Daftar isi
Halaman judul........................................................................................................ Visi misi moto dan tujuan..................................................................................... SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PENETEPAN DAN PEMB ERLAKUAN TATA NASKAH RUMAH SAKIT......................... DAFTAR ISI........................................................................................................... BAB I DEFINISI.................................................................................................... BAB 11 RUANG LINGKUP................................................................................ BAB 111 TATA LAKSANA................................................................................... BAB IV PENUTUP...............................................................................................
Surat keputusan direktur No : Tentang : PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BIMA Direktur rumah sakit pku muhammadiyah bima setelah : Menimban
:
1. Bahwa kebutuhan pasien di RS meliputi kebutuhan bio psiko sosio spiritual yang harus terintegrasi dan saling mendukung dalam proses pelayanan pasien di RS. 2. Bahwa sehubungan dengan poin ( 1 ), di perlukan panduan pelayanan kerohanian sebagai standar dalam melakukan kegiatan pelayanan kerohanian. 3. Bahwa agar panduan pelayanan kerohanian mempunyai kekuatan hukum , perlu dsi tetapkan melalui surat keputusan direktur rumah sakit pku muhammadiyah Bima. Mengingat
:
1. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga persyarikatan muhammadiyah 2. Undang – undang RI No 36tahun 2009 tentang kesehatan 3. Undang – undang RI No 44 tahun 2009tyentang rumah sakit 4. Pedoman pimpinan pusat muhammadiyah No 01/PED /1.o /B /2011tentang amal usaha muhammadiyah 5. Surat keputusan pimpinan pusat muhammadiyah No 87 /KEP / 1.o /B / 2011 tentang pedoman majelis pembina kesehatan umum. 6. Surat keputusan majelis pembina kesahatan umum PP muhammadiyah No 06 / KEP /1.6 /H /2011 tentang penjelasan pedoman AUMKES Muhammadiyah. Memperhatikan
:
Memo intern kasubag kerohanian No : 97 / MI.RSMB – BR /2013 tanggal perihal pengajuan panduan pelayanan binroh.
MEMUTUSKAN MENETAPKAN : PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN RUMAH SAKIT MHAMMADIYAH BIMA pertama
:
memberlakukan panduan pelayanankerohanian RS Muhammadiyah Bima sebagaimana terlampir. Kedua
:
Memerintahkan kepada jajaran di bagian bina rohani dan petugas terkait di RS Muhammadiyah Bima untuk melakukan panduan pelayanan kerohanian sebagai standar dalam memberian pelayanan. Ketiga
:
Mengamanatkan kepadabagian bina rohani untuk melakukan pemantauan, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan panduan ini. Keempat
:
Keputusan ini berlaku tahun sejak tanggal di tetapkan, dan apabila kemudian hari terdapat kekliruian dalam keputusan ini, maka akan di adakan perbaikan dan perubahan seperlunya. Di tetapkan di : Tanggal Tepat tanggal : Direktur, RS Muhammadiyah Bima.
Dr. H. Muhammad Ali. Sp.PD NBM :1080453
PANDUAN
:
KUNJUNGAN BINROH KE PASIEN BAB 1 DEFINISI Setiap pasien yang datang di RS Muhammadiyah Bima tentu dengan maksud untuk berobat agar sakitnya lekas sembuh ( sehat kembali ), maka oleh para dokter telah di berikan obatnya setelah di temukan diagnosanya, di samping itu perlu di ketahui bahwa dari sekian ban yak pasien yang datang ke Rumah Sakit Muhammadiyah Bima rata – rata tidak ada yang ikhlas ( terpaksa ), semua pasien yang datang bermacam – macam perasaanya, ada yang merasa gelisah, putus asa dengan penyakit yang di deritanya dan lain – lain menurut keadaan penyakitnya masing – masing. Maka perlu sekapi pasien itu mendapatkan santunan dan pelayanan yang menyangkut ruhaninya, demikian pula dengan para keluarganya. Hal inilah yang menjadikan pentingnya kunjungan binroh ke pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP 1. Panduan ini di berlakukan untuk semua pasien dan keluarganya yang di rawat di RS PKU Muha mmadiyah Bima. 2. Pelaksana panduan ini adalah binroh RS PKU Muhammadiyah Bima, yang tugasnya adalah, sebelum mengunjungi pasien petugas binroh di harapkan memperhatikan jadwal kunjunganya dan mendata pasien yang baru, kemudian mempersiapkan buku data kunjungan dan buku tuntunan rohani bagi orang sakit yang akan di bagikan / di berikan kepada pasien yang akan di kunjunginya. 3. Ketika yang sakit adalah pasien bayi dan anak – anak maka kunjungan binroh di tujukan kepada keluarga pasien.
