BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g Duktus arteriosus merupakan pembuluh darah janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desenden tepat berada di subklavia kiri. Normalnya, duktus tersebut akan menutup dalam beberapa hari hingga beberapa minggu sesudah lahir. Pada patent ductus arteriosus (PDA), lumen duktus tetap terbuka sesudah bayi dilahirkan. Keadaan ini menciptakan pemintasan atau shunt aliran darah dari kiri ke kanan, yaitu darah dari aorta akan mengalir ke arteri pulmonalis dan menyebabkan resirkulasi darah arteri arteri melalui paru-paru. Pada awalnya, awalnya, PDA mungkin mungkin tidak menimbulkan menimbulkan efek klinis sesudah sesudah melewati waktu tertentu, PDA menyebabkan peyakit vaskuler pulmoner sehingga gejala PDA baru muncul pada usia 40 tahunan. PDA ditemukan pada wanita dua kali lebih banyak dibandingkan laki-laki dan merupakan cacat jantung congenital asianotik yang paling sering dijumpai pada dewasa.
B. Rumu Rumusa san n Mas Masal alah ah 1. Apak Apakah ah peng penger erti tian an PDA? PDA? 2. Bagaima Bagaimana na tanda tanda dan gejala gejala pada penderita penderita PDA? 3. Apas Apasaj ajak akah ah etio etiolo logi gi dar darii PDA PDA? 4. Siapa Siapakah kah yang yang beris berisiko iko mende menderit ritaa PDA? PDA? 5. Apas Apasaj ajak akah ah
peme pemerik riksa saan an
penu penunj njan ang g
untuk untuk
meng menget etah ahui ui
adan adanya ya
peny penyaki akitt PDA? PDA? 6. Bagaim Bagaimana anaka kah h patofi patofisio siolog logii dan dan pathw pathway ay pada pada penya penyakit kit PDA? PDA? 7. Apasa Apasajak jakah ah penat penatala alaksa ksana naan an medis medis dan kepera keperawat watan an pada pada penyak penyakit it PDA? 1
A. Tujuan 1. Memahami pengertian PDA 2. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala pada penderita PDA 3. Mengetahui dan memahami etiologi pada PDA 4. Mengetahui individu yang berisiko menderita PDA 5. Mengetahui macam-macam pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya PDA 6. Mengetahui dan memahami pathway pada penyakit PDA 7. Mengetahui macam penatalaksanaan medis dan keerawatan pada penyakit PDA
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Paten duktus arteriosus ( patent ductus arteriosus, PDA), adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir yang menyebabkan mengalirnya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam
arteri
pulmonal
(tekanan
lebih
rendah).
(Cecily
dan
Sowden.2009) Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara fungsional menetap beberapa saat setelah lahir. (Wahab,2009) Patent ductus arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap
terbuka.
Duktus
arteriosus
adalah
pembuluh
darah
yang
menghubungkan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru) dengan aorta ( pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh tubuh), yang merupakan peredaran darah yang normal pada janin.(Medicastore.com/penyakit/418/ Patent_Ductus_Arteriosus)
B. Tanda dan Gejala 1. Gawat napas disertai tanda-tanda gagal jantung pada bayi khususnya yang lahir premature. Hal ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dalam jumlah sangat besar ke dalam paruparu melalui duktus yang terbuka dan peningkatan beban kerja pada jantung sebelah kiri. 2. Bising Gibson ( machenary murmur yang klasik), bising yang terus menerus terdengar disepanjang sistol dan diastole pada anak yang lebih besar dan dewasa akibat pemintasan aliran darah dari aorta ke dalam arteri pulmonalis pada saat sistol dan diastole. Bising ini terdengar paling jelas pada daerah basis kordis, yaitu pada ruang sela iga ke dua kiri di bawah klavikula kiri. 3
