatkan secara terbatas di lingkup permasalahan teknis. Sedangkan istilah kontrak dan keuangan dicakup di dalam dokumen yang lain.
Tabel 1. Standard produk baja (USA)
AKRONIM AAR ABS API AREA ASME ASTM MIL/JAN FED SAE AMS AISI UNS
STANDARD American Ass’n of Railroads American Bureau of Shipping American Petroleum Institute American Railway Engineering Ass’n American Society of Mechanical Engineers American Society for Testing & Materials Departement of Defense General Services Administration Society of Automotive Engineers Aerospace Materials Specification American Iron & Steel Institute ASTM/SAE-United Numbering System
KRITERIA DALAM MENYUSUN SPESIFIKASI
Spesifikasi yang baik terdiri dari elemen utama / kunci yang mudah dipahami secara jelas oleh pemilik, perancang, kontraktor dan subkontraktor, antara lain mencakup : (1)
Judul yang jelas ( a clear title )
(2)
Ruang lingkup ( scope )
(3)
Pengecualian ( Exceptions )
(4)
Terminologi
(5)
Dokumen referensi
(6)
Deskripsi persyaratan ( apa, kapan dan bagaimana, dll. )
(7)
Standard untuk mengukur kualitas
(8)
Dokumentasi
KLASIFIKASI BAHAN / MATERIAL FUNGSI : (1) Standard atau spesifikasi bahan/material logam (2) Pedoman untuk pemilihan material ( material selection ) (3) Dokumentasi bagi konsumen dan produsen TUJUAN : (1) Mengetahui produk / material logam yang tersedia di pasaran. (2) Karakterisasi produk / material logam untuk keperluan rekayasa teknik, antara lain; (a) Technical drawing, (b) Purchasing specification
KLASIFIKASI SPESIFIKASI Spesifikasi teknis dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, sebagai berikut ; (1) Spesifikasi disain (rancangan) - design specification adalah kriteria disain untuk suatu produk atau sistem peralatan / fasilitas tertentu, dll. (2) Spesifikasi material - menyajikan komposisi material dan sifat fisik maupun sifat mekanis, termasuk sifat korosi, dll. (3) Spesifikasi konstruksi - cara-cara konstruksi yang memanfaatkan material tertentu atau spesifikasi, dll. (4) Spesifikasi kinerja/unjuk kerja ( Performance ) - persyaratan unjuk kerja / kinerja suatu produk, peralatan, sistem rekayasa teknis atau produk, atau suatu fasilitas untuk periode waktu tertentu ( umur disain).
CAKUPAN INFORMASI SPESIFIKASI MATERIAL (1) Diskripsi; menerangkan jenis produk / proses ( misal hot rolled, cold rolled, forged, sheet, strip, bar, shape, dll.). (2) Komposisi kimia; termasuk cara mengukurnya. (3) Sifat mekanis; termasuk cara / metoda pengujian. (4) Toleransi dimensi ( ketebalan, panjang, lebar, kerataan, diameter, dll.) (5) Kondisi permukaan ( surface finishing ) • Kekasaran ( roughness ) • Goresan ( scratches )
CAKUPAN INFORMASI SPESIFIKASI MATERIAL ( Lanjutan )
(6) Persyaratan khusus, mencakup: • Coating • Packaging • Corrosion test • Forming test • Allowable defects (metallurgical defects, casting defects, forging defects, etc. ) Catatan : Butir (6) biasanya menyebabkan adanya extra cost yang dibebankan kepada cost of raw material.
