Abdulsyani, Sosiologi Sistematika, Teori dan Terapan, (Jakarta : Bumi Aksara), 2012, hal : 163
Elly M Setiadi,Ilmu dan Budaya Sosial Dasar, Op,Cit. h.51
Ibid.
Ibid. h. 57
Ibid.
Ella Yulealawati. Kurrikulum dan pembelajaran. Filosofi, Teori dan Aplikasi. (Bandung: pakar Ray, 2004), hlm. 2.
PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain,namun juga memungkinkan secara otodidak. Pada dasarnya, pendidikan telah telah di dapatkan manusia sejak masih di dalam kandungan. Pendidikan sering dikaitkan dengan hubungan sosial yang berfungsi sebagai stakeholder antara sekolah dan masyarakat sekitar. Pendidikan dan kehidupan sosial sangat berkaitan satu dan lainnya yang juga memiliki dampak luas dalam kehidupan. Namun, seiring berjalannya waktu, kehidupan sosial akan berubah dengan perubahan zaman yang terus berkembang pesat. Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat direncanakan dengan arah perubahan yang dingin dicapai oleh masyarakat. Namun, perubahan sosial juga sering berubah sendirinya dikarenakan adanya pengaruh budaya dari luar.
Perubahan sosial berhubungan dengan masuknya modernisasi dan globalisasi ke suatu negaa yang merupakan suatu kemajuan yang bersifat positif dan juga dapat berupa suatu kemunduran yang bersifat negatif dari masa sebelumnya. Di dalam masyarakat, perubahan sosial wajar terjadi seiring perubahan zaman yang mereka alami. Perubahan – perubahan yang terjadi di masyarakat tidak hanya berdampak pada sosial namun juga pada pendidikan. Antara masyarakat dan pendidikan memiliki keterkaitan yang kuat, saling mendukung satu dan lainnya untuk mencapai target yang lebih baik.
Sosiologi pendidikan memiliki peran untuk mendukung pendidikan secara kontekstual, dimana perannya sebagai sebuah sistem yang menata kembali arah pendidikan dan merangkul arena perubahan sosial tersebut.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan , maka permasalahan yang diangkat adalah sebagai berikut :
Apa pengertian dari perubahan sosial ?
Apa saja konsep-konsep perubahan sosial ?
Bagaimana proses perubahan sosial tersebut?
Bagaimana kaitannya pendidikan sebagai sosial kontrol dan sosial change?
Bagaimana pembaharuan masyarakat dapat berkaitan dengan pendidikan?
Metode Penulisan
Makalah ini menggunakan metode pustaka , yaitu mengumpulkan data melalui beberapa buku yang tersedia dan beberapa jurnal yang akurat.
PEMBAHASAN
Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lainnya. () Perubahan sosial adalah gejala yang ada pada kehidupan bermasyarakat yang dapat diketahui melalui perbandingan masa antara masyarakat yang terdahulu dengan masyarakat zaman sekarang. Perubahan yang terjadi akan menimbulkan ketidaksesuaian struktur dan fungsi dari unsur – unsur sosial yang ada dalam masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, perubahan sosial dapat dikatakan sebagai perubahan yang terjadi pada segi struktural masyarakat seperti pola perilaku dan interaksi antar anggota masyarakat, seperti nilai, sikap, dan norma sosial dalam masyarakat. Perubahan tersebut terjadi dengan cepat dan jika dilihat dari bentuknya, perubahan sosial dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu:
Perubahan sosial cepat dan perubahan sosial lambat
Dikatakan perubahan sosial lambat karena perubahan memerlukan waktu yang lama dan rentetan perubahan kecil yang mengikuti dengan lambat (evolusi). Perubahan yang terjadi dikarenakan adanya kebutuhan yang baru dari anggota masyarakat. Namun, perubahan sosial yang cepat (revolusi) dimana perubahan tersebut mengenai sendi pokok kehidupan masyarakat. Revolusi dapat terjadi apabila ada kemauan besar untuk mengadakan suatu perubahan.
