I.
Judul
: Pembuatan Larutan
II.
Hari / Tanggal Tanggal Percobaan : Rabu, 15 November November 2017, Pukul 09.30
III.
Selesai Percobaan
IV.
Tujuan :
: Rabu, 15 November 2017, Pukul 12.00
1. Membuat larutan dengan satuan konsentrasi Molar 2. Menghitung molaritas, molalitas dan fraksi mol 3. Melakukan pengenceran larutan V.
Tinjauan Pustaka Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi, baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Dalam larutan ada dua komponen, yaitu yaitu solven dan solute. Solven disebut juga pelarut, dimana secara fisik tidak berubah saat larutan terbentuk. Biasanya, air digunakan sebagai solven. Selain air, yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzene, minyak, asam asetat, dan lain sebagainya. Akan tetapi, apabila kita menggunakan pelarut air terkadang tidak disebutkan. Semua komponen lainnya yang larut dalam pelarut disebut solute atau zat yang terlarut. Larutan garam dalam air misalnya air, yang cair adalah pelarut (solven), dan garam yang dapat larut dalam air adalah z at terlarut (solute). Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut dalam larutan lebih banyak ban yak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarutkan pada temperature disebut dengan larutan lewat jenuh. Larutan gas dibuat dengan mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen dan merupakan suatu larutan. Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam suatu cairan. Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair.
Larutan padatan adalah padatan-padatan dimana suatu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya. Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan padat atau dua larutan nonpolar yang membentuk larutan satu sat u fase homogeny. Larutan yang tidak melarutkan adalah campuran dari dua zat cair padat dan nonpolar membentuk dua fase. Sifat dari suatu larutan ditentukan oleh jenis dan jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Komponen dari larutan biner, yaitu zat terlarut dan zat pelarut adalah : a.
Konsentrasi Larutan
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Zat terlarut adalah suatu zat cair atau padat, dan pelarut adalah suatu zat cair. Pada umumnya, konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik dan satuan kimia. Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan fisik, yaitu persen berat (%), persen berat volume berat (% , %), persen volume (%), persen berat volume (%), gram zat terlarut dalam satu liter larutan, milligram zat terlarut dalam satuan millimeter larutan, part per million (ppm), part per billion (ppb). Cara menyatakan konsentrasi dalam satuan kimia, yaitu kemolaran (M), kenormalan (N), keformalan (m ( m), dan fraksi mol. Dalam bidang kedokterdan dan ilmu-ilmu biologi, biasanya digunakan satuan konsentrasi dalam persen berat volume, persen milligram, equivalen (Eq), miliekivalen (m (m Eq) dan keosmolaran. Secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi). Satuan konsentrasi paling umum dalam kimia adalah molaritas (M) atau konsentrasi molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas didefinisikan melalu persamaan, yaitu:
M=
Atau M =
Prosedur untuk menyiapkan suatu larutan yang molaritasnya diketahui adalah: 1.
Menimbang zat terlarut secara akurat
2.
Memasukkan zat terlarut yang yang sudah ditimbang ke dalam labu
volumetric melalui corong 3.
Menambahkan air ke dalam labu volumetric sambil digoyang
perlahan untuk melarutkan zat terlarut padat 4.
Menambahkan air sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda
volume 5.
Molaritas larutan dapat diketahui apabila kita telah mengetahui
volume larutan, yaitu volume labu yang digunakan dan kuantitas senyawa (jumlah mol) yang terlarut b.
Pelarutan
Pelarutan adalah membuat larutan dari padatan murni dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah tertentu, sehingga konsentrasinya
tetap.
Molekul
komponen-komponen
larutan
berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antar pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, maka akan terbentuk suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Apabila komponen zat terlarut ditambahkan terus menerus ke dalam pelarut, pada suatu s uatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh
berbagai
factor
lingkungan,
seperti
suhu,
tekanan,
dan
kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, tetapi ada pengecualian kelarutan zat cair dalam zat lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu. c.