TERMINOLOGI DI DALAM KLASIFIKASI LOGAM BAJA DAN PANDUANNYA GRADE : Digunakan untuk membedakan material baja dan panduannya atas dasar komposisi kimia atau kadang-kadang menunjukkan kekuatan bahan. TYPE : Digunakan untuk membedakan material baja dan panduannya berdasarkan proses de-oksidasi yang dilakukan: atau kadang-kadang komposisi kimianya. CLASS : Digunakan untuk membedakan material baja dan panduannya atas dasar strata kekuatannya atau surface smothness. DI DALAM STANDARD ASTM TERMINOLOGI DI ATAS SERING DIPERTUKARKAN
TERMINOLOGI DI DALAM KLASIFIKASI LOGAM BAJA DAN PANDUANNYA ( lanjutan ) CONTOH : ASTM A 533 ( Alloy steel for pressure vessel plate ); “type” digunakan untuk menunjukkan komposisi kimia; dan “class” menunjukkan strata kekuatannya. ASTM A 515 ( Carbon steel pressure vessel plate ); grade menunjukkan strata kekuatan. ASTM A 302 ( alloy steel for pressure vessel plate ); grade ( A s/d D ) menunjukkan persyaratan komposisi kimia dan sifat mekanis.
DESKRIPSI KUALITAS ( QUALITY DESCRIPTOR ) Istilah kualitas ( quality ) di dalam industri baja untuk mendiskripsikan produk yang dihasilkan mencakup : • Karakteristik khusus • Aplikasi tertentu • Proses fabrikasi lanjut, atau manufacturing khusus, dan lainlain. TUJUAN : (1) Agar terjadi komunikasi yang baik antara para produsen, atau antara produsen dan konsumen. (2) Mendiskripsikan kualitas produk logam baja dan panduan sesuai dengan yang diinginkan atau penggunaannya maupun fungsinya.
DESKRIPTOR KUALITAS BAJA KARBON DAN PANDUAN
Quality Descriptors mendeskripsikan kualitas produk logam baja dan panduannya sesuai dengan penggunaannya. A. Baja Karbon 1. Semi finished for forging 1.1 Forging Quality • Special Hardenability • Special Internal Soundness • Nonmetallic Inclusion Requirement • Special Surface
DESKRIPTOR KUALITAS BAJA KARBON DAN PANDUAN ( lanjutan ) 2. Carbon Steel Structural Section 2.1. Structural Quality 3. Carbon Steel Plate • Regular Quality • Structural Quality • Cold Drawing Quality • Etc.
DESIGNATION Adalah specific indentification setiap grade, type atau class material baja dan paduannya dengan memberikan kode angka, huruf atau symbol sedemikian; sehingga identitas material tersebut bersifat unik dan memberikan makna atau arti nilai atau sifat tertentu material logam.
Biasanya berdasarkan sifat atau nilai komposisi kimianya, atau sifat mekanisnya. Standard atau spesifikasi material logam yang unik dan mempunyai nama, banyak dipakai oleh : (1) American Iron and Steel Institute( AISI ) (2) Society of Automotive Engineering (SAE) (3) Deutsche Industrial Norm ( DIN )
CLASSIFICATION OF IRON AND STEEL ACCORDING SAE AND AISI The first number indicates the type of steel. Carbon, for instance, is denoted by the number 1, 2 is a nickel steel, 3 is a nickel-chromium steel and so on. The second digit indicates the approximate percentage of the predominant alloying element. The AISI prefixes are as follows: B - Acid Bessemer, carbon steel C - Basic open heart carbon steel CB - Either acid Bessemer or basic open hearth carbon steel at the option of the manufacturer D - Acid open hearth carbon steel E - Electric furnace alloy steel The AISI suffix H is used where hardenability is a major requirement
AISI - SAE system of designations Numerals and digits
Type of steel and nominal alloy content
Carbon Steels
Numerals and digits
Nickel - Chromium - Molybdenum Steels
10XX(a)….. 11XX ……. 12XX……..
Plain carbon (Mn. 1,00% max ) Resulfurized Resulfurized and rephosphorized
43XX…..
15XX……..
Plain carbon ( max Mn range - 1.00 to 1.65% )
47XX……
Manganese Steels 13XX…….. Mn 1.75 Nickel Steels 23XX…….. 25XX……..
Type of steel and nominal alloy content
Ni 3.50 Ni 5.00
Nickel-Chromium Steels 31XX……. Ni 1.25; Cr 0.65 and 0.80 32XX……. Ni 1.75; Cr 1.07 33XX……. Ni 3.50; Cr 1.50 and 1.57 34XX……. Ni 3.00; Cr 0.77 Molybdenum Steels 40XX…… Mo 0.20 and 0.25 44XX…… Mo 0.40 and 0.52 Chromium-Molybdenum Steels 41XX…. Cr 0.50, 0.80 and 0.95; Mo 0.12, 0.20, 0.25 and 0.30
43BVXX.
