Mortalitas adalah
ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu
populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mor talitas sebesar 9.5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.
hamdan Rabu, 24 Juli 2013 laporan biologi perikanan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada diperkirakan sekitar 43.173 spesies (Nelson, 2001). Untuk propinsi Riau produksi perikanan umum adalah sebesar 12.706,6 ton atau 7% dari seluruh produksi prikanan Riau, dimana produksi perikanan tersebut berasal dari kabupaten indragiri hulu, Kampar, Bengkalis dan Indragiri hilir (Evy, Mujianti dan Sujono, 2001). Proses embriologis akan terjadi dalam telur-telur yang telah dibuahi hingga terbentuknya individu ikan lalu menetas dan keluar dari cangkang telur. Lamanya masa inkubasi pada telurtelur yang telah dibuahi bervariasi antara spesies satu dengan spesies lainnya karena dipengaruhi kondisi lingkungan perairan dan kandungan kuning telur dalam telur itu sendiri. Pada ikan ovipar, penetasan telurnya berlangsung pada tempat-tempat dimana kedua induk ikan melepaskan dan menyimpan gametnya. Tempat-tempat penetasan telur itu adalah antara lain ada yang berlangsung di lapisan permukaan perairan, di sekitar vegetasi air, di celah-celah atau di bawah batu di dasar perairan, di dalam mulut induk, di celah-celah pasir pantai dan di cangkang
moluska. Telur ikan yang baru menetas akan mengeluarkan anak ikan yang disebut larva (Ridwan et al, 2009) 1.2. Tujuan dan Manfaat Tujuan dilakukannya praktikum ini bagi praktikan adalah untuk mengetahui ciri-ciri, bentuk dan perbedaan dari setiap tahap larva ikan. Sedangkan manfaat yang didapatkan oleh praktikan yaitu praktikan dapat melihat atau mengamati dan mengenali ciri-ciri, bentuk dan perbedaan dari setiap tahap larva ikan secara langsung. Adapun tujuan dari pelaksanaan pratikum mengenai mortalitas ini adalah mengetahui mortalitas suatu ikan yang disebabkan oleh pencemaran oleh deterjen. Sedangkan manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengenal lebih jauh tentang hal-hal apa saja yang mempengaruhi dalam mortalitas suatu ikan baik secara alami maupun yang diakibatkan oleh tangan manusia. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk belajar menduga populasi ikan disuatu perairan dan
untuk melihat bias dari masing-masing metode. Sedangkan manfaat dari praktikum ini yaitu kita dapat menduga populasi ikan disuatu perairan sekaligus mengetahui perhitungan pendugaan populasi menggunakan metode petersen, metode zoe scehnebel dan metode schumecher dan eschmeyer.
II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan insang (Raharjo, 1980 dalam Lisa, 2009) Menurut Govani et al (1986) dalam Aidi (2009), Larva adalah saat kritis untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan karenabelum sempurnanya perkembangan saluran pencernaan makanan dan aktivitas enzim dimana proses pencernaan protein, lemak dan karbohidrat dimulai. Larva setelah menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning teluryang dibawa sejak menetas sehingga tidak membutuhkan pasokan makanan dari luar selama 3 hari, setelah cadangan makanan habis maka pasokan pakan dari luar barulah diberikan (Sutrisno, 2003) Menurut Alawi (1994) dalam Lisdayanti (2009), Stadia larva ikan adalah masa paling kritis dalam siklus hiduonya. Dan sehubungan dengan makanan larva adalah ukurannya harus sesuai
dengan bukaan mulut larva, mudah diperoleh, harganya murah, mempunyai kandungan protein yang tinggi dan disukai oleh larva tersebut. Menurut Djajariah (1995) dalam Desrino (2009), Makanan yang diberikan pada larva ikan sebaiknya pakan alami selain sebagai sumber karbohidrat, lemak dan protein. Pakan alami juga memiliki asam amino yang lengkap pada semua larva ikan, selain itu mudah dicerna dan tidak mencemari lingkungan perairan media pemeliharaan larva. Menurut Suyanto (2001), Ikan nila diklasifikasikan kedalam filum chordata, sub-filum vertebrata, kelas osteichthyes, sub-klas acanthoptherigii, ordo percomorphi, sub -ordo percoidea, famili cichilidae, genus oreochromis, spesies Oreochromis niloticus. Pada umumnya jenis-jenis ikan dari keluarga Cichilidae mempunyai tubuh yang bentuknya lonjong dan badannnya tinggi, kepalanya besar. Mulutnya lebar, mempunyai bibir yang tebal. Sisiknya bear-besar dan kasar, gurat sisi terputus dibagian tengah-tengah badan. Sirip punggung dan sirip dubur mempunyai beberapa jari-jari keras yang tajam seperti duri. Ikan-ikan dari keluarga ini suka mengaduk-aduk