PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKTASIS DISERTAI DENGAN COR PULMONALE DAN CORONARY ARTERY DISEASE
DISUSUN OLEH : Ade Fitri (1006719652) AsmallahPutriWandasari (1006778011 (1006778011)) IrmanGalihPrihantoro (1006778213) Nabila Fatana (1006720181) (1006720181) VertiliaDesi (1006720420)
PROGRAM VOKASI KEDOKTERAN BIDANG STUDI FIFIOTERAPI 2010 UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang MahaEsakarenaakanlimpahanrahmatdanhidayah-Nyasehingga kami dapatmenyelesaikanpenyusunanmakalahkonferensikasusFisioterapiKardiorespiras i (FT D) dengantepatwaktu. PembuatanmakalahinibertujuanuntukmelengkapitugasdalamPraktekKlinik I Semester V dansebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Tengah Semester V. Dalam penyusunan makalah ini kami telah te lah banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik dokter, instruktur atau fisioterapis, senior fisioterapis angkatan 2009, dan teman-teman seperjuangan.Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua pihak, maka laporan ini tidak akan tersusun dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada dokter, dosen mata ajar fisioterapi kardiorespirasi, seluruh pembimbing praktek klinik fisioterapi di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dan teman-teman mahasiswa fisioterapi Universitas Indonesia. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah konferensi ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan saran-saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan rekanrekan fisioterapis pada khususnya. Makalah ini belum atau tidak bisa dijadikan acuan sebelum disetujui dosen pembimbing dan dikonferensikan dikonferensikan atau dipresentasikan.
Jakarta, 1 November 2012
Penulis
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang MahaEsakarenaakanlimpahanrahmatdanhidayah-Nyasehingga kami dapatmenyelesaikanpenyusunanmakalahkonferensikasusFisioterapiKardiorespiras i (FT D) dengantepatwaktu. PembuatanmakalahinibertujuanuntukmelengkapitugasdalamPraktekKlinik I Semester V dansebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Tengah Semester V. Dalam penyusunan makalah ini kami telah te lah banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik dokter, instruktur atau fisioterapis, senior fisioterapis angkatan 2009, dan teman-teman seperjuangan.Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua pihak, maka laporan ini tidak akan tersusun dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada dokter, dosen mata ajar fisioterapi kardiorespirasi, seluruh pembimbing praktek klinik fisioterapi di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dan teman-teman mahasiswa fisioterapi Universitas Indonesia. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah konferensi ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan saran-saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan rekanrekan fisioterapis pada khususnya. Makalah ini belum atau tidak bisa dijadikan acuan sebelum disetujui dosen pembimbing dan dikonferensikan dikonferensikan atau dipresentasikan.
Jakarta, 1 November 2012
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah konferensi kasus telah dikoreksi, disetujui dan diterima Pembimbing Praktik Klinik Program Studi Fisioterapi Kardiorespirasi (FT D) RSCM untuk melengkapi tugas Praktik Klinik dan memenuhi persyaratan untuk megikuti Ujian Tengah Semester (UTS) 2012.
Pada hari
: Jum’at
Tanggal
: 2 November 2012
Nama Pembimbing : (Tanda Tangan)
………………………… M. Saffarudin, AMF
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................ii DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN 1. 2. 3. 4. 5.
Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 Identifikasi Masalah .....................................................................................2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2 Metode Penulisan ......................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Definisi Bronkiektasis ................................................................................... 4 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernafasan .................................................. 5 Anatomi dan Fisiologi Jantung .................................................................. 18 Etiologi Bronkiektasis ................................................................................. 19 Patofisiologi Bronkiektasis ......................................................................... 20 Manifestasi Klinis Bronkiektasis ................................................................ 22 Prognosis ..................................................................................................... 23 Proses Bronkiektasis ...................................................................................24
BAB III ISI 1. Formulir fisioterapi ....................................................................................54 BAN IV PENUTUP 1. Kesimpulan ................................................................................................ 66 2. Saran ...........................................................................................................66 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 67 LAMPIRAN .................................................................................................................. 68
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Bernapas merupakan suatu proses yang vital bagi mahkluk hidup. Seluruh mahluk hidup bernapas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak terkecuali manusia. Manusia bernapas untuk memenuhi kadar oksigen yang diperlukan tubuhnya. oksigen tersebut digunakan oleh setiap sel dalam tubuh manusia untuk melakukan metabolismenya, sehingga ada zat sisa berupa karbondioksida dan air yang harus dihilangkan. Pada proses pernapasan hal ini berlangsung bergantian, pertama manusia menghirup udara untuk mengambil oksigen kemudian disusul dengan menghembuskan napas untuk membuang zat sisa tersebut. Manusia bernafas dengan organ paru-paru, udara yang dihirup masuk melalui jalur nafas, yaitu: hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Proses bernapas terjadi secara sadar ataupun tidak sadar, bisa dikatakan bernapas merupakan suatu proses yang otomatis. Karena pernapasan tersusun dari beberapa organ yang berbeda, tidak menutup kemungkinan organ ini dapat mengalami masalah yang bisa mengganggu proses pernapasan baik itu ringan ataupun berat. Gangguan ini akan menyebabkan kesulitan bernapas pada penderitanya, dalam jangka yang panjang gangguan ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh si penderita. Gangguan pada
paru dapat berupa gangguan yang obstruktif
ataupun restriktif. Gangguan paru obstruktif biasanya terjadi pada jalan napas itu sendiri atau organ paru itu sendiri, Dikenal dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Sedangkan restriksi gangguannya berasal dari luar
atau dalam paru-paru. Dikenal dengan Penyakit Paru Restriksi
(PPR).Masing – masing penyakit ini memiliki karakterisktiknya tersendiri. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai penyakit paru obstruktif yang berkaitan dengan seorang pasien yang kasusnya kami angkat dalam makalah ini.
1
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka malasalah yang timbul dalam kasus Bronkiektasis adalah gangguan pernapasan berupa, sesak nafas; batuk yang tidak efektif; retensi sputum; penurunan pengembangan dada; perubahan postur tubuh; atau gangguan aktivitas sehari-hari.
2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang muncul akibat dari Bronkiektasis bisa menjadi luas, maka dalam makalah kasus konfrensi ini kami akan membatasi bahasan Bronkiektasis ini berdasarkan pasien yang kami temui
dilapangan
praktek,
dalam
hal
iniRumah
Sakit
Cipto
Mangunkusumo. Yakni Penatalaksanaan fisioterapi pada penderita Bronkiektasis.
2.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah: 1. Definisi penyakitBronkiektasis? 2. Bagaimanaanatomidanfungsional saluran nafas dan paru - paru? 3. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung? 4. Apa etiologi dariBronkiektasis? 5. Bagaimana patofisiologi Bronkiektasis? 6. Apa manifestasi klinis dari Bronkiektaksis? 7. Apa prognosis dari Bronkiektaksis? 8. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada Bronkiektasis?
3.
Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini dibagi menjadi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. a.
Tujuan Umum
2
1. Makalah ini dibuat sebagai bentuk tugas akhir saat kami akan berpindah stase peminatan. 2. Untuk menambah pengetahuan kelompok kami mengenai masalah pada Bronkiektasis. b.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Bronkiektasis. 2. Mengetahuianatomisalura nafasdanparu-paru. 3. Mengetahui anatomi jantung. 4. MengetahuietiologiBronkiektasis. 5. MengetahuipatofisiologiBronkiektasis. 6. Mengetahuimanifestasi klinisdariBronkiektasis. 7. Mengetahui prognosis Bronkiektaksis. 8. Mengetahui
penatalaksanaan
fisioterapi
pada
kasus
Bronkiektasis. 4.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ilmiah ini, metode yang digunakan adalah metode kepustakaan, yaitu membaca buku – buku dan juga literature dari internet yang masih berhubungan dengan kasus yang diangkat.Selain itu ada juga metode observasi langsung pada pasien. a.
Sistematika penulisan
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
identifikasi
masalah,
tujuan
masalah,
penulisan,
pembatasan
metode
masalah,
penulisan,
dan
perumusan sistematika
penulisan.BAB II merupakan kajian teori yang meliputi definisi, patofisiologi, etiologi, gekjala, prognosis Bronkiektasissampai dengan intervensi
fisoterapi
pada
kasus
tersebut.BAB
III
merupakan
pembahasan status, serta BAB IV merupakan penutup yang berupa kesimpulan dan saran.
3
BAB II KAJIAN TEORI
1. Definisi Bronkiektasis Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, dan benda-benda dari saluran pernafasan atas; dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfa ( Brunner and Suddart, 2002 ). Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tidak dapat pulih lagi dari bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang, aspirasi benda asing, atau massa (missal: neoplasma) yang menghambat lumen bronchial dengan obstruksi (Hudakand Gallo, 1997). Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yaitu penebalan dinding bronkus dan berkurangnya elastisitas
bronkus sehingga menyebabkan
perubahan bentuk bronkus yang abnormal serta penyempitan jalan udara pada bronkus. Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk yang terus menerus dengan retensi sputum, penurunan berat badan, lemah badan, dan nyeri pleura. Sesak nafas dan sianosis timbul pada kelainan yang luas, yaitu bila disertai dengan korpulmonal dan juga dapat mengakibatkan Jantung Koroner atau Coronary Artery Desease dengan Gagal Jantung atau Congestive Heart Failure. Cor pulmonale merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh darahnya.Definisi ini menyatakan bahwa penyakit jntung kiri maupun penyakit jantung bawaan tidak bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale.Kor pulmonale bisa terjadi akut (contohnya, emboli paru-paru masif) atau kronik.(A. Price Sylvia, 1995).
4
Gangguan vaskular yang membuat sumbatan dan penyempitan pembuluh darah coronary artery dan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan supply oksigen ke otot jantung disebut sebagai CAD ( McCance and Huether, 2005) Gagal jantung, sering disebut Congestive heart failure (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah Congestive heart failure (CHF), paling sering digunakan kalau terjadi gagal jaantung kiri dan kana ( Brunnerand Suddart, 2001).
