LAPORAN PENDAHULUAN “CORONARY ARTERY DISEASE (CAD)”
Disusun oleh: IFTITAH FARADHILAH ANNISA R014 17 2003
PRESEPTOR INSTITUSI
PRESEPTOR LAHAN
(Saldy Yusuf, S.Kep.,Ns.,MN., S.Kep.,Ns.,MN., Ph.D)
(
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018
)
BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) atau penyakit arteri koroner atau disebut juga penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease/CHD) Disease/CHD) adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang bisa menyebabkan serangan jantung (AHA, 2015). CAD terjadi ketika arteri yang memasok darah ke otot jantung menjadi mengeras dan menyempit. Hal ini disebabkan oleh penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak, di dinding bagian dalamnya. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Lamakelamaan akan menghambat aliran darah di arteri. Akibatnya, otot jantung tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkannya. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. Sebagian besar serangan jantung terjadi saat gumpalan darah tiba-tiba memotong suplai darah jantung, menyebabkan kerusakan jantung permanen. (Ratini, 2018).
B. Etiologi
Menurut Udjianti (2010), etiologi CAD meliputi: 1. Penyebab paling umum CAD adalah aterosklerosis.Aterosklerosis digolongkan sebagai akumulasi sel-sel otot halus, lemak, dan jarigan konektif di sekitar lapisan intima arteri. arteri. Suatu plak fibrous fibrous adalah lesi khas dari aterosklerosis. aterosklerosis. Lesi ini dapat bervariasi ukurannya dalam dinding pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan obstruksi obstruksi aliran darah parsial maupun komplet. Komplikasi lebih lanjut dari lesi tersebut terdiri atas plak fibrous fibrous dengan deposit kalsium, kalsium, disertai oleh pembentukan thrombus.Obstruksi thrombus.Obstruksi pada lumen mengurangi atau menghentikan aliran darah kepada jaringan di sekitarnya. 2. Penyebab lain adalah spasme arteri koroner. koroner. Penyempitan dari lumen pembuluh darah terjadi bila serat otot halus dalam dinding pembuluh darah berkontraksi (vasokontriksi). (vasokontriksi). Spasme arteri koroner dapat menggiring terjadinya iskemik aktual atau perluasan dari infark miokard . Penyebab lain di luar ateroskelorik yang dapat mempengaruhi diameter lumen pembuluh pembuluh darah koroner dapat berhubungan dengan
abnormalitas sirkulasi. sirkulasi. Hal ini meliputi hipoperfusi, hipovolemik, polisitemia, polisitemia, dan masalah-masalah atau gangguan katup jantung.
Menurut Mayo Clinic (2017), faktor risiko penyakit arteri koroner meliputi: 1. Usia. Cukup bertambah tua meningkatkan risiko arteri yang rusak dan menyempit. 2. Riwayat keluarga. Riwayat keluarga penyakit jantung dikaitkan dengan risiko penyakit arteri koroner yang lebih tinggi, terutama jika seorang kerabat dekat mengembangkan penyakit jantung pada usia dini. 3. Merokok. Orang yang merokok memiliki peningkatan risiko penyakit jantung secara signifikan. 4. Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri Anda, mempersempit saluran yang melaluinya darah bisa mengalir. 5. Kadar kolesterol darah tinggi. Kadar kolesterol tinggi dalam darah dapat meningkatkan risiko terbentuknya plak dan aterosklerosis. Kolesterol tinggi dapat disebabkan oleh tingkat tinggi low-density lipoprotein (LDL), yang dikenal sebagai kolesterol "jahat". Tingkat rendah lipoprotein densitas tinggi (HDL), yang dikenal sebagai kolesterol "baik", bisa menjadi tanda aterosklerosis. 6. Diabetes. Diabetes dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit arteri koroner. Diabetes tipe 2 dan penyakit arteri koroner memiliki faktor risiko yang sama, seperti obesitas dan tekanan darah tinggi. 7. Kegemukan atau obesitas. Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor risiko lainnya. 8. Tidak aktif secara fisik Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri koroner dan beberapa faktor risikonya juga.
9. Tegangan tinggi. Stres yang tidak henti-hentinya dalam hidup dapat merusak arteri dan juga memperburuk faktor risiko penyakit arteri koroner lainnya.