dasar air, terurtama pada waktu mau mijah; tergolong pada ikan-ikan yang memeliara telur dan anak-anaknya (Djuhanda, 1981 dalam Ratnawati, 2006). Bentuk ikan nila adalah pipih memanjang kesamping, mempunyai garis pada sirip ekor. Pada sirip punggung terdapat duri-duri tajam, mata menonjol dan relative besar dengan bagian tepi mata berwarna putih, garis linnea lateralis terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak dibawah (Susanto, 1998 dalam Immet pakpahan, 2008) Ikan nila dikenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan, pertumbuhannya cepat, cocok dipelihara diperairan tenang, kolam maupun bendun gan, selain perairan tawar juga ditemukan hidup dan berkembangbiak pada perairan payau (susanto, 1987 dalam Lies, 2006) Menurut Sugiarto (1986) dalam Ratnawati (2006), Kebiasaan makan ikan nila termasuk golongan omnivore (pemakan segala jenis makanan), tetapi lebih cenderung memakan makanan yang berasal dari tumbuhan. Menurut santoso (1996) dalam Sastri (2006), Ikan nila dapat hidup pada PH 5-11, namun normalnya pada PH 7-8 dan ikan ini sering dijumpai diperairan rawa yang ber-PH asam.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum Biologi perikanan tentang ”Larva Ikan, Mortalitas Ikan dan Pendugaan Populasi” ini dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2013 pada hari Jumat pada pukul 09.00-12.00 WIB. Yang bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 3.2. Alat Dan Bahan Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah baki atau nampan, kain lap, laporan sementara, buku praktikum dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan Ikan Mas (Cyprinus carpio). 3.3. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung dimana objek
diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.
3.4. Prosedur Pratikum Masing-masing parktikan di berikan ikan mas dan larvanya, untuk di lihat larva tersebut termasuk golongan primitif atau definitif, ikan mas yang di d alam wadah dalam keadaan hidup dan di berikan tanda sering di sebut dengan Marking atau pemberiantanda pada tubuh ikan tanpa menggunakan benda-benda asing, kemudian ikan yang di dalam wadah tersebut di tangkap sebanyak lima kali setiap tangkapan. Dilihat ikan yg bertanda atau tidak dan datanya di tulis dalam tabel sesuai petunjuk didalam buku penuntun yang di beri. Setelah selesai dari penghitungan sesuai dengan metode yang di tentukan. Dilanjutkan dengan memasukan ikan ke tiga wadah yang di isi air, tujuannya ialah wadah A dimasukan diterjen 1 ml, dan wadah B di masukan diterjen 2 ml dan satu wadahnya lagi sebagai kontrol. Tiap-tiap kejadian atau reaksi ikan yang berada dalam wadah A dan B di amati dan di catat data tersebut. Setelah siap semua praktikum kami di suruhkan untuk membersihkan lab besama-sama kemudian baru lah kami respon.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil praktikum tentang pendugaan populasi yaitu dengan melakukan penangkapan ikan yang terdapat didalam ember didapat data sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pengamatan Waktu
1 ml
2ml
Bukaan mulut cepat, bukaan Ikan sekitar satu menit pertama 5 menit
insang besar-besar , berenang membuka mulut dan insang besartidak karuaan, ikan berenang di besar
dan
berenang
di
atas
permukaan dan ikan berenang permukaan air kemudian tidak ke pinggiran
lama
kemudian
ikan
tersebut
berenang tidak karuaan seperti orang mabuk. Dan ada 2 ekor ikan sudah mati pada saat 5 menit yang berlalu
Ikan sudah ada yang berenag Ikan sudah banyak yang mati dah seperti orang mabuk, ada ikan tidak ada lagi yang bisa hidup di yang berenang yang terbalik. karnakan 5 menit
Setelah 5
diterjen
yang
di
menit yang kedua masukan sebanyak 2 ml sehingga
ikan ini sudah banyak yang ikan tidak bisa bertahan untuk mati, meskipun ada yang masih hidup pingsan tapi tampaknya sudah hamper mau mati
Tabel 2. Perhitungan hasil tangkapan ikan nila ( Orh eochr omis ni loticus ) yang bertanda dan ikan yang tidak bertanda
2
Penangkapan
u+r
U
r
m
m(u+r)
m (u+r)
1 2 3 4 5
3 1 2 2 4
3 0 1 2 2
0 1 1 0 2
0 3 4 6 8
0 3 8 12 24
0 9 32 72 256
4
21
47
369
Hasil perhitungan tangkapan mengunakan: 1. Metode Petersen
=
=
=0
=3
=
=8
=
=
=0
=12
2. Metode Scehnebel
3. Metode schumecher dan eschmeyer
=
=
= 11,75
= 92,25
4.2. Pembahasan