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
Gambar: Sistem respirasi pada manusia (kiri) dan struktur alveolus (kanan) (Ninda Rosdiana, 2012)
Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung, faring dan laring . Saluran nafas bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.
2.1. Saluran Nafas Bagian Atas 2.1.1. Hidung Saluran pernafasan yang pertama adalah hidung atau naso. Ketika proses pernafasan berlangsung, udara yang dihirup melalui rongga
5
hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan ( filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Hidung terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut: a. Bagian luar dinding terdiri dari kulit. b. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. c. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung atau konka nasalis, yang berjumlah 3 buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior. Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang disebut koana. Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis. Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman , sel tersebut terutama terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman, nervus olfaktorius. Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langitlangit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah .Saluran ini disebut tuba auditivaeustachi yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring . Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata atau tuba lakrimalis. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.Lendir di sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi
6
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.
2.1.2. Faring Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus. Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi. Faring terdiri atas: 1) Nasofaring Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring, torus tubarius, kantong rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba eustachius. 2) Orofaring Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fossa tonsilaris, arkus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum. a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut. b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual. 3) Laringofaring
7
Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta fossa piriformis.
2.1.3. Laring (tenggorok) Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara.Pada bagian pangkal ditutup oleh sebuah katup tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup laring. Epiglottis akan membantu menutup laring ketika menelan.
2.2. Saluran Nafas Bagian Bawah 2.2.1. Trachea atau Batang tenggorok Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronchi).
8
2.2.2. Bronkus
Gambar: Saluran pernafasan bawah manusia (Evelyn, 2009)
Bronkus terdiri dari 2 cabang utama, yaitu bronkus kanan dan kiri yang
akan
bercabang
menjadi
bronkus
lobaris
dan
bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung alveoli. Bronkus merupakan percabangan dari trachea.Terdiri dari bronkus dextra dan bronchus sinistra. a.) Bronkus Dextra Mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan letaknya
lebih
vertikal
daripada
bronkus
sinistra.Hal
ini
disebabkan oleh desakan dari arcus aorta pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra. Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus pulmonis
setinggi
vertebra
thoracalis
VI.
Vena
Azygos
melengkung di sebelah cranialnya.Ateria pulmonalis pada
9
mulanya berada di sebelah inferior, kemudian berada di sebelah ventralnya.Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masingmasing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di
sebelah
cranial
a.pulmonalis
dan
disebut
bronkus
eparterialis.Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah caudal a.pulmonalis disebut bronkus hyparterialis.Selanjutnya bronkus sekunder tersebut mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo.
b.) Bronkus Sinistra Mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih panjang daripada bronkus dextra.Berada di sebelah caudal arcus aortae, menyilang di sebelah
ventral oesophagus, ductus
thoracicus, dan aorta thoracalis. Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis. Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat lymphonodus tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio tracheadi
sebelah
caudal,
terdapat
lymphonodus
tracheobronchialis inferior. Bronkus
memperoleh
vaskularisasi
dari
a.thyroidea
inferior.Innervasinya berasal dari n.vagus, n. recurrens, dan truncus sympathicus.
2.2.3. Bronkiolus Bronkus
bercabang-cabang
menjadi
bronkiolus.Bronkiolus
mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
10
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas. Cabang-cabang bronkus: 1) Bronkiolus Terminalis Bronkiolus
membentuk
percabangan
menjadi
bronkiolus
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. 2) Bronkiolus respiratori Bronkiolus terminalis kemudian bercabang menjadi bronkiolus respiratori.Bronkiolus
respiratori
dianggap
sebagai
saluran
transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. 3) Duktus alveolar dan Sakus alveolar Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar.Dan kemudian menjadi alveoli.
2.2.4.
Alveoli Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Terdiri atas 3 tipe : 1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli. 2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan, yaitu suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. 3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.
2.2.5. Paru-Paru Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas gelembung-gelembung kecil atau alveoli. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn. Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus, yaitu: lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo
11
dekstra media, lobus pulmo dekstra inferior dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus, yaitu:lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior . Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Gambar: Pembagian Segmen pada Lobus Paru ( Jardins TD, 2002)
12
Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru
dibungkus
oleh
selapus
tipis
yang
bernama
pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura visceral atau selaput pembungkus dada yaitu selaput
paru yang langsung membungkus
paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga kavum yang disebut kavum pleura.Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/ hampa udara.
2.3. Suplai Darah Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabangcabang untuk lobus, segmen dan lobules.Cabang-cabang terminal berakhir dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara progresif makin besar, yang akhirnya membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung. Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan paru dengan darah yang teoksigenasi.
2.4. Cara Kerja Paru – paru Paru-paru berfungsi sebagai penyuplai oksigen bagi tubuh kita, dan ia bekerja secara otomatis. Ketika tubuh bekerja keras, paru-paru akan bekerja lebih cepat. Sebaliknya, ketika tubuh dalam keadaan santai, paru paru juga bekerja dengan lebih pelan. Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai jenis gas.Pada waktu kita bernapas, paru-paru
13
menarik udara dari ruang tenggorokan.Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk bergerak ke atas.Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan. Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama kurang lebih 4 menit dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki dan biasanya pasien meninggal.
2.5. Volume Udara pada Paru Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4.500 cc. Udara ini dikenal sebagaikapasitas total udara pernapasan manusia.Walaupun demikian, kapasitas vital udarayang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3.500 cc, yang1.000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagairesiduatauudarasisa. Kapasitas vital setiap orang berbeda-beda. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa aktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan. Volume udara paru-paru terdiri dari: 1)
Volume tidal (VT) Volume tidal merupakan volume udara yang dapat diinspirasikan maupun diekspirasikan. Volume Tidal ± 500 ml
2)
Volume cadangan inspirasi (VCI) Volume
cadangan
inspirasi
merupakan
volume
tambahan
udarayang dapat diinspirasikan setelah volume tidal normal. Volume Cadangan Inspirasi ± 3000-3100 ml 3)
Volume cadangan ekspirasi (VCE)
14
Volume cadangan ekspirasi merupakan volume udarayang dapat diekspirasikan setelah ekspirasi tidak normal.Cadangan Ekspirasi ± 1100-1200 ml. 4)
Volume sisa (Volume Residu) Volume sisa merupakan volume yang masih tersisa didalam paru paru setelah melakukan ekspirasi dengan kuat.Volume Residu ±10001200 ml Volume Mati adalah volume udara yang mengisi saluran pernafasan, besarnya ± 150 ml.
Berdasarkan volume udara pernafasan tersebut, dapat ditentukan kapasitas paru-paru. Beberapa jenis kapasitas paru-paru adalah sebagi berikut: 1)
Kapasitas Inspirasi Merupakan hasil penjumlahan dari Volume Tidal dan Volume Cadangan Inspirasi. VT + VCI = ±500 ml + ±3100 ml =± 3600 ml
2)
Kapasitas Residu Fungsional Merupakan
hasil
penjumlahan
dari
Volume
Cadangan
Ekspirasidan Volume Residu. VCE + VR =±1200 ml + ±1200 ml = ±2400 ml 3)
Kapasitas Vital Merupakan hasil penjumlahan dari Volume Cadangan Inspirasi, Volume Tidal dan Volume Cadangan Ekspirasi. VCI + VT + VCE = ±3100 ml + ±500 ml + ±1200 ml = ± 4800 ml
4)
Kapasitas Total Merupakan hasil penjumlahan dari Volume Tidal, Volume Cadangan Inspirasi, Volume Cadangan Ekspirasi, dan Volume Resi du. VT + VCI + VCE + VR =±500 ml + ±3100 ml + ±1200 ml + ±1200 ml = ±6000 ml
15
2.6. Mekanisme Pernafasan Manusia Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu: a.) Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler. b.) Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara atau inspirasi dan pengeluaran udara atau ekspirasi, maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. a.) Pernafasan Dada Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot antartulang rusuk.Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam. Saat terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk menjadi terangkat.Akibatnya, volume rongga dada membesar.Membesarnya volume rongga dada menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan mengalir menuju paru-paru melewati saluran pernapasan. Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam berkontraksi menjadi mengkerut atau mengendur, sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula.Akibatnya, rongga dada
16
mengecil.Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada
menjadi
meningkat,
sedangkan
tekanan
udara
di
luar
tetap.Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru menjadi terdorong keluar.
b.) Pernafasan Perut Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot diafragma atau sekat rongga dada mendatar dan volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut atau berkontraksi dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar daripada udara di luar.Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.
2.7. Otot-Otot Pernaafasan Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut : 2.7.1. Otot inspirasi : a. Otot utama: 1.) m. diaphragm 2.) m.intercostalis external b. Otot-otot bantu: 1.) m.sternocleidomastoid yang mengangkat sternum. 2.) m. upper trapezius 3.) m.scalenus yang mengangkat 2 iga teratas. 4.) m.serratus anterior
17
5.) m.pectoralis mayor 6.) m.pectoralis minor
2.7.2. Otot ekspirasi a. Pernapasan normal : elastisitas paru b. Pernapasan paksa : 1.) otot abdominalis terdiri dari m.rectus abdominis, internal, eksternal, dan transversal. 2.) m. intercostalis internus yang menurunkan iga-iga. 3. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Gambar: Struktur jantung (Guyton, 2008)
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragm thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiriserta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cmseta tebal kira-kira 6 cm.Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar darikepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam
18
masa periodeitu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri antara lapisan fibrosa dan serosa.Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi kanan), ventrikel sinister (bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan).Antarsisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat. Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena).Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula bikuspidalis (katup berdaun dua).Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung berkontraksi. Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung.Antara atrium kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup berdaun tiga).Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar tidak mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi. Jantung memperoleh nutrisi dan oksigen dari a. koronaria yang merupakancabang pertama aorta asendens.Muara a. koronaria terletak di dalam sinus Valsalva di belakang katup semilunaris aorta.Pembuluh koroner utama terletak di permukaan luar jantung dan hanyacabang-cabang arteri kecil saja yang menembus ke dalam jaringan otot jantung. Arteri koronaria sinistra memperdarahi bagian anterior dan lateral ventrikel kiri, a koronaria dextra memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan dandinding posterior ventrikel kiri.