Larutan Ideal
Larutan ideal dengan zat terlarut ionic didefinisikan sebagai larutan yang ion-ionnya dalam larutan bergerak bebas satu sama lain, dan tarik menarik hanya terjadi dengan molekul pelarut. Untuk l arutan ionic yang
sangat encer dapat dikategorikan mendekati perilaku ideal, sebab ionion dalam larutan saling berjauhan, yang mengakibatkan interaksi elektrostatisnya lemah. Bila reaksi antar molekul komponen-komponen larutan sama besar dengan interaksi antar molekul komponenkomponen tersebut pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol pelarut dalam larutan. Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya
merupakan
penjumlahan
tepat
volume
komponen
penyusunnya. d.
Larutan Non Ideal
Gaya antar atom, ion, atau molekul harus dipertimbangkan dalam perhitungan. Larutan yang tidak memenuhi atau menyimpang dari Hukum Roult disebut larutan non ideal. Terjadinya penyimpangan (deviasi) disebabkan oleh adanya perbedaan gaya tarik antara molekul sejenis dengan molekul tidak sejenis dalam larutan. Setiap ion dikelilingi
oleh
molekul
pelarut
yang
berlawanan
muatan,
kecenderungan ini dapat menghambat laju ion-ion menuju elektroda yang menyebabkan daya hantar listriknya lebih rendah dari harapan. Larutan non ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut murni tidak sama dengan volume larutan. Larutan non ideal dibedakan menjadi : 1. Larutan non ideal deviasi positif 2. Larutan non ideal deviasi negative
e.
Sifat-Sifat Koligatif
Larutan cair encer menunjukkan sifat-sifat yang bergantung pada efek kolektif jumlah partikel terlarut yang disebut dengan sifat koligatif. Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kirakira pada larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat-sifat sifat-si fat tersebut tidak tergantung pada jenis terlarut. Keempat sifat tersebut adalah:
1. Penurunan Tekanan Uap (ΔP) Yaitu selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dan larutannya. ΔP = P 0 – P P ΔP = Xb . P 0 ΔP = Xa . P 0 2. Kenaikan Titik Didih Yaitu temperature yang menyebabkan tekanan uap jenuh cairan sama dengan tekanan luar. ΔTb = Tb – Tb Tb0 ΔTb = m x Kb 3. Penurunan Titik Beku Yaitu temperature pada saat tekanan uapnya sama dengan tekanan uap pelarutnya. Penurunan tekanan uap pada pelarut padat lebih cepat daripada zat cair. ΔTf = Tf – Tf Tf 0 ΔTf = Kf x m 4. Tekanan Osmotik Yaitu perpindahan molekul pelarut dari larutan encer menuju ke larutan yang lebih pekat melalui selaput permeable π=MxRxT f.
Kesetimbangan Kelarutan
Jika sejumlah besar zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah terbatas pelarut. Pelarutan terjadi secara terus menerus. Hal ini berlaku karena adanya proses pengendapan, yaitu kembalinya spesies (atom, ion, atau molekul) ke keadaam tak larut. Pada waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau kecepatan yang sama, kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama pada setiap waktu.
Proses ini adalah salah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya adalah larutan jenuh. g.
Pengenceran Larutan
Pengenceran (dilution) adalah prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebih pekat. Ketika melakukan pengenceran, penambahan lebih banyak pelarut kedalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan. Mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zar terlarut setelah pengenceran Mol zat terlarut dapat diketahui dari persamaan :
=
()
Gambar 1.1 Pengenceran Suatu larutan Mawal x Vawal = Makhir x Vakhir Mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat terlarut setelah pengenceran Dengan : Mawal = konsentrasi awal larutan Makhir = konsentrasi akhir larutan Vawal = volume awal larutan Vakhir = volume akhir larutan Mawal > Makhir dan Vakhir > Vawal
VI.
Cara Kerja 1. Alat
Labu ukur 100 mL
1 buah
Gelas Kimia 100 mL
2 buah
Gelas Ukur 25 mL
1 buah
Neraca Kasar
1 buah
Pengaduk
1 buah
Pipet tetes
1 buah
Corong gelas
1 buah
Kaca Arloji
1 buah
2. Bahan
NaOH
Padat
C2H2O4
Serbuk
NH4OH
Pekat
3. Alur Percobaan 1 Padatan NaOH
(Pengulangan 2 kali)
- Dihitung massa untuk membuat 100 ml NaOH 0.5 M - Dihitung massa arloji kosong + massa NaOH yang ingin ditimbang 2 gram NaOH Aquades - Dimasukkan labu ukur ¼ reagen - Ditambah NaOH yang telah ditimbang - Dikocok perlahan - Ditambah aquades sampai batas - Ditutup - Dikocok sampai 11 kali - Dipindah ke botol reagen - Diberi nama dan tanggal pembuatan 100 mL larutan NaOH 0.5 M
Percobaan 2 Padatan C2H2O4 - Dihitung massa untuk membuat 100 ml C2H2O4 0.5 M - Dihitung massa arloji kosong + massa C2H2O4 yang ingin ditimbang 4.5 gram C 2H2O4
Aquades - Dimasukkan labu ukur ¼ reagen - Ditambah C2H2O4 yang telah ditimbang - Dikocok perlahan - Ditambah aquades sampai batas - Ditutup - Dikocok sampai 11 kali - Dipindah ke botol reagen - Diberi nama dan tanggal 100 mL larutan C 2H2O4 0.5 M
Percobaan 3 NH4OH 13.4 M - Dihitung molaritasnya - Dihitung mL NH 4OH untuk membuat 100 mL NH 4OH 0.5 M - Diambil dengan pipet tetes - Diukur dengan gelas ukur - Dimasukkan dalam labu ukur - Ditambah aquades secara perlahan sampai ½ bagian labu ukur - Digoyangkan secara perlahan - Ditambahkan aquades sampai tanda batas - Ditutup - Dikocok sampai larut - Dipindah ke dalam botol reagen - Diberi label nama zat dan tanggal pembuatan 100 mL NH 4OH 0.5 M
VII.
VIII.
Analisis Pada percobaan pertama, kami menentukan konsentrasi NaOH. Yang pertama kali kami lakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kami menimbang massa NaOH (menggunakan neraca teknis) yang akan kami gunakan pada percobaan pertama dan kedua dengan menggunakan persamaan :
=
1000
Dimana massa NaOH yang kami dapat yakni sebesar 2 gram. Setelah memperoleh massa NaOH yang akan digunakan, kami memasukkan 2 gram NaOH ke dalam gelas kimia dan ditambahkan sedikit air untuk melarutkan 2 gram padatan NaOH, sambil diaduk menggunakan spatula kaca. Setelah adukan dan penambahan sedikit air pertama, kami memasukkan ke dalam labu ukur, kemudian kami menambahkan sedikit air pada gelas kimia untuk melarutkan NaOH, tetapi masih ada NaOH yang belum sepenuhnya larut untuk kemudian ditambahkan air kembali setelah pelarutan yang kedua dimasukkan ke dalam labu ukur. Untuk yang ketiga kalinya, kami menambahkan sedikit air kemudian kami aduk hingga seluruh padatan NaOH telah terlarut, kemudian kami masukkan kembali ke dalam labu ukur. NaOH yang berada pada labu ukur ditambah dengan air hingga mencapai pada tanda. Setelah menambahkan air hingga mencapai tanda yang tertera, tutup labu ukur dengan penutupnya, dan kocok labu ukur dengan perlahan seban yak 11 kali, jika sudah dikocok sebanyak 11 kali, larutan dimasukkan ke dalam botol reagen. . Pada percobaan dengan menggunakan NaOH terjadi reaksi eksoterm yang berasal dari NaOH, namum setelah ditambahkan dengan air atau pada saat massa NaOH semakin berkurang, maka panas tersebut hilang. Percobaan pencampuran dengan menggunakan padatan NaOH, dilakukan sebanyak dua kali, dengan nilai molaritas dan massa NaOH yang sama. Pada percobaan kedua, kami melakukan pencampuran C 2H2O4 dengan air, untuk diperoleh suatu larutan C 2H2O4. Hal pertama yang
kami lakukan adalah menentukan massa C2H2O4 yang digunakan pada percobaan, dengan menggunakan menggunakan persamaan :
=
1000
Massa C2H2O4 yang kami peroleh yakni sebesar 4,5 gram. Setelah memperoleh massa C2H2O4, kami menimbang C 2H2O4 sebanyak 4,5 gram kemudian kami masukkan 4,5 gram C 2H2O4 tersebut ke dalam gelas kimia, dan ditambah sedikit air untuk dapat melarutkan padatan C2H2O4. Kami memasukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur, kemudian kembali menambahkan sedikit air untuk membantu proses pelarutan padatan C2H2O4. Kami melarutkan padatan C 2H2O4 dengan bantuan spatula kaca, untuk mempercepat proses pelarutan, kemudian kami masukkan kembali ke dalam labu ukur, larutan C 2H2O4. Untuk pelarutan yang ketiga, kami menambahkan lebih banyak air (tetapi tidak mencapi 100 mL) untuk melarutkan padatan C 2H2O4, setelahnya kami masukkan kembali ke dalam labu ukur. Saat telah melarutkan 4,5 gram padatan C2H2O4 dengan tiga kali penambahan air, kami menambahkan air hingga mencapai tanda yang tertera, dan kami mengocok labu ukur sebanyak 11 kali pengocokan. Jika telah dilakukan pengocokan sebanyak 11 kali, kami memasukkan larutan C2H2O4 ke dalam botol reagen yang telah tersedia. Percobaan ini hanya dilakukan satu kali. Pada percobaan ketiga, kami melakukan pengenceran larutan NH4OH. Yang pertama kali kami lakukan adalah menentukan volume NH4OH yang akan digunakan. Konsentrasi NH 4OH yang kami gunakan sebesar 13,4 M. Volume NH 4OH yang kami gunakan pada percobaan yakni sebesar 3,7 mL. Sebanyak 3,7 mL NH 4OH kami masukkan ke dalam labu ukur, kemudian kami tambahkan air hingga mencapai tanda yang tertera. Setelah menambahkan air hingga mencapai tanda yang tertera pada labu ukur, kami menutup labu ukur dengan menggunakan penutupnya, dan kami mengocok sebanyak 11 kali pengocokan. Apabila telah dilakukan pengocokan sebanyak 11
kali, kami memasukkan laruta NH4OH ke dalam botol reagen yeng telah tersedia. Percobaan ini hanya dilakukan sebanyak satu kali. IX.
Pembahasan Pada percobaan pertama kami bertujuan untuk membuat larutan NaOH 100 mL, 0.5 M. Pada dasarnya larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat. Dalam larutan ada yang berperan sebagai zat terlarut ada juga yang berperan sebagai pelarut. Larutan berbeda dengan koloid dan suspensi. Perbedaan tersebut terletak pada pemisahan antara zat terlarut dan pelarutnya. pelarutn ya. Dalam larutan, zat z at terlarut dan pelarut tidak dapat disaring, keduanya melebur jadi satu namun dalam koloid zat terlarut dan pelarutnya bisa disaring namun menggunakan (metode) tertentu sedangkan zat terlarut dan pelarut dalam suspense bisa disaring. Dalam percobaan pertama yang berfungsi sebagai pelarut adalah air.dan zat terlarut nya adalah NaOH. Reaksi yang terjadi adalah : NaOH (s) + H2O (l) -> NaOH (aq) Dalam suatu larutan, untuk menentukan zat terlarut dan pelarut adalah dengan mengukur atau menghitung massa nya. Massa zat yang paling banyak adalah yang berperan sebagai zat pelarutnya. Untuk membuat 100 mL larutan NaOH 0,5 molar perlu diketahui berapa gram NaOH yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat diketahui melalui perhitungan matematis dengan menggunakan rumus molaritas. Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter pelarut. Dalam pembuatan larutan NaOH, diperlukan proses pengocokan sebanyak 11 kali, hal ini dilakukan agar larutan tersebut homogen. Pada percobaan kedua kami bertujuan untuk membuat larutan C2H2O4 100 mL, 0.5 M. Hal yang pertama dilakukan adalah menimbang berapa C 2H2O4 yang dibutuhkan untuk membuat larutan tersebut. Melalui perhitungan matematis dengan rumus molaritas didapatkan bahwa untuk membuat 100 mL C 2H2O4 0,5 M dibutuhkan 4,5 gram C 2H2O4. Pembuatan larutan C 2H2O4, tidak dilakukan dengan langsung menambahkan 100 mL air, tetapi dengan cara dilarutkan
sedikit demi sedikit lalu ditambahkan air sampai batas ukur pada labu ukurnya. Hal ini dilakukan agar padatan dari C 2H2O4 dapat larut dengan sempurna. Larutan C2H2O4 yang sudah dimasukkan ke dalam labu ukur, kemudian ditambahkan aquades sampai tanda batas, ditambahkan sedikit demi sedikit jangan sampai melebihi karena bisa mempengaruhi molaritas dari larutan tersebut. Setelah itu, dilakukan pengocokan sebanyak 11 kali, hal ini untuk membuat larutan menjadi homogen. Reaksi yang terjadi adalah : C2H2O4(s) + H2O(l) -> C2H2O4(aq) Pada percobaan kedua kami bertujuan untuk mengencerkan larutan NH4OH 13.4 M menjadi 100 mL larutan NH 4OH 0.5 M. Sebelum melakukan pengenceran dilakukan perhitungan dengan rumus M awal x V awal = M akhir x V akhir Dengan perhitungan matematis tersebut kami mendapatkan hasil bahwa untuk membuat 100 mL larutan NH 4OH 0,5 M dibutuhkan 3,7 mL NH4OH 13,4 M. Dalam percobaan ketiga, pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan aquades (pelarut) agar molaritas dari larutan NH4OH dapat berkurang. Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Sama halnya dengan percobaan pertama dan kedua, larutan NH4OH dikocok sampai 11 kali, hal ini berfungsi agar larutannya homogen. Dalam penulisan reaksi kimia biasanya larutan dilambangkan dengan dengan “aq” sedangkan cairan dilambangkan dengan “l”. Perbedaan antara cairan dan larutan terletak pada kandungan zat nya. Apabila hanya terdiri dari satu zat tanpa campuran apapun maka disebut cairan, namun apabila sudah dicampur dengan zat pelarut lain seperti air maka disebut larutan.
X.
Kesimpulan 1. Dalam pembuatan 100 mL larutan NaOH Na OH 0,5 M dibutuhkan 2 gram NaOH padat, sedangkan untuk membuat membuat 100 mL larutan C 2H2O4 0,5 M dibutuhkan 4,5 gram C 2H2O4 padat.
2. Berdasarkan percobaan didapatkan molaritas NaOH sebesar 0,5 M, molalitas sebesar 0,5 m, fraksi mol NaOH 0,009 dan fraksi mol H 2O 0,99. Sedangkan untuk C 2H2O4 didapatkan molaritasnya sebesar 0,5 M, molalitasnya sebesar 0.5 m, fraksi mol C 2H2O4 0,009 dan fraksi mol H2O 0,99. 3. Dalam pengenceran NH4OH untuk 100 ml NH 4OH 0.5 molar dibutuhkan 3,7 ml NH 4OH 13,4 M sehingga didapatkan molalitasnya sebesar 0.5 m, fraksi mol NH 4OH 0,017 dan fraksi mol air 0,98.
XI.
Daftar Pustaka Achmad, Hiskia. 2001. Kimia 2001. Kimia Larutan. Larutan. Bandung : Citra Aditya Bakti Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Inti. Jakarta Erlangga Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kimia. Surabaya : Kartika Khopkar, S.M. 1990. Konsep 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : Universitas Indonesia Tim Penulis Kimia Umum. 2003. Kimia 2003. Kimia Umum. Umum. Surabaya : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya
XII.
Lampiran Gambar Gambar
Keterangan Bahan (padatan NaOH, padatan C2H2O4 dan NH4OH 13,4 M)
Menimbang kaca arloji
Menimbang kaca arloji + NaOH
Menuangkan NaOH ke labu ukur yang sudah dilarutkan sedikit demi sedikit di gelas kimia.
Mengkocok larutan NaOH 11 kali
Mengkocok larutan NaOH 11 kali
Larutan NaOH 100 ml 0.5 M
Melarutkan C2H2O4
Mengkocok larutan C 2H2O4 11 kali
Larutan C2H2O4 100 ml 0.5 M
Mengambil NH4OH 13,4 M
Menuangkan aquades
Mengkocok larutan NH 4OH
Larutan NH4OH 100 ml 0,5 M
Jawaban Pertanyaan Pertanyaan 1.
Tentukan molaritas (M) asam sulfat pekat 97% yang memiliki
kerapatan larutan 1,84 kg/L , dan massa molekul relative 98,08 g/mol. 2.
Berapa mL asam sulfat pekat yang diambil jika anda diminta
membuat 100 mL asam sulfat 1 M? 3.
Berapa mL asam klorida pekat yang diambil jika anda diminta
membuat 100 mL asam klorida 3 M? 4.
Berapa mL asam klorida 3 M yang diambil jika anda diminta
membuat 50 mL asam klorida 1 M? 5.
Berapa mL asam klorida 1 M yang diambil jika anda diminta
membuat 100 mL asam klorida 0,5 M? 6.
Hitunglah berapa gram natrium hidroksida yang ditimbang
untuk membuat 100 mL konsentrasi 1 M? 7.
Hitunglah volume larutan natrium hidroksida 1 M yang
diambil untuk membuat 100 mL natrium hidroksida 0,5 M. Jawaban
1. Untuk menentukan molaritas asam sulfat pekat yang diketahui persentasenya, maka kita menggunakan persamaan sebagai berikut:
= = =
% 10 97 1,84 10 98,08 1784,8 98,08
= 18,19 Jadi, molaritas asam sulfat pekat adalah 18,19 M.
2. Untuk menentukan volume awal asam sulfat pekat, kita menggunakan persamaan pengenceran, dimana konsentrasi awal asam sulfat telah kita peroleh pada nomor 1, yaitu sebesar 18,19 M , maka:
M1 x V1 = M2 x V2 18,19 M x V1 = 1 M x 100 mL
1 =
100 18,19
V1 = 5,497 mL Jadi, volume asam sulfat pekat yang diambil sebesar 5,497 mL.
3. Sebelum menentukan volume (mL) asam klorida pekat, terlebih dahulu kita menentukan Molaritas awal asam klorida, dengan persentase kita dapat dari hasil nomor 2, yaitu 37% dan kerapatan sebesar 1,19 g/mol yang didapat dari perhitungan gram dibagi volume, maka:
1 = 1 =
% 10 37 1,19 10 36,5
1 =
440,3 36,5
1 = 12,06
Setelah memperoleh nilai konsentrasi awal asam klorida, kita dapat menentukan volume awal asam klorida menggunakan persamaan pengenceran, yaitu: M1 x V1 = M2 x V2 12,06 M x V1 = 3M x 100 mL
1 =
300 12,06
V1 = 24, 87 mL Jadi, volume (mL) asam klorida pekat yang diambil sebesar 24,87 mL.
