43
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Umum
Studi kasus pada penelitian ini adalah proyek Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paket B, perbatasan Kota Pekanbaru – Kab. Kampar. Data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini yang berkaitan dengan objek yang diteliti adalah sebagai berikut:
Gambaran Umum Proyek
Data-data proyek pada kegiatan pekerjaan Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paket B, perbatasan Kota Pekanbaru – Kab. Kampar, yaitu :
Tabel 4.1 Data Proyek
No.
Informasi Umum
Data Proyek
1.
Pengguna Jasa/Instansi
Dinas Pekerjaan Umum Kota Pekanbaru
2.
Nama Kegiatan
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paket A dan B (Mutiyears)
3.
Nama Paket Pekerjaan
Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paket B
4.
Lokasi Kegiatan
Jalan Palembang Kel. Kulim Kec. Tenayan Raya
5.
Sumber Dana Kegiatan
APBD Kota Pekanbaru Tahun Anggaran 2015
6.
No. Kontrak
03/kontrak/BM-MY/II/2015
7.
Tanggal Kontrak
20 Februari 2015
8.
Nilai Kontrak
Rp. 52.240.998.000,-
9.
Waktu Pelaksanaan
670 ( Hari Kalender)
10.
Waktu Pemeliharan
365 ( Hari Kalender)
11.
Panjang Kegiatan
4200 M
12.
Pelaksana Konstruksi
PT. FITRA WIKA
Jadwal Proyek
Jadwal (time schedule) proyek Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paket B, perbatasan Kota Pekanbaru – Kab. Kampar dilaksanakan mulai tanggal 20 Februari 2015 sampai dengan tanggal 20 Desember 2016.
Penyusunan Network Planning
4.2.1 Mengkaji dan Mengidentifikasi Lingkup Proyek
Langkah pertama dalam penyusunan network planning adalah mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan atau memecahkannya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek, seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Proyek
Jenis Kegiatan
Kode
Durasi (hari)
Divisi 1 – Umum
Mobilisasi
A
103
Divisi 2 – Drainase
Galian untuk selokan drainase dan saluran air
B
126
Divisi 3 - Pekerjaan Tanah
Galian Biasa
C
168
Galian struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter
D
63
Galian struktur dengan kedalaman 2 - 4 meter
E
28
Timbunan biasa dari sumber bahan setempat
F
140
Timbunan Pilihan
G
168
Penyiapan badan jalan
H
161
Geotekstil
I
42
Divisi 5 - Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen
Perkerasan beton semen dengan anyaman tulangan tunggal
J
154
Lapis pondasi bawah beton kurus
K
105
Divisi 6 - Perkerasan Aspal
Lapis perekat - Aspal emulsi modifikasi
L
14
Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)
M
14
Aspal keras
N
14
Bahan pengisi (filler) tambahan (semen)
O
14
Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Proyek (lanjutan)Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Proyek (lanjutan)Divisi 7 - Struktur
Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Proyek (lanjutan)
Tabel 4.2 Daftar Kegiatan Proyek (lanjutan)
Beton mutu sedang dengan fc' 20 Mpa ( K-250)
P
77
Beton mutu rendah dengan fc' 10 Mpa (K-125)
Q
42
Baja tulangan BJ 24 polos
R
35
Baja tulangan BJ 32 ulir
S
63
Fondasi cerucuk, pengadaan dan pemancangan
T
42
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.2.2 Pembuatan Network Planning
Dalam Network planning, mata rantai urutan kegiatan yang sesuai dengan logika ketergantungan merupakan dasar pembuatan network planning, sehingga diketahui urutan kegiatan awal dimulainya proyek sampai dengan selesainya proyek secara keseluruhan.
Dalam pembuatan network planning ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi dari hubungan antar kegiatan yang disusun menjadi mata rantai urutan kegiatan yang sesuai dengan logika ketergantungan yaitu:
Suatu kegiatan dapat dikerjakan secara bersamaan dengan kegiatan lainnya.
Suatu kegiatan hanya dapat dikerjakan apabila kegiatan sebelumnya sudah selesai dikerjakan.
Suatu kegiatan dapat dikerjakan secara tersendiri tanpa harus menunggu kegiatan sebelumnya (dummy).
Urutan kegiatan yang sesuai dengan logika ketergantungan pada proyek Pembangunan Jalan Lingkar Luar Paket B, perbatasan Kota Pekanbaru – Kab. Kampar seperti yang terlihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika
No.
Nama Kegiatan
Kode
Kegiatan Sebelumnya
Durasi (hari)
1.
Penyewaan basecamp, mobilisasi pekerja, mobilisasi alat
A1
-
66
2.
Mobilisasi alat
A2
P
28
3.
Demobilisasi
A3
L, M, N, O
9
4.
Galian untuk selokan drainase dan saluran air STA 00+000 - 02+800
B1
A1
84
5.
Galian untuk selokan drainase dan saluran air STA 02+800 - 04+200
B2
C8
42
6.
Galian Biasa STA 00+000 - 00+525
C1
B1
21
7.
Galian Biasa STA 00+525 - 01+050
C2
C1
21
8.
Galian Biasa STA 01+050 - 01+575
C3
F2
21
9.
Galian Biasa STA 01+575 - 02+100
C4
C3
21
10.
Galian Biasa STA 02+100 - 02+625
C5
F4
21
11.
Galian Biasa STA 02+625 - 03+150
C6
C5
21
12.
Galian Biasa STA 03+150 - 03+675
C7
F5
21
13.
Galian Biasa STA 03+675 - 04+200
C8
C7
21
14.
Galian struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter STA 00+000 - 02+300
D1
F2
35
15.
Galian struktur dengan kedalaman 0 - 2 meter STA 02+300 - 04+200
D2
D1
28
16.
Galian struktur dengan kedalaman 2 - 4 meter
E
D1
28
17.
Timbunan biasa dari sumber bahan setempat STA 00+000 - 00+630
F1
C1
21
18.
Timbunan biasa dari sumber bahan setempat STA 00+630 - 01+050
F2
F1
14
19.
Timbunan biasa dari sumber bahan setempat STA 01+050 - 01+470
F3
C3
14
20.
Timbunan biasa dari sumber bahan setempat STA 01+470 - 02+100
F4
F3
21
Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)21.
Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)
Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)
Timbunan biasa dari sumber bahan setempat STA 02+100 - 03+150
F5
C5
35
22.
Timbunan biasa dari sumber bahan setempat STA 03+150 - 04+200
F6
C7
35
23.
Timbunan Pilihan STA 00+000 - 01+050
G1
H1
42
24.
Timbunan Pilihan STA 01+050 - 01+575
G2
G1
21
25.
Timbunan Pilihan STA 01+575 - 02+450
G3
H2
35
26.
Timbunan Pilihan STA 02+450 - 03+325
G4
G3
35
27.
Timbunan Pilihan STA 03+325 - 04+420
G5
G4, B2
35
28.
Penyiapan badan jalan STA 00+000 - 00+913
H1
F2
35
29.
Penyiapan badan jalan STA 00+913 - 03+276
H2
H1
91
30.
Penyiapan badan jalan STA 03+276 - 04+200
H3
H2
35
31.
Geotekstil
I
G1
42
32.
Perkerasan beton semen dengan anyaman tulangan tunggal STA 00+000 - 02+470
J1
K1
91
33.
Perkerasan beton semen dengan anyaman tulangan tunggal STA 02+470 - 04+200
J2
K3
63
34.
Lapis pondasi bawah beton kurus STA 00+000 - 01+400
K1
A2, G5
35
35.
Lapis pondasi bawah beton kurus STA 01+400 - 02+520
K2
K1
28
36.
Lapis pondasi bawah beton kurus STA 02+520 - 03+360
K3
J1
21
37.
Lapis pondasi bawah beton kurus STA 03+360 - 04+200
K4
K3
21
38.
Lapis perekat - Aspal emulsi modifikasi
L
J2
14
39.
Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar)
M
J2
14
40.
Aspal keras
N
J2
14
41.
Bahan pengisi (filler) tambahan (semen)
O
J2
14
42.
Beton mutu sedang dengan fc' 20 Mpa ( K-250)
P
R
77
43.
Beton mutu rendah dengan fc' 10 Mpa (K-125)
Q
F2
42
44.
Baja tulangan BJ 24 polos
R
S1
35
Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)45.
Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)
Tabel 4.3 Daftar Urutan Kegiatan Berdasarkan Logika (lanjutan)
Baja tulangan BJ 32 ulir lokasi 1
S1
Q
49
46.
Baja tulangan BJ 32 ulir lokasi 2
S2
S1
14
47.
Fondasi cerucuk, pengadaan dan pemancangan
T
F2
42
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Untuk hasil Network Diagram terlampir pada lampiran 3.
4.2.3 Perhitungan Earliest Event Time (EET)
EET dapat dihitung dari setiap peristiwa dengan menggunakan rumus persamaan 2-1. Apabila terdapat lebih dari satu kegiatan dalam satu peristiwa maka hasil hitungan terbesar yang diambil. Untuk hasil hitungan EET dapat dimasukkan pada lingkaran yang berada pada kolom di atas sebelah kanan seperti pada Gambar 2.11 (lihat Bab II). EET 0 berarti awal peristiwa sebelum kegiatan dimulai, sedangkan EET 1 merupakan nomor urutan pada node, yang mana kegiatan tersebut adalah mobilisasi. Demikian selanjutnya kode-kode angka setelah tulisan EET. Perhitungan EET dari setiap peristiwa dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET)
Kegiatan
EETi
Durasi (Hari)
EETj
A1
0
66
66
A2
409
28
437
A3
661
9
670
B1
66
84
150
B2
360
42
402
C1
150
21
171
C2
171
21
192
C3
206
21
227
C4
227
21
248
C5
262
21
283
C6
283
21
304
C7
318
21
339
C8
339
21
360
Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan) Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan)D1
Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan)
Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan)
206
35
241
D2
241
28
269
E
241
28
269
F1
171
21
192
F2
192
14
206
F3
227
14
241
F4
241
21
262
F5
283
35
318
F6
339
35
374
G1
241
42
283
G2
283
21
304
G3
332
35
367
G4
367
35
402
G5
402
35
437
H1
206
35
241
H2
241
91
332
H3
332
35
367
I
283
42
325
J1
472
91
563
J2
584
63
647
K1
437
35
472
K2
472
28
500
K3
563
21
584
K4
584
21
605
L
647
14
661
M
647
14
661
N
647
14
661
O
647
14
661
P
332
77
409
Q
206
42
248
R
297
35
332
S1
248
49
297
S2
297
14
311
T
206
42
248
d1
192
0
192
d2
241
0
241
d3
241
0
241
d4
248
0
248
d5
248
0
248
d6
283
0
283
d7
269
0
269
d8
304
0
304
Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan) Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan)d9
Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan)
Tabel 4.4 Perhitungan Earliest Event Time (EET) (Lanjutan)
318
0
318
d10
304
0
304
d11
325
0
325
d12
311
0
311
d13
367
0
367
d14
374
0
374
d15
500
0
500
d16
647
0
647
Sumber: Hasil Perhitungan Network Diagram
4.2.4 Perhitungan Latest Event Time (LET)
LET dapat dihitung dari setiap peristiwa dengan menggunakan rumus Persamaan 2-2. Apabila terdapat lebih dari satu kegiatan dalam satu peristiwa maka hasil hitungan yang terkecil yang diambil. Untuk hasil hitungan LET dapat dimasukkan pada lingkaran yang berada pada kolom bawah sebelah kanan seperti pada Gambar 2.12 (lihat Bab II). LET 0 berarti akhir dari seluruh peristiwa yang terjadi, sedangkan nomor urutan pada node sama dengan penjelasan pada perhitungan EET sebelumnya. Pada perhitungan LET dimulai dari akhir peistiwa menuju ke peristiwa yan sebelumnya. Perhitungan LET dari setiap peristiwa dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET)
Kegiatan
LETj
Durasi (Hari)
LETi
A1
66
66
0
A2
437
28
409
A3
670
9
661
B1
150
84
66
B2
402
42
360
C1
171
21
150
C2
192
21
171
C3
227
21
206
C4
262
21
241
C5
283
21
262
C6
318
21
297
C7
339
21
318
Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan) Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan)C8
Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan)
Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan)
360
21
339
D1
241
35
206
D2
290
28
262
E
290
28
262
F1
192
21
171
F2
206
14
192
F3
241
14
227
F4
262
21
241
F5
318
35
283
F6
402
35
367
G1
290
42
248
G2
332
21
311
G3
367
35
332
G4
402
35
367
G5
437
35
402
H1
241
35
206
H2
332
91
241
H3
367
35
332
I
332
42
290
J1
563
91
472
J2
647
63
584
K1
472
35
437
K2
563
28
535
K3
584
21
563
K4
647
21
626
L
661
14
647
M
661
14
647
N
661
14
647
O
661
14
647
P
409
77
332
Q
248
42
206
R
332
35
297
S1
297
49
248
S2
332
14
318
T
248
42
206
d1
192
0
192
d2
241
0
241
d3
241
0
241
d4
248
0
248
d5
262
0
262
d6
290
0
290
d7
290
0
290
Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan) Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan)d8
Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan)
Tabel 4.5 Perhitungan Latest Event Time (LET) (Lanjutan)
318
0
318
d9
332
0
332
d10
332
0
332
d11
332
0
332
d12
332
0
332
d13
367
0
367
d14
402
0
402
d15
563
0
563
d16
647
0
647
Sumber: Hasil Perhitungan Network Diagram
4.2.5 Perhitungan Free Float dan Total Float
Free Float dan Total Float dapat dihitung berdasarkan nilai EET dan LET, perhitungan Free Float dan Total Float dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Perhitungan Free Float dan Total Float
Kegiatan
Kejadian i
Durasi (Hari)
Kejadian j
Free Float
Total Float
Keterangan
EETi
LETi
EETj
LETj
A1
0
0
66
66
66
0
0
kritis
A2
409
409
28
437
437
0
0
kritis
A3
661
661
9
670
670
0
0
kritis
B1
66
66
84
150
150
0
0
kritis
B2
360
360
42
402
402
0
0
kritis
C1
150
150
21
171
171
0
0
kritis
C2
171
171
21
192
192
0
0
kritis
C3
206
206
21
227
227
0
0
kritis
C4
227
241
21
248
262
0
14
nonkritis
C5
262
262
21
283
283
0
0
kritis
C6
283
297
21
304
318
0
14
nonkritis
C7
318
318
21
339
339
0
0
kritis
C8
339
339
21
360
360
0
0
kritis
D1
206
206
35
241
241
0
0
kritis
D2
241
262
28
269
290
0
21
nonkritis
E
241
262
28
269
290
0
21
nonkritis
F1
171
171
21
192
192
0
0
kritis
F2
192
192
14
206
206
0
0
kritis
F3
227
227
14
241
241
0
0
kritis
F4
241
241
21
262
262
0
0
kritis
F5
283
283
35
318
318
0
0
kritis
F6
339
367
35
374
402
0
28
nonkritis
Tabel 4.6 Perhitungan Free Float dan Total Float (Lanjutan) Tabel 4.6 Perhitungan Free Float dan Total Float (Lanjutan)G1
Tabel 4.6 Perhitungan Free Float dan Total Float (Lanjutan)
Tabel 4.6 Perhitungan Free Float dan Total Float (Lanjutan)
241
248
42
283
290
0
7
nonkritis
G2
283
311
21
304
332
0
28
nonkritis
G3
332
332
35
367
367
0
0
kritis
G4
367
367
35
402
402
0
0
kritis
G5
402
402
35
437
437
0
0
kritis
H1
206
206
35
241
241
0
0
kritis
H2
241
241
91
332
332
0
0
kritis
H3
332
332
35
367
367
0
0
kritis
I
283
290
42
325
332
0
7
nonkritis
J1
472
472
91
563
563
0
0
kritis
J2
584
584
63
647
647
0
0
kritis
K1
437
437
35
472
472
0
0
kritis
K2
472
535
28
500
563
0
63
nonkritis
K3
563
563
21
584
584
0
0
kritis
K4
584
626
21
605
647
0
42
nonkritis
L
647
647
14
661
661
0
0
kritis
M
647
647
14
661
661
0
0
kritis
N
647
647
14
661
661
0
0
kritis
O
647
647
14
661
661
0
0
kritis
P
332
332
77
409
409
0
0
kritis
Q
206
206
42
248
248
0
0
kritis
R
297
297
35
332
332
0
0
kritis
S1
248
248
49
297
297
0
0
kritis
S2
297
318
14
311
332
0
21
nonkritis
T
206
206
42
248
248
0
0
kritis
Sumber: Hasil Perhitungan EET, LET, dan Durasi
4.3 Penentuan Lintasan Kritis
Lintasan kritis adalah lintasan pada network diagram yang dilalui oleh aktivitas yang memiliki nilai EET dan LET yang sama atau perbedaan antara EET dan LET yang besarnya nol (EET – LET = 0). Jika terdapat lebih dari satu lintasan kritis pada network diagram, maka dipilih lintasan dengan durasi waktu terpanjang. Pada perhitungan EET dan LET sebelumnya didapatkan hasil yang menunjukkan beberapa aktivitas dengan nilai EET dan LET yang sama. Semua aktivitas yang melalui lintasan kritis dapat dipercepat sesuai dengan ketersediaan sumber daya seperti peralatan dan tenaga kerja, sehingga percepatan tersebut akan dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan. Jenis – jenis pekerjaan yang termasuk ke dalam lintasan kritis dapat dilihat pada Tabel 4.6. Untuk semua lintasan dan lintasan kritisnya yang didapat dari Network Diagram terlampir pada lampiran 4. Pekerjaan yang memiliki waktu mengambang terdapat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Daftar kegiatan yang dapat dipercepat dan diperlambat
No.
Kode Kegiatan
Durasi (hari)
Total Float
1.
C4
21
14
2.
C6
21
14
3.
D2
28
21
4.
E
28
21
5.
F6
35
28
6.
G1
42
7
7.
G2
21
28
8.
I
42
7
9.
K2
28
63
10.
K4
21
42
11.
S2
14
21
Sumber : Hasil Perhitungan Free Float dan Total Float
Hasil Perhitungan Setelah Dipercepat
Setelah mengevaluasi jadwal pekerjaan pada time schedule, penulis memilih beberapa item pekerjaan yang termasuk ke dalam lintasan kritis yang akan dipercepat, pekerjaan yang akan dipercepat terdapat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Pekerjaan yang dipercepat
No
Kode Kegiatan
Durasi Sebelumnya
Durasi Setelah Dipercepat
1
A2
28
21
2
B2
42
35
3
F5
35
28
4
G3
35
28
5
G4
35
28
6
H1
35
28
7
H2
91
84
8
P
77
70
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pekerjaan yang dipercepat termasuk kedalam lintasan kritis sehinggah berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyeknya, yang awalnya berdurasi 670 hari menjadi 656 hari. Untuk hasil perhitungan setelah pekerjaan dipercepat terlampir pada lampiran 5.
Uraian Pekerjaan dan Durasi Pekerjaan Menggunakan Program Microsoft Project 2010
Setelah jadwal proyek dan jam kerja sudah diatur, kemudian masukkan data item pekerjaan dengan membuat Divisi pekerjaan sebagai pekerjaan utamanya dan item pekerjaan sebagai sub pekerjaannya, untuk mempermudah isikan item pekerjaan dengan kode yang sudah ditetapkan.