4. Etiologi Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas.Namun diduga bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. 4.1. Kelainan kongenital Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan.Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan
19
memegang peranan penting.Bronkiektasis yang timbul kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua bronkus.Selain
itu,
penyakit-penyakit
bronkiektasis kongenital
kongenital
seperti
Fibrosis
biasanya
menyertai
kistik,
Sindroma
Kertagener, William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn syndrome, dan lain-lain. 4.2. Kelainan didapat Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan proses berikut: 1.) Infeksi a.) Campak, b.) Pertusis, c.) Infeksi adenovirus, d.) Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas, e.) Influenza, f.) Tuberkulosa, g.) Infeksi mikoplasma. 2.) Penyumbatan bronkus a.) Benda asing yang terisap, b.) Pembesaran kelenjar getah bening, c.) Tumor paru, d.) Sumbatan oleh lender. 3.) Cedera penghirupan a.) Cedera karena asap, gas atau partikel beracun, b.) Menghirup getah lambung dan partikel makanan. 4.) Kelainan imunologik a.) Sindroma kekurangan immunoglobulin, b.) Disfungsi sel darah putih, c.) Defisiensi komplemen, d.) Infeksi HIV,
20
e.) Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis rematoid, kolitis ulceratival. 5.) Keadaan lain a.) Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)
5. Patofisiologi 5.1. Bronkiektasis Berdasarkan
defenisinya,
bronkiektasis
menggambarkan
suatu
keadaan dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon terhadap antigen. Bronkiektasis dapat terjadi kerusakan secara langsung dari dinding bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan nafas.Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas.Silia tersebut bergerak berulang-ulang memindahkan cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan dan kemudian dibatukkan keluar atau tertelan. Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atau tidak langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi inflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta membentuk kantung atau saccus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Yang pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus, sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas.
21
Gambar: In bronchiectasis, mucus production increases, the cilia are destroyed or damaged, and areas of the bronchial wall become chronically inflamed and are destroyed (Joshua O. Benditt, 2008) 5.2. Cor Pulmonale Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler bed paru, hipoksia, dan hiperkapnea/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri paru, demikian juga asidosis respiratorik. Di samping itu hipoksia akan menimbulkan polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat. Viskositas darah yang meningkat ini mengakibatkan peningkatan tekanan darah arteri pulmonal, hal ini disebut hipertensi pulmonal.Adanya hipertensi pulmonal menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel kanan
melakukan
mekanisme
kompensasi
berupa
hipertrofi
dan
dilatasi.Keadaan ini disebut Cor pulmonale.Jika pulmonale .Jika mekanisme kompensasi ini gagal maka terjadilah gagal jantung kanan.
6. Manifestasi Klinis Bronkiektasis 6.1. Manifestasi klinis dari bronkiektasis: a.) Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. Sputum yang dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung berat ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum dapat berupa mukoid, mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi infeksi berulang, sputum menjadi purulen dengan bau yang tidak sedap. Pada pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak dibanding penyakit penyebab bronkiektasis lainnya.
22
b.) Hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan. c.) Dyspnea biasanya terjadi pada pasien dengan bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya. d.) Wheezing merupakan akibat obstruksi jalan nafas yang diikuti oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma. e.) Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, paling sering merupakan akibat sekunder sekunder
pada batuk batuk kronik, kronik, tetapi juga terjadi
pada eksaserbasi akut. f.) Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi yang berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori
berkaitan
dengan
peningkatan
kerja
pada
batuk
dan
pembersihan sekret pada jalan nafas. Namun, pada umumnya semua penyakit kronik disertai dengan penurunan penurunan berat badan. g.) Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.
6.2. Manifestasi klinis dari cor pulmonale Pada penderita cor pulmonaledengan pulmonaledengan penyakit paru sebagai penyakit dasarnya maka keluhannya adalah sesak nafas disertai batuk yang produktif atau banyak sputum.
7. Prognosis 7.1. Kelangsungan Hidup Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta luasnya
penyakit
pengobatan
secara
waktu tepat
pasien
berobat
(konservatif
pertama
atau
kali.Pemilihan
pembedahan)
dapat
memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis
23
dan lain-lain.Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya disabilitasnya ringan. (Joshua O. Benditt, 2008)
7.2. Prognosis Cor Pulmonale Prognosis cor pulmonale sangat jelek dikarenakan kerusakan parenkim paruyang berlangsung berla ngsung lama dan irreversile.Pengobatan irreversi le.Pengobatan bersifat simptomatis, karena padaumumnya kondisi penyakit sudah dalam fase lanjut. Berdasarkan penelitian, angkakemungkinan masa hidup berkisar antara 18 bulan (Flint) sampai 30,8 bulan denganangka kematian setelah 5 tahun mencapai 68 % (Stuart Harris pada Hatmoko 2006).
8. Proses Fisioterapi Asesmen Merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun data pemeriksaan pasien. Asesmen dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasikan urutan masalah yang timbul pada kasus bronkiektasiskemudian menjadi dasar dari penyusunan program terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien serta lingkungan sekitar pasien. 8.1. Anamnesis Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
antara
sterapis
dengan
sumber
data.
Dilihat
dari
segi
pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu : Autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada pasien yang bersangkutan dan Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang lain yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut. Anamnesis yang akan dilakukan berupa : 8.1.1. Identitas Penderita atau Anamnesis Umum Anamnesis ini berisi tentang : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, hobi dan agama. Identitas pasien harus diisi selengkap mungkin, ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pemberian tindakan.
24
Dari data identitas pasien, kita juga mendapatkan kesan mengenai keadaan sosial ekonomi, budaya dan lingkungan dari pendidikan terakhir dan pekerjaan pasien. Sehingga kita dapat memberikan tindakan dan edukasi yang sesuai bagi pasien.
8.1.2. Keluhan Utama Keluhan utama merupakan keluhan yang paling mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam, melakukan pemeriksaan dan pemberian tindakan.
8.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama, yang berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis dengan jelas dan lengkap serta keterangan tentang riwayat pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yang diperoleh. Riwayat penyakit sekarang harus meliputi: lokasi dan penjalaran, frekuensi,
intensitas
atau
kondisi/keadaan
keparahan, saat
disabilitas,
munculnya
gejala,
durasi, faktor
pencetus, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan, kaitannya dengan aktivitas sehari-hari. Hal ini bertujuan sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan serta pemberian tindakan.
8.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Meliputi penyakit
sewaktu
anak-anak,
penyakit
serius,
trauma,
pembedahan dan riwayat hospitalisasi. Hal ini perlu diketahui karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada hubungannya dengan penyakit yang pernah dialami sebelumnya serta sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan tindakan yang akan dilakukan.
25
8.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi kesehatan seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu orang keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk menderita penyakit tersebut. Penyakit yang muncul bersamaan pada keluarga juga mengindikasikan resiko yang lebih besar, misalnya diabetes dan penyakit jantung.
8.1.6. Riwayat Psikososial Riwayat psikososial yaitu bagaimana pekerjaan pasien, keadaan lingkungan di sekitar pasien tinggal dan aktifitas seharihari paasien yang mungkin dapat memicu penyakit yang diderita pasien. Pentingnya mengetahui riwayat psikososial adalah untuk merancang terapi dan home program yang tepat bagi pasien.
8.2. Pemeriksaan Pemeriksaan terdiri dari: 8.2.1 Pemeriksaan
Umum
mencakup
cara
datang,
normal
atau
menggunakan alat bantu ; kesadaran, koperatif atau tidak; tensi; lingkar kepala jika diperlukan; nadi; respirasi rate; status gizi; suhu tubuh. a. Kesadaran Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang
terhadap
rangsangan
dari
lingkungan,
tingkat
kesadaran dibedakan menjadi : 1.
Compos Mentis atau conscious, yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis,
yaitu
keadaan
kesadaran
yang
segan
untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
26
3.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi berupa orang, tempat, waktu,
memberontak,
berteriak-teriak,
berhalusinasi,
kadang berhayal. 4.
Somnolen
atau
Obtundasi,
Letargi,
yaitu
kesadaran
menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang atau mudah dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. 5.
Stupor atau soporo koma, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6.
Coma ataucomatos, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun atau tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
b. Tensi atau Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung. Sedangkan, tekanan diastolik adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara grafik denyut jantung. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah: 1.
Pasien dalam posisi yg nyaman, dapat dengan berbaring atau
duduk.
Bila
pasien
duduk,
lengan
di
sangga
menggunakan bantal atau di atas meja. 2.
Palpasi daerah arteri brachialis.
3.
Pastikan bahwa manset tidak ada udara, kemudian pasang manset diatas arteri brachialis kurang lebih 2,5 cm atau diatas denyutan.
4.
Letakkan stetoskop pada arteri brachialis.
27
5.
Palpasi daerah arteri radialis dan temukan denyutan. Pompa balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak teraba. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
6.
Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup
pada pompa
udara berlawanan arah jarum jam. 7.
Dengar bunyi I dan pada angka berapa bunyi I terdengar, nilai ini menunjukkan tekanan sistolik.
8.
Lanjutkan sampai bunyi II terdengar, nilai ini menunjukkan tekanan diastolik.
9.
Catat hasil pengukuran dan bereskan alat
Gambar: Rangetekanan
darah
pada
orang
dewasa
(http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id= 129)
c. Nadi Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan latihan fisik yang benar dan terukur atau mengetahui seberapa keras jantung bekerja. Pengukuran nadi dilakukan dengan durasi 1 menit. Frekuensi denyut nadi normal: Pada bayi baru lahir
140 kali/menit
Selama tahun pertama
120 kali/menit
Selama tahun kedua
110 kali/menit
Pada umur 5 tahun
96-100 kali/menit
28
Pada umur 10 tahun
80-90 kali/menit
Pada orang dewasa
60-80 kali/menit
( Suroso, 2012 )
Pola nadi yang normal adalah detaknya berirama. Pola nadi
Deskripsi
Bradikardia
Frekuensi nadi lambat.
