Asuhan Keperawatan : Nyeri Akut berhubungan dengan Pembengkakan Payudara oleh Dian Rahmawati, 1206218846
Kasus IV:
Seorang perempuan, umur 24 tahun, melahirkan anak pertamanya 5 jam yang lalu. Ia terlihat pucat, kelelehan, menahan nyeri, dan malas bicara dengan orang lain. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 76 x/menit, pernapasan 20 x/msenit, x/msenit, suhu 38˚C. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva konjungtiva mata agak pucat, payudara belum memproduksi ASI, fundus uteri 1 jari di atas pusat dengan posisi sedikit ke kanan, kontraksi (+), lochia merah gelap disertai gumpalan-gumpalan. Bayi klien tidur pulas di box bayi disamping tempat tidur ibunya. Sejak melahirkan bayinya, klien belum beranjak dari tempat tidurnya, ia belum buang air kecil dan belum menyentuh bayinya. Ia mengeluh mulas dan nyeri di daerah perineumnya. Pada hari kedua postpartum, perawat melakukan kunjungan ke rumah klien. Klien mengeluh nyeri pada payudaranya terutama saat disentuh . Bayi klien tidak mau mengisap ASI. Klien dan suaminya terlihat bingung karena bayinya tidak berhenti menangis. Dari hasil
pemeriksaan fisik terlihat payudara besar dan tegang, payudara teraba keras dan hangat, serta mengeluarkan ASI saat pijat . Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat, lochia berwarna
merah. Klien mengatakan bahwa ia belum BAB sejak melahirkan bayinya.
Pembahasan Kasus: Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan payudara (Bobak,
Lowdermilk, Jensen, 1995, 2005) Dua sampai tiga hari setelah melahirkan, akan terjadi proses laktasi. Namun, sebenarnya setelah dilahirkan bayi sudah dapat menyusu karena kolostrum sudah tersedia pada payudara. Esterogen dan progesterone berjumlah banyak selama kehamilan. Kedua hormone tersebut akan merangsang sistem duktus dan alveolus payudara sehingga terjadi proliferasi dan diferensiasi glandula mammae dan produksi kolostrum mulai bulan ketiga kehamilan (Benson dan Pernoll, 1994, 2009). Kolostrum terus disekresikan hingga kehamilan cukup bulan. Namun keadaan esterogen yang tinggi selama kehamilan menginhibisi pengikatan prolaktin (HPL) dalam jaringan payudara, akibatnya ASI tidak dihasilkan. Setelah melahirkan kadar esterogen,
progesteron, dan HCS ( Human Chorionic Somatomammotropin) menurun sehingga produksi kolustrum berkurang. Sebaliknya HPL akan merangsang alveoli mammae untuk memproduksi ASI. Pengisian ASI inilah yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran payudara yang terkadang menimbulkan rasa nyeri pada payudara ibu Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for Study of Pain dalam Wilkinson dan Ahern, 2009, 2012); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diramalkan dan berlangsung kurang dari enam bulan (Wilkinson dan Ahern, 2009, 2012).
Asuhan Keperawatan:
Data
Diagnosis Keperawatan
Data Objektif:
Nyeri
-
Payudara ibu besar dan tegang.
-
Payudara
teraba
keras
dan
berhubungan
dengan
pembengkakan payudara hangat,
serta (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 1995,
mengeluarkan ASI saat pijat -
akut
2005)
Bayi klien tidak mau mengisap ASI.
Data Subjektif: -
Klien mengeluh nyeri pada payudaranya terutama saat disentuh
Data tambahan yang dibutuhkan: -
Skala nyeri yang klien rasakan
Tujuan: 1. Klien dapat menyusui dengan efektif 2. Klien dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri pada payudara
Intervensi
Menyusui sesering mungkin
Rasional
Pengisapan bayi akan merangsang pelepasan
oksitosin yang menimbulkan kontraksi serat otot
periasinar
payudara
sehingga
menyebabkan pengeluaran ASI ke sinussinus pengumpul utama yang bertemu di puting susu. Menyusui setiap 2-3 jam sekali secara teratur Pola menyusui yang teratur dapat mengatur tanpa makanan tambahan
pengeluaran dan pengisian ASI yang baik
Gunakan kedua payudara saat menyusui
Agar tidak terjadi penyisian payudara yang berlebihan hanya pada satu sisi payudara.
Gunakan air hangat pada payudara, dengan Air hangat dapat membantu melancarkan menempelkan kain atau handuk yang hangat ASI pada payudara Jika ada pembengkakan pada areola atau jika Pengeluaran payudara
masih
terasa
penuh
ASI
secara
manual
dapat
setelah membantu mengurangi pembengkakan ASI
menyusui, lakukan pengeluaran ASI secara manual Gunakan bra yang kuat untuk menyangga Bra yang tidak menekan payudara tidak akan payudara, pastikan bahwa bra tidak menekan menggesek puting susu yang sedang terasa payudara
nyeri.
Lakukan kompres dingin pada payudara di Kompres
dingin
dapat
meringankan
antara waktu menyusui untuk mengurangi pembengkakan. nyeri (sekitar 20 menit sekali) Minum parasetamol atau asetaminofen
untuk mengurangi rasa nyeri yang berlebihan
Ajarkan posisi menyusui ibu dan bayi yang Posisi menyusui yang benar dapat membantu benar
bayi
mendapatkan
mengurangi nyeri
Evaluasi: 1. Nyeri pada klien berkurang atau hilang 2. Klien tidak lagi mengeluh nyeri, ekspresi wajah tenang. 3. Klien dapat memberikan ASI
ASI
sehingga
dapat
Daftar Pustaka
BabyCentre Medical Advisory Board. (2012) Breast pain. 14 Oktober 2014. http://www.babycentre.co.uk/a8489/breast-pain BabyMed. (2014). Breast engorgement after delivery postpartum. 14 Oktober 2014. http://www.babymed.com/body-changes/breast-engorgement-after-delivery-postpartum Bahiyatun. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal . Jakarta: EGC. Benson, R. C., Pernoll, M. L. (1994, 2009). Buku saku obstetrik & ginekologi (Ed. 9) (Susiani Wijaya, Penerjemah). Jakarta: EGC. Bobak, I. M., Lowermilk, D. L., Jensen, M. D. (1995, 2005). Buku ajar keperawatan maternitas (Ed. 4) (Maria A. W. & Peter I. A.). Jakarta: EG C Wilkinson, J. M., Ahern, N. R. (2009, 2012). Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC (Ed. 9) (Esty Wahyuningsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.