3. Peledakan 1. Bahan Peledak a.
Bahan pe peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berben berbentuk tuk padat, padat, cair, cair, atau atau campur campurann annya ya yang yang apabil apabila a diberi diberi aksi aksi panas, panas, bentur benturan, an, geseka gesekan n atau atau ledak ledakan an awal awal akan akan mengal mengalami ami suatu suatu reaksi reaksi kimia kimia ekso eksote termi rmis s sang sangat at cepa cepatt dan dan hasi hasill reak reaksi siny nya a seba sebagi gian an atau atau selu seluru ruhn hnya ya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
b.
Klasifikasi Bahan Peledak
BAHAN PELEDAK
KIMIA
MEKANIK
BAHAN PELEDAK LEMAH (LOW EXPLOSIVE )
BAHAN PELEDAK KUAT (HIGH EXPLOSIVE )
PRIMER
NUKLIR
SEKUNDER
PERMISSIBLE
NON-PERMISSIBLE
Gambar 1. Klasifikasi bahan peledak menurut J.J. Manon (1978)
BAHAN PELEDAK
KIMIA
MEKANIK
BAHAN PELEDAK KUAT (HIGH EXPLOSIVE )
ASLI SECARA MOLEKULER
NUKLIR
BAHAN PELEDAK LEMAH (LOW EXPLOSIVE )
BLASTING AGENT
NON-PERMISSIBLE
Gambar 2. Klasifikasi bahan peledak
1
1. Menurut Menurut R.L. R.L. Ash (1962), (1962), bahan bahan peledak peledak kimia kimia dibagi dibagi menjadi: menjadi: a. Baha Bahan n pel peled edak ak kuat kuat (high (high explosive) explosive) bila memiliki sifat detonasi atau meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 – 8.000 m/s) b. Bahan peledak lemah (low explosive explosive)) bila bila memi memilik likii sifa sifatt defla deflagr gras asii atau atau terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
2. Menurut Menurut Anon (1977), (1977), bahan bahan peledak peledak kimia dibagi dibagi menjadi menjadi 3 jenis seperti seperti terlihat terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi bahan peledak menurut Anon (1977) JENIS
REAKSI
Bahan peledak lemah (low ( low explosive) explosive) Bahan peledak kuat (high ( high explosive) explosive) Blasting agent
c.
Deflagrate (terb erbaka akar) Detonate (meledak) Detonate (meleda ledak) k)
CONTOH blac black k powd owder NG, TNT, PETN ANF ANFO, slu slurry, em emulsi lsi
Bahan Bahan peledak peledak industri industri adalah adalah bahan bahan peleda peledak k yang yang diranc dirancang ang dan dibuat dibuat khusus khusus untuk untuk keperluan keperluan industri, misalnya industri industri pertamban pertambangan, gan, sipil, sipil, dan industri lainnya, di luar keperluan militer.
BAHAN PELEDAK
BAHAN PELEDAK KUAT
AGEN PELEDAKAN
TNT Dinamit Gelatine
BAHAN PELEDAK KHUSUS
ANFO
Seismik
Slurries
Trimming
Emulsi
Permissible
Hybrid ANFO Slurry mixtures
Shaped charges Binary LOX Liquid
PENGGANTI BAHAN PELEDAK Compressed air / gas Expansion agents Mechanical methods Water jets Jet piercing
Gambar 3. Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988)
d.
Reak Reaksi si pele peleda daka kan n beru berupa pa reak reaksi si ekso eksote term rmis is,, yait yaitu u reak reaksi si kimi kimia a yang yang menghasilkan panas.
2
e.
Hasil peledakan tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan karena kondisi eksternal akan mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan peledak tersebut.
f.
Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia yang menimbulkan pembakaran dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi.
g.
Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan kecepatan reaksi dan sifat reaksinya menjadi bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak lemah (low explosives).
2. Perlengkapan Peledakan 1. a.
Detonator Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer.
b.
Jenis-jenis detonator adalah detonator biasa, listrik, dan nonel yang masingmasing dibedakan dari cara pembentukan panas untuk meng-inisiasi bahan peledak yang ada di dalam detonator.
c.
Ditinjau dari waktu meledaknya detonator dibagi dua tipe, yaitu detonator langsung (instantaneous) dan tunda (delay ).
Instantaneous detonator adalah detonator yang meledak langsung setelah sumber energi menginisiasi isian primer dan sekunder; dan
delay detonator adalah detonator yang dapat menunda sumber energi beberapa saat, yaitu antara puluhan millisekon sampai sekon atau detik, untuk meledakkan isian primer dan sekunder.
d.
Detonator listrik tunda hanya bisa dipasang di dalam lubang ledak.
e.
Detonator nonel tunda bisa dipasang di dalam lubang, disebut in-hole delay , dan dipermukaan, trunkline atau surface delay
3
tabung silinder isian dasar (shell) (base charge)
ramuan pembakar (Ignition mixture)
isian utama ( primer charge)
ruang kosong disediakan untuk sumbu bakar (safety fuse)
Gambar 4. Sketsa penampang detonator biasa
plastik selubung kabel
plastik selubung kabel
penyumbat penyumbat
fusehead : - kawat halus yang memijar - ramuan pembakar tabung silinder
isian utama
isian dasar
a. Detonator listrik langsung
fusehead elemen waktu tunda tabung silinder
isian utama
isian dasar
b. Detonator listrik tunda
Gambar 5. Sketsa penampang detonator listrik
4
tabung alumunium
elemen transisi
penyumbat anti-statis
pelapis baja
isian dasar
isian utama
sumbu nonel
elemen tunda
plug penutup tidak tembus air
Gambar 6. Bagian dalam detonator nonel
2. Sumbu api (safety fuse) Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan ramuan pembakar (ignition mixture) di dalam detonator biasa, sehingga dapat meledakkan isian primer dan isian dasarnya. Bagian inti dari sumbu api berupa blackpowder atau gunpowder yang tergolong bahan peledak lemah (low explosive) dan dibungkus oleh tekstil serta dilapisi material kedap air, misalnya aspal dan plastik.
bagian ujung yang dipotong tegak lurus
bagian ujung yang dipotong miring
SUMBU API
Blackpowder dibakar
blackpowder bersentuhan dengan ramuan pembakar dalam detonator
Gambar 7. Cara pemotongan dan penyulutan sumbu api
3. Sumbu ledak (detonating cord ) Berbagai nama untuk sumbu ledak yang dikenal di lapangan antara lain detonating cord , detonating fuse, atau cordtex . Sumbu ledak adalah sumbu yang pada bagian 5
intinya terdapat bahan peledak PETN, yaitu salah satu jenis bahan peledak kuat dengan kecepatan rambat sekitar 6000 – 7000 m/s. Komposisi PETN di dalam tersebut bervariasi dari 3,6 – 70 gr/m. Namun, yang sering digunakan adalah sumbu ledak dengan isian PETN 3,6 gr/m atau 5 gr/m karena akan mengurangi kerusakan stemming dan bahan peledak serta pengaruh air blast .
Anyaman tekstil sintetis
Serat nylon
Selubung plastik
Inti katun
PETN
Gambar 8. Bagian-bagian sumbu ledak
Sumbu api
Ke arah rangkaian peledakan
Detonator No. 6 atau 8
Sumbu ledak
Selotip kuat
a. Menggunakan sumbu api Leg wire Ke arah rangkaian peledakan
Detonator No. 6 atau 8
Sumbu ledak
Selotip kuat
b. Menggunakan detonator listrik
Gambar 9. Cara meledakkan sumbu ledak
4. Penyambung (connector ) Penyambung maksudnya adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menghubungkan kawat listrik atau sumbu peledakan antar lubang ledak. Tujuannya antara lain:
6
Sekedar menyambung leg wire antar lubang memakai kawat penyambung pada peledakan dengan detonator listrik
Menyambung sumbu nonel antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda permukaan (surface atau trunkline delay )
Menyambung sumbu ledak antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda permukaan
Menyambung sumbu api antar lubang pada peledakan dengan detonator biasa.
5. Primer dan Booster Primer adalah suatu istilah yang diberikan pada bahan peledak peka detonator, yaitu bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang sudah dipasang detonator yang diletakkan di dalam kolom lubang ledak. Proses peledakan di dalam kolom lubang ledak sebagai berikut:
setelah alat pemicu ledak menginisiasi detonator, maka cartridge akan meledak,
meledaknya cartridge atau primer akan memberikan energi cukup kuat untuk menginisiasi bahan peledak utama disepanjang kolom lubang ledak.
Terdapat tiga tempat atau titik untuk meletakkan primer di dalam kolom lubang ledak (lihat Gambar 3.1) , yaitu: 1) dibagian dasar bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut bottom priming , 2) dibagian tengah bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut deck atau middle priming , 3) dibagian atas bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut top atau collar priming , Cara pembuatan primer pada prinsipnya sama untuk semua jenis detonator, yaitu menyisipkan detonator pada dinamit atau cartridge Ketika menyisipkan detonator pada cartridge atau dinamit, disarankan untuk membuat lubang seukuran diameter detonator menggunakan kayu atau bamboo atau bukan dari penusuk dari logam
Booster didefinisikan sebagai bahan peka detonator yang dimasukkan ke dalam kolom lubang ledak berfungsi sebagai penguat energi ledak (Gambar 3.2.a).
7
Dari detonator bisa berupa: - Kabel listrik ; - Sumbu Ledak - Sumbu nonel ; - Sumbu Api Penyumbat (stemming ) Kolom lubang ledak Bahan peledak utama (Primary Charge)
TOP (COLLAR) PRIMING
DECK (MIDDLE) PRIMING
BOTTOM PRIMING
Gambar 10. Posisi primer di dalam kolom lubang ledak
Penyumbat (stemming )
Inisiator
Bahan peledak utama (Primary Charge) BOOSTER
BOTTOM PRIMING
5300 s / m , 4640 O F N A i 3980 s a n o t e d 3320 n a t a p 2660 e c e K
Kurva A A
B
Diam. primer, Tekanan detonasi inci primer, kbars 240
3 1
B
2 2
240
C
2
240
D
1
240
C Konstan D
2000 0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jarak dari primer, cm
a. Perbedaan booster dan primer dalam kolom lubang ledak
b. Karakter energi peledakan ANFO dengan variasi diameter primer (Junk,1968)
Gambar 11. Perbedaan booster dan primer serta karakter energi ledak ANFO
3. Peralatan Peledakan a.
Blasting machine (BM) atau exploder sebagai pemicu ledak yang dilengkapi dua terminal (kutub) listrik positif dan negatif.
b.
Untuk memperlancar peledakan listrik diperlukan alat pendukung, yaitu alat pengukur tahanan (blastometer atau BOM), alat pengukur kebocoran arus listrik, multimeter peledakan, pengukur efisiensi kerja blasting machine, alat detektor
8
petir dan kawat utama (lead wire). Alat pendukung harus dipersiapkan untuk menjamin keselamatan dan keamanan kerja peledakan listrik. c.
Tamper yaitu semacam tongkat dari kayu yang berfungsi untuk memadatkan stemming.
d.
Peralatan pengamanan peledakan harus selalu dipersiapkan pada saat pelaksanaan peledakan. Minimal yang harus tersedia adalah radio komunikasi (HT), sirine, bendera merah atau pita pembatas area yang akan diledakkan, dan rambu-rambu di lokasi yang diperkirakan terkena dampak negatif langsung akibat peledakan.
4. Pola Pemboran dan Peledakan a.
Pada tambang terbuka terdapat tiga pola pengeboran, yaitu: •
pola bujursangkar (square pattern), jarak burden dan spasi sama
•
pola persegipanjang (rectangular pattern), jarak spasi dalam satu baris lebih besar dibanding burden, dan
•
pola zigzag (staggered pattern), antar lubang bor dibuat zigzag yang bisa berasal dari pola bujursangkar maupun persegipanjang.
b.
c.
Pada tambang bawah tanah terdapat empat pola pengeboran dasar, yaitu: •
Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut
•
Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji
•
Drag cut atau pola kipas
•
Burn cut disebut juga dengan cylinder cut
Pola peledakan menunjukkan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah lubang ledak. Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda pada sistem peledakan antara lain adalah: •
Mengurangi getaran
•
Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock )
•
Mengurangi gegaran akibat airblast .
•
Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
9
3m
3m
2,5 m
3m
Bidang bebas
Bidang bebas
a. Pola bujursangkar
b. Pola persegipanjang
3m
3m
2,5 m
3m
Bidang bebas
Bidang bebas
d. Pola zigzag persegipanjang
c. Pola zigzag bujursangkar
Gambar 12. Sketsa pola pengeboran pada tambang terbuka
d.
Pada tambang terbuka pola peledakan dapat diatur antar baris, antar beberapa lubang, atau antar lubang. Sedangkan pada bukaan bawah tanah selalu diawali dengan peledakan cut untuk membuka bidang bebas baru.
Arah lemparan batuan w B 4
3
2
1
B 5
4
3
y
2
B 6
5
4
3
SEBELUM PELEDAKAN 1,4 B
4
3
1,4 B
2
5
1,4 B
1
4 6
1,4 B
2
3 5
SETELAH PELEDAKAN
4
3
10
Gambar 13. Peledakan pojok dengan pola staggered dan sistem inisiasi echelon serta orientasi antar retakan 90° Arah lemparan batuan
w B 4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
1,4 B
1,4 B
1,4 B
1,4 B
B
1.4B
y
1.4B 2B SEBELUM PELEDAKAN
3
4
2
1
SETELAH PELEDAKAN
Gambar 14. Peledakan pojok antar baris dengan pola bujursangkar dan sistem inisiasi echelon Arah lemparan batuan
w B 1
1
1
1
B B
B
y 2 1,4B
2
2
2
3
3 2B
3 2B
3 2B
2B
SEBELUM PELEDAKAN
1 2 3 SETELAH PELEDAKAN
Gambar 15. Peledakan pojok antar baris dengan pola staggered
11
Arah lemparan batuan
w B 4
3
2
1
2
3
4
y
B 6
5
4
3
4
5
6
8
7
6
5
6
7
8
B
SEBELUM PELEDAKAN
4 SETELAH PELEDAKAN
1,4 B
B
6 8
1,4 B
1,4 B
1,4 B
B
2
1
5
4
3
4
5
7
6
5
6
7
3
2
3
4 6 8
Gambar 16. Peledakan pada bidang bebas memanjang dengan pola V-cut persegi panjang dan waktu tunda bebas
Roof holes atau back holes
Tinggi busur
Stoping holes atau helper holes atau reliever holes Wall holes atau rib holes
Cut holes Tinggi abutment
Cut spreader holes atau raker holes Floor holes atau lifter holes
12
Gambar 17. Kelompok lubang pada pemuka kerja suatu terowongan
18
19 18
17
16
18
18 18 18
18 16
15
15
18 16
14
18
18 19
17
14
15
16
11
13
15
18
12 17 15
17
11
13
9
5,2 m 16
16 14
12
10
10
12
14 16
16 15
17
17
18
13
11
9
11
13
16
14
12
14
16
15
17
17
18
7,5 m
5
7 2 3
4 1 6
8
Gambar 18. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan 12
11
11
11
11
11
11
10
11 10
9
9
8
7
10
11
8
7
9
9
10
7 6 5 4 3 2 1 0
0 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 0
0 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 0 10
9
9
9
9
10
9
9
9
7
9
7
6
6,4 m
0 1 2 3 4 5 6 7 9
8
11
9
7
8
10
11
11
10
9
7
2
4
6
8
8
6
1
3
5
7
9
7
2
4
6
8
11
12
2,8 m
9,4 m
TAMPAK DEPAN
12
11
10
2,5 m TAMPAK DEPAN
5,6 m 1,0 m
TAMPAK ATAS
Gambar 19.
TAMPAK ATAS
Gambar 20. 13
e.