Takikardia
Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam yang menunjukan penyakit jantung.
Aritmia
Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun selama ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi normal pada anak, khususnya selama tidur.
d. Respirasi Rate Respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-20 kali per menit.
e. Suhu Badan Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun.
29
Suhu normal tubuh: Tempat
Waktu
Celcius
Rectal
2 - 4 menit
37,1° - 38,1°
Axilla
9 – 11 menit
35,9° - 36,9°
Oral
3 - 5 menit
36,5° - 37,5°
Telinga
2 - 3 menit
37,1° - 38,1°
( Suroso, 2012 )
f. Status Gizi Body Mass Index atau BMI atau dalam bahasa Indonesia disebut Index Masa Tubuh atau IMT adalah sebuah ukuran berat terhadap
tinggi
badan
yang
umum
digunakan
untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight yaitu kekurangan berat badan, Overweight yaitu kelebihan berat badan dan Obesitas yaitu kegemukan. Rumus atau cara menghitung BMI sangat mudah, yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter yaitu kg/m². Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Berat badan (Kg) IMT = ------------------------------------------------------[Tinggi badan (m)] 2
30
8.2.2 Pemeriksaan khusus Pemeriksaan khusus terdiri dari: a. Inspeksi Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan
indera
penglihatan
untuk
mendeteksi
karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, postur, warna, posisi, ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien. Inspeksi dilakukan pada posisi tidur, duduk, berdiri, dan saat pasien berjalan. Yang harus di inspeksi: 1.
Postur a.
Skoliosis Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal, torakal maupun lumbal.
b.
Kifosis Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.
c.
Lordosis Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke belakang yang mengakibatkan penderita menjadi terlihat bongkok ke belakang.
2.
Warna muka a.
Coklat artinya deposit melanin.
b.
Biruartinyahipoxia jaringan perifer.
c.
Merah artinya peningkatan oxihaemoglobin.
d.
Pucatartinyaanoxia jaringan kulit.
31
e.
Kuningartinya peningkatan bilirubin indirek dalam darah.
3.
Pernafasan Pernafasan dilihat melalui mulut atau hidung dengan cara melihat nafas pasien.
4.
Gerak cuping hidung Gerak cuping hidung menandakan adanya kerja nafas yang meningkat. Resistensi udaraumumnya terjadi 50% di hidung dan 50% di saluran nafas bawah. Bila terjadi kelainan obstruktif atau restriktif di saluran nafas distal, maka tubuh akan melakukan kompensasi denganmenurunkan resistensi udara di hidung, dengan manifestasi klinisnya berupa gerak cupinghidung.
5.
Retraksi sternal notch Terbentuk karena hiperventilasipada orang yang sesak nafas karena usaha ventilasi yang berlebih, sehingga akan menggunakan otot bantu pernafasan seperti m.trapezius, m.scalenus, m. sternocleidomastoideus.
6.
Suara Nafas Suara Pernafasan Tambahan a.
Crackles atau Rales Cracklesmerupakan suara singkat dan lebih sering terdengar pada inspirasi. Crackle disebabkan saluran udara yang kecil terbuka selama inspirasi dan kolaps selama ekspirasi menyebabkan suara crackling .
b.
Wheezing
32
Wheezing atau mengi terdengar pada ekspirasi dan kadang pada inspirasi. Terjadi saat aliran udara melalui saluran udara yang menyempit karena sekresi, benda asing atau luka yang menghalangi. Biasanya dapat dijumpai pada kondisi asma. c. Rhonchi Rhonchi suaranya seperti wheezing . Biasanya menunjukkan halangan pada saluran udara yang lebih besar oleh sekresi. d.
Stridor Stridor terdengar
adalah keras.
suaraseperti Suara
ini
ngorok terjadi
yang karena
penyumbatan di daerah laring. Stridor dapat terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
7.
Bentuk dada a. Barrel chest Di
mana
diameter
anterior
posterior
memanjang, iga-iga mendatar, sela iga melebar, sudur epigastrium tumpul, diafragma mendatar. Biasanya pada pasien dengan penyakit Penyakit Paru Obstrukttif Kronis atau PPOK. b. Pectus Excavatum Gambar: Bentuk dada Pectus Excavatum Sumber: http://www.google .co.id/imgres?img url
Bentuk dada ini terjadi ketika adanya gangguan atau
defek
perkembangan
tulang
paru
yang
33
menyebabkan depresi ujung bawah sternum atau tulang tengah di dada. Pada bentuk dada seperti ini rentan terjadi penekanan jaringan terhadap jantung dan pembuluh darah besar, sehingga suara bising pada jantung sering terjadi. c. Pectus Carinatum
Gambar: bentuk dada Pectus Carinatum Sumber: http://www.google.co.id/imgres?imgurl
Bentuk dada ini terjadi ketika ada pergeseran yang
menyebabkan
lengkungan
keluar
pada
sternum dan tulang iga. Pada keadaan ini juga terjadi peningkatan diameter anteroposterior.
8.
Pola pernafasan Pola pernapasan dibagi menjadi 7 macam, yakni : a.
Pola Pernapasan Normal : Irama pernapasan yang berlangsung secara teratur. Fase Inspirasi atau menghirup nafas dan ekspirasi atau menghembuskan nafas berlangsung silih berganti.Frekuensi pernafasan normal adalah 14-20x/menit.
b.
Takipnea Jika frekuensi pernafasan melebihi 20x per menit
berarti
disebut
Takipnea.Biasanya
34
pernafasan
takipnea
ini
dicirikan
sebagai
pernafasan yang cepat dan dangkal. c. Bradipnea Merupakan pernafasan yang lambat. Frekuensi pernafasan kurang dari 20x permenit. d.
Pernapasan Cheyne Stokes Pola
pernapasan
cepat
dan
dalam
yang
kemudian diikuti periode Apnea atau henti nafas selama beberapa saat. e.
Pernapasan Biot atau Ataxic Breathing Pola pernapasan yang tidak teratur sama sekali
f.
Sighing respiration Pola Pernapasan yang normal, tetapi ada periode tarikan nafas yang dalam.
g. Hiperpnea atau Hiperventilasi Pola Pernafasan yang cepat dan dalam.
9.
Batuk Batuk adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan benda asing atau dahak dari saluran nafas bagian atas dan paru paru. Batuk juga bisa timbul sebagai reaksi atas iritasi pada saluran nafas. Batuk hanya gejala dari suatu penyakit dan biasanya gejala batuk tidak berdiri sendiri, ada gejala lain yang menyertainya. Macammacam batuk: a.
Batuk produktif Disebut batuk produktif bila saat batuk juga disertai dengan keluarnya dahak. Dahak yang keluar bisa berasal dari hidung dan sinus bisa juga dari kerongkongan dan paru paru. Batuk berdahak tidak boleh ditekan karena fungsi sebenarnya adalah untuk membersihkan saluran nafas dari
35
dahak. Batuk berdahak bisa jadi merupakan tanda penyakit pneumonia, bronchitis, PPOK, sinusits atau TBC. b.
Batuk non produktif Batuk non produktif sifatnya kering dan tidak mengeluarkan dahak makanya sering disebut batuk kering. Batuk kering umumnya muncul menjelang akhir gejala flu atau akibat iritasi debu dan asap rokok. Batuk kering terjadi pada kasus asma, bronkospasme, alergi.
10. Sputum Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronkus, dan trakea melalui mulut.Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus atau sekret kelenjar sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari. Sputum
yang
dikeluarkan
hendaknya dapat dievaluasi
oleh
seorang
pasien
sumber, warna, volume,
dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan patologik
secara
pada
spesifik
proses
pembentukan
kejadian
sputum
itu
sendiri.Macam-macam sputum: a.
Sputum berlebih dan purulen merupakan tanda proses supuratif, contoh abses paru
b.
Sputum berwarna kekuning-kuningan merupakan tanda proses infeksi.
c.
Sputum hijau merupakan tanda proses penimbunan nanah. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita sputum
bronkhiektasis dalam
bronkus
karena yang
penimbunan melebar
dan
terinfeksi.
36
d.
Sputum merah muda dan berbusa merupakan tanda edema paru akut.
e.
Sputum berlendir, lekat, abu-abu atau putih merupakan tanda bronkitis kronik.
f.
Sputum berbau busuk merupakan tanda abses paru ataubronkhiektasis.
11. Clubbing Finger
(Srooso, 2012)
Clubbing finger atau jari tabuh atau digital clubbing adalah kelainan bentuk jari dan kuku tangan yang menjadikan jari tangan dan kaki membulat yang berkaitan dengan
penyakit
jantung
dan
paru-paru.Penyebab
penambahan jaringan ikat yang terjadi pada bagian jaringan lunak di dasar kuku yangberkaitan dengan kekurangan oksigen kronik atau hipoksia kronik. Tanda-tanda clubbing fingers yaitu :Setiap jari membulat dan mengembung atau adanya penebalan pada seluruh distal jari tangan, bantal kuku menjadi cembung dan melengkung , ketika dipalpasi terasa seperti busa, perubahan sudut antara kuku dan dasar kuku lebih dari 180 derajat sudut kuku normal 160 derajat , timbul aspek mengkilap pada jari dan kulit.
b. Palpasi Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien untuk mengetahui tentang adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu, oedema, kountur dan lainya. Dengan kata lain bahwa
37
palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. Palpasi meliputi: 1.
Spasme otot bantu pernafasan Palpasi
pada
m. sternocleidomastoideus,
m.upper
trapezius, m.scalenus, m.pectoralis major apakah terjadi ketegangan atau tidak dan dibandingkan antara kanan dan kiri. 2.
Gerak nafas Posisi terapis
: disebelah kanan pasien.
Posisi pasien
: berbaring.
Prosedur
: Tangan
terapis
direntangkan
diatas torakoabdominal pasien.Tidak ada intruksi apapun pada pasien.Bila tangan terapis bergerak kearah supinasi berarti pasien melakukan napas dada.Bila tangan terapis bergerak kearah pronasi berarti pasien melakukan napas abdominal.
3.
Kesimetrisan dada a.
Upper Chest expansion
Gambar: pengukuran kesimetrisan dada bagian upper (Suroso, 2012)
Posisi terapis
: sebelah kanan pasien.
Posisi pasien
: berbaring.
Prosedur
: Letakkan ke 2 ujung ibu
jari-jari tangan terapis di tengah sternum bagian atas pada sternal notch pasien. Rentangkan jari-
38
jari tangan diatas klavikula kiri dan kanan pasien. Pasien diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3x. Perhatikan perbedaan pengembangan dada kiri dan kanan. b. Middle chest expansion
Gambar: pengukuran kesimetrisan dada bagian middle (Suroso, 2012)
Posisi terapis
: sebelah kanan pasien.
Posisi pasien
: berbaring atau duduk.
Prosedur
: Letakkan ke 2 ujung ibu
jari-jari tangan terapis di prosesus xyphoideus atau pada coste 5 pasien. Rentangkan jari-jari tangan anda ke samping dada kiri dan kanan pasien.Pasien
diminta
inspirasi
penuh
lalu
ekspirasi penuh 2-3x. Rapatkan ke 2 ibu jari tangan anda saat ekspirasi penuh. Perhatikan pergeseran ke 2 ibu jari-jari tangan terapis akibat tarikan pengembangan dada pasien. c. Lower chest expansion
Gambar: pengukuran kesimetrisan dada bagian lower (Suroso, 2012)
Posisi terapis
: di belakang pasien.
39
Posisi pasien
: duduk.
Prosedur
: Letakkan ke 2 ujung ibu
jari-jari tangan terapis di prosesus spinosus vertebra thorakal bagian bawah atau pada costae 9 pasien. Rentangkan jari-jari tangan anda ke samping kiri dan kanan dada pasien.Pasien diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 23x.Rapatkan ke 2 ibu jari tangan anda saat ekspirasi penuh.Perhatikan pergeseran ke 2 ibu jari-jari
tangan
terapis
akibat
tarikan
pengembangan dada pasien.
4.
Fremitus
Gambar: pengukuran fremitus (Suroso, 2012)
Merupakan getaran pada dinding dada pasien yang dihasilkan oleh pita suara melalui system broncho pulmonal . Posisi terapis
: di belakang pasien.
Posisi pasien
: duduk.
Prosedur
: Letakkan ke dua telapak tangan
terapis secara simetris pada dinding dada bagian belakang pasien. Geser kedua tangan anda dari atas kebawah.Instruksikan pasien untuk mengucapkan kata 99 beberapa kali. Interpretasi
:
40
a.) Normal
: Vibrasi terasa sama dan simetris
pada dada kiri dan kanan dan vibrasi menurun dari atas ke bawah. b.) Bertambah
:
Adanya
sekresi
pada
saluran
pernafasan. c.) Berkurang : Adanya kantung udara pada bagian pernafasan emfisema,pneumotorak, efusi pleura.
5.
Posisi trakea
Gambar: pengukuran posisi trakea (Suroso, 2012)
Posisi terapis
: disamping kanan depan pasien.
Posisi pasien
: duduk relaks dan kepala lurus kedepan.
Prosedur
: Pasien duduk menghadap terapis
dengan kepala lurus kedepan dan leher sedikit fleksi. Palpasi pelan-pelan dengan jari-jari telunjuk anda didada atas bagian tengah suprasternal notch.Rasakan pergeseran posisi trachea.
6.
Auskultasi Auskultasi bertujuan untuk mendengarkan suara paru, sehingga secara tidak langsung menggambarkan keadaan salurannafas.
41
Gambar : Auskultasi Sumber: http://reproduksiumj.blogspot.com/2009_10_01_ archive.html Inggris
Karakteristik akustik
Indonesia
Klinis
Ronki basah halus
Pneumonia,edema
Coarse Crackles
Ronki basah kasar
Bronkitisakut/kronis,bronkiektasis
Wheezing
Wheezing Asma bronkiale
Ronki
Ronki kering
seperti Fine Crackles suaraledakan, durasi kurang Diskontinyu,
paru,
asmabronkiale
dari 10ms, halus, frekuensi tinggi, amplitudo rendah. Diskontinyu,
seperti
suaraledakan, durasi sedikit lebihlama
daricrackle
halus,frekuensi
rendah,
amplitudotinggi Kontinyu, durasi lebih dari 250ms,
frekuensi
tinggi,
musikalis Kontinyu, durasi lebih dari 250ms,
frekuensi
rendah,
sepertisuara dengkur
Produksi sputum meningkatmisalnyabronkitis kronis
c. Move Move merupakan tes gerak untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, keterbatasan gerak atau Range of Motion, dan kelemahan dari otot maupun gerakan pasien. 1.
Pemeriksaan Manual Muscle Testing Suatu
cara
pemeriksaan
untuk
mengetahui
kekuatan otot atau kemampuan mengontraksikan otot secara volunter dengan tujuan membantu menegakkan diagnosa. Nilai Manual Muscle Testing
42
Nilai 0 atau zero
:
tidak
ada
kontraksi
samasekali, baik terlihat maupun teraba. Nilai 1 atau trace :
kontraksi otot dapat terlihat
atau
diraba
tetapi
tidak
ada
gerakan sendi. Nilai 2 atau poor :
kontraksi
otot
dapat
menggerakan sendi secara penuh tanpa mempengaruhi gravitasi. Nilai 3 atau fair
: kontraksi otot dapat menggerakan sendi
secara
penuh
dengan
otot
dengan
penuh,
mampu
melawan gravitasi Nilai 4 atau good :
kontraksi
gerakan
sendi
melawan gravitasi dengan tahanan sedang Nilai 5 atau normal :
kontraksi
gerakan
sendi
otot
dengan
penuh,
mampu
melawan gravitasi dengan tahanan penuh
2.
Pemeriksaan Range of Motion Tes ini bertujuan untuk mengetahui gerakan sendi dengan menggunakan alat bantu Goniometer. Dalam literature telah ditetapkan kriteria normal Range of Motion untuk masing-masing persendian, meskipun demikian Range of Motion normal pada masingmasing individu berbeda, disesuaikan dengan usia dan ukuran badan seseorang. Prosedur Pengukuran Range of Motion :
43
1. Posisi anatomis yaitu tubuh tegak, lengan lurus disamping
tubuh,
lengan
bawah
dan
tangan
menghadap ke depan. 2. Sendi yang diukur terbebas dari pakaian. 3. Beri penjelasan dan contoh gerakan yang akan dilakukan. 4. Berikan gerakan pasif untuk menghilangkan gerakan subtitusi dan ketegangan. 5. Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal. 6. Tentukan axis gerak dengan cara melakukan palpasi pada bagian tulang sebelah lateral sendi. 7. Letakkan tangkai goniometer yang statis paralel dengan aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak. 8. Pastikan axis goniometer tepat pada axis gerakan sendi. 9. Baca dan catat hasil pemeriksaan Range of Motion.
3.
Tes Khusus Tes khusus sangat penting dilakukan, karena untuk mempertegas apa yang dikeluhkan pasien dan apa yang tercantum pada diagnosa medik. Tes khusus yang dilakukan pada bronkiektasisyaitu: a. Pengukuran
chest
expansi
torax
atau
pengembangan dada 1.
Upper chest expansion Posisi terapis : di sebelah kanan pasien Posisi pasien : duduk atau berdiri Prosedur
: Pasang
meteran
melingkar
dada bagian atas pasien dibawah axial. Pegang kedua ujung meteran dengan tangan kiri di dada atas bagian tengah pasien.Pasien diminta
44
inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3x.Pada saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut dengan tangan kanan memegang salah satu ujungnya.Hitung selisih antara ekspirasi penuh dengan inspirasi penuh. 2. Middle chest expansion Posisi terapis : sebelah kanan pasien Posisi pasien : duduk atau berdiri Prosedur
: Pasang
meteran
melingkar
dada pasien bagian tengah. Pegang salah satu ujung meteran di tengah daerah prosesus xyphoideus pasien. Prosedur selanjutnya sama dengan prosedur pada upper chest expansion. 3. Lower chest expansion Posisi terapis : sebelah kanan pasien Posisi pasien : duduk atau berdiri Prosedur
: Pasang
meteran
melingkar
dada pasien bagian bawah. Pegang salah satu ujung meteran di antara prosesus xyphoideus dengan umbilicus pasien. Prosedur selanjutnya sama dengan prosedur pada upper chest expansion.
45
b. Peak Flow Meter
Gambar: Penggunaan peak flowmeter Sumber: http://my.clevelandclinic.org/transplant/services/lung/ peak_flow.aspx
(Suroso, 2012)
Peak Flow Meter adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas.
46
8.3. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi. Misalnya hasil dari CT-Scan, MRI , Rontgen, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan laboratorium, FEES, endoskopi , bronkogram, EKG.
8.4. 1. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas Urutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan dari pasien itu sendiri. Masalah yang timbul meliputi:
2. Diagnosa Fisioterapi Disusun berdasarkan dari urutan masalah yang ada. Diagnosa Fisioterapi terdiri dari impairment , keterbatasan gerak, keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan diagnosa medik.
8.5. Program Pemeriksaan Fisioterapi 1.
Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik yang bersangkutan.
2.
Tujuan a. Tujuan Jangka Pendek Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas masalah yang utama. Dalam membuat tujuan jangka pendek ini harus disertai dengan bagaimana tujuan atau rencana tersebut akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, dan kondisi-kondisi seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai. b. Jangka Panjang
47
Tujuan jangka panjang juga dibuat berdasarkan prioritas masalah, tetapi bukan masalah yang utama atau segera. Tujuan jangka panjang harus realistis sesuai dengan perkiraan pemulihan yang maksimal sesuai patologi dan keadaan pasien juga harapan dari pasien dan keluarga.
3.
Metode Pemberian Fisioterapi Fisioterapis memilih intervensi berdasarkan pada kompleksitas dan
tingkat
keparahan
dari
problem.