Perubahan sosial kecil dan perubahan sosial besar.
Perubahan kecil adalah perubahan dimana tidak akan terjadi perubahan langsung pada unsur – unsur struktur sosial.
Perubahan besar adalah perubahan dimana akan terjadi suatu perubahan lainnya yang berdampak besar bagi kehidupan masyarakat.
Perubahan yang dikendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki.
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang terjadi diluar pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibta sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
Konsep – Konsep Perubahan Sosial
Di dalam perubahan sosial terdapat berbagai unsur agar terjadi perubahan sosial baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Konsep perubahan sosial dapat ditelusuri dan dipelajari lebih dalam. Konsep – konsep perubahan sosial meliputi :
Internalisasi ; proses dimana seorang individu belajar untuk menanamkan segala perasaan, hasrat dan emosi yang dibutuhkan selama hidupnya.
Sosialisasi ; proses yang dialui oleh seorang individu dari masa kanak-kanak hingga masa tua yang bertujuan untuk mempelajari pola – pola tindakan dan interaksi dalam kehidupan masyarakat.
Enkulturasi ; proses seorang individu dalam beradaptasi terhadap aturan, norma dan adat istiadat yang ada di kehidupannya.
Diffusion (penyebaran) ; suatu proses yang menyebabkan unsur – unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya .
Akulturasi ; percampuran 2 kebudayaan tanpa menghilangkan unsur kepribadian budaya yang sebelumnya.
Asimilasi ; proses perpaduan dua kebudayaan yang lebih membaur dibandingkan akulturasi.
Teori – Teori Perubahan Sosial
Perubahan terjadi karena adanya modifikasi dari berberapa pola kehidupan. Ada berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya modifikasi tersebut. Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan beberapa Teori Perubahan Sosial berikut :
Teori Evolusi ( Evolution Theory )
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi. TeoIri tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evolution.
Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.
Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.
Teori Konflik ( Conflict Theory )
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pada struktur masyarakat.
Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf. Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berikut :
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b.Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh golongan yang lainnya.
Teori Fungsional ( Functionalist Theory )
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat.
Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur tersebut.
Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau cultural lag.
Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn, pandangan Teori Fungsional adalah sebagai berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b.Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d.Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di kalangan anggota kelompok masyarakat.
Teori Siklus ( Cyclical Theory )
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat terdapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari.
Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut:
Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar seribu tahun.
Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Teori Arnold Toynbee (1889-1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih menuju ke tahap kepunahannya.
Faktor – Faktor Perubahan Sosial
Pada umumnya setiap perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, ada faktor yang menyebabkan sesuatu tersebut berubah, demikian juga dengan perubahan – perubahan yang terjadi di lingkungan sosial masyarakat. Faktor tersebut terbagi menjadi dua, yaitu ; faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri dan faktor dari luar.
Faktor dari masyarakat itu sendiri adalah :
Bertambah atau berkurangnya penduduk
Pertumbuhan pendudukan adalah faktor yang paling sering dikaitkan dengan perubahan sosial, pembangunan, dan lainnya. Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan faktor utama masyarakat melakukan tindakan perubahan. Perubahan tersebut lebih kepada perubahan yang menyangkut lembaga – lembaga kemasyarakatan.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan oleh migrasi penduduk. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan di dalam aktifitas sosial. Misalnya dalam pembagian kerja, stratifikasi sosial dan mempengaruhi lembaga – lembaga kemasyarakatan lainnya.
Adanya penemuan – penemuan baru
Jalannya unsur kebudayaan baru tersebar ke lain – lain bagian dari masyarakat dan cara – cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.
Akibat adanya nemuan yang baru, masyarakat berpindah dan mengikuti penemuan tersebut yang memberikan dampak positif terhadap kehidupan mereka.