81XX…… 86XX…… 87XX…… 88XX…… 93XX…… 94XX…… 97XX…… 98XX……
Ni 1.82; Cr 0.50 and 0.80; Mo 0.25 Ni 1.82; Cr 0.50;Mo 0.12 and 0.25; V 0.03 min Ni 1.05; Cr 0.45; Mo 0.20 and 0.35 Ni 0.30; Cr 0.40; Mo 0.12 Ni 0.55; Cr 0.50; Mo 0.20 Ni 0.55; Cr 0.50; Mo 0.25 Ni 0.55; Cr 0.50; Mo 0.35 Ni 3.25; Cr 1.20; Mo 0.12 Ni 0.45; Cr 0.40; Mo 0.12 Ni 0.55;Cr 0.20; Mo 0.20 Ni 1.00; Cr 0.80; Mo 0.25
Nickel-Molybdenum Steels 46XX….. Ni 0.85 and 1.82; Mo 0.20 and 0.25 48XX…… Ni 3.50; Mo 0.25 Chromium Steels 50XX….. Cr 0.27, 0.40, 0.50 and 0.65 51XX….. Cr 0.80, 0.87, 0.92, 0.95, 1.00 and 1.05
Numerals and digits
Type of steel and nominal alloy content
Chromium Steels 50XXX… 51XXX… 52XXX…
Cr 0.50 Cr 1.02 Cr 1.45
C 1.00 min
Chromium - Vanadium Steels 61XX….
Cr 0.60, 0.80 and 0.95; V 0.10 and 0.15 min Tungsten-Chromium Steel 72XX…. W 1.75; Cr 0.75 Silicon-Manganese Steels 92XX…. Si 1.40 and 2.00; Mn 0.65, 0.82 and 0.85; Cr 0.00 and 0.65 High-Strength Low-Alloy Steels 9XX…. Various SAE grades Boron Steels XXBXX…
B denotes boron steel
Leaded Steels XXLXX.. L denotes leaded steel (a) XX in the last two digits of these designations indicates that the carbon content ( in hundredths of a percent ) is to be inserted
Klasifikasi baja menurut AISI & SAE
Baja seri 1045 utk yoke ball • 1045 termasuk seri 10xx atau seri baja karbon • Angka 45 merupakan kandungan karbon = 45/100 % = 0,45%
DIN Material Designation Penjelasan nama baja dan paduannya berdasarkan komposisi kimia (menurut DIN EN 10027); angka awal menunjukkan kandungan karbon x 100, diikuti elemen paduan, dan prosentase elemen paduan tersebut. • Faktor untuk elemen Co, Cr, Mn, Ni, Si, W = x 4 • • •
Faktor untuk elemen Al, Cu, Mo. Ti, V, Nb, Ta, Be, Pb, Zr = x 10 Faktor untuk N, P, S, Ce = x 100 Faktor untuk B = x 1000
Paduan rendah (low alloy) total elemen paduan < 5%, dan paduan tinggi (high alloy) total element paduan > 5, dimana ditambah huruf X di depan angka awal (karbon). Pada paduan tinggi, angka dibelakang elemen paduan menunjukkan prosentasenya tanpa memperhatikan faktor pembagi diatas.
DIN Material Designation Contoh : 1) 55 CrNiMoV 4 2 4 (DIN 1.2742), komposisinya C = 0,55%, Cr = 1%, Ni = 0,50%, Mo = 0,40%, V < 0,10% (tidak dituliskan). Dalam tabel tertulis C = 0,53-0,58%, Cr = 0,90-1,10%, Ni = 0,45 - 0,60%, Mo = 0,38-0,48%, V = 0,03-0,10%. 2) X3NiCoMoTi 18 9 5 1 (DIN 1.2709), komposisinya C = 0,03%, Ni = 18%, Co = 9%, Mo = 5%, Ti = 1%. Dalam tabel C = 0,03%, Ni = 1719%, Co = 8,5-10%, Mo = 4,50-5,20%, dan Ti = 0,8-1,20%. 3) GX25MnCrNi 8 8 6 (DIN 1.3966), komposisinya C = 0,25%, Mn = 8%, Cr = 8%, Ni = 6%; dalam tabel C = 0,22-0,28%, Mn = 7,50-9,50%, Cr = 7 -8,5%, dan Ni = 5 – 6,5%. Catatan : Huruf G berarti produk tersebut dalam bentuk coran (cast = Guss).