C. Manifestasi
Menurut (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014), manifestasi klinik yang biasa terjadi pada kasus CAD meliputi: 1. Nyeri dada Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher. 2. Perubahan pola EKG a. Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST. Gelombang T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis b. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang mempengaruhi sensitivitas sel miokard ke impuls saraf seperti iskemia, ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa bradikardi, takikardi, premature ventrikel, contraction (ventrikel ekstra systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi 3. Sesak napas Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung tidak mampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru juga berkurang. 4. Diaphoresis Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
5. Pusing Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa memompa darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang. 6. Kelelahan Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat penyempitan pembuluh darah. 7. Mual dan muntah Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada dan di daerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang bermasalah. Nyeri pada pad a ulu hati bisa merangsang pusat pu sat muntah. Area infark merangsang meran gsang refleks vasofagal
D. Komplikasi
Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care (2017), komplikasi CAD meliputi: a. Aritmia merupakan yang paling sering ditemui. Aritmia yaitu gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Jika jantung tidak mendapat oksigen yang cukup maka bagian dari jaringan jantung yang mengatur detak jantung akan rusak. Hal tersebut dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur selain itu dapat menyebabkan jantung berdebar, kelelahan dan pusing. b. Gagal Jantung Kongestif merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik. c. Syok kardikardiogenik yang diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer,
penurunan perfusi koroner, ko roner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan kematian. d. Disfungsi Otot Papillaris. Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis. e. Ventrikuler Aneurisma. Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter. f.
Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
g. Emboli Paru yang bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung kongestif yang parah
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Echo cardiogram Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi, bentuk dan ukuran jantung melalui ultrasound dari bilik-bilik jantung. Selain itu pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk melihat fungsi dan kerja jantung, melihat adanya thrombus pada bagian jantung, mengetahui kekuatan otot jantung serta memeriksa kerusakan pada katup jantung. 2. Kateterisasi Jantung (Angiografi Koroner) Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angiografi koroner menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah dan X-ray untuk menunjukkan bagian dalam pembuluh darah. Hal ini dilakukan untuk mengkaji
patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah terdapat gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis. Percutaneus mis. Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau pembedahan bypass koroner maupun Percutaneous maupun Percutaneous Coronary Intervention (PCI) bila ada aterosklerosis. (Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010). 3. Elektrokardiogram (EKG) Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap dari berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada elektrokardiografi secara konsisten akibat iskemia atau infark akan nampak pada lead tertentu. 4. Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah yang meliputi : profil lipid (kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein) 5.
Cardiac Stress Testing Normalnya, arteri koroner akan berdilatasi sampai 4x dari diameter normalnya untuk meningkatkan aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen. Arteri yang tersumbat oleh plak akan menurunkan aliran darah ke miokardium dan menyebabkan iskemik. Tes toleransi jantung yang terdiri dari tes toleransi latihan (treadmill) dan tes toleransi pengobatan (pharmacologic stress test) membantu untuk : a. Mendiagnosis CAD b. Membantu mendiagnosis penyebab nyeri dada c. Menentukan kapasitas fungsional jantung setelah Infark Miokard atau pembedahan jantung. d. Mengakji efektivitas terapi pengobatan antiangina dan antidisritmia e. Mengidentifikasi disritmia yang terjadi selama latihan fisik f.
Membantu pengembangan program kesegaran jasmani.
Tes toleransi latihan (Treadmill) dilakukan dengan cara pasien berjalan pada ban berjalan, sepeda statis, atau naik turun tangga. tangg a. Elektroda Elek troda EKG dipasang pada p ada pasien dan pencatatan dilakukan sebelum, selama dan setelah tes. Tes toleransi pengobatan dilakukan pada pasien yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik atau treadmill. 2 agen vasodilatasi yaitu dipyridamole (Persantine) dan adenosine (Adenocard), diberikan melalui intravena untuk melihat efek dari dilatasi maksimal arteri koronaria. (Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014)
F. Penatalaksanaan
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya: 1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin. Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung. 2. Beta-bloker (misalnya Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol). Obat ini berfungsi menurunkan konsumsi oksigen dengan menghambat impuls simpatis ke jantung. Hasilnya terjadi penurunan frekuensi jantung, tekanan darah, dan waktu kontraktilitas jantung yang menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan oksigen jantung dan jumlah oksigen yang tersedia. 3. Nitrogliserin (misalnya (misalnya Isosorbide Dinitrate). Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat. 4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (misalnya Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (misalnya Losartan, Valsartan). Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah. 5. Obatan-obatan penurun lemak (misalnya Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein DensitasRendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. 6. PCI ( Percutaneus Coronary Intervention) Intervention) atau angioplasti koroner Percutaneus Coronary Intervention merupakan suatu prosedur untuk mengatasi stenosis atau penyempitan di arteri koronaria. Prosedur ini digunakan untuk mengurangi gejala penyakit arteri koroner seperti nyeri dada, sesak serta gagal jantung.