Pro larva adalah larva yang masih memiliki kabtung kuning telur berbentuk bundar, oval atau oblong, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigment. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya, sedangkan sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum berkembang, usus masih berupa tabung lurus. System pernafasan dan peredaran darah tidak sempurna, makanan dari kuning telur yang dibawa. Post larva ialah larva yang mulai kehilangan kantung kuning telur, mata berpigment, gelembung udara gelap, mulut terbentuk, sirip dada membesar, sungut absen atau ada, bentuk badan siliender atau pipih maupun bervariasi, sebagian besar organ telah terbentuk sehingga di akhir post larva secara morfologi hampir menyerupai bentuk ikan dewasa. Djuhanda (1981) dalam Lies (2006), mengklasifikasikan ikan nila ke dalam, ordo Perciformes, famili Cichilidae, genus Oreochromis , dan spesies Oreochromis niloticus. Individu-individu ikan sebelum mengalami kematian akibat terkena limbah biasnya akan memperlihatkan pergerakan atau tingkah laku yang berbeda ketika lingkungan hidupnya tercemar. Gerakan renang selalu tidak beraturan dan arahnya tidak menentu. Adakalanya pergerkan ikan itu akan membentur dinding aquarium atau tempat dimana ikan itu berada yang akan mengakibatrkan timbul luka pada permukaan tubuh sehinggga keadaan itu membantu mempercepat proses kametian individu ikan didalam aqauarium, keramba atau jaring apung. Karena pada saat itu kemampuan ikan untuk
mengikat oksigen sudah semakin sulit dan sebagian bahan pencemar sudah terbawa darah keotak dan sistem syaraf (Ridwan et al, 2009) Kematian individu ikan didalam populasi pada habitat tertentu dapat terjadi mulai dari telur ikan yang baru dilepas keperairan atau yang lelah di buahi, dimasa larva, ikan dewasa dan ikan yang tua siap untuk mati secara alami. Pemusbahan pada masih dalam bentuk telur selalu terjadi pada telur-telur ikan ovipar yang bersifat pelagis. Telur-telur yang mengalami pemusnahan itu dapat terjadi pada telur-telur ikan yang belum ataupun yang sudah dubuahi. Angka mortalitas yang tinggi selalu terjadi pada tahap tahap larva sampai individu ikan menjadi dewasa. Adapun penyebab mortalitas atau kematian secara masal yang berada disuatu habitat tertentu adalah predasi, penyakit, pencemaran, pemusnahan secra fisik oleh mesin atau manusia dan gejala alam yang berpengaruh secara langsung. Sedbgakan pengaruh yang tidak langsung adalah dari faktor makanan, kondisi lingkungan yang kurang menyenangkan, beberapa jenis parasit dan tekanan sosial (Pulungan et al., 2005). Menurut Susanto (1995) dalam Lies (2006), ikan Nila merupakan ikan yang dapat hidup dilingkungan air tawar, air payau dan air asin. Kadar garam yang disukai antara 0 – 5%, nilai Ph air tempat hidup ikan berkisar antara 6 – 8,5 tapi pertumbuhan optimalnya terjadi pada Ph 8 o
dengan suhu antara 25 – 30 c, oleh karena itu ikan nila cocok dipelihara didataran rendah sampai agak tinggi (500 cm). Menurut Pulungan (2001), Keberadaan suatu populasi dalam perairan dapat diduga melalui metode pendugaan populasi yang terbagi dua yaitu secara langsung yang dilakukan dengan pengeringan pada suatu kolam yang luarnya terbatas dan dihitung satu per satu, selain itu dapat dilakukan dengan pemotretan gerombolan ikan-ikan pelagis yang hidup di laut dan dapat mengetahui kepadatannya. Secara tidak langsung, dengan memperhatikan pengurangan “Catch per Unit Effort“. Dalam perhitungan menggunakan metode regresi dari De Lury, Leslie dan Davis. Dan dapat juga dengan metode penandaan (marking dan tagging). Beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam percobaan pemberian tanda pada ikan adalah tujuan percobaan pemberian tanda, lamanya percobaan, cara-cara mengembalikan ikan bertanda, macam-macam dan jumlah ikan yang terlihat dan tenaga yang tersedia. Metoda dalam penghitungan pendugaan populasi ada tiga yaitu metoda Petersen (sensus tunggal),metoda Zoe schanabel (sensus ganda) dan metoda Schumecher dan Eschmeyer (Ridwan et al, 2009)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Tahap larva adalah paling kritis dalam kehidupan ikan karena banyak faktor penyebab mortalitas mulai dari larva, menetas ke alam sampai dapat mencari makanan sendiri. Terjadinya mortalitas itu karena faktor lingkungan dan diri larva itu sendiri. Kematian larva karena lingkungan disebabkan oleh faktor : Biologi, kimia dan fisika. Perkembangan larva ikan lele 0
dumbo mulai menetas sampai terbentuk definitive pada suhu air 24-27 C. Cepat lambatnya habis cadangan makanan berupa kuning telur itu dipengaruhi oleh : jumlah kuning telur yang dibawah telur, faktor biologis selama periode embriologi, kondisi lingkungan seperti suhu perairan, dan sifat spesies ikan itu sendiri.