BAB III
TATA LAKSANA I.
PROSES PELAKSANAAN KUNJUNGAN BINROH KE PASIEN
1. Hendaklah petugas ruhaniawan / ruhaniawati masuk ke kamar pasien dengan tenang dan sikap yang menarik sambil salam, senyum, sapa, sopan dan santun ( 5 S ) 2. Mengucapkan salam dengan nada yang pelan ( tidak nada membentak / tinggi ) 3. Petugas binroh memperkenalkan diri dengan menyebut nama dan petugas dari mana ?. 4. Petugas binroh melihat kondidi umum pasien, kalau situasinya memungkinkan, dapat di tanyakan kepada pasien, umpamanya : Apakah yang anda rasakan ? Bagaimana kondisi sakitnya ? Sudah berapa lama terasa sakit yang demikian? Sudahkah berobat ke tempat lain termasuk kepada dukun umpamanya ? Apakah merasa gelisah, bingung, pesimis, optimis dan lain sebagainya? 5. Terhadap pasien yang beragama islam perlu di sampaikan :
Sudahkah menjalankan / pernah menjalankan sholat 5 waktu ?
Bagi yang sudah menjalankan, kalau waktu sholat telah sampai, agar ia di beri tahu supaya ia menjalankan sholat menurut kemampuanya.
Tahukah ia bagaimana menjalankan sholat sebagai orang yang sedang sakit, termasuk pula cara bersucu dari hadas besar maupun hadas kecil, tayamum atau menjama’ sholat ?
6. Bagi pasien yang ringan dan tiada halanganya, petugas binroh menganjurkan turut sholat berjamaah pada setiap waktu sholat di masjid. Kalau seorang pasien akan operasi, agar di ingatkan benar – benar umpamanya membaca do’a :
“ Hasbiya-llaahu wa ni’mal wakiil ‘ala-llahi tawakalltu “ Artinya :” cukuplah ALLAh bagiku dan Dialah sebaik – baik pelindungku. Hanya Kepada Engkau ya Allah aku berserah diri “ ( H.R Tirmidzi )
Dan bagi pasien yang belum menjalankan sholat, petugas binroh memberikan nasehat secara baik – baik dan menarik, tidak dengan membentak atau marah – marah serta tidak dengan suara yang tinggi.