Fisioterapis
memilih,
mengaplikasikan atau memodifikasi satu atau lebih prosedur intervensi berdasarkan pada tujuan akhir dan hasil yang diharapkan yang telah dikembangkan terhadap pasien. Metode tersebut meliputi: 3.1. Nebulizer Nebulizer yaitu alat yang digunakan untuk mengubah larutan menjadiaerosol, kabut atau asap dengan tenaga yang berasal
dari
gelombang
ultrasonik
atau
udara
yang
dipadatkan.Salah satu jenis nebulizer adalah kompresor. a. Nebulizer Kompresor Alat
ini
bekerja
berdasarkan
prinsip Bernouli,
pancaran gas tekanan tinggi yang dihasilkan oleh mesin kompresor mendorong air atau obat melalui bagian yang sempit akan menghasilkan aerosol atau uap dengan ukuran 5-20 mikron dengan kelembaban ± 78 %. Keuntungan : 1.
Penggunaannya mudah
2.
Harganya relatif murah
3.
Perawatannya mudah Kerugiannya :
1.
Partikel yang dihasilkan lebih besar
2.
Suaranya kasar
3.
Tidak bisa digunakan secara intermitten
48
4.
Tidak efektif digunakan dengan posisi berbaring
3.2. Breathing exercise Tujuan pemberian breathing exercise adalah untuk memperbaiki ventilasi, meningkatkan kapasitas paru dan mencegah kerusakan paru.Macam – macam breathing exercises: 1. Purse lips breathing Tujuannya : a. Mengurangi sesak napas b. Mengurangi frekuensi pernapasan c. Mengurangi kerja otot bantu pernapasan d. Meningkatkan tidal volume e. Memperbaiki toleransi exercise f. Diberikan pada pasien yang sedang tidak mengalami serangan sesak nafas. Contohnya : penderita asma yang sedang tidak kambuh. Tatalaksana: Posisi pasien : relaks atau half lying Posisi terapis : disamping kanan pasien Prosedur
: Pasien tarik nafas melalui hidung dan
tahan 2-3 detik.Lalu pasien diminta hembuskan nafas lewat mulut atau mulut dimonyongkan selama 6-8 detik.Latihan dilakukan selama 10 – 15 menit dengan frekuensi 2 – 4 kali sehari dengan posisi berbaring,duduk dan berdiri
2. Diafragma breathing Tujuan : a. Memperbaiki ventilasi b. Mengurangi kerja otot bantu pernapasan c. Membantu mengeluarkan sekresi 49
d. Mengurangi frekuensi pernapasan e. Mempebaiki pola napas f. Mengurangi sesak napas g. Memperbaiki fungsi diafragma Tatalaksana: Posisi pasien : permulaan latihan half lying Posisi terapis : disamping kanan pasien Prosedurnya : Tangan pasien yang dominan di letakkan diatas perut dan tangan yang lain diatas dada.Pasien diminta tarik napas lewat hidung dengan perut dikembungkan lalu ditahan selama 2-3 detik. Kemudian dihembuskan secara pasip lewat mulut dengan
perut
dikempeskan
selama
dua
kali
inspirasi.Pasien napas dalam 3x diikuti napas biasa 3x. Latihan dikerjakan selama 10-15 menit 3x sehari. Latihan ditingkatkan dari posisi tidur,duduk, berdiri kemudian berjalan.
3. Panic breathing atau posisi relaksasi Bagi penderita asma, maka perlu pula diajarkan caracara relaksasi untuk meredakan rasa sesaknya. Latihan relaksasi pada penderita asma bertujuan mencapai kondisi relaks baik sewaktu ada serangan maupun diluar serangan. Yang ingin dicapai, penderita secara spontan dapat relaksasi, baik pada otot-otot pernapasannya maupun mentalnya, pada saat serangan terasa akan datang atau sedang dalam serangan. Posisi tersebut antara lain: a. Bila dalam keadaan berdiri, posisi relaksasi yang disarankan yaitu tubuh bersandar ke dinding belakang atau bertumpu ke depan dan kepala condong ke depan sehingga napasnya tidak terengah-engah dan otot
50
diafragmanya
lebih
banyak
berfungsi.Selanjutnya
pasien diminta mengontrol pernapasannya dengan purse lips breathing .Setelah pasien bisa mengontrol pernapasannya,
dilanjutkan
dengan
diafragma
breathing. b. Bila dalam posisi duduk, taruh bantal di perutnya kemudian minta ia memeluk bantal itu. Selanjutnya pasien diminta mengontrol pernapasannya dengan purse lips breathing .Setelah pasien bisa mengontrol pernapasannya,
dilanjutkan
dengan
diafragma
breathing . 3.3 Chest Physioterapi Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan carahuffing,coughing : a. Huffing Teknik ini digunakan untuk merangsang batuk. Pasien posisi duduk atau half lying . Lalu ajarkan pasien batuk tanpa suara dengan ekspirasi secara paksa diiringi deep breathing pada awalnya 3 kali. Setelah deep breathing yang keempat diakhiri ekspirasi secara paksa atau teknik huffing. b. Coughing Teknik ini bertujuan untuk menghasilkan batuk efektif. Pasien dalam
posisi duduk atau half lying. Sama dengan
huffing , yaitu pasien diminta bernafasn dalam sebanyak 3 kali dan saat nafas dalam ke 4, diakhir respirasi pasien diminta batuk efektif
yaitu secara tajam, ganda, dalam, sehingga
diharapkan secret yang ,menempel di lobus akan keluar. c. Vibrasi Tekhnik memberikan
getaran secara halus dari tangan
fisioterapis ke daerah letak pasien yang terdapat penumpukan
51
sputum, berguna untuk melepaskan secret yang menempel pada lobus. d. Chest mobility 1. Latihan mengangkat bahu Bahu diangkat kearah telinga sambil tarik napas, lalu turun sambil hembus napas, gerakan diulang 5 sampai 10 kali. 2. Latihan memutar bahu Memutar ke dua bahu kedepan lalu keatas sambil tarik napas, kemudian kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya, masing -masing
gerakan
diulang 5 sampai 10 kali. 3. Latihan memutar siku Ujung Jari-jari tangan pasien menyetuh bahu nya, gerakan memutar siku kedepan lalu keatas sambil tarik napas, kemudian ke kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya, masing-masing gerakan diulang 5 sampai 10 kali 4. Gerakan peregangan otot pectoralis Posisi duduk kedua tangan di belakang kepala, kepala tegak, lengan dibuka sambil tarik napas dan stretching m. pectoralis, kembali ke posisi semula sambil hembuskan napas, bisa dilakukan dengan posisi tidur terlentang, gerakan diulang sebanyak 5 sampai 10 kali. 5.
Memutar lutut Posisi pasien crook lying, pasien menggerakkan lututnya, kekiri sambil hembuskan napas, kemudian tarik napas pada posisi tersebut, menngerakkan lututnya kekanan sambil hembuskan napas, gerakkan diulang masing-masing 5 sampai 10 kali.
52
8.6. Home Program Adalah program yang diberikan dipoliklinik kepada pasien untuk dilakukan dirumah sebagai intervensi. 8.7 Evaluasi Penulisan sebagai evaluasi dalam intervensi yaitu berupa subyektif pasien yaitu perubahan dalam bentuk subyektif, obyektif yang berisikan data – data hasil pemeriksaan selama intervensi, analitik yaitu diagnose yang didapat oleh fisioterapis selama intervensi dan program yang telah diberikan.
53
BAB III ISI
UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM VOKASI BIDANG STUDI KEDOKTERAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FORMULIR FISIOTERAPI Nama fisioterapi : Bpk Safarudin
Peminatan :FT DKardioRespirasi
Nama dokter
Ruangan : Pelayanan URM FT lt 2
: dr. Nury N, SpKFR
Nomer Registrasi : 376 – 04 - 81 I.
Tanggal Pemeriksaan : 24 Oktober 2012
PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S) Nama Inisial
: Ny D.
Tempat & tgl lahir
: Sukabumi, 4 Desember 1972 (40 tahun)
Alamat
: Kel. Puncak Manggis, Sukabumi.
Pendidikan Terakhir : Tamat SD Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Hobi
: Memasak.
Diagnosa Medik
: Bronkiektasis, Cor Pulmonale, Coronary Artery DiseaseInferior
54
II.
PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S) KU
: Sesak nafas semakin berat saat melakukan aktivitas ringan dan jalan dekat dengan langkah pendek.
RPS
: Juli 2012, Sekitar 3 bulan yang lalu, OS sering mengeluh sesak nafas saat beraktivitas, bahkan sehabis mandi sekalipun OS sering mengeluh sesak. Disertai kaki bengkak dan perut buncit, tidur selalu posisi duduk karena tidur diganjal dengan bantalpun terasa sesak nafas semakin berat.OS tidak berobat dan OS masih beraktivitas mandiri walaupun dengan banyak jeda istirahat di setiap aktivitasnya. Agustus 2012, sehabis lebaran idul fitri OS mengeluh sesak nafas dan nyeri dada semakin berat, perut semakin buncit dan kedua kakinya semakin bengkak, langsung OS dibawa ke ICU Rumah Sakit PMI Bogor dan di diagnosa Bronkiektasis dengan Infeksi Sekunder disertai Congestive Heart Failure functional class II – III. Dirawat selama 4 hari, bengkak di kaki dan perut buncit berkurang dengan penggunaan obat selama
dirawat.OS
diperbolehkan pulang walau masih mengeluh sesak nafas.OS masih beraktvitas sebagai ibu rumah tangga seperti biasa meskipun seringkali dirasakan sesak nafas. September 2012 OS mengeluh sesak kembali, sesak nafas dirasakan semakin hebat saat aktivitas ringan maupun saat istirahat, sulit tidur karna sesak nafas tetapi dudukpun sama saja, OS langsung dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 20 Oktober 2012 untuk rujukan dirawat inap di gedung A lantai 7, dirawat selama 19 hari, dan telah diberikan tindakan fisioterapi dengan Chest FT dan Chest Mobility Exercise untuk mengurangi sesak, batuk yang benar, dan meningkatkan pengembangan rongga dada. OS merasa sudah tidak sesak nafas saat tidur ataupun duduk.Perut sudah tidak buncit dan kaki sudah tidak bengkak.OS diperbolehkan Pulang tetapi tetap dilakukan
55
Rawat Jalan untuk menjalani fisioterapi kardiorespirasi.Saat ini tanggal 24 Oktober 2012, 15 hari setelah OS pulang dari rumah sakit.OS masih mengeluh sesak saat aktivitas ringan dan sesak saat berjalan dengan langkah pendek kurang lebih 300 m, tetapi jika OS istirahat sejenak sesak hilang.Urin OS berwarna kuning pekat karena dalam masa pengobatan anti Tuberkulosis.OS
batuk
disertai
dahak
berwarna
putih
kekuningan dan berbusa dalam jumlah banyak. RPD
: 5 tahun yang lalu OS dengan Tuberkulosis Paru dan sudah menjalani pengobatan OAT sebanyak 2 kali tetapi tidak teratur, CHF sejak Oktober 2012, riwayat dengan asma.