Larva yang organ-organ tubuhnya mulai terbentuk secara sempurna dan mulai berfungsi akan memesuki masa juvenile dan akhirnya menyerupai bentuk ikan dewasa. Lama periode masa larva ini dari beberapa menit hingga menjelang tahunan. Dari hasil pratikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan oleh manusia sebagai pemutih pakaian (bayclin) atau deterjen dapat mencemari lingkungan apabila keberadaannya sudah melebihi batas aman dan dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh ikan. Dari hasil pratikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam dalam pendugaan populasi suatu ikan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Adapun metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mertode penandaan yang terdiri atas marking dan tagging. Sedangkan dalam perhitungannya digunkan metode yaitu metode Petersen, metode Zoe Scahnabel dan metode Schumecher dan Eschmeyer. Adapun tujuan dari pelaksanan praktikum ini adalah untuk menduga populasi ikan disuatu perairan, melihat bias dari masing-masing metode dan upaya dalam mengelola sumber-sumber hasil perikaan dimasa yang akan datang. Adapun kesimpulan dari perhitungan pendugaan populasi ini adalah bahwa metode Zoe Scahanabel lebih baik dari pada metode Petersen dan metode Schumecher dan Eschmeyer. 5.2. Saran
Untuk menjaga ketenangan di dalam Laboratorium diharapkan kepada asisten agar tetap menegakkan disiplin bagi praktikan yang berjalan-jalan atau main-main selama praktikum berlangsung. Sebaiknya praktilum pendugaan populasi ini dilakukan dengan serius agar tidak ada kekeliruan dalam pengambilan data dan praktikan dapat menentukan berapa ikan yang telah mengalami marking.
DAFTAR PUSTAKA
. Desrino. 2009. ‟Pemberian Kombinasi Pakan Alami Terhadap Kelulushidupan Dan Pertumbuhan Larva Ikan Tambakan‟. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Diyana, Aidi. 2009. ‟Pengaruh Padat Tebar Dan Sistem Resirkulasi Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)‟. Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru Emdany. 2000. ‟Biologi Reproduksi Ikan lele Dari Perairan Muara Sungai Rokan‟. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. Evy, R., Endang Mujiani dan Sujono. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia‟. Mutiara Sumber Widya. Jakarta. 96 hal. ‘
Lisdayanti. 2009. ‟Pengaruh Padat Tebar Dan Jenis Pakan Berbeda Terhadap Pertumbuhan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hyphophthalmus)‟. Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru Marhadi. 2002. ‟Pengaruh Suhu dan Waktu Pembiusan Bertahap Terhadap Kelulusan Hidup Induk Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) Selama pengangkutan Dengan Sistem Kering‟. Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru Nelson, J.S. 2001. ‟Fisher Of The World‟. New York 524 p: John Wiley And Sons. Ridwan et al. 2009. ‟Penuntun Praktikum Biologi Perikanan‟. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. Simanjuntak, Lisa. 2009. „Pengaruh Padat Tebar Dan Penggantian Air Terhadap Penetasan Telur Ikan Tambakan ( Helostoma temmincki)‟. Skipsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. Sutrisno. 2003. ‟Hama Dan Penyakit Ikan Pada Pembenihan Kerapu. Departemen Kelautan Dan Perikanan atau Direktoral Jendral Perikanan Budidaya. BBL Lampung. 7 hal.