Pola peledakan dengan wedge cut
Pola peledakan dengan drag cut
pada suatu terowongan
pada suatu terowongan
Faktor teknis yang menentukan keberhasilan peledakan terutama ditentukan oleh diameter lubang ledak, ketinggian jenjang dan fragmentasi hasil peledakan
f.
Geometri peledakan terdiri dari sejumlah parameter jarak atau panjang yang terdiri dari spasi, burden, tinggi jenjang, kedalaman kolom lubang ledak, penyumbat (stemming ) , panjang kolom isian bahan peledak utama, dan subdrilling .
g.
Powder factor (PF) adalah perbandingan antara volume peledakan dengan jumlah bahan peledak yang dipakai. PF biasanya sudah ditetapkan oleh perusahaan karena merupakan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya dan juga karena berbagai pertimbangan ekonomi.
A N G J N E J H ) C A K P U N P BENC TO (
S
G N ) A B L ( U L K A M D O E L L O K
B
T CRES
T
H
S E BA ) B A N G C E B I D E E F A ( F R
PC
B
B
α
OE T T
T
H J
L PC
B J A N G N E J I H ) A N T A R BENC H L L O ( FLO PC
Gambar 21. Terminologi dan simbul geometri peledakan J J Keterangan : B = burden ; Lvertikal = kedalaman kolom lubang a. Lubang ledak b. ledak Lubang ledak miring S = spasi
;T
= penyumbat (stemming ) 14
H = tinggi jenjang ; PC = isian utama ( primary charge atau powder column) J
= subdrilling
Gambar 22. Lubang ledak vertikal dan miring Keterangan : B = burden sebenarnya (true burden) B’ = burden semu (apparent burden) α
= Sudut kemiringan kolom lubang ledak
5. Secondary Blasting a. Peledakan bongkah batu atau secondary blasting adalah peledakan untuk memperkecil bongkah tersebut agar terbentuk fragmentasi batuan yang berukuran sesuai dengan pekerjaan selanjutnya. b. Teknik peledakan bongkah bisa blockholing (pop shooting), mud capping (plaster shooting) dan snakeholing
2
3
− 34
arah
pengeboran
15
Gambar 23. Peledakan ulang dengan cara blockholing .
Gambar 24. Beberapa cara peledakan mudcapping
Gambar 25. Sketsa snackholing
6. Gagal Ledak (Misfire) “Gagal ledak” adalah istilah yang diberikan kepada bahan peledak yang tidak meledak di dalam kolom lubang ledak. Terdapat beberapa ciri awal untuk mengindikasikan bahwa suatu lubang ledak tidak meledak, antara lain:
Perhatikan dari jauh asap yang keluar dari dalam lubang yang tidak meledak, biasanya mengalir dengan konstan. Apabila tidak bisa, maka setelah 15 menit untuk peledakan listrik atau 30 menit untuk peledakan dengan sumbu api, 16
lakukan pemeriksaan pada tumpukan fragmentasi hasil peledakan untuk mengamati sisa asap yang keluar dari lubang.
Terbentuk banyak bongkah batuan hasil peledakan.
Bila menggunakan sistem peledakan listrik carilah kawat yang masih terlihat diantara tumpukan fragmentasi hasil peledakan. Bila menggunakan sistem sumbu ledak carilah sumbu ledak di sekitar tumpukan
fragmentasi. Sumbu ledak tidak akan tersisa apabila betul-betul meledak.
Beberapa cara mengatasi gagal ledak adalah: •
Bila masih terlihat kawat detonator dan diperiksa masih aktif atau sumbu ledak, maka dapat diledakkan ulang menggunakan blasting machine.
•
Bila kawat dan sumbu ledak tidak terlihat, dapat dilakukan peledakan ulang dengan terlebih dahulu mengeluarkan stemming menggunakan kompresor.
•
Membongkar lubang ledak menggunakan alat gali misalnya shovel, backhoe atau dragline. Cara ini merupakan alternatif terakhir apabila tidak ada cara l ain yang relative lebih aman.