4. Untuk menentukan volume larutan 3 M asam klorida, kita menggunakan persamaan pengenceran, sebab pada soal telah diketahui volume dan konsentrasi akhir asam klorida, maka: M1 x V1 = M2 x V2 3 M x V1 = 1 M x 50 mL
1 =
50 3
V1 = 16,6 mL Jadi, volume (mL) asam klorida yang diambil sebesar 16,6 mL.
5. Untuk menentukan volume larutan 1 M asam klorida, kita menggunakan persamaan pengenceran, sebab pada soal diketahui volume dan konsentrasi akhir asam klorida, maka: M1 x V1 = M2 x V2 1 M x V1 = 0,5 M x 100 mL V1 = 50 mL Jadi, volume (mL) asam klorida yang diambil sebesar 50 mL.
6. Untuk menentukan massa natrium hidroksida, maka kita menggunakan dengan menggunakan persamaan molaritas, sebab volume dan konsentrasi telah diketahui, maka:
=
1000
= 1000 =
1 40 100 1000
Gram = 4 gram Jadi, massa natrium hidroksida yang ditimbang sebesar 4 gram.
7. Untuk menentukan volume larutan natrium hidroksida, kita menggunakan persamaan pengenceran, sebab pada soal diketahui volume dan konsentrasi natrium hidroksida serta konsentrasi awal natrium hidroksida, maka: M1 x V1 = M2 x V2 1 M x V1 = 0,5 M x 100 mL V1
= 50 mL
Jadi, volume (mL) natrium hidroksida yang diambil sebesar 50 mL.
Perhitungan A. Data Perhitungan Larutan NaOH 1.
Massa NaOH yang harus ditimbang untuk 100 mL konsentrasi 0,5 M
=
= =
,
Gram = 2 gram 2.
Massa kaca arloji = 24,8 gram
3.
Massa kaca arloji + NaOH = (24,8 + 2) gram = 26,8 gram
4.
Massa H2O di dalam larutan = 100 gram
5.
Mol H2O di dalam larutan
= =
n = 5,5 mol 6.
Mol NaOH
= =
= 0,5 0,5 7.
Konsentrasi molal NaOH
= =
m = 0,5 molal 8.
Fraksimol NaOH
= = =
+ , ,+, , ,
Xt = 0,009 9.
Fraksimol H2O
= = =
+ , ,+, , ,
Xp = 0,99 10. Molaritas NaOH
= =
M = 0,05 M
B. Data Perhitungan Larutan C 2H2O4 1.
Massa C2H2O4 yang harus ditimbang untuk 100 mL konsentrasi 0,5 M
=
=
,
=
Gram = 4,5 gram 2.
Mol C2H2O4
= =
,
= 0,05 0,05 3.
Mol H2O
= =
= 5,5 5,5 4.
Konsentrasi molal C2H2O4
= =
,
m = 0,5 molal 5.
Fraksi mol C2H2O4
= = =
+ , ,+, , ,
Xt = 0,009 6.
Fraksi mol H2O
= =
+ , ,+,
,
=
,
Xp = 0,99 7.
Molaritas C2H2O4
= =
,
M = 0,05 M
C. Data Perhitungan Larutan NH4OH 1.
Molaritas NH4OH pada tabung reaksi = 13,4 Mr NH4OH= 35
2. NH4OH 25% memiliki massa jenis sebesar 0,91 g/cm 3
=
m= m = 0,91 x 3,7 m = 3,367 gram 3.
Molaritas NH4OH
= =
,
,
M = 26 M 4.
Mol NH4OH
= =
,
= 0,096 0,0962 2 5.
Mol H2O di dalam Larutan
= =
= 5,5 5,5 6.
Konsentrasi Molal NH4OH
=
=
,
m = 0,962 molal 7.
Fraksi mol NH4OH
= = =
+ , ,+, , ,
Xt = 0,017 8.
Fraksi mol H2O
= = =
+ , ,+, , ,
Xp = 0,98