PENERAPAN K3 DALAM PELEDAKAN Oleh : Yosua Andhika Tumakaka (DBD 114 016) JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
ABSTRAK Sistem K3 digunakan pada semua industri, termasuk pertambangan. Pertambangan merupakan industri yang harus menggunakan K3 dalam kegiatannya. Karena pekerjaan di tambang sangat berat dan terbilang bahaya maka diperlukan alat perlidungan diri untuk mencegah bahaya dan juga harus diciptakannya rasa aman dan nyaman bagi pekerja sehingga tercipta hasil usaha yang optimal dan baik. Akan tetapi, tidak semua perusahaan mengindahkan aturan K3 ini, masih banyak industri tambang yang melanggar aturan K3 sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan ringan bahkan fatal. Kecelakaan kerja tambang adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki yang benar-benar terjadi dan membuat cidera pekerja tambang atau orang yang diizinkan di tambang oleh KTT sebagai akibat kegiatan pertambangan pada jam kerja tambang dan pada wilayah pertambangan. Peran K3 sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Dalam pertambangan ada peledakan yang bertujuan untuk memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya. Peledakan merupakan proses yang sangat berbahaya dan apabila terjadi kesalahan dalam proses nya maka akan sangat mengakibatkan hal yang sangat fatal. Maka dari itu, dalam peledakan K3 harus benar benar diterapkan agar tidak terjadi kecelakaan yang berakibat fatal. Dan ketika peledakan dilakukan pekerja harus menggunakan alat pelindung diri seperti safety helm, safety shoes, kacamata, dll. Dengan demikian terciptalah rasa aman dan nyaman dalam bekerja dengan diterapkannya K3 dalam pertambangan.
Kata kunci : K3 peledakan, peledakan tambang, kasus k3 tambang
1
PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja/ mesin/ instrument, dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Dari segi ekonomi pemakaian alat yang berkapasitas besar adalah lebih menguntungkan, akan tetapi bahaya yang mungkin ditimbulkan juga akan besar. Dengan demikian penentuan ukuran reaktor harus didasarkan pada keuntungan dari segi ekonomi dan bahaya yang mungkin ditimbulkan.(Sylvester Saragih,2013) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kecelakaan tambang maupun penyakit akibat kerja dengan sasaran untuk menekan seminimal mungkin bahkan sampai zero accident sangat diperlukan. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi Sistem K3 digunakan pada semua industri, termasuk pertambangan. Pertambangan merupakan industri yang harus menggunakan K3 dalam kegiatannya. Karena pekerjaan di tambang sangat berat dan terbilang bahaya maka diperlukan alat perlidungan diri untuk mencegah bahaya dan juga harus diciptakannya rasa aman dan nyaman bagi pekerja sehingga tercipta hasil usaha yang optimal dan baik. Akan tetapi, tidak semua perusahaan mengindahkan aturan K3 ini, masih banyak industri tambang yang melanggar aturan K3 sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan ringan bahkan fatal. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Dalam dunia pertambangan sangat berhubungan dengan peledakan, dimana peledakan dilakukan sebelum proses penambangan dilakukan. Di peledakan banyak yang harus diperhatikan sebelum melaksanakannya seperti alat – alat peledakan seperti kabel, detonator, bahan peledak, dll. Peledakan merupakan kegiatan yang sangat berbahaya dalam dunia maka sangat diperlukan alat pelindung diri seperti safety helmet, safety shoes, kacamata, dll. Peledakan tambang adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat 2
kompak atau masive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya.(Sylvester Saragih,2013) Oleh karena banyaknya terjadi kecelakaan kerja di dunia perindustrian, upaya pelaksanaan K3 pun harus dilakukan. Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia.
3
ULASAN Di sini saya mengambil salah satu studi kasus mengenai peledakan yang kurang menerapkan K3 dalam prosesnya. (sumber : http://klipingtambang.blogspot.com/2007/02/ledakan-adaro-renggut-duaorang.html ) Ledakan Adaro Renggut Dua Orang Musibah pertambangan batu bara kembali terjadi di Kalsel, Minggu (7/1). Dua pekerja tambang tewas dan satu pekerja lainnya luka-luka akibat aktivitas blasting (peledakan di areal tambang) yang diduga menyalahi prosedur.Dua pekerja, Syahrian dan Fitriyadi warga Paringin, Kalsel, tewas setelah tertimpa hamburan tanah dan batubatuan saat melakukan blasting di lahan tambang milik PT Adaro. Sedangkan seorang pekarja lainnya, Udin, mengalami luka-luka pada bagian punggung.Ketiga korban bekerja di PT Batu Timur yang merupakan labour supply PT Pama, subkontraktor PT Adaro. Lokasi kecelakaan sendiri terjadi di lahan tambang Wara Tepian, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, atau sekitar 30 kilometer dari kota Tanjung. Udin, korban luka belum dapat dikonfirmasi mengenai ikhwal kecelakaan yang menimpa dia dan rekan-rekannya karena masih trauma. Namun sