PAPER ACARA: BENTANG ALAM EOLIAN
Disusun oleh : Frisca Marina Renandia 21100111130048
LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG APRIL 2012
Bentang Alam Eolian di Indonesia :
Gumuk Pasir di Parangtritis
Pada analisis kali ini , saya mengambil bahan analisis mengenai terbentuknya Gumuk Pasir di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Seperti yang kita ketahui bahwa Gumuk Pasir akan terbentuk pada daerah gurun, dan sesuatu hal yang menarik menarik di Indonesia Indonesia untuk dianalisis keberadaanya keberadaanya.. Beberapa hal yang yang perlu diperhatikan sebagai kajian yang diteliti. Ada dua aspek yang harus kita ketahui dalam analisis ini yaitu analisis dengan Proses aktif dan pasif. Dalam analisis Proses aktif yang perlu diperhatikan seperti tenaga yang bekerja, serta apa yang dirubah. Sedangkan pada Proses pasif seperti material yang terkandung, struktural dan jenisnya. Berikut analisis yang akan dijelaskan :
Bentang Alam
: Eolian
Analisis dengan Proses Aktif
:
Gumuk pasir pada dasarnya terbentuk pada daerah dengan curah hujan yang relative kecil serta terjadi di daerah gurun pasir. Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi namun masih dapat ditemukan satu – satunya yang ditemukan di Indonesia, tepatnya di daerah Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta atau sekitar 28 kilometer selatan Yogyakarta. Dengan keadaan Indonesia yang sangat tidak mendukung terbentuknya gumuk pasir , gumuk pasir yang perlu dianalisis. Gumuk pasir adalah suatu gundukan bukit yang tersusun atas pasir yang terhembuskan oleh angin. Gumuk pasir ini sendiri memiliki beberapa tipe bentuk yang beraneka ragam, yang paling dikenal adalah bentuk melintang (tranverse), memanjang (longitudinal), sabit (barchans), dan parabolic. Gumuk pasir yang terjadi di Parangtritis ini material yang berasal dari
asalnya karena pengaruh dari berbagai daerah seperti Gunung Merapi, angin, pembentukan Graben Bantul, dan sungai.
Pengaruh dari berbagai aspek
Gambar. 1.1 Jalur Transportasi Material
Gunung Merapi Merapi yang masih aktif menghasilkan menghasilkan material baik berupa pasir maupun piroklastik . Posisi Gunung Merapi ini berada pada ketinggian xxx m sehingga dapat terjadi erosi. Didukung dengan posisi lintang dan posisi geografis, anginSaat ini dipengaruhi oleh angin disebut dengan deflasi yang membawa serta menggerus batuan yang memiliki material pasir halus maupun kasar. Apa yang dibawa tergantung pada besar – kecilnya kuat arus air yang dimiliki. Material ini terbawa pula oleh arus sungai yaitu Sungai Opak dan Sungai Progo ke muara. Dari mulut sungai itu, endapan pasir tergerus oleh ombak Samudra Hindia yang sangat kuat sehingga terhentikan di pinggir Parangtritis. Transportasi material dapat terbawa dengan cara melayang (suspesion), menggeser di permukaan (traction), meloncat (saltation), dan menggelinding (rolling). Setelah terbawa,
maka akan terendapkan di daerah yang lebih rendah , seiring kuat arus air yang semakin melemah karena jauh dari asalnya.
Gambar. 1.2 Citra daerah gumuk pasir parangtritis yang menunjukkan adanya pengaruh angin muson tenggara. ( Sumber : wikimapia.org, 2008)
Selain dari air juga pengaruh dari angin. Karena sudah terdapat material berupa pasir dan piroklastik yang cukup banyak dan kekuatan angin yang cukup besar akan membentuk suatu gumuk pasir. Gumuk pasir ini menghadap pada arah datangnya angin, yang memiliki bentuk bermacam – macam seperti melintang (tranverse), memanjang (longitudinal), sabit (barchans), dan parabolic.
Gambar. 1.3 Gumuk Pasir Tipe Barchab (barchanoid dunes)
Sedangkan, Sedangkan, stratigrafi yang menyusun menyusun gumuk pasir ini terdiri dari material sedimen yang sama berupa pasir halus dan pasir kasar namun tidak menutup kemungkinan adanya material piroklastik. Pengaruh lainnya berupa, graben Bantul. Banyak plato pada daerah Jawa Tengah dan DIY sudah menjadi alluvial. Kawasan Bantul terdapat semacam graben, yaitu dua blok yang mengalami penurunan dan terdapat ditengah blok yang naik, disebut horst. Banyak graben dari timur dan barat yang mengalami patahan sehingga menjadi kawasan yang mudah untuk tererosi material – materialnya karena lemahnya lemahnya daerah daerah tersebut. tersebut.
Dari beberapa beberapa pengaruh pengaruh yang
terjadi karena tenaga eksogen, karena banyaknya pengaruh pembentukan tenaga dari luar bumi.
