BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan
sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga bahan tersebut
mempunyai dua sisi yang paling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna
dalam penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan disisi lain akan sangat
berbahaya bila dalam penggunaanya tidak tepat dan tidak terkontrrol.
Pelayan terbaik yang bisa diberikan kepada customer sehingga
kebutuhan/keinginan / harapan customer dapat terpenuhi (Pelanggan puas),
penilaian mutu pelayanan dapat untuk menghargai keberhasilan dan
memperbaiki kegagalan
Pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk
mempenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien memperoleh
kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada organisasi
pelayanan kesehatan, pelayanan terbaik, melebihi, melampaui, mengungguli
pelayanan yang diberikan pihak lain atau pelayanan waktu lalu. Pelayanan
prima dapat diwujudkan jika ada standar dan dipatuhi memberi yang
terbaik bahkan melebihi adanya trobosan untuk memuaskan pelanggan
(inovasi).
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik
khususnya sudah dilaksanakan diberbagai sarana pelayanan kesehatan,
dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi
dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan
menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang
menggunakan radiasi pengion dan radiasi non pengion. Dengan
berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalamai kemajuan
yang cukup pesat baik dari peralatan maupun metodanya.
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya
radiologi diagnostik, maka dibuat pedoman Pelayanan Pelayanan Unit
Radiologi Diagnostik di
RS Dedy jaya Brebes sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan
dalam melakukan pelayanan radiologi diagnostik dan untuk keperluan
pembinaan.
B. Tujuan pedoman
1.Tujuan umum
Tujuan umum pelayanan Radiologi adalah meningkatkan pelayanan
radiodiagnostik dan radioteraphy Rumah sakit.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin di capai adlah adanya peningkatan pelayanan
radiologi yang mencakup :
a. Memberikan pemahaman kepada seluruh karyawan radiologi tentang pedoman
pelayanan radiologi sebagai pegangan dalam melaksakan kegiatan-
kegiatan radiolgi.
b. Sebagai acuan agar pelayanan radiologi dapat dilaksanakan sesuai
standart.
c. Memaksimalkan pelayanan radiologi.
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan radiologi di RS Dedy jaya Brebes meliputi:
a. Pelayanan Radiodiagnostik
b. Pelayan imejing Diagnostik
D. Batasan Operasional
a. Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi pengion, seperti pelayanan dengan sinar-X
b. Pelayan imejing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain
pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG)
c. Landasan hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam melaksanakan pelayanan
radiologi di RS Dedy Jaya Brebes diperlukan peraturan perundang-undangan
pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Undang Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
b. Undang Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
c. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
d. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
e. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan
Kerja di Rumah Sakit
f. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi
Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif
g. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Perizinan Sumber
Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir
h. Permenkes Nomor: 357/MENKES/PER/VI/2006 Tentang Registrasi dan Izin
Keraja Radiografer
i. Permenkes Nomor: 375/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi
Radiografer
j. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar pelayanan radiologi diagnostik
di sarana pelayanan kesehatan
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat undang-undang
dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamnetal setiap rakyat, dan
amanat undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Bertolak dari
hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
pelayan kesehatan, akan pelayanan radiologi sudah selayaknya diberikan
pelayanan yang berkualitas.
BAB II
STANDAR KETANAGAAN
A. Kualifikasi Sumber daya Manusia
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja, setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Tenaga kerja memiliki
peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku sekaligus tujuan
pembangunan, adanya peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja
dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Kualifikasi tenaga dalam penggunaan pesawat Sinar-X radiologi
diagnostik dan USG terdiri dari satu dokter spesialis radiologi yang
berkompenen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PPR
bidang kesehatan atau diagnostik dua Radiografer D III Teknik Radiologi.
Standar ketenagaan ditentukan berdasarkan
a. Jenis sarana kesehatan
b. Kemampuan / Kompetensi
c. Beban kerja
d. Jumlah peralatan (Pesawat)
B. Distribusi Ketenagaan
1. Stuktur Organisasi
Sampai saat ini formulasi untuk menghitung kebutuhan tenaga
Radiologi dirumah sakit masih dalam proses penyusunan. Kebutuhan
tenaga Radiologi dapat dihitung berdasarkan beban kerja. Angka
kebutuhan tenaga Radiologi ini dapat dihitung oleh masing-masing
unit pelayanan Radiologi dirumah sakit masing-masing. Berikut adalah
kebutuhan tenaga Radiologi di Rumah Sakit Dedy jaya Brebes.