7. Kalau ada pasien yang mengaduh, merintih di kuatkan mentalnya dengan nasehat agar dia sabar, menerima dengan ikhlas setiap penderitaan, dengan di tuntun atau di suruh berdoa sebagai penguat mental . umpamanya menbaca : “ ASTAGFIRULLAH “ “ LAAHAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAAHI “ Atau dzikir lainya ........ Dan di beri nasehat dan penjelasan sehingga ia mengerti dan menyadari bahwa segala sesuatu itu atas kehendak ALLAH, manusia hanya berikhtiar dan berdo’a. 8. Di ingatkan pula bahwa sakit atau penderitaan itu termasuk ujian dan peringatan agar supaya orang tidak lupa kepada Allah di waktu sehat dan berkecukupan, bahkan sudah terbiasa di katakan orang, bahwa sakit itu adalah : GANJARAN dari Allah yang berarti harus di terima dengan ikhlas dan sabar, jangan sampai timbul anggapan / perasan tidak baik terhadap Allah bahkan harus tetap dan terus menerus dengan khidmat memohon kepada Allah baik dengan di ucapkan maupun dengan menyebut di dalam batin agar sakitnya lekas sembuh, umpamanya dengan mebaca do’a :
“ Allahumma inni as alukal ‘afwa wal aa’fiyata fiddunyaa wal aakhiraatii “ Artinya : “ ya Allah , sungguh aku mohon kepada-Mu limpahkan ampunan, kesembuhan, kesehatan dan kesejahteraan serta ampunan di dunia dan akhirat “ ( H.R Ibnu Majah dan At – tirmidzi )
9. Petugas binroh mengingatkan kepada pasien, bahwa dengan sakit itu orang akan menyadari betapa kelemahan manusia, dan betapa besar kekuasaan tuhan, kuasa untuk membuat sakit dan kuasa untuk menyembuhkan, manusia tidak berdaya dan selalu harus tunduk dan menyerah kepada kehendak dan ketentuan Allah setelah takdir menentukan. 10. Petugas binroh mengingatkan bahwa dengan dasar rasa sabar dan ikhlas terhadap sakit dan penderitaanya itu akan menjadi obat untuk penyakitnya, demikian pula kalau sebaliknya. 11. Agar senantiasa di tanamkan rasa optimis ( penuh rasa harap ) kepada para pasien, bahwa insyaAllah penyakitnya itu akan sembuh atas izin dan kehendak Allah walau sakit yang bagaimanapun juga, sebap Allah maha kuasa dan tiap – tiap penyakit itu ada obatnya. 12. Di nasetkan kepada para pasien agar menghilangkan segala pemikiran terhadap segala urusan yang ada di rumah, serahkan saja kepada keluarga yang sehat – sehat untuk mengurusnya, dengan demikian fikiran si pasien akan lebih tenang dan lebih mempercepat proses penyembuhanya. 13. Para pasien agar di nasehati tetap menetapi nasehat dan petunjuk dokter / perawat dalam hal pengobatan, makanan dan lain – lain, di ingatkan hadis Nabi Muhammad SAW ( riwayar Bukhari Muslim dari Abi Said ) : Artinya : “ Apa – apa yang menimpa kepada seorang muslim berupa kepayahan, kesusahan dan penderitaan serta kesedihan sampai duri yang menusuknya, Allah akan menghapuskan kesalahan / dosa –dosanya “. 14. Petugas binroh mebacakan do’a, pasien dan keluarganya supaya sama – sama mengamininya, umpamanya membaca do’a :
Allaahumma rabbannaasi azhibil ba’sa isyfi antasy syaafi laa syifaa-a allaa syifaa uka an taa yughaadiru saqaman Artinya ; “ ya Allah, tuhan pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah, Engkaulah zat yang maha penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan kesembuhan dari Mu, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak menyebapkan kambuh lagi “. ( H.R Bukhari Muslim dari Aisyah ). 15. Kepada pasien yang telah kritis agar petugas binroh memberikan contoh dan menyarankan kepada keluarga pasien agar di talqin ( di tuntun membaca : LAA ILAAHA ILLALLAH ),dan kepada pasien yang sudah dalam keadaan demikian itu di nasetkan agar lebih memperbesar rasa optimisnya ( rasa lebih besar harapan ) terhadap Allah, bahwa Allah akan mengampuni dosa – dosanya, sehingga ia merasa tenang dan tidak panik. 16. Kepada pasien yang tidak beragama islam hendaklah binroh bijaksana dalam melayaninya, supaya petugas dapat menampakan dan melahirkan sikap – sikap dan kata – kata yang menarik, dan menunjukan bahwa ajaran islam adalah amat baik,termasuk sikap terhadap pemeluk agama lain, sudah barang tentu kesemuanya itu dengan cara – cara yang tidak menyinggung dan tidak keluar dari ajaran agama islam.