Klasifikasi Baja (Steel) • DIN Code Number
Material Type of Treatment Number deoxidation condition
St 33-1 St 33-2 USt 34-1 RSt 34-1 USt 34-2 USt 34-2 USt 37-1 RSt 37-1 USt 37-2 USt 37-2 St 37-3
1.0033 1.0035 1.0100 1.0150 1.0102 1.0108 1.0110 1.0111 1.0112 1.0114 1.0116
5/28/2013
U R U R U R U R RR
U, N U, N U, N U, N U, N U, N U, N U, N U, N
Tensile strength (kg/mm2)
Yield point (kg/mm2)
33-50
19
34-42
21
28 (20)
37-45
24
25 (18)
Template copyright www.brainybetty.com 2005
Elongation (%) [lo=5do] 18 (14)
50
Classification scheme for the various ferrous metal alloys
Ferrous metal alloys
Ferrous
Nonferrous
Steels
Cast iron
Low alloy
Gray
Ductile
White
Malleable
iron
Nodular iron
iron
iron
High alloy
Low carbon
Plain
High strength, low alloy
Medium carbon
Plain
Heat treatable
High carbon
Plain
Tool
Stainless
STEEL SELECTION FOR USES Several properties should be considered when selecting a piece of steel for a job:
a) Strength, b) Machinability, c) Hardenability, d) Weldability, e) Formability, f) Fatigue resistance, g) Corrosion resistance. Uses of ferrous metals by carbon content. Hardness and strength of steels depend largely upon their carbon content and heat treatment. Carbon content ( % )
Elongation in tensile test (%)
Nil ( i.e. pure iron) 0.2 0.4 0.6 0.8 1.2
42 37 31 22 17 3
STEEL SELECTION FOR USES (Lanjutan ) Type
Carbon Range (%)
SAE Number
Low
0.05-0.30
Medium
0.30-0.60
1006 1008 1010 1015 1020 1030 1111 1113 1040
Typical Uses
Carbon Steels
1060
For cold formability Wire, nails, rivets, screw Sheet stock for drawing Fenders, pots, pans, welding rods Bars, plates, structural shapes, shafting Forgings, carburized parts, keystock Free-machining steel Free-machining steel Heat- treated parts that require Moderate strength and high toughness Such bolts, shafting, axles, spline shaft Higher strength, heat-treated parts with moderate toughness such as lock washers, springs, band saw blades, ring gears, valve springs, snap rings.
STEEL SELECTION FOR USES (Lanjutan Type High
Carbon Range SAE (%) Number 0.60-2.0
1070 1080 1095
Typical Uses Chisels, center punches Music wire mower blades, leaf spring. Hay rake times, leaf springs, knives, wood working tools, files, reamers. Ball bearing, punches, dies.
52100 Cast Iron Gray
2.0-4.5
White
2.0-3.5
Malleable
2.0-3.5
Ductile ( nodular )
2.0-4.5
Machinable castings such as engine blocks, pipe, gears, lathe beds. Nonmachinable casting such as cast parts for wear resistance Produced from white cast iron; machinable casting such as axle and differential housings, crankshafts, camshafts. Machinable casting such as pistons, cylinder blocks and heads, wrench, forming dies.