•
Menetralisir bahan peledak ANFO dengan cara menuangkan atau menyemprotkan air ke dalam lubang gagal ledak. Yang perlu dingat bahwa bahan peledak emulsi, watergel , slurry dan cartridge (primer) tidak dapat larut. Oleh sebab itu tetap harus dilakukan penggalian atau peledakan ulang untuk mengatasi lubang gagal ledak.
7. Zero Oksigen Balance Tujuan dari peledakan pada suatu tambang adalah membentuk “Zero Oksigen Balance” yaitu unsur-unsur hydrogen, nitrogen, oksigen dan karbon di dalam bahan peledak tersebut harus dibuat sebanding sedemikian rupa sehingga gas-gas yang terjadi pada waktu peledakan semua unsur-unsur H bereaksi menjadi H 2O, unsurunsur
N dibebaskan sebagai
molekul-molekul
N2, unsur-unsur
C bereaksi
membentuk CO2.
Bila jumlah O2 tidak cukup disebut “Negative Oksigen Balance” terbentuk gas CO, bila jumlah O2 berlebihan disebut “Positive Oksigen Balance” terbentuk gas NO 2.
17
Rumus ZOB : Oo – 2Co – ½ Ho = 0 Rumus tersebut dapat dikoreksi dengan : ( Oo – ½ Nao – Cao ) - 2Co – ½ Ho = 0 Dimana : Oo
= jumlah oksigen yang terdapat pada bahan peledak tersebut.
Co
= jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat C.
Ho
= jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat H.
Nao
= jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Na.
Cao
= jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengikat Ca.
Contoh : AN + FO
CO2 + H2O + N2
AN
= NH4NO3
FO
= CH2
BM AN
= 14 + 4 + 14 + 48
BM FO
= 12 + 2
= 80
= 14
Gram ataom dalam AN :
Gram atom dalam FO :
Grat N
Grat C
= 2 / 80 x 100% = 2,5 grat
Grat H
= 7,14 grat
= 4 / 80 x 100%
Grat H
= 5 grat Grat O
= 1 / 14 x 100%
= 2 / 14 x 100% = 14,28 grat
= 3 / 80 x 100% = 3,75 grat
Menghitung perbandingan bahan-bahan dalam bahan peledak dimana persamaan reaksinya tidak diketahui :
a AN + b FO = c CO2 + d H2O + e N2 a NH4NO3 + b CH2
AN
% X
c CO2 + d H2O + e N2
Ho 5,00 X
No 2,50 X
Oo 3,75 X
Co
18
FO Total
Y 1,00
Karena X + OB
14,28 Y (5,00X + 14,28Y)
2,50 X
3,75 X
7,14 Y 7,14Y
Y = 100%, maka X + Y = 1 = Oo – 2Co – ½ Ho
Substitusikan angka gram setiap elemen ke dalam persamaan : OB
= 3,75 X - 2 (7,14 Y) - ½ (5,00 X + 14,28 Y) = 0 = 3,75 X - 14,28 Y) - 2,5 X - 7,14 Y) = 1,25 X - 21,42 Y
1,25 X
= 21,42 Y
X
= 17,136 Y
⇒
X + Y
= 1 , maka
⇒
17,136 Y + Y
= 1
⇒
18,136 Y
= 1
⇒
Y
= 0,055 (5,5% FO)
X
= 0,945 (94,5% AN)
⇒
Jadi campuran yang tepat adalah 94,5% AN dan 5,5% FO
KOMPOSISI BAHAN PELEDAK BERAT MOLEKUL
FORMULA
KOMPOSISI (grat/100 gr) C H N
NG
227,09
C3H5(NO2)3
1,321
2,202
1,321
3,963
TNT
227,13
C6H2CH3(NO2)3
3,082
2,201
1,321
2,642
-
4,170
6,300
-
2,140
NAMA
Wood Pulp AN
-
O
80,1
NH4NO3
-
4,997
2,498
3,748
Sodium Nitrate
85,01
NaNO3
Na=1,176
-
1,176
3,530
Cal.Car
100,09
CaCO3
0,999
Ca=0,999
-
3,000 19
Celluoce
-
3,710
-
3,090
20