PCI dapat mencegah terjadinya infark miokard serta mengurangi angka kematian. Angioplasti merupakan prosedur yang tidak seinvasif CABG. Kateter yang berbentuk balon dan stent dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan di antara daerah aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan dan dikempiskan dengan cepat untuk memecah plak. Prosedur PCI dilakukan di laboratorium kateterisasi jantung. (Smeltzer, Bare, & Hinkle, 2010) 7. CABG (Coronary (Coronary Artery Bypass Graft ) CABG merupakan prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi penyakit jantung koroner atau CAD CA D dengan membuat membua t rute baru di sekitar arteri yang menyempit atau tersumbat agar darah tetap lancar hingga ke otot jantung sehingga jantung mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Pembuatan rute tersebut menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh lainnya seperti pembuluh darah dari kaki (vena saphena), saphena), dada (arteri maamria interna) atau lengan (arteri radialis) (Alodokter, 2016).
BAB II KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian.
1. Pemeriksaan TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. 2. Kaji keluhan utama klien. 3. Kaji nyeri (OPQRST) : Onset : kapan terjadi nyeri dialami Provocation : hal yang dapat memperburuk nyeri misalnya pada saat berbaring. Quality : bagaimana jenis nyeri
yang dialami seperti terbakar, tercekik, tercekik, rasa
menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat. adiasi : dimana nyeri dirasakan, apakah menjalar ke bagian tubuh lainnya. R adiasi Severity : bagaimana keparahan nyerinya. Nilai menggunakan skala nyeri. Time : berapa lama nyeri berlangsung, apakah hilang timbul atau terus-menerus.
4. Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin dan lembab, cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun. 5. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menuirun, takipnea, mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S 4 Galop menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LV disfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksin rub, pulmonary crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat (LV disfungsi), RV disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema periver, hati lembek. 6. Parameter Hemodinamik : penurunan Pulmonary Arterial Pressure, Pulmonary Capillary Wedge Pressure, Systemic Vascular Resistence, Cardiac Output/Cardiac Index. 7. Respirasi Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink muda/ pink tinged .
8. Interaksi sosial Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol. 9. Pengetahuan Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok. B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia) (Domain 12, Kelas 1) 2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Domain 4, kelas 4) 3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian (Domain 9, kelas 2)
(NANDA International, 2016)
C. Intervensi Keperawatan
DiagnosaKeperawatan/ MasalahKolaborasi
Nyeri akut bd agen cedera biologis (iskemia)
Rencanakeperawatan TujuandanKriteriaHasil
- Keluhan tentang karakteristik nyeri
NOC:
Kontrol nyeri
Perfusi
DS:
Intervensi
yang
jaringan
:
Status
meliputi
onset/durasi,
kardiak
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif lokasi,
karakteristik,
frekuensi,kualitas,
intensitas atau beratnya nyeri dan faktor kenyamana
:
pencetus
fisik
DO:
Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
- Ekspresi wajah meringis
Setelah
dilakukan
- Fokus menyempit
tindakan
- Fokus pada diri sendiri
selama….nyeri
- Perubahan posisi untuk
teratasi dengan indikator :
pada
keperawatan akut
ketidaknyamanan
mereka
yang
tidak
terutama dapat
berkomunikasi secara efektif.
Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalam nyeri dan
Angina tidak ada
sampaikan penerimaan pasien terhadap
- Putus asa
Takikardia tidak ada
nyeri.
- Sikap melindungi area
Tekanan darah dalam
menghindari nyeri
nyeri
batas normal
Nyeri
Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien.
hilang
atau
tidak ada
Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri.
Berikan
informasi
mengenai
nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri dirasakan.
Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang
dapat
mencetuskan
atau
meningkatkan nyeri (kelelahan, stres)
Dorong
istirahat/tidur
yang
adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.
Ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi)
Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan.