Gambar. 1.4 Gumuk Pasir – Sabit di Pantai Parangtritis
Analisis dengan Proses Pasif :
Seperti yang telah dibahas pada analisis sebelumnya, terdapat material, yaitu pasir dan piroklastik. Material pasir berupa pasir halus dan kasar. Dan material piroklastik dibentuk dari abu vulkanik, lapili dan bom vulkanik yang keluar dari letusan gunung api. Material piroklastik ini sendiri memiliki komposisi mineral – mineral yang terdapat pada Bowen Reaction Series (BRS) . Sebagai contoh mineral yang terkandung adalah Piroksen, Hornblende, Biotit, Kuarsa,
Plagioklas, dan lain – lain. Selain material juga struktural berupa sedimentasi karena terendapkan secara berurutan yang memiliki material berupa pasir halus, pasir kasar dan piroklastik pada gumuk pasir. Sehingga, secara perlahan – lahan endapan pasir ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membentuk Gumuk Pasir. Gumuk Pasir ini, selain faktor diatas juga didukung oleh kuatnya angin yang berhembus, tidak adanya hambatan seperti vegetasi di Pantai Parangtritis sehingga memudahkan angin membawa material – material. Struktur dari gumuk pasir di Parangtritis berupa sabit dan memanjang, bahkan juga ditemukan parabola dan sisir. Pembentukan gumuk pasir dipengaruhi juga dari proses pasif berupa material pasir yang berukuran butiran pasir, tingkat kekeringan, kecepatan dan intensitas angin serta keberadaan vegetasi yang menutup lahan.
Bentang Alam Eolian di Gurun Atacama – Peru
Gambar 1.5 Peta Gurun Atacam - Peru
Gurun Atacama berupa dataran tinggi di Amerika Selatan, terletak di 4 Negara yaitu Chili, Peru, Bolivia menempati wilayah seluas 40.600 mil² (105,000 km²) membentang dari utara ke selatan di sepanjang pantai Samudera Pasifik. Di
sisi timur gurun ini membujur pegunungan Andes yang menjadi bagian dari pegunungan sirkum pasifik. Menurut peneliti NASA dan National Geographic, Atacama adalah gurun paling kering di dunia. Perbedaan bentang alam eolian di Indonesia dengan di Gurun Atacama di Peru, ternyata berbeda. Sekilas , hampir sama jika dilihat dengan teliti dari proses pembentukan Gumuk Pasir di Parangtritis disebabkan oleh terbawanya material – material halus seperti seperti pyroklastik dari Gunung Merapi Merapi , secara posisi bahwa letak Gunung Merapi berada di sebelah utara Pantai Parangtritis, sehingga memudahkan material – material halus tererosi oleh angin yang disebut deflasi dan terbawa oleh aliran air yang disebut dengan erosi. Sistem air mengalir dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Material – material halus tadi berkumpul menjadi satu di daerah yang lebih rendah serta memiliki tempat yang luas yaitu di Pantai Parangtritis , material tadi terdepositkan yang didukung oleh cuaca di Indonesia yang cenderung sub tropis sehingga air hujan dapat memadatkan material – material halus tadi yang sudah berkumpul untuk menyusun sebuah gumuk pasir. Gumuk pasir dapat berbagai macam bentuk, beraneka ragam bentuk gumuk pasir dipengaruhi oleh arah angin yang bergantian dan tidak menentu. Adanya gumuk pasir ini menjadi koleksi bentang alam eolian terlebih di Indonesia yang seharusnya tidak ada karena cuaca lebih dominan ke sub tropis. Selain itu, gumuk pasir di Indonesia lebih dipengaruhi oleh tenaga eksogen, yaitu lebih dominan pengaruh luar daripada pengaruh dalam bumi.
Hal ini, berbeda dengan bentang alam eolian di Peru tepatnya Gurun Pasir Atacama. Gurun Pasir Atacama disebut dengan gurun pasir terkering di dunia. Karena cuaca di sana yang benar – benar tropis. Selain faktor dari cuaca atau dipengaruhi tenaga tenaga eksogen eksogen juga dikontrol dikontrol oleh struktur geologi, geologi, adalah Gurun Pasir Atacama berupa peregangan kerak bumi sejauh 600 mil (1.000 kilometer) dari perbatasan selatan Peru ke Chile utara menyebabkan Gurun Atacama naik dari garis pantai dengan struktur batuan sedimen dari Pegunungan Andes. Dataran ini tergolong dataran sangat tua, lebih tua dari lembah kering Antartika (10-11 juta tahun) dan padang pasir Namib di Afrika (5 juta tahun). Contoh ini memberikan suatu proses terjadinya Gurun Atacama dari proses geologi berupa
peregangan kerak bumi. Proses tersebut dikontrol oleh tenaga endogen yang lebih dominan dari tenaga eksogen , meskipun ada beberapa faktor – faktor dari tenaga eksogen seperti cuaca yang tropis, serta di bagian sisi timur Gurun Atacama membentang pegunungan Andes yang menghalangi curah hujan dari lembah timur dan Pantai timur dataran Amerika Selatan. Gurun Atacama berupa daerah bayangan hujan sehingga angin yang bertiup di daerah ini berupaa angin jatuh panas/angin panas/angin fohn.
DAFTAR PUSTAKA Tim Asisten Geomorfologi.2011.Buku Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto.UNDIP Press : Semarang
http ://google/eolian di Indonesia/com Indonesia/com http://google/eolian di dunia/com http://google/amataca desert/com