Pertentangan
Dalam masyarakat mungkin terdapat pola yang memungkinkan terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan – pertentangan tersebut mungkin terjadi antara sesama masyarakat di suatu tempat atau antar kelompok yang menyebabkan mereka melakukan perubahan untuk menghindari pertentangan yang lebih lanjut.
Faktor dari luar masyarakat yang menyebabkan terjadinya perubahan adalah :
Westernisasi
Berkomunikasi dengan masyarakat luar memang diperlukan karena dapat memperluas pengetahuan dan wawasan tentang budaya masing – masing dan menimbulkan sikap toleransi dan penyesuaian diri terhadap budaya tersebut. Pada umumnya, perubahan yang terjadi adalah gaya hidup, cara bicara dan adanya peniruan lain yang dilakukan oleh masyarakat agar seimbang dengan budaya luar.
Lingkungan fisik
Faktor yang menyebabkan perubahan lainnya adalah faktor alam, seperti banjir, longsor, gunung meletus,dsb. Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan fisik lingkungan sehingga menuntut manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan yang telah berubah tersebut.
Faktor penghambat perubahan sosial
Diantara faktor – faktor pendukung yang telah ada, terdapat beberapa faktor yan dapat menghambat terjadinya perubahan sosial, seperti :
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.
Sikap masyarakat yang tertutup dan tradisional.
Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
Prasangka terhadap hal – hal yang baru / asing atau sikap yang tertutup.
Terlalu berpegang teguh pada kebiasaan awam dan adat.
Menilai bahwa hidup ini pada hakikatnya tidak mungkin dapat diperbaiki.
Adanya kepentingan lain yang tertanam dengan kuat.
Pendidikan sebagai Sosial Kontrol dan Sosial Change
Sekolah sebagai lembaga sosial pendidikan berfungsi mentransmisikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dan kebudayaan pada saat itu. Dalam pendidikan transformatif, peserta didik berperan penting dalam perubahan pada diri mereka sendiri. Peran guru hanyalah sebagai fasilitator yang mendukung terhadap perkembangan dan perubahan positif yang diciptakan oleh peserta didik. Perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang sudah ada didalam waktu yang lampau.
Peran pendidikan nasional sebagai pendorong perubahan sosial terlihat dalam UU No.20 Sisdiknas 2003 pasal 3 " pendidikan nasional berfun gsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab"
Pendidikan mengambil peran yang besar dalam kehidupan sosial bermasyarakat, dimana akan mempengaruhi perubahan sosial yang memiliki fungsi sebagai berikut :
Melakukan reproduksi budaya
Difusi budaya
Mengembangkan analis kultural terhadap kelembagaan-kelembagaan tradisional
Melakukan perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi – institusi tradisional yang telah ketinggalan.
Melakukan perubahan atau modifikasi tingkat ekonomi sosial tradisional.
Pedagogik tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu struktur dan kebudayaan dalam suatu masyarakat sehingga lembaga pendidikan perlu mempersiapkan agar lembaga tersebut berfungsi sesuai dengan perubahan sosial yang akan terjadi nantinya. Di dalam pedagogik tradisional, tempat individu adalah sebagai objek perubahan sosial, dimana individu tersebut yang mempelajari peranan baru dalam kehidupan sosial yang berubah. Sementara itu, pedagogik modern mengungkapkan bahwa, seorang individu hanya dapat berkembang didalam interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya dimana dia hidup. Individu berperan sebagai faktor dari pengarah dari perubahan sosial atau sebagai agen perubahan.
Pendidikan dan Pembaharuan Masyarakat
Pendidikan sebagai suatu proses sosial dan terdapat berbagai jenis masyarakat, suatu kriteria untuk mengkritisi dan membangun pendidikan berimplikasi terhadap masyarakat yang ideal. Proses pendidikan yang mampu menghasilkan suatu generasi muda yang baik dapat membawa suatu perubahan sosial yang positif bagi suatu bangsa. Namun bagaimana peranan masyarakat terhadap pendidikan ? Apakah semua anggota masyarakat sudah mengenal tulisan ?