RPK
: Almarhumah dengan Tuberkulosis Paru dan tinggal satu rumah.
RPSi
: Seorang istri dengan suami yang bekerja sebagai petani, mempunyai 2 orang anak usia 17 tahun dan 11 tahun. OS sebagai Ibu rumah tangga, senang memasak, sehari-harinya memasak di tungku dengan kayu bakar.Sekarang OS tinggal di Bogor, di rumah orang tua.
III.
PEMERIKSAAN (O) a. Pemeriksaan Umum 1) Cara Datang : Mandiri 2) Kesadaran : Compos Mentis 3) Koperatif 4) Tensi 120/80 mmHg 5) Lingkar kepala tidak perlu diukur. 6) Nadi 88 x/menit 7) RR 26 x/menit
56
8) Status Gizi : Berat badan : 35 kg Tinggi Badan : 130 cm IMT :
36 kg 2
142 cm : 100= 1,42 m
2
17,85
Kesimpulan : Kurus , Nilai Normal : 18,50 – 24,99 9) Suhu : Afebris
b. Pemeriksaan Khusus INSPEKSI -
Pola jalan : Normal dengan pola yang baik.
-
Postur saat berdiri dan duduk, Dilihat dari : Depan : Bahu depresi, protraksi, dan forward head Belakang : Thorakal lebih menonjol Samping kanan-kiri : Kifosis
-
Warna muka : normal
-
Pernafasan dengan Pursed Lips Breathing atau bernafas dengan bantuan mulut.
-
Tidak terlihat cupping hidung saat bernafas.
-
Tidak terlihat sternal notch retraksi saat bernafas.
-
Bentuk dada pectus excavatum.
-
Pola pernapasan cepat dan dangkal.
-
Batuk tidak efektif.
-
Dahak berwarna putih kekuningan, kental dan berbusa.
PALPASI 1. Spasme otot bantu pernapasan : m. Upper Trapezius billateral 2. Nyeri tekan pada m. Upper Trapezius billateral 3. Gerak pernapasan :abdominal breathing. 4. Kesimetrisan dada : - Upper : Kanan = Kiri - Middle : Kanan = Kiri - Lower : Kanan = Kiri
57
5. Posisi trakea : normal. 6. Fremitus : Hypersonor 7. Auskultasi : Ronki saat akhir ekspirasi pada lingula kiri. 8. Tidak ada oedem atau clubbing pada jari - jari. MOVE 1. CHEST EKSPANSI THORAKS KET
SELISIH
UPPER
76 cm – 75 cm
1 cm
2 - 3 cm
MIDDLE
71 cm – 70 cm
1 cm
3 - 5 cm
LOWER
71 cm – 70 cm
1 cm
5 - 7 cm
TES KHUSUS 1. Pick Flow Meter atau Peak Expiratory Flow Rate : 140 L/menit 400 + 46,3 = 446,3 L/menit Nilai Normal : 400 L/menit ± 400 – 46,3 = 353,7 L/menit Kesimpulan : Jauh dibawah rata – rata batas normal.
IV.
Nilai
INSPIRASI - EKSPIRASI
PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Hasil Radiology, Tanggal 22 September 2012 Kesimpulan : Ascites, organ – organ intra abdomen lain dalam
batas
normal,
TB
Paru
dengan
Bronkiektasis dan Efusi Pleura kanan. 2. Hasil EKG, Tanggal 27 September 2012 Kesimpulan : RA, RV dilatasi, LV Dshapped, TR severe, PH severe, PR mild, fungsi sistolik LV dan RV baik.
58
Normal
3. Hasil CT Thorax, Tanggal 2 Oktober 2012 Kesimpulan : Bronkiektasis type sekunder di lobus inferior (billateral), lobus superior, lobus medius paru dextra. Pneumonia segmental lobus superior paru kanan.Hepatomegali dengan Cardiac Liver
dan
kista
soliter
lobus
kiri
hepar.Kardiomegali Right Heart Insuffient.
V.
1.
URUTAN
MASALAH
FISIOTERAPI
BERDASARKAN
PRIORITAS 1) Sesak nafas 2) Retensi sputum 3) Batuk tidak efektif 4) Penurunan chest ekspansi bagian upper, middle, dan lower 5) Spasme otot Upper Trapezius billateral 2.
DIAGNOSA FISIOTERAPI Adanya
gangguan
fungsional
pernapasan
serta
adanya
penurunan toleransi aktivitas karena adanya sesak nafas, retensi sputum, batuk tidak efektif, penurunan chest ekspansi, dan spasme otot Upper Trapezius terkait dengan Bronkiektasis, Cor Pulmonale, dan Coronary Artery Disease inferior.
VI.
PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P) 1.
Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi Medik a. Edukasi b. Chest FT : -
Mobilisasi Sputum 1) Inhalasi dengan ventolin : Nacl = 1 : 1 2) Latihan batuk efektif dengan huffing dan coughing
59
3) Tapping dan clapping post inhalasi -
Breathing Exercise 1) Deep Breathing Exercise
2.
Tujuan : a. Tujuan Jangka Pendek 1) Mengurangi sesak nafas 2) Mengurangi retensi sputum 3) Batuk efektif 4) Meningkatkan chest ekspansi bagian upper, middle, dan lower 5) Mengurangi spasme otot Upper Trapezius bilateral b. Tujuan Jangka Panjang Menjalankan aktifas sehari-hari tanpa keluhan.
3. NO 1.
Metoda Pemberian Fisioterapi
JENIS
METODA
DOSIS
Modalitas
Kontak langsung
I : NaCl : Ventolin
NEBULIZER
dengan memakai
( 2,5 cc : 2,5 cc)
Nebulizer mask
KETERANGAN Mengencerkan sputum Re evaluasi nadi
D : 15 menit F : 6 x terapi, seminggu 2 x
2.
Chest FT
Diafragma
I : 5 x repetisi
Mengurangi kerja otot
breathing dan
D : 5 menit
bantu pernapasan
Pursed Lips
F : 3 x/hari
Mengurangi sesak
Breathing (Panic
napas
Breathing)
Meningkatkan oksigen dalam paru Memperbaiki fungsi diafragma
Vibrasi
I : 5 x repetisi
Untuk membantu
D : 5 menit
mengencerkan dan
F : 2 x/hari
mengeluarkan sputum
60
Huffing dan
I : 3x huffing dan 1x
Coughing
coughing
Memperbaiki batuk yang tidak efektif
D : 5 menit F : 3 x/hari 3.
Chest
Chest Mobility
I : 10 x repetisi
Mengembangkan
Ekspansi
Exercise
D : 15 menit
rongga dada
F : 3 x/hari
Miningkatkan volume oksigen dalam paru
1)
Uraian Tindakan Fisioterapi 1) Breathing Exercise : Abdominal Breathing dan Pursed Lips Breathing atau PLB (Panic Breathing) Posisi Pasien
: Rileks atau half lying
Posisi Terapis : Disamping OS Tatalaksana
: Instruksikan kepada OS untuk
meletakkan tangan OS yang lebih dominan di atas perut dan tangan satunya lagi di atas dada. Lalu instruksikan untuk menarik napas dalam dari hidung dengan perut dikembungkan lalu tahan 2 – 3 detik kemudian dihembuskan secara perlahan dari mulut, seperti meniup lilin atau bersiul ulangi selama 3 sampai 5 kali.Ajarkan OS untuk mengembungkan perutnya dengan dada tidak bergerak. 2) NEBULIZER Posisi Pasien
: Duduk dengan rileks
Posisi Terapis : Disamping OS Tatalaksana
: Siapkan seperangkat alat nebulizer,
masukkan NaCl dan Ventolin sesuai dengan dosis yang diberikan dokter, terapis mengajarkan kepada OS untuk menarik napas lewat mulut dan membuangnya lewat hidung, nyalakan alat, pastikan uap keluar, kemudian pakailah masker dan terpasang dengan benar. Instruksikan
61
kepada OS untuk tetap bernafas lewat mulut sampai abis obatnya atau sampai sudah tidak ada uap yang keluar. 3) CHEST FT a. Vibrasi Posisi Pasien
: Sesuai dengan lobus dan mengacu
pada postural drainage. Posisi Terapis : Disamping OS Tatalaksana
: Lakukan vibrasi di segmen atau
lobus dengan retensi sputum, berikan vibrasi diakhir ekspirasi setelah napas dalam, selama 5 kali pengulangan. b. Huffing dan Coughing Posisi Pasien
: Half lying atau duduk condong ke
depan dengan kepala menunduk. Posisi Terapis : Disamping OS Tatalaksana
: Instruksikan kepada OS untuk
meletakkan ke dua tangannya diatas perut OS, terapis memberikan contoh seperti menghembuskan napas secara paksa dengan mulut terbuka. Awali dengan menginstruksikan kepada OS untuk menarik napas dalam sebanyak 3 kali lalu pada ekspirasi yang ke-4 OS diminta untuk huffing. Ulangi 3 kali huffing diikuti dengan satu kali napas dalam disetiap huffing. 4) Chest Ekspansi Thoraks : Chest Mobility Exercise Posisi Pasiesn : Terlentang dan Duduk Posisi Terapis : Disamping OS Tatalaksana
:
a. OS tidur terlentang, terapis menginstruksikan OS untuk menarik napas dalam lewat hidung sambil menarik kedua kaki keatas atau dorsi fleksi kaki
62
kemudian hembuskan secara perlahan lewat mulut sambil menurunkan kaki atau plantar fleksi kaki. Ulangi beberapa kali. b. OS tidur terlentang, terapis menginstruksikan OS untuk memutar kedua lututnya kekanan sambil menghembuskan napas lama kemudian keposisi awal sambil menarik napas dalam, ulangi ke sisi satunya. Ulangi beberapa kali c. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan OS membungkukkan badan sampai tangan tersentuh lantai sambil menghembuskan napas kemudian tegak kembali sampai mengangkat tangan keatas sambil menarik napas dalam. Ulangi beberapa kali. d. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan tangan OS untuk disilangkan didepan dada, lalu OS
memutar
badan
kekanan
sambil
menghembuskan napas kemudian kembali keposisi awal sambil menarik napas dalam, ulangi ke sisi satunya dan ulangi beberapa kali. e. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan tangan
OS
untuk
tekuk
di
pinggang,
lalu
condongkan badan OS kekanan sambil hembuskan napas kemudian kembali keposisi awal sambil menarik napas dalam, ulangi ke sisi satunya dan ulangi beberapa kali. 4.