II.
PELAYANAN BINROH KEPADA KELUARGA PASIEN YANG MENJENGUK 1. Kepada pasien yang menjenguk ,petugas binroh memberikan arahan agar di anjurkan waktu datang, dengan sikap yang serius dan khidmat mendoakan kepada pasien supaya lekas sembuh, dengan kemampuan bahasanya masing – masing,
kalau perlu petugas binroh yang membacakan do’anya,para keluarga agar supaya sama – sama mengamininya, umpamanya membaca do’a :
Allaahumma rabbannaasi azhibil ba’sa isyfi antasy syaafi laa syifaa-a allaa syifaa uka an taa yughaadiru saqaman Artinya ; “ ya Allah, tuhan pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah, Engkaulah zat yang maha penyembuh, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan kesembuhan dari Mu, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak menyebapkan kambuh lagi “. ( H.R Bukhari Muslim dari Aisyah ). 2. Petugas binroh menyampaikan kepada keluarga pasien, bahwa berobat itu adalah ikhtiar manusia, pada hakekatnya yang kuasa dan yang dapat menyembuhkan adalah Allah yang maha kuasa agar tidak menggerutu kalau sekiranya tidak berhasil. 3. Kepada keluarga yang di beri ijin untuk menunggu pasien, petugas binroh perlu menyarankan agar ia menjaga pasien itu, di dasarkan atas keikhlasan dan kesabaran, bahwa hal termasuk ibadah, apalagi anak terhadap orang tuanya. 4. Jika pasien sudah dalam keadaan kritis, sudah tidak ada harapan untuk sembuh, petugas binroh menasehatkan kepada para keluarga yang menunggui, agar jangan panik dan bingung, akan tetapi agar bertawakal berserah diri kepada Allah sambil mendoakan doa yang di tuntunkan oleh Nabi muhammad SAW.
Allahumma ahyihi maa kaanatil hayatu khairan
lahu wa tawaffahu maa
kaanatil wafaatu khairan lahu. Artinya : “ ya Allah hidupkanlah dia jika hidup itu lebih baik baginya dan wafatkanlah dia bila wafat itu lebih baik baginya “ ( HR. Jama’ah dari anas ). 5. Perlu di ingatkan pula kepada para keluarga yang menengok pasien, agar senantiasa menjaga ketenangan suasana jangan bersuara keras, jangan gaduh dan jangan bergurau . 6. Petugas binroh perlu mengingatkan kepada keluarga pasien, jangan terlalu banyak berkomunikasi yang kurang perlu kepada pasien / keluarga, misal membicarakan aib orang lain dsb, jangan brgurau atau melakukan sesuatu yang akan mengganggu suasana / ketenangan pasien. III.
PELAYANAN
BINROH KEPADA PASIEN ANAK – ANAK DAN
BERSALIN 1. Penyantunan kerohanian / keagamaan jiga di tujukan kepada pasien anak – anak serta keluarganya, dan juga terhadap pasien bersalin. 2. Dalam menyantuni pasien anak – anak mengenai kerohanian dan keagamaan pada umumnya juga memberikan tuntunan do’a sewaktu bayi di lahirkan ialah binroh perempuan ( ruhaniawati ) ataupun ibu / keluarga bayi agar membaca do’a yang berisi :
A’uudzu bikalimaatillaahit taammati min kulli syaithaanin wa haamatin wa min kulli ‘ainin laammatin. Artinya : Hamba memohon perlindungan kalimah illahi yang sempurna dari pada semua syaitan
dan binatang – binatang yang berbisa, dari
pandangan mata yang jahat “.
BAB IV PENUTUP Pasien dan keluarga pasien berhak mendapatkan layanan yang menyangkut rohani dan spiritualnya, untuk perlu di buatkan pedoman tentang layanan tersebut, mudah – mudahan dengan pelayanan tersebut pasien terbantu penyembuhanya dari sisi rohani dan spiritualnya.