Pendidikan pada masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan ,dikembangkan pendidikan secara informal yang berfungsi untuk memberikan bekal keterampilan , pelatihan dan kursus yang akan berdampak kedalam kehidupan nyata mereka. Masyarakat dengan berbekal keterampilan mereka dapat melakukan perubahan sosial pada diri mereka sendiri, diseimbangi dengan pendidikan lanjutan informal (kursus) dan memperkenalkan pola tingkah laku yang sesuai dengan nilai norma masyarakat setempat.
Pada tingkatan yang lebih maju, sebagian proses sosialisasi teridentifikasi keluar dari batasan keluarga, diserahkan kepada pemuda di sekitar tempat tinggal , tentu saja dengan bimbingan para ahli yang berpengalaman dalam suatu bidang tersebut. Dengan berkembangnya diferensiasi di masyarakat itu sendirim maka seleksi sosial akan meningkat dan pada tingkatan berikutnya, hubungan antara pendidikan dengan masyarakat akan menjadi kian kompleks.
Dalam pendidikan ,sumber daya manusia menjadi prioritas dan syarat utama untuk terjadinya proses belajar-mengajar. Masyarakat bukan hanya sekedar stakeholder namun juga sebagai agen of change di dalam pendidikan. Masyarakat berperan sebagai active people yang berfungsi sebagai penerus hubungan antara sekolah dan peserta didik.
Peserta didik sendiri dapat belajar di dalam lingkungan masyarakat dimana mereka akan menemukan teman sebaya, pemuda yang dapat membuat mereka lebih semangat untuk menjalani perubahan-perubahan positif yang diyakini dapat membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.
PENUTUP
Proses pendidikan merupakan suatu proses menciptakan generasi muda yang unggul dan kompeten akan membawa suatu perubahan sosial yang positif bagi suatu bangsa kedepan. Hubungan antara perubahan sosial dan pendidikan sangatlah erat. Setiap individu yang terdidik harus menjadi agen perubahan yang dapat menciptakan keselarasan antara masyarakat dan lembaga pendidikan.
Perubahan sosial adalah perubahan pada segi struktural masyarakat seperti pola – pola perilaku dan pola interaksi antar anggota masyarakat, perubahan pada segi kultural masyarakat yang terdiri dari nilai – nilai, sikap, norma dan perubahan dari berbagai sesi yang ada dalam masyarakat. Perubahan sosial dapat terjadi seiring adanya hubungan timbal balik yang baik antara masyarakat dan pihak lainnya yang mendukung akan adanya perubahan.
Sebagai masyarakat ideal harus mendukung adanya perubahan yang memberikan dampak positif bagi kehidupan dan kelangsungan hidup bermasyarakat. Sebagai seorang pendidik harus memberikan ilmu – ilmu yang berguna terhadap masyarakat dan peserta didik. Sebagai peserta didik haruslah dapat mengaplikasikan sikap, norma,nilai sesuai dengan ketentuan di dalam kehidupan masyarakat agar terciptanya hubungan yang harmonis dan pendukung aktif terhadap pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, 2012. Sosiologi Sistematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Adams, I. T. D., 1984. Educational Patterns in Contemporary Societies. New York: McGrow - Bill Company.
Idi, A., 2011. Sosiologi Pendidikan Individu,Masyarakat dan Pendidikan. jakarta: Raja Grafindo Persada.
Paulo Freire, Y., 2004. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial. Dalam: Pendidikan Berbasis Realitas Sosial. Jakarta: Logung Pustaka.
Prof.Dr.H.Wina Sanjaya, M., 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana .
Salam, D., 2002. Pengantar Pedagogik (Dasar - Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta: Rineka Cipta.
Soemardjan, S., 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Yulaelawati, E., 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Ray.