Program untuk dirumah 1) Ulangi latihan pengembangan dada seperti diatas sehari 3 x . 2) Batuk dengan pola yang benar. 3) Posisi rileksasi dengan panic breathing disaat mengeluh sesak nafas. 4) Manfaatkan energi dengan baik sehingga tidak membuang buang banyak energi saat aktivitas.
63
VII.
EVALUASI 1. Evaluasi Hasil Terapi 1) Rabu, Tanggal 24 Oktober 2012 S
: Sesak nafas berkurang, lebih rileks, batuk dengan dahak mudah dikeluarkan.
O
: - Kesadaran : Compos Mentis - Respiratory Rate : 24 x/menit - Tekanan darah : 120/70 mmHg - Nadi : 92 x/menit - Pola nafas : Cepat dan dangkal tapi sudah dapat terkontrol - PFM belum ada peningkatan - Chest ekspansi belum ada peningkatan
A
:
Gangguan
fungsional
pernapasan
et
causa
Bronkiektasis P
: Modalitas Nebulizer, Chest FT dengan Panic Breathing, dan Chest mobility exercise
2) Jumat, Tanggal 2 November 2012 S
: Sesak nafas tidak di rasakan saat diam atau istirahat, banyak bergerak dan jalan OS masih mengeluh sesak, batuk disertai dahak.
O
: - Kesadaran : Compos Mentis - Respiratory Rate : 30 x/menit - Tekanan darah : 130 / 90 mmHg - Nadi : 92 x/menit - Auskultasi : Ronki pada lingula kiri - Chest Ekspansi
KET
INSPIRASI - EKSPIRASI
SELISIH
Nilai Normal
UPPER
74 cm – 75 cm
1 cm
2 - 3 cm
MIDDLE
66 cm – 68 cm
2 cm
3 - 5 cm
LOWER
70 cm – 72 cm
2 cm
5 - 7 cm
64
A
:
Gangguan
fungsional
pernapasan
et
causa
Bronkiektasis P
: Chest FT : Breathing Exercise, Vibrasi, dan Huffing – Coughing ; Chest Mobility Exercise
3) Sabtu, Tanggal 3 November 2012 S
: OS terlihat lebih enakkan dan tidak sesak saat melakukan aktivitas walaupun harus pelan-pelan, batuk disertai dahak.
O
: - Kesadaran : Compos Mentis - Respiratory Rate : 28 x/menit - Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg - Nadi : 90 x/menit - Auskultasi : Ronki pada lingla kiri - Chest Ekspansi KET
Nilai
INSPIRASI - EKSPIRASI
SELISIH
74 cm – 76 cm
2 cm
2 - 3 cm
MIDDLE
66 cm – 68,5 cm
2,5 cm
3 - 5 cm
LOWER
70 cm – 72 cm
2 cm
5 - 7 cm
UPPER
A
:
Gangguan
fungsional
pernapasan
et
causa
Bronkiektasis P
: Chest FT : Breathing Exercise, Vibrasi, dan Huffing – Coughing ; Chest Mobility Exercise.
65
Normal
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Bronkiektasis adalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran permanen pada bronkus yang penyebabnya sampai sekarang masih belum jelas, namun diduga bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.Bronkus mengalami dilatasi yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Akibatnya dapat muncul berbagai macam gejala, seperti: batuk kronik yang produktif, hemoptisis, dyspnea, wheezing, nyeri dada, penurunan berat badan, dan juga demam. Kelangsungan hidup penderita bronkiektasis tergantung pada berat-ringan serta luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali.Oleh karena itu penanganan pada penderita bronkiektasis harus sedini mungkin dilakukan agar area kerusakannya tidak bertambah luas dan dapat dilakukan intervensi. B. SARAN Partisipasi dari keluarga untuk mengingatkan dan membantu pasien dalam melakukan home program seperti (1) batuk efektif disertai nafas dalam dengan posisi duduk untuk mencegah aspirasi sesering mungkin (2) mengatasi sesak nafas dengan posisi rileksasi saat ditempat tidur, duduk, berdiri (3) chest mobility 3x sehari. Jika merasakan keluhan – keluhan seperti yang sudah dipaparkan diatas lakukan penindakan dengan cepat dan tepat.Periksa kedokter, hindari rokok dan minuman beralkohol, olahraga teratur, serta lakukan tindakan penanganan dengan fisioterapi yaitu dengan latihan chest FT.
66
DAFTAR PUSTAKA
A. Price Sylvia, M. Wilson Lorraine, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2, EGC, Jakarta, 1995. Brunner & Suddarth. Keperawatan Medical Bedah.Volume I. Jakarta: EGC; 2002. C. Guyton, Arthur and E. Hall, John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi ke -11. Alih bahasa oleh dr. Irawati dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Alih bahasa oleh Sri Yuliani Handoyo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009. Grace. PPOK/CODP. Post on Jumat, 09 Desember 2011. Available in http://kuliahkesehatanku.blogspot.com/2011/12/ppok-copd.html. Hatmoko.Cor Pulmonale dalam Medical Review 2. Palaran: Samarinda; 2006. Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC; 1997. Jardins TD. The cardiopulmonary system. In: Cardiopulmonary Anatomy and physiology, essentials in respiratory care. 4thedition. USA: Delmar; 2002. Joshua O. Benditt. The Merck Home Health Manual Handbook “Bronchiectasis”. Post on February 2008. Available in http://www.merckmanuals.com/home/lung_and_airway_disorders/bronchiectasis_ and_atelectasis/bronchiectasis.html#v725664 Ninda Rosdiana, dkk. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan. Post on Kamis, 20 September 2012.Available in http://akperpemda8.blogspot.com/2012/09/anatomifisiologi-sistem-pernafasan.html. O’Regan AW, Berman JS. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease. 7 thedition. Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins; 2004. Sherwood, Lauralee. Human Physiologi From Cells to Systems. 7 th edition. USA: Brooks/Cole; 2010. Suroso.Pemeriksaan kardiopulmonal 2012.17 Februari 2012. Wolters Kluwer. Professional Guide to Diseases.9 th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
67
Lampiran
Diskusi dengan Bapak Saffarudin Selasa, 23 November 2012 Pesan : Untuk kajian teori dimulai dari diagnosa mediknya, satu persatu dijelasin tapi secara umum saja nanti untuk yang masalah penanganan baru lebih detail. Kemudian dilanjutin anatominya.Anatomi jangan terlalu luas, yang spesifik aja.Apa yang menjadi masalah kalian itu yang kalian jelasin. Jelasin sedetail-detailnya dari sistemnya dan gimana proses kerjanya. Lalu lanjut etiologi, patofiologi dan seterusnya itu dijelasin.Jelasin jangan terlalu banyak, mubazir kalau kebanyakan yang penting padat dan jelas.
Kamis, 25 Oktober 2012 Pesan : RPS juga masuk kajian teori. Biar orang tahu apa itu RPS, RPD, RPK. Jadi intinya semua hal yang ada dalam status itu dijelasin jadi kajian teori lengkap, yang penting jelas dan nggak perlu panjang lebar. Kalian tahu kan apa itu RPS?? Ya udah itu kalian jelasin itu di dalam kajian teori. Untuk kasus kalian, PPOK. Kalian udah paham belum masalahnya apa? Kenapa dibawa ke FT. D tentu ada masalah yang harus kita atasi, nah itu tergantung dari pemeriksaan kalian.Semakin kalian jeli dalam pemeriksaan semakin jelas masalahnya dan semakin mudah menentukan intervensi yang tepat.Untuk kasus ibu ini sesak, retensi sputumnya, pengembangan parunya dan seterusnya ya.Nah itu tinggal bagaimana pemeriksaan kalian sehingga dapat mendiagnosa ibu ini. Ibu ini juga ada TB paru, tentu berpengaruh sama parunya dan yang perlu diperhatikan juga adalah jantungnya. Ibu ini kan ada core pulmonale, nah itu nanti juga berpengaruh pada home program yang kalian berikan ke ibu ini. Ibu ini rumahnya di Sukabumi tapi sekarang ini tinggal di Bogor.Yang penting kalian pastiin dulu ibu ini mau dating di konfre kalian.Itu nanti tinggal bagaimana kalian pendekatan pada pasien.Kalian jangan Cuma bilang ini untuk tugas kalian, tapi juga kalian jelasin manfaatnya pada pasien.Jadi kalian tidak terlalu tergantung pada pasien tapi pasien juga tahu kalau dia butuh terapi kalian. Sehingga nantinya pasien juga care
68