3. Vibrasi (thrill), teraba saat melakukan palpasi pada tepi kiri sternum. Gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari aorta ke dalam arteri pulmonalis 4. Impuls ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri. 5. Denyut nadi perifer yang memantul (nadi Corrigan) akibat keadaan aliran yang tinggi. 6. Tekanan nadi melebar, akibat kenaikan tekanan sistolik dan terutama akibat penurunan tekanan diastolic pada saat darah memintas melalui PDA dan dengan demikian mengurangi tahanan tepi 7. Perkembangan motorik yang lambat akibat gagal jantung 8. Kegagalan tumbuh-kembang akibat gagal jantung 9. Keletihan dan dispnea pada saat melakukan kegiatan yang dapat terjadi pada dewasa yang mengalami PDAyang tidak terdeteksi. (Kowalak,2011)
C. Etiologi 1. Prematuritas Pada bayi prematur, gejala cenderung timbul sangat awal, terutama bila disertai dengan sindrom distress pernapasan. 2. Hipoksia Hipoksia ini menyebabkan duktus gagal menutup. Hal ini lebih sering dijumpai pada anak yang lahir di tempat yang tinggi atau daerah pegunungan. 3. Penyakit campak Jerman ( rubella) Penyakit campak Jerman yang terjadi pada trimester I kehamilan juga dihubungkan dengan terjadinya duktus arteriosus paten. Meski pengaruhnya belum jelas diketahui, tetapi diduga bahwa infeksi rubella ini mempunyai pengaruh langsung pada jaringan duktus. (Wahab, 2009) 4
D. Faktor Risiko 1. Infeksi rubela pada trimester pertama kehamilan 2. Kelahiran prematur 3. Anak dengan riwayat asfiksia perinatal 4. Bayi berat badan lahir rendah (<2500 g) (Wahab, 2009)
E. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan peningkatan guratan vaskuler pulmoner, arteri pulmonalis yang mencolok, dan pembesaran ventrikel kiri sserta aorta. 2. Elektrokardiografi (EKG) dapat normal ataupun mengindikasikan hipertrofi atrium serta ventrikel kiri dan pada penyakit vaskuler pulmoner, hipertrofi biventrikuler. 3. Ekokardiografi mendeteksi dan memperkirakan ukuran PDA. Ukuran ini juga dapat memperlihatkan pembesaran atrium serta ventrikel kiri. 4. Kateterisasi jantung memperlihatkan kadar oksigen yang lebih tinggi dalam arteri pulmonalis dari pada dalam ventrikel kanan karena
terjadi
influks
darah
aorta.
Kateterisasi
jantung
memungkinkan penghitungan volume darah yang melintasi duktus arteriosus dan dapat menyingkirkan kemungkinan defek jantung lain
yang
menyertai.
Penyuntikan
media
kontras
dapat
menunjukkan secara paasti keberadaan PDA. (Kowalak,2011)
5
F. Patofisiologi Patent ductus arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmuner (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadinya kontriksi arteriol paru yang progesif. Akan terjadi hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirau kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
6
G. Pathway
Prematuritas
hipoksia
Ketidak matangan
oksigen rendah
infeksi rubella
Otot polos
PDA
Resikulasi darah Beroksigen tinggi Vol. Darah pada
beban jantung kiri naik
Paru-paru naik Suplai jaringan Tekanan kapiler
menurun
Paru naik
suplai O2 otak turun
anemia Lelah
Edema
beban ventrikel
paru
Hipertrofi Ventrikel
Intoleran aktivitas
kanan Gg. Pertukaran gas
Sinkop
penyempitan ventrikel kanan
7
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 1. Penatalaksanaan Medis a. Medikamentosa Terapi ini diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan tujuan terjadinya kontriksi otot duktus sehingga duktus menutup. Jenis obat yang sering diberikan adalah: 1) Golongan
obat-obatan
nonsteroid
(indometasin/indosin) yang berfungsi
anti-inflamasi untuk menekan
produksi prostaglandin dengan cara menurunkan aktivitas cyclo-oksigenase.dosis: 0,2 mg/kg iv pada 12jam I, diikuti
0,1 mg/kg iv pada 12 jam berikutnya. Kontraindikasi: hipersensitivitas, perdarahan gastrointestinal dan insufiensi ginjal. Efek samping: nefritis, gagal ginjal dan leucopenia. 2) Prostaglandin E1 (Alprostil,Prostin VR ), berfungsi untuk mempertahankan patensi duktus arteriosus, terutama jika sudah ada shunt dari kanan ke kiri(sindrom Eisenmenger). Obat ini diberikan sebelum tindakan operasi penutupan duktus dilakukan, dan efektif pada bayi premature. Dosis awal: 0,05-0,1 mcg/kg/min iv. Dosis rumatan: 0,01-0,04 mcg/kg/min
iv.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas
dan
sindrom distress pernafan. Efek samping: apnea, kejang, demam, hipotensi, dan penekanan aggregasi trombosit. b. Tindakan Bedah Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi. Indikasi: kegagalan terapi medikamentosa, trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa teknik operasi yang dipakai untuk menutup duktus, seperti penutupan dengan
menggunakan
teknik
cincin
dan
ADO(Amplatzer Duct Occluder).(Wahab, A.2009)
8
metode
2. Penatalaksanaan Keperawatan a. Diagnosis Keperawatan 1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasiperfusi. 2) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 3) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
b. Intervensi Keperawatan 1) Pantau status jantung dan pernapasan 2) Observasi dan laporkan adanya tanda-tanda perubahan status jantung (warna, TTV, perforasi perifer, tingkat kesadaran, tingkat aktivitas, tanda-tanda gagal jantung kongestif). 3) Observasi
dan
laporkan
adanya
tanda-tanda
gawat
pernapasan dan perubahan status pernapasan. 4) Kaji dan pertahankan status hidrasi optimal. a) Batasi asupan cairan (65-100 ml/kg/hari) b) Pantau haluaran urine c) Observasi adanya tanda-tanda kelebihan cairan 5) Pantau kerja dan efek samping obat. a) Diuretik, menurunkan kelebihan cairan, meningkatkan jumlah haluaran urine. b) Indometasin, menghambat prostaglandin, membantu penutupan PDA c) Digitalis,
meningkatkan
kontraktilitas
jantung
memantau kadar serum) c. Implementasi preoperasi 1) Memberikan
kesempatan
mengekspresikan
kepada
perasaannya 9
orang
tua
walaupun
untuk hanya
pembedahan jantung kecil, tetapi mengkhawatirkan orang tua. 2) Menyiapkan anak untuk pembedahan dengan memperoleh data pengkajian: hitung darah lengkap, urinalisis glukosa serum, BUN, nilai dasar kadar elektrolit, koagulasi dan pencocokan darah silang, kajian foto toraks dan EKG d. Perawatan Pascaoperasi 1) Memantau status jantung: TTV, tekanan darah arteri dan tekanan vena sentral, nadi perifer (kualitas dan intensitas), waktu pengisian kapiler, aritmia. 2) Memantau dan melaporkan adanya tanda dan gejala komplikasi: atelektasis, perdarahan, kilotoraks. (Wahab, 2009)
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Paten duktus arteriosus ( patent ductus arteriosus, PDA), adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir yang menyebabkan mengalirnya darah secara langsung dari aorta ke dalam arteri pulmonal.Tanda dan gejalanya meliputi: gawat napas, bising,vibrasi (thrill), impuls ventrikel, denyut nadi perifer, tekanan nadi melebar, perkembangan motorik lambat, gagal tumbuh-kembang,
keletihan
dan
dispnea.
Penyebabnya
yaitu:prematuritas, hipoksia, dan infeksi rubella pada saat hamil.Faktor yang berisiko diantaranya: Infeksi rubela pada trimester pertama kehamilan, kelahiran premature anak dengan riwayat asfiksia perinata, bayi berat badan lahir rendah (<2500 g).macam-macam pemeriksaan penunjangnya yaitu: foto rontgen toraks, elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, kateterisasi jantung.
Sedangkan
penatalaksanaan
medisnya
yaitu:
medikamentosa dan tindakan bedah.
B. Saran Sebaiknya kita perlu waspada pada bayi yang baru lahir terutama pada bayi yang mengalami gangguan pernapasan. Hal ini untuk mengetahui apakah bayi tersebut menderita penyakit paten duktus arteriosus atau tidak. Pemeriksaan ini dilakukan sejak dini agar penyakit tersebut dapat ditangani sebelum permasalahan bertambah kompleks. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya. 11
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn dan Linda A. Sowden.2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta:EGC Kowalak, Jennifer P.2011 . Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC Hull, David.2008. Dasar-Dasa Pediatri.Jakarta:EGC Medicastore.com/penyakit/418/ Patent_Ductus_Arteriosus.html.diakses pada 17 September 2014. Samik Wahab, A.2009. Kardiologi Anak:Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik. Jakarta:EGC
12