)
STAINLESS STEEL ALLOYS Iron based alloy containing a minimum of 10 to 12% chromium Chromium combines with oxygen to form a thin layer of CHROMIUM OXIDE This alloy has RESISTANCE to staining and corrosion TYPES OF STAINLESS STEEL AUSTENITIC - non magnetic FERRITIC - magnetic MARTENSITIC - magnetic DUPLEX - magnetic PRECIPITATION HARDENING (PH) - magnetic
AUSTENITIC STAINLESS STEEL 300 SERIES • The 18% Chromium and 8 % Nickel • •
Austenitic Stainless Steels - non magnetic Easy to weld, but does not perform well in chloride environments
200 SERIES A higher percentage of manganese and lower nickel content is used to reduce cost. Nitrogen is added as strengthening agent. These alloys have higher tensile strength and equal or greater corrosion resistance than many of the 300 series.
FERRITIC STAINLESS STEEL 400 SERIES Ferritic Stainless steel have 11.5 to 18 % Chromium Lower carbon content, than Martensitic Stainless Steels. Type 430, 442 and 446 are not hardenable
MARTENSITIC STAINLESS STEEL 400 SERIES Martensitic Stainless Steels containing 11 to 14 % Chromium. Such as 410, 420 and 440C. These types have sufficient carbon to promote hardening when steel is cooled from 19000 F and are called Hardenable Stainless Steels.
MARTENSITIC STAINLESS STEEL 500 SERIES Not true stainless steels, but has useful properties derived from the chromium and molybdenum contents, e.g. SS 501, 502, 503 and 504 The lower chromium content and lower molybdenum content ( 5% Cr, 0,5% Mo, and 9% Cr, 1% Mo ) provide excellent strength at the temperatures found in high pressure steam piping. They are ferritic in the annealed condition, but are martensitic after rapid cooling in air or a liquid medium from above the critical temperature. Generally, martensitic stainless steel have excellent strength compare with ferritic or austenitic stainless steel.
DUPLEX STAINLESS STEEL Microstructures consist of part Austenitic and part Ferritic Obtained by chemistry and heat treatment of the alloys. Has higher strength and resistance to chloride environments than the austenitic series. Have lower ductility and toughness. E.g. : S31500 (3RE60), S32550 (Ferralium 255), S31803 (2205).
PRECIPITATION HARDENING - SS The merit of the PH-SS is that they combine the strength of martensitic alloys and the corrosion resistance of austenitic stainless steel. PH types generally are heat treated to final properties by the fabricator, thereby offer a desirable combination of high strength, corrosion resistance and fabricability. E.g. SS 17-4 PH, SS 17-7 PH (631) , SS 15-5 PH, PH 15-7 Mo (632),
Baja Paduan • Baja paduan rendah berkekuatan tinggi (high strength alloy steel) – C<0,30% – Strukturmikro: butir besi-a halus, fasa kedua martensit & besi-d – Produknya: pelat, balok, profil
• Baja fasa ganda (Dual- phase steel) – Strukturmikro: campuran besi-a & martensit
Baja paduan rendah berkekuatan tinggi Kekuatan luluh 103 Psi
MPa
35
240
40
275
45
310
50
350
60
415
70
485
80
550
100
690
120
830
140
970
Cth. 50XF 50 kekuatan luluh 50x103 Psi X paduan rendah F kill + kontrol S
Komposis kimia
Deoksidasi
S = kualitas struktur
F = kill + kontrol S
X = paduan rendah
K = kill
W = weathering
O = bukan kill
D = fasa ganda
Baja tahan karat • Sifatnya tahan korosi, kekuatan & keuletan tinggi dan kandungan Cr tinggi • Kandungan lain : Ni, Mo, Cu, Ti, Si, Mg, Cb, Al, N dan S
Jenis baja tahan karat • Austenitik (seri 200 & 300) – Mengandung Cr, Ni dan Mg – Bersifat tidak magnit, tahan korosi – Utk peralatan dapur, fitting, konstruksi, peralatan transport, tungku, komponen penukar panas, linkungan kimia
• Ferritik (seri 400) – Mengandung Cr tinggi, hingga 27% – Bersifat magnit, tahan korosi – Utk peralatan dapur.
