Disusun Oleh: Juliandri Adhi W Nur Jannah Sambe Rezha Pustaka Hari/Tanggal
(207 600 121) (207 600 133) (207 600 138)
: Selasa, 20 April 2010
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
METODE PERFORMANCE APPRAISAL: RATING APPRAISAL: RATING SCALE DAN CHECKLIST K inerja inerja
secara umum mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan pekerjaan,
dalam hal ini adalah hasil yang dicapai pekerjaannya tersebut. Penilaian kinerja ( performance ( performance appraisal ) digunakan untuk mengetahui serta memperoleh gambaran sejauh mana tingkat pencapaian suatu program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi telah tercapai. Penilaian atau pengukuran kinerja menurut Mahmudi (2005: 7) paling tidak harus mencakup tiga variabel, yaitu: perilaku (proses), output (produk langsung suatu aktivitas/program), dan outcome outcome (value added atau dampak dampak aktivitas/program). Evaluasi kinerjasebuah perusahaan dalam upaya pengendalian sistem manajemen dapat meliputi dua hal, yaitu evaluasi kinerja organisasi secara keseluruhan (penilaian kinerja SDM yang menentukan reward dan punishment), serta evaluasi program (yang menentukan apakah akan direvisi/pengkajian ulang program atau tidak). Dalam MSDM, yang perlu diperhatikan adalah analisis pekerjaan yang berusaha menentukan jenis-jenis orang yang dibutuhkan untuk mengisi masing-masing jabatan dan memberikan informasi guna mempersiapkan rumusan-rumusan rumusan-rumusan pekerjaan dan spesifikasi jabatan ja batan (Robbins, (Robbins, 1999: 323). Teknik pengumpulan data dalam penilaian kinerja berbasis perilaku sangatlah banyak. Dua diantaranya yaitu Rating yaitu Rating Scale dan Checklist . A. RATING SCALE
Rating Scale merupakan suatu alat ukur observasi yang berisi daftar pernyataan / tingkah laku
dan alternative jawaban
dalam bentuk skala
(kontinum). (kontinum). Metode ini
digunakan: 1. Untuk mendeskripsikan tingkatan nilai suatu perilaku atau proses (tingkah laku yang akan diobservasi telah diketahui dengan pasti) dalam bentuk skala, misalnya untuk mencatat frekuensi perilaku: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu. Skala
1
Likert
yang biasanya digunakan tersebut kemudian dinotasikan dalam bentuk angka,
misalnya dari 1 sampai 5 (minimal 3 pilihan jawaban dari keadaan yang paling rendah di sebelah kiri ke keadaan yang paling tinggi di sebelah kanan). 2. Apabila situasi performance memiliki aspek-aspek / komponen-komponen yang berbeda, dan setiap komponen akan dinilai dalam suatu skala Daftar pernyataan yang dibuat merupakan suatu kriteria tentang keterampilanketerampilan yang spesifik berkaitan dengan area tertentu dimana kriteria tersebut harus didefinisikan secara jelas / observable. Validitas rating scale akan meningkat apabila digunakan dua orang / lebih rater / observer untuk mengamati seseorang yang di evaluasi. K euntungan Rating Scale:
1. Efisien untuk mengukur sejumlah besar criteria secara cepat dan mudah (rater / observer hanya membaca, memutuskan, melingkari atau menandai) 2. Berguna untuk memantau kemajuan atau hambatan dalam bekerja 3. Dapat mengukur kondisi sebaliknya dari keadaan ideal dan dapat digunakan sebagai perencanaan bagi peningkatan (akreditasi) 4. Dapat digunakan secara berulang untuk memantau kemajuan kinerja K elemahan
Rating Scale:
1. Tidak dilengkapi dengan gambaran rinci perilaku atau data mentah (closed methode) 2. Tidak obyektif , karena tidak ada waktu / waktu sempit untuk mempertimbangkan kriteria dan tidak ada tempat dalam formulir untuk menjelaskan keadaan yang dimaksud 3. Tidak bebas dari bias observer / rater dan tidak ada jalan bagi pembaca untuk mengetahui yang keadaan yang sesungguhnya terjadi 4. Tidak dapat digunakan sebagai metode untuk mencatat tindakan-tindakan yang spontan atau percakapan-percakapan yang terjadi secara spontan 5.
K urang
sensitif utk melihat perbedaan individu
Contoh: No.
FAKTOR
1.
K emandirian
2.
Inisiatif
3.
K erjasama
4.
K ehadiran
5.
K ejenuhan K erja
1
2
3
4
5
2
B.
CHECKLIST
Checklist merupakan suatu pencatatan yang bersifat sangat selektif karena berisi suatu daftar kriteria yang spesifik dan dibatasi pada hal-hal yang bersifat observable (dapat diamati tingkah lakunya) serta harus dijawab dengan ³YA´ atau ³TIDA K ´. Checklist juga biasanya digunakan bersama-sama dengan metode
pencatatan lain agar dapat
mendokumenta sikan dengan baik hal / area yang spesifik tersebut. Setiap kriteria dalam checklist harus mengukur ada tidaknya pengetahuan, tingkah laku atau keterampilan dan mendeskripsikan secara tepat / detil / rinci suatu gerakan, keterampilan atau tingkah laku sehingga tidak memberi kesempatan kepada observer untuk menilainya secara subyektif. Checklist digunakan apabila jenis tingkah laku yang akan muncul telah diketahui dan tidak dibutuhkan informasi tentang frekuensi dan / atau kualitas lain dari tingkah laku tersebut. P enggunaan checklist: 1. Memperlihatkan kemajuan / progresivitas dalam suatu rangkaian perkembangan kinerja seseorang; 2. Mencatat ada tidaknya suatu tingkah laku atau criteria yang akan dinilai; 3. Sebagai suatu screening untuk melihat adanya hambatan / keterlambatan (sebagai predictor dari keterampilan atau tingkah laku yang akan terjadi selanjutnya); 4. Sebagai curriculum planning tool untuk menyusun kurikulum individu atau program selanjutnya. K euntungan checklist:
1.
K omprehensif
( dapat mencakup beberapa area dalam satu checklist )
2. Efisien dalam waktu dan pengerjaannya 3. Mendokumentasikan perkembangan atau kinerja spesifik individu 4. Merupakan suatu ilustrasi yang jelas mengenai kontinum perkembangan kinerja SDM dalam organisasi/perusahaan K erugian
1. Tidak
checklist:
mencatat detail / rincian dari suatu kejadian sehingga pembaca tidak dapat
mengecek keputusan yang dibuat oleh pencatat / observer 2. Mungkin dibiaskan oleh observer 3. Tergantung pada criteria yang observable 4. Memiliki banyak item sehingga mungkin menghabiskan banyak waktu
3
CHECKLIST A
Tanggal : ««««««. Nama : ««««««««««««««««. Observer : ««««««««««««««.. Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom ³YA´ jika perilaku teramati, atau pada kolom ³TIDAK ´ jika perilaku tidak tera mati.
YA
TIDAK
1. Bekerja overtime jika diminta
««.
««.
2. Barang-barang di atas meja
««.
««.
««.
««.
««.
««.
kerja disusun teratur 3. Barang-barang di atas meja kerja disusun rapih 4. Mempunyai action plans sebelum mengerjakan sesuatu
Referensi: Mahmudi. (2005).
M anajemen
Kinerja Sektor Publik . Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YK PN. Robbins, Stephen P and Mary Coulter. (1999).
M anajemen:
Edisi Keenam. Jakarta:
PT.Prenhallindo.
4