DiagnosaKeperawatan/ MasalahKolaborasi
Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
Rencanakeperawatan TujuandanKriteriaHasil
NOC:
Status Jantung Paru
Keefektifan
pompa
tindakan
Monitor sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan (takikardi, dispnea)
Setelah
Monitor sumber kegiatan olahraga dan kelelahan emosional yang dialami pasien
jantung
oksigen
DS:
Intervensi
Monitor
lokasi
dilakukan
ketidaknyamanan/nyeri
keperawatan
pasien selama aktivitas
dan yang
sumber dialami
- Ketidaknyamanan setelah berkativitas DO: - Respon frekuensi jantung abnormal terhadap
Buat batasan untuk aktivitas hiperaktif
aktivitas teratasi dengan
klien saat mengganggu yang lain atau
indikator :
dirinya sendiri
Angina tidak ada
Tekanan darah dalam
konservasi
batas normal
membatasi aktiviatas)
aktivitas - Perubahan EKG
selama….intoleransi
- Respons tekanan darah
Denyut
nadi
dalam
batas normal
Bantu pasien untuk memahami prinsip
Batasi
energi
stimuli
mengganggu
abnormal terhadap
(kebutuhan
lingkungan untuk
untuk
yang
memfasilitasi
relaksasi
aktivitas
Tingkatkan tirah baring/ pembatasan kegiatan
Monitor respon okseigen pasien saat
perawatan maupun perawatan diri secara mandiri
Instruksikan
pasien
dan
keluarga
mengenai stres dan koping intervensi untuk mengurangi kelelahan.
DiagnosaKeperawatan/ MasalahKolaborasi
Ansietas berhubungan
Rencanakeperawatan TujuandanKriteriaHasil
Intervensi
NOC:
dengan ancaman kematian
Status kenyamanan
DS:
Tingkat kecemasan
kecemasan
- Ketakutan Setelah
-
tindakan
- Gerakan ektra
Tentukan apakah ada intervensi relaksasi di masa lalu yang sudah memberikan
- Gelisah
DO:
Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
dilakukan keperawatan
selama…ansietas
dengan indikator :
teratasi
manfaat
Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman jika
- Peningkatan tanda-tanda
vital - Nyeri
Tanda-tanda
vital
dalam batas normal
memungkinkan
Kontrol cemas
Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata tertutup
Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
Tunjukkan
dan
praktikkan
teknik
relaksasi pada klien
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Pahami situasi krisis yang terjadi dari
perspektif klien
Berikan
informasi
faktual
terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis
Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
Lakukan usapan pada punggung/ leher dengan cara yang tepat.
BAB III WEB OF CAUTION (WOC)
Faktor pencetus seperti usia, jenis kelamin, merokok, kolesterol tinggi, diabetes
Arteriosklerosis
Penyempitan arteri koroner Perubahan status kesehatan
Penurunan perfusi jaringan jantung Perasaan takut akan penyakit
Suplai Oksigen dan Nutrisi terganggu
Kerja otot jantung menurun
Koping Inefektif
Metabolisme anaerob
Cardiac output menurun
Ansietas
Peningkatan asam laktat
Merangsang pelepasan mediator kimia (histamin, katekolamin, bradiinin, prostagland prostaglandin) in)
penurunan perfusi jaringan perifer
asidosis
metabolisme sel menurun
Fungsi ventrikel terganggu Energi menurun
Merangsang nosireseptor
Perubahan hemodinamik Kelelahan
In uls dihanta dihantarka rka oleh oleh saraf saraf eferen eferen
Penurunan curah jantung
Tekanan jantung meningkat Intoleran aktivitas Serabut eferen
Nyeri
Tekanan paru-paru meningkat
Sesak
Ketidakefektifan pola nafas
DAFTAR PUSTAKA
Alodokter.
(2016). Mengenal
Makna
Prosedur
CABG. CABG.
Retrieved
from
Alodokter:
https://www.alodokter.com/mengenal-makna-prosedur-cabg Bulechek, G. M., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam Bahasa Indonesia. Singapore: Indonesia. Singapore: Elsevier. Institute for Quality and Efficiency in Health Care. (2017, July 27). Complication of Coronary Artery
Disease. Disease.
Retrieved
from
PubMed
Health:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedheatlh/PMH0086330/ Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M., & Bucher, L. (2014). Medical-surgical (2014). Medical-surgical nursing (9 (9 ed.). Missouri: Elsevier. Mayo Clinic. (2017, August 4). Coronary Artery disease. disease. Retrieved August 14, 2017, from Mayo
clinic:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coronary-artery-
disease/symptoms-causes/dxc-20165314 Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (2016). Nursing (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) : Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi Kelima Bahasa Indonesia. Indonesia. Singapore: Elsevier. NANDA International. (2016). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta 10. Jakarta : RGC. Ratini, M. (2018, January 7). Coronary Artery Disease. Disease. Retrieved from WebMD Medical Reference:
https://www.webmd.com/heart-disease/guide/heart-disease-coronary-artery-
disease Smeltzer, S. C., Bare, B. G., & Hinkle, J. L. (2010). Textbook of medical-surgical nursing (12 ed., Vol. 1). Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.