Jenis baja tahan karat • Martemsitik (seri 400 & 500) – Mengandung 18%Cr, tdk ada Ni – Bersifat magnit, berkekuatan tinggi, keras, tahan patah dan ulet – Utk peralatan bedah, instrument katup dan pegas
• Pengerasan presipitasi – Mengandung Cr, Ni, Cu, Al, Ti, & Mo – Bersifat tahan korosi, ulet & berkekuatan tinggi pada suhu tinggi – Utk komponen struktur pesawat & pesawat ruang angkasa
Jenis baja tahan karat • Struktur Duplek – Campuran austenit & ferrit – Utk komponen penukar panas & pembersih air
Besi cor • Besi tuang disusun oleh besi, 2,11-4,50% karbon dan 3,5% silikon • Kandungan Si mendekomposisi Fe3C menjadi Fe-a dan C (garfit)
Jenis besi cor • • • •
Besi cor kelabu Besi cor nodular (ulet) Besi cor tuang putih Besi cor malleable
Besi cor kelabu • Disusun oleh serpihan C (grafit) yang tersebar pada besi-a • Bersifat keras & getas
Besi cor nodular (ulet) • C (grafit)nya berbentuk bulat (nodular) tersebar pada besi-a. • Nodular terbentuk karena besi cor kelabu ditambahkan sedikit unsur magnesium dan cesium • Keras & ulet
Besi cor putih • Disusun oleh besi-a dan besi karbida (Fe3C) • Terbentuk melalui pendinginan cepat • Getas, tahan pakai & sangat keras
Besi cor malleable • Disusun oleh besi-a dan C (grafit) • Dibentuk dari besi cor putih yang dianil pada 800-900oC dalam atmosphere CO & CO2
Logam Bukan Besi
Pendahuluan •
•
•
Logam & paduan bukan besi – Logam biasa: Al, Cu, Mg – Logam/paduan tahan suhu tinggi: W, Ta, Mo Aplikasi utk – Ketahanan korosi – Konduktifitas panas $ listrik tinggi – Kerapatan rendah – Mudah dipabrikasi Cth. – Al utk pesawat terbang, peralatan masak – Cu utk kawat listrik, pipa air – Zn utk karburator – Ti utk sudu turbin mesinjet – Ta utk mesin roket
Alimunium Produk Wrough 1xxx 2xxx 3xxx 4xxx 5xxx 6xxx 7xxx 8xxx
Al murni: 99,00% Al+Cu Al+Mn Al+Si Al+Mg Al+Mg+Si Al+Zn Al+unsur lain
Alimunium Produk Cor 1xx.x 2xx.x 3xx.x 4xx.x 5xx.x 6xx.x 7xx.x 8xx.x
Al murni: 99,00% Al+Cu Al+Si, Cu, Mg Al+Si Al+Mg Tidak digunakan Al+Zn Al+Pb
Perlakuan utk produk aluminium wrough dan cor F
Hasil pabrikasi (pengerjaan dingin atau panas atau cor)
O
Proses anil (hasil pengerjaan dingin atau panas atau cor)
H
Pengerjaan regangan melalui pengerjaan dingin (utk produk wrough) Perlakuan panas
T
Magnesium & paduan magnesium • Logam terringan dan penyerap getaran yg baik • Aplikasi: – – – – – – –
Komponen pesawat & missil Mesin pengankat Pekakas Tangga Koper Sepeda Komponen ringan lainnya.
Paduan magnesium: produk wrough dan cor Paduan
Komposisi (%)
Kondisi
Pembentukk an Ekstrusi lembaran & pelat Ekstrusi & tempa
Al
Zn
Mn
AZ31B
3,0
1,0
0,2
F H24
AZ80A
8,5
0,5
0,2
T5
HK31A ZK60A
5,7
Zr
0,7
H24
0,55
T5
Lembaran & pelat Ekstrusi & tempa
Penamaan paduan magnesium • • • •
Hurup 1&2 menyatakan unsur pemadu utama Angka 3&4 menyatakan % unsur pemadu utama Hurup 5 menyatakan standar paduan Hurup dan angka berikutnya menyatakan perlakuan panas Contoh. AZ91C-T6 A Al Z Zn 9 9%Al 1 1%Zn C Standar C T6 Perlakuan panas
Tembaga & paduan tembaga • Sifat paduan tembaga: – Konduktifitas listrik dan panas tinggi – Tidak bersifat magnit – Tahan korosi • Aplikasi – Komponen listrik dan elektronik – Pegas – Cartridge – Pipa – Penukar panas – Peralatan panas – Perhiasan, dll
Jenis paduan tembaga • • • • • •
Kuningan (Cu+Zn) Perunggu (Cu+Sn) Perunggu Al (Cu+Sn+Al) Perunggu Be (Cu+Sn+Be) Cu+Ni Cu+Ag
Nikel & paduan nikel • Sifat paduan nikel – Kuat – Getas – Tahan korosi pada suhu tinggi • Elemen pemadu nikel: Cr, Co, Mo dan Cu • Paduan nikel base = superalloy • Paduan nikel tembaga = monel • Paduan nikel krom = inconel • Paduan nikel krom molybdenum = hastelloy • Paduan nikel kron besi = nichrome • Paduan nikel besi = invar
Supperalloy • Tahan panas dan tahan suhu tinggi • Aplikasi: mesin jet, turbin gas, mesin roket, pekakas, dies, industri nuklir, kimia dan petrokimia • Jenis superalloy – Superalloy besi base: 32-67%Fe, 15-22%Cr, 9-38%Ni – Superalloy kobalt base: 35-65%Co, 19-30%Cr, 35%Ni – Superalloy nikel base: 38-76%Ni, 27%Cr, 20%Co.
Keramik
Keramik • Senyawa logam atau bukan logam yang mempunyai ikatan atom ionik dan kovalen • Ikatan ionik dan kovalen menyebabkan keramik mempunyai titik lebur tinggi dan bersifat isolator • Keramik terdiri dari – Keramik tradisional, disusun oleh tanah liat, silika dan feldspar. Cth. bata, ubin, genteng dan porselen – Keramik murni atau teknik, disusun oleh senyawa murni.
Struktur Kristal • Sebagian besar keramik diikat secara ionik dan hanya sedikit tang diikat secara kavalen • Ikatan ionik biasanya mempunyai diameter atom kation < atom anion, akibatnya atom kation selalu dikelilingi atom anion. • Jumlah atom tetangga terdekat (mengelilingi) atom tertentu dikenal sbg bilangan koordinasi (Coordination number).
Hub.bil.koordinasi dan perbandingan jari2atom kation-anion Bilangan koordinasi 2
Perbandingan jari-jari kationanion <0,155
3
0,115-0,225
4
0,225-0,414
6
0,414-0,732
8
0,723-1,0
Geometri koordinasi
Jari-jari kation dan anion Kation
Jari-jari ion (nm)
Anion
Jari-jari ion (nm)
Al 3+
0,053
Br -
0,196
Ba 2+
0,136
Cl -
0,181
Ca 2+
0,100
F-
0,133
Cs +
0,170
I-
0,220
Fe 2+
0,077
O 2-
0,140
Fe 3+
0,069
S 2-
0,184
K+
0,138
Mg 2+
0,072
Mn 2+
0,067
Na 2+
0,102
Ni 2+
0,069
Si 4+
0,040
Ti 2+
0,061
Struktur Kristal Tipe AX Cth.; NaCl, CsCl, ZnS dan intan • Struktur NaCl (Garam) – Bentuk kubik berpusat muka (FCC) – 1 atom kation Na+ dikelilingi 6 atom anion Cl- (BK 6) – Posisi atom kation Na+: ½½½, 00½, 0½0, ½00 – Posisi atom anion Cl-: 000, ½½0, ½0½, 0½½ – Cth seperti kristal garam: MgO, MnS, LiF dan FeO. – Perbadingan jari-jari atom kation dan anion = 0,102/0,181 = 0,56
Struktur kristal tipe AX • Struktur CsCl – Bentuk kubik sederhana (simple cubic) – 1 atom kation Cs+ dikelilingi 8 atom anion Cl- (BK 8) – Posisi atom kation Na+: ½½ – Posisi atom anion Cl-:000 – Perbandingan jari-jari aton kation dan anion = 0,170/0,181 = 0,94.
Struktur kristal tipe AX • Struktur ZnS – Bentuk Sphalerite – 1 atom kation Zn+ dikelilingi 4 atom anion S- (BK 4) – Posisi atom kation Zn+: ¾¾¾, ¼¼¾, ¼¾¼, ¾¼¼ – Posisi atom anion S-: 000, ½½0, ½0½, 0½½ – Cth seperti kristal ZnS: ZnTe, BeO dan SiO. – Perbandingan jari-jari atom kation dan anion = 0,060/0,174 = 0,344
Struktur kristal AX • Struktur intan – Bentuk sama seperti ZnS, tetapi seluruh atomnya diisi atom C. – Ikatan atomnya ikatan atom kovalen
Struktur kristal intan
Struktur kristal AmXp • Al2O3 (korundum) – Bentuk heksagonal tumpukan padat
Struktur kristal Al2O3
Struktur kristal AmBnXp • BaTiO3 – Bentuk kristal perouskite – Atom kation: Ba2+ dan Ti4+ – Atom anion: O2-
Struktur kristal perouskite
MATERIAL PLASTIK / POLIMER Berdasarkan kekuatan inter-molekular diklasifikasikan menjadi : (1) Elastomer, (2) Plastik, dan (3) Fiber Karena sifatnya visco-elastic, polimer dapat memperlihatkan ciri-ciri glassy, brittle solids, elastic rubbers, atau viscous liquid pada kondisi temperatur yang berbeda dan stress loading sebagai fungsi waktu.
Diatas temperatur glass-transition (Tg) material polimer kehilangan sifat mekanisnya karena mulai masuk dalam kondisi visco-elastic. Banyak polimer dalam kondisi glassy state (non-crystalline atau amorphous seperti glass) dibawah Tg temperature, sehingga bersifat keras (hard), kaku (stiff) dan seringkali rapuh (brittle). Ketika temperatur naik diatas glass transition range, polimer menjadi viscoelastic, dan derajad elastisitasnya meningkat secara signifikan. Pada temperatur yang lebih tinggi lagi, polimer menjadi free-flowing viscous liquid, sehingga cocok dan mampu dilakukan ekstrusi atau molding.
MATERIAL PLASTIK / POLIMER Ada dua macam : (1) Thermoplastik, dan (2) Thermosetting Thermoplastik Terdiri dari molekul berantai panjang linier atau bercabang tetapi tidak saling interconnected. Mempunyai sifat plastisitas dengan meningkatnya temperatur, dan tidak mengalami perubahan kimia ketika dipanaskan maupun didinginkan, sehingga sifat plastisitasnya tetap karena strukturnya tidak berubah (reversible). Beberapa contoh material thermoplastik, antara lain : * Polyethyelene (polythene) * Polyvinyl chloride (PVC) * Polystyrene * Polypropylene * Nylon
MATERIAL PLASTIK / POLIMER Thermosetting Strukturnya berupa cross-lingked network, sehingga bersifat keras dan kaku. Jika dipanaskan, network tetap utuh sampai temperatur tertentu dimana molekul-molekul plastik disintegrasi; dan kalau kembali di dinginkan secara kimiawi tidak kembali seperti semula (ireversible). Oleh karena itu thermosetting tidak dapat kehilangan sifat kekakuannya. Beberapa contoh material themosetting, antara lain : * Phenol formadeyde (Bakelite) * Urea formaldehyde * Melamine formaldehyde * Polyester resin * Epoxy resin
MATERIAL PLASTIK / POLIMER Elastomers Material rubber dan seperti rubber (rubber-like), yang bersifat reversible elasticity , artinya dapat ditarik sampai sekitar duakalinya dari panjang orisinalnya. Pada temperatur kamar elastomer dan merecover bentuk orisinal dan ukurannya setelah beban deformasi yang dialami dihilangkan. Pada temperatur cukup rendah kebanyak elastomer menjadi kaku dan getas. Beberapa contoh material elastomer, antara lain : * Butyl rubber * Nitrile rubber * Neoprene rubber * Urethane * Soft or hard natural rubber * Silicone rubber
Terima Kasih