KEBUTUHAN TENAGA RADIOLOGI DIRUMAH SAKIT DEDY JAYA
"KATEGORI TENAGA "RUMAH SAKIT KELAS D "JUMLAH TENAGA "
"D3-Radiologi " "3 "
"PPR " "1 "
C. Pengaturan jaga
Tujuan utama pengaturan jaga adalah untuk optimalisasi pelayanan demi
kepuasan pelanggan. Semua pasien atau pengguna jasa bisa mendapatkan
layanan Radiologi Klinik RS. Dedy jaya diatur waktu dan petugasnya,
diselaraskan dengan volume pekerjaan.
1. Waktu pelaksanaan pemeriksaan diatur sebagai berikut :
a. Waktu pemeriksaan di Radiologi adalah :
1) Pagi : pukul 07.00 -15.00
2) Sore : pukul 13.00 - 21.00
b. Waktu pemeriksaan Radiologi poliklinik adalah :
1) Pagi : Pukul 07.00 - 15.00
2) Sore : Pukul 14.00 - 21.00
2. Pembagian shift di Instalasi Radiologi Klinik RS Dedy Jaya dibagi
menjadi 3 yaitu :
a. Petugas Radiologi Dines pagi berjumlah 1 orang
Melaksanakan semua pemeriksaan Radiologi dan administrasi
b. Petugas Radiologi dines siang berjumlah 1 orang
Melaksanakan semua pemeriksaan Radiologi dan administrasi
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Persyaratan ruang pemeriksaan radiologi
1. Luas minimal 3 m x 4 m x 2,8 m dengan tinggi jendela minimal 2 m dari
lantai sebelah luar
2. Tebal dinding 15 cm beton atau bata 25 cm pelesteran atau setara
dengan 2 mm Pb.
3. Pintu diberi penahan radiasi Pb setebal 2 mm
4. Paparan radiasi yang diperkenankan pada daerah yang dihuni masyarakat
sekitar tidak lebih dari 0,25 mSv/Jam
5. Mempunyai fasilitas tanda bahaya radiasi berupa lampu merah sebagai
tanda alat sedang dioperasikan
Ruang pemeriksaan instalasi radiologi RS DEDY JAYA BREBRES terdiri
dari :
1. 1 (satu) ruang pemeriksaan peswat konvensional dengan luas panjang 580
cm, Lebar 370 cm tinggi 340 cm dinding ruang pemeriksaan terbuat dari
tembok bata dengan tebal 28 cm dan dilapisi dengan timbal / Pb dengan
ketebalan 2,5 mm, Pintu ruang pemeriksaan radiologi sinar-X terbuat
dari kayu dan dilapisi dengan timbal / Pb setebal 2,5 mm sebagai
proteksi radiasi.
a. Pemeriksaan thorax
b. Pemeriksaan Vertebrae
c. Pemeriksaan pelvis
d. Pemeriksaan Ekstremitas Atas dan Bawah
e. Pemeriksaan dengan menggunakan media kontras (IVP, OMD dan Colon in
Loop)
f. Pemeriksaan Pasien Rawat Inap
2. Ruang Pelengkap
a. Ruang administrasi
b. Ruang prosessing foto / kamar gelap
c. Ruang ganti pasien
d. Kamar Mandi / WC
B. Standar dan Fasilitas
Standar fasilitas yang dimiliki berupa peralatan pesawat radiologi dan
perlatan pendukung untuk pelayanan di instalasi radiologi, semua
perlatan sudah mempunyai izin dari BAPETEN, dilengkapi pengatur
diafraghma dan lampu kolimator, dan dilakukan kalibrasi serta
pemeliharaan secara berkala:
1. Pesawat X-Ray Konvensional
2. Pesawat Ultrasonografi (USG)
3. Kaset dan Grid
4. Apron 1
5. Standar Infus
6. Tabung Oksigen
BAB IV
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT)
1 Pengertian
Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Tindakan medik adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa
diagnostik atau terapeutik. Termasuk di sini adalah tindakan invasif
yaitu tindakan yang langsung mempengaruhi keutuhan jaringan (misalnya
dengan mengiris, menusuk, atau memotong jaringan).