Gambar 4.1 Tampilan Item Pekerjaan
Menggabungkan pekerjaan utama dengan sub pekerjaannya dilakukaan dengan cara blok pekerjaan utama dan sub pekerjaannya kemudian klik Indent Task yang terdapat pada menu Task.
Membuat Hubungan Antar Uraian Pekerjaan
Setelah selesai memasukkan data pekerjaannya, kemudian masukkan data hubungan ketergantungan pada masing – masing pekerjaan, untuk data yang akan dimasukkan dapat dilihat pada Tabel 4.9
Tabel 4.9 Data Predecessor
ID
Item Pekerjaan
Durasi
Predecessor
1
Divisi 1 – Umum
2
A1
66 days
3
A2
28 days
48
4
A3
9 days
43,44,45,46
5
Divisi 2 – Drainase
6
B1
84 days
2
7
B2
42 days
16
8
Divisi 3 - Pekerjaan Tanah
9
C1
21 days
6
10
C2
21 days
9
11
C3
21 days
21
12
C4
21 days
11
13
C5
21 days
23,12
14
C6
21 days
13
15
C7
21 days
24,14
16
C8
21 days
15
17
D1
35 days
21
18
D2
28 days
17
19
E
28 days
17
20
F1
21 days
9
21
F2
14 days
20,10
22
F3
14 days
11
23
F4
21 days
22
24
F5
35 days
13
25
F6
35 days
15
26
G1
42 days
31,22,17
27
G2
21 days
26,19,18
28
G3
35 days
32,34,27,24,14
29
G4
35 days
28,33
30
G5
35 days
7,29,25
31
H1
35 days
21
32
H2
91 days
31,22,17
33
H3
35 days
32,34,27,24,14
34
I
42 days
26,18,19
35
Divisi 5 - Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen
36
J1
91 days
38
37
J2
63 days
40
38
K1
35 days
30,3
Tabel 4.9 Data Predecessor (lanjutan) (Lanjutan)Tabel 4.9 Data Predecessor (lanjutan) (Lanjutan)39
Tabel 4.9 Data Predecessor (lanjutan)
(Lanjutan)
Tabel 4.9 Data Predecessor (lanjutan)
(Lanjutan)
K2
28 days
38
40
K3
21 days
36,39
41
K4
21 days
40
42
Divisi 6 - Perkerasan Aspal
43
L
14 days
37,41
44
M
14 days
37,41
45
N
14 days
37,41
46
O
14 days
37,41
47
Divisi 7 - Struktur
48
P
77 days
50,52
49
Q
42 days
21
50
R
35 days
51
51
S1
49 days
49,53
52
S2
14 days
51
53
T
42 days
21
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pada sub pekerjaan A1 tidak ada predecessor karena A1 merupakan pekerjaan awal dari proyek tersebut. Setelah semua dimasukkan ke lembar kerja Microsoft Project 2010, tampilannya akan seperti pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Tampilan Data Predecessor
Pada bagian bar chart atau gantt chart terlihat dimasing – masing pekerjaan sudah memiliki hubungan ketergantungan.
Membuat Tampilan Lintasan Kritis
Lintasan kritis memiliki arti penting dalam pengelolaan proyek, jika ada penundaan atau keterlambatan pada pekerjaan yang termasuk kedalam lintasan kritis akan berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek. Cara menampilkan lintasan kritis klik Format – beri tanda pada pilihan Critical Tasks, maka warna bar chart yang termasuk kelintasan kritis akan berubah menjadi merah, seperti pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Tampilan Lintasan Kritis
Membuat Tampilan Network Diagram
Menampilkan Network Diagram pada Microsoft Project 2010 dilakukan dengan cara pilih menu View – klik Network Diagram. Tampilannya akan seperti Gambar 4.4. Pada setiap kotak di Network Diagram berisikan informasi seperti nama item pekerjaan, earliest start (ES), earliest finish ( EF), latest start (LS), latest finish (LF), durasi, dan total slack.
Gambar 4.4 Tampilan Network Diagram
Gambar 4.5 Tampilan Informasi pada Kotak Network Diagram