2 Persetujuan
Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat pesetujuan baik secara lisan maupun tertulis. Persetujuan ini
diberikan setelah pasien mendapat informasi yang akurat tentang perlunya
tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkannya.
Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat
pendidikan serta kondisi dan situasi pasien sehingga penerima informasi
benar-benar memahaminya. Persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh
yang berhak memberikan persetujuan, harus dibuat untuk setiap tindakan
medik yang mengandung resiko tinggi. Sedangkan tindakan medik yang tidak
megandung resiko tidak diperlukan persetujuan terlukis dan hanya cukup
dengan persetujuan lisan yang dapat diberikan secara nyata atau diam-
diam.
Pasien tahanan atau yang menjalani hukuman sering dibawa ke rumah
sakit. Pasien-pasien ini tetap mempunyai hak yang sama seperti pasien
lainnya, dengan demikian persetujuan untuk pemeriksaan harus diperoleh
dengan cara seperti biasanya.
3 Informasi
Kewajiban dokter :
1. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik
diminta maupun tidak.
2. Informasi diberikan selengkap-lengkapnya, kecuali bila dokter menilai
bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien
atau pasien menolak diberikan informasi. Pada keadaan ini dokter
dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut pada
keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang perawat / paramedik
lainnya sebagai saksi.
4 Tata Cara Informasi
1. Informasi yang diberikan mencakup manfaat dan resiko dari tndakan
medik yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik.
2. Informasi diberikan secara lisan
3. Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter
menilai bahwa hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien.
Dengan persetujauan pasien yang bersangkutan, dokter dapat memberikan
informasi tesebut kepada keluarga terdekat pasien.
4. Informasi juga dapat diberikan jika ada kemungkian perluasan operasi.
Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan
untuk menyelamatkan jiwa pasien. Pada keadaan ini maka setelah
perluasan operasi dilakukan, dokter harus memberikan informasi kepada
pasien dan keluarganya.
5 Pemberi Informasi
1. Dokter operator, dalam hal pemeriksan dengan tindakan invasif,
informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan pemeriksaan
itu sendiri.
2. Radiografer/petugas radiologi , dalam hal pemeriksaan dengan tindakan
tidak invasif maka informasi dapat diberikan oleh radiografer/petugas
radiologi dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung
jawab (dokter spesialis radiologi)
6 Yang Memberikan Informasi
1. Persetujuan yang diberikan oleh pasien dewasa (umur lebih dari 21
tahun atau telah menikah) yang berada dalam keadaan sadar dan sehat
mental.
2. Persetujuan diberikan oleh orang tua/wali/curator bagi :
a. Pasien dewasa yang menderita gangguan mental
b. Pasien dewasa yang berada di bawah pengampunan (curatile)
3. Persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat atau induk semang
(guardian) bagi pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai
orang tua/wali berhalangan.
4. Tidak diperlukan persetujuan oleh siapapun bagi :
a. Pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga
terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau
darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya.
b. Tindakan medik yang harus dilaksanakan sesuai program pemerintah
dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak.
7 Tanggung Jawab
1. Dokter, bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang
persetujuan tindakan medis
2. Rumah sakit, ikut bertanggung jawab atas pemberian persetujuan
tindakan medik yang dilakukan di rumah sakit
8 Sanksi
Sanksi diberikan terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa
adanya pesetujuan dari pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi
administratif berupa pencabutan surat ijin prakteknya.
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran Pemeriksaan
Pasien datang sendiri ke bagian radiologi atau ditemani perawat dengan
membawa surat rujukan dari dokter / form pemeriksaan. Kemudian petugas
radiologi mencatat identitas pasien di buku pendaftran pasien radiologi,
setelah selesai pasien disiapkan untuk pemeriksaan sesuai dengan
permintaan di blanko permintaan.
B. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan pasien dalam pemeriksaan radiologi tidak semua pemeriksaan
membutuhkan persiapan yang khusus, hanya sebagian pemeriksaan yang perlu
pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan yang menggunakan media kontras
(BNO IVP,OMD, Colon in Loop, dll) persiapan untuk pemeriksaan dilakukan
sesuai prosedur tetap yang sudah ditentukan, sedangkan pemeriksaan
ektremitas tidak perlu persiapan khusus hanya saja intruksi posisi yang
menyangkut penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan
dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras.
Benda aksesoris seperti gigi palsu, anting, kalung dan gelang harus
dilepas sebelum pemeriksaan agar tidak menimbulkan gambaran artefak pada
hasil radiograf. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan
di ruangan yang ber-AC sebaiknya tubuh pasien ditutupi dengan selimut.
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelayanan dan tindakan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan
permintaan dokter secara tertulis dan mencantumkan diagnosa klinis dan
hasil pemeriksaan medis lain yang terkait, seperti hasil laboratorium,
karena pada pemeriksaan BNO-IVP harus mengetahui hasil laboratorium
terlebih dulu. Pasien datang ke radiologi dengan membawa surat
permintaan pemeriksaan rontgen dari dokter umum/spesialis. Jika
pemeriksaan tanpa kontras maka pasien dapat langsung difoto, tetapi jika
pemeriksaan kontras maka Pasien diberi penjelasan tentang tindakan medik
radiologi yang akan dilakukan dan persiapan pemeriksaan yang harus
dilakukan sesuai dengan jenis pemeriksaan foto rontgen yang diminta.
Pasien diberi informasi tentang besarnya biaya pemeriksaan dan waktu
pelaksanaan pemeriksaan tersebut. Jika pasien menyatakan setuju, maka
pasien didaftar di papan program pemeriksaan foto rontgen dengan
kontras. Pasien datang ke radiologi sesuai hari dan jam yang telah
ditentukan untuk dilakukan pemeriksaan dengan mendaftar kembali kepada
petugas radiologi dan pemeriksaan siap untuk lakukan.
D. Pengolahan Film
Pengelolahan film pada konventional X-ray masih menggunakan sistem
pengolahan film secara manual procesing di kamar gelap. Pengolahan film
di kamar gelap dimulai dengan mencelupkan film ke dalam developer,
kemudian air bersih, lalu fixer setelah itu air bersih lagi. Setelah
selesai pencucian film, baru dikeringakan ke washing( pengering film )
dan kaset diisi dengan film baru di box film sesuai dengan ukuran kaset.
E. Pemberian Expertise
Hasil pemeriksaan dan tindakan radiodiagnostik dalam tangguing jawab
dokter spesialis radiologi. Semua foto harus dibaca/ di expertise dengan
jelas dan ditanda tangani oleh dokter spesialis radiologi. Pembacaan
foto ada di ruang Expertise yang jadi satu sama ruang pemeriksaan
Ultrasonografi (USG).
F. Pengambilan Foto
Hasil radiograf rawat jalan adalah milik pasien sepenuhnya dan dapat
diambil paling lama satu hari setelah pemeriksaan, setelah hasil
radiograf dibaca oleh dokter spesialis radiologi. Pada pasien UGD dan
Rawat Inap hasil radiograf bisa langsung diambil oleh pengantar pasien
atau perawat.
Prosedur pengambilan hasil pemeriksaan radiologi, setiap pasien yang
datang untuk mengambil hasil pemeriksaan radiologi harus membawa
kwitansi / bukti pembayaran dan hasil pemeriksaan radiologi bisa diambil
di bagian radiologi.
G. Pengarsipan
Pengarsipan di isntalasi radiologi berupa permintaan dan hasil baca
foto radiologi disusun berdasarkan nomer urut pasien / tanggal
pemeriksaan dan bulan pemeriksaan, laporan pembukuan pengambilan hasil
radiograf di instalasi radiologi dilakukan perbulan, laporan ini
meliputi jumlah kunjungan pasien, jumlah pemeriksaan polos dan kontras,
jumlah pemakian film dan kerusakan film.
H. Pengelolahan limbah
Pengelolahan limbah infeksius dan non infeksius dari radiologi
dilakukan oleh bagian sanitasi Rs Dedy jaya Brebes
Limbah infeksius (yang terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh
pasien) misalnya: Kasa, Verban, Spuit, Jarum suntik, cateter, infus set
dan sebagainya. Sedangkan limbah yang non infeksisus (yang tidak
terkontaminasi dengan darah dan tubuh pasien) seperti kertas, sisa
makanan, plastik, kardus botol minuman mineral dan lain sebagainya.
BAB VI
MANAJEMEN LOGISTIK RADIOLOGI
A. Pengertian
Manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang
berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan keefesienan
dan keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi
terkait dari titik permulaan hingga titik konsusmsi dalam tujuanya untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Penyiapan logistik untuk pelayanan radiologi menjadi sangat penting
tanpa adanya logistik yang memadai baik dari jumlah, spesifikasi barang
dan ketepatan distribusi maka sudah dapat dipastikan pelayanan akan
terganggu. Oleh sebab itu perencanaan jumlah pemakaian film, bahan kimia
untuk prosesing film, kontras media radiografi serta peralatan medik
lainnya untuk setiap bulan pemakaian harus diperhitungkan dengan cermat
dan akurat. Teknik dan prosedur pengambilan barang/alat dan obat2an
harus dibuat sederhana tanpa mengurangi efektifitas dan efesiensi dan
evaluasi/pengawasan dan pelaporan pemakaian alat dan obat2an harus
dibuat pada saat semua pemeriksaan radiologi selesai
Bidang logistik bertanggung jawab terhadap terselenggaranya tertib
administrasi dalam bidang logistik di instalasi radiologi, perlatan dan
rumah tangga, untuk menyusun rencana kebutuhan daqn pengadaan bahan-
bahan keperluan dan perlatan radiologi dalam rangka pelaksanaan tugas
pelayanan radiologi, menyusun rencana pemeliharaan perlatan di instalasi
radiologi, menyiapkan program-program pengembangan pelayanan radiologi
menyusun laporan secara berkala tentang keadaan bahan kebutuhan dan
perlatan instalasi, membuat evaluasi dan usulan tentang penggunaan bahan
/ perlengkapan dan peralatan (efesiensi, efektifitas dan menyimpan,
mengelola bahan atau peralatan dan barang inventaris perkantoran di
instalasi radiologi.
B. Tujuan Manajemen Logistik
Kegiatan logistik sangat penting dalam menunjang kegiatan pengadaan
barang pada pihak perusahaan atau organisasi, secara umum kegiatan
logistik memiliki tujuan, yaitu:
a. Tujuan operasional : agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah
yang tepat dan mutu yang memadahi.
b. Tujuan keuangan : dapat melaksanakan tujuan operasional dengan biaya
serendah-rendahnya.
c. Tujuan pengamanan: agar persedian tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak
wajar lainya.
C. Daftar Kebutuhan Logistik
1. Alkes dan Obat-obatan
"No "
" LAMPU MERAH MENYALA "
"DILARANG "
"MASUK "
PERHATIAN
AWAS RADIASI
a. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan
0,25 mm Pb, dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan digumakan
disaat pemeriksaan dilakukan.
b. Terdapat fasilitas imobilisasi pasien yang berfungsi untuk mengurangi
pergerakan pasien pada saat pemeriksaan sinar-X.
c. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah
pada saat pemereiksaan dilakukan oleh orang dewasa atau keluarga
denggan menggunakan apron dan tidak dilakukan oleh petugas.
d. Tersedia perlatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya
konvensional seperti, kebakaran, banjir dan kedaruratan yang berkaitan
dengan listrik.
e. Arah berkas utama dari penyinaran sinar-X tidak diarahkan ke panel
kontrol
f. Selama penyinaran tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan
dengan pasien yang berada didalam ruang pemeriksaan.
g. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan sinar-X
dilakukan oleh teknisi yang sudah diberi mandat oleh penguasa yang
berwenang. Teknisi tersebut sudah mempunyai keahlian dan latar
belakang proteksi radiasi untuk mengerjakan perbaikan dengan aman.
h. Pesawat sinar-X dilarang dioperasikan oleh pihak yang tidak berwenang.
i. Terdapat perlatan monitoring petugas yaitu film badge untuk memantau
paparan radiasi yang diterima sebulan sekali.
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
A. Pengertian Proteksi Radiasi
Protyeksi radiasi merupakan cabag ilmu pengetahuan atau teknik yang
memperlajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan
dengan pemberian pelindungan pada seorang atau kelompok orang ataupun
kepada keturunanya terhadap kemungkianan yang merugikan kesehatan akibat
adanya paparan radiasi.
B. Tujuan Proteksi radiasi
Proteksi radiasi bertujuan untuk mencegah efek determenistik yang
membahayakan dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik, selain
itu proteksi radiasi bertujuan untuk melindungi pekerja radiasi dan
masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan
zat radioaktif atau sumber radiasi lain.
C. Tata Laksana Proteksi Radiasi
Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu
dimana pekerja radiasi yang berada dimedan radiasi akan menerima dosisi
radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada
di medan radiasi, pengaturan jarak ( paparan radiasi berkurang dengan
bertambahnya jarak dari sumber radiasi), dan penggunaan periasi radiasi
untuk penanganan sumber-sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi.
Setiap kegiatan yang mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh
dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang mendalam dan manfaatnya
lebih besar dibanding dengan kerugianya. Paparan radiasi dari suatu
kegiatan harus ditekan serendah mungkin, dan dosis yangditerima oleh
seseorang dalam menjalakankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi batas
dosisi yang sudah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Adapun upaya proteksi radiasi terhadap, petugas, pasien dan masyarakat
umum.\
a. Pemeriksaan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter umum atau
spesialis
b. Pemakaian perisai maksimum pada sinar primer
c. Pemakian teknik Kv tinggi untuk mengurangi radiasi yang diserap
pasien.
d. Jarak fokus kepasien tidak boleh teerlalu dekat
e. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin
f. Organ reproduksi dilindungi semaksimal mungkin.
g. Pasien yang hamil terutama usia kandungan pada trimester pertama tidak
boleh dilakukan secara radiologis.
h. Selama penyinaran berlangsung posisi petugas berada di belakang tabir
radiasi.
i. Pintu pemeriksaan ditutup dan lampu merah peringatan dinyalakan disaat
pemeriksaan berlangsung.
j. Selama penyinaran berlangsung tidak boleh ada orang selain petugas
atau pasien didalam ruang pemeriksaan.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Mutu pelayanan radiologi dilaksanan untuk mengetahui efektifitas dan
efesiensi pelayanan radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu
pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan pengembangan
pelayanan radiologi. Untuk meningkatkan mutu pelayanan radiologi, perlu
adanya evaluasi sistem dan prosedur pelayanan, fasilitas dan
penyelenggaraan pelayanan dan perbaikan sarana yang dilaksanakan secara
intern dan rutin melalui rapat intern radiologi.
B. Tujuan Pengendalian Mutu
1. Umum
Meningkatkan mutu pelayanan Radiologi Diagnostik Imajing RSI
Nashrul Ummah dengan mengenalkan dan meningkatkan budaya pelayanan
yang profesional, manusiawi, tepat waktu dan tepat guna
2. Khusus
Setiap Staf Unit Radiologi Diagnostik Imajing RSI Nashrul Ummah
selalu mengupayakan tercapainya kepuasan dan keselamatan pasien
C. Monitoring Mutu
1. Data Monitoring
Monitoring dilakukan untuk memantau performa dan mutu pelayanan di
radiologi., untuk itu, Maka ditetaokan beberapa indikator baik klinis
maupun manajerial yaitu:
a) Tercapainya kepuasan dan keselamatan pasien pada pelayanan radiologi
radiologi diagnostik Imajing
b) Pencapaian lama waktu tunggu hasil foto Sinar-X:
1) Ringan (1 hingga 2 Posisi) adalah 15 menit
2) Sedang (diatas 3 Posisi) adalah 30 Menit
3) Berat (pemeriksaan dengan media kontras) adalah 2 jam
c) Pencapaian kerusakan film tidak boleh melebihi 5% dari jumlah
pemakaian film selama satu bulan
d) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan keahlian staf Unit Radiologi
Diagnostik Imajing
2. Proses Monitoring
Proses peningkatan mutu pelayanan radiologi diagnostik imajing
dilaksanakan dengan cara:
a) Untuk sasaran waktu tunggu hasil foto pengumpulan data di ambil
melalui:
1) Pengumpulan jam foto dan jam hasil yang ada di formulir pemeriksaan
2) Jam foto diisi oleh radiografer setelah selesai melakukan pemrosesan
film
3) Jam hasil foto diisi oleh petugas administrasi setelah selesai di
expertise
4) Melalui jumlah tersebut data akan direkap dan dihitung rata-rata jam
hasil.
5) Frekuensi 1 bulan sekali
b) Untuk sasaran mutu kerusakan film, pengumpulan data diambil
melalui:
1) Menghitung jumlah yang film yang rusak yang telah dikumpulkan
oleh radiografer
2) Mengelompokkan berdasarkan ukuran dan sebab kerusakan
3) Menghitung rata-rata film rusak dan dibandingkan dengan jumlah
film yang terpakai
4) Frekuensi dilakukan selama 1 bulan sekali
c) Melakukan peningkatan mutu pelayanan radiologi staf unit rediologi
diagnostik imajing
1) Pendidikan dan pelatihan internal (Inhouse Training)
Pendidikan dan pelatihan di dalam RSI Nashrul Ummah oleh bagian
diklat RSI Nashrul Ummah.
2) Pendidikan dan pelatihan eksternal (Out House Training)
Pendidikan dan pelatihan di luar RSI Nashrul Ummah oleh ikatan
profesi (PARI)
d) Kegiatan evaluasi dan pengendalian mutu dilaksanakan pada acara :
1) Rapat rutin bulanan
2) Laporan tertulis
3) Breafing
4) Koordinasi dengan instalasi lain yang terkait
BAB X
PENUTUP
Pelayanan radiologi diagnostik merupakan bagian dari salah satu
meningkatkan mutu pelayanan dalam suatu rumah sakit untuk mewujudkan
kepuasan pelanggan, memberikan tanggung jawab kepada setiap orang, dan
melakukan perbaikan kesinambungan. Dalam upaya mencapai pelayanan
radiologi yang bermutu dan aman selain dilakukan pelayanan-pelayanan
untuk pasien juga perlu untuk petugas antara lainpenampilan fisik yang
prima seperti tata rambut, pakaian seragam, kebersihan diri, kerapian
cara senyum dan cara bertutur kata, penggunaan dan kepekaan yterhadap
bahasa tubuh, Delivery Of Services yang prima seperti kerelaan atau
ikhlas untuk melayani, kepedulian, kecepatan respon dalam meberikan
pelayanan, kesediaan untuk membantu klien, percaya diri, dan kesabaran,
profesional dalam menyampaikan pelayanan, ketaatan dalam prosedur ,
serta meningkatkan produktifitas dan hasil kerja yang prima.
Dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik untuk sarana
pelayanan kesehatan yang bermutu, maka diperlukan pedoman pelayanan
radiologi yang dapat dipakai sebagai acuan dan sarana pelayanan
kesehatan khususnya di instalasi radiologi.
Pedoman Pelayanan Unit Radiologi Diagnostik
RS Dedy jaya brebes
Nomor : 182/SK/DIR/RSINU/2015
"Tindakan "Nama "Jabatan "Tanda "Tanggal "
" " " "Tangan " "
" " " " " "
"Disiapkan "Atin tri.n "Pelaksana 1 " " "
" "Amd.Rad "Pelaksana 2 " " "
" "Praditha.w Amd Rad " " " "
" " "Kepala " " "
"Diperiksa "Dr. Baehaqi Sp.Rad "instalasi " " "
" " " " " "
"Disetujui "Dr. Irma yurita "Direktur " "15/03/2015"
-----------------------
Control table
Kamar gelap
Ruang ganti
Adm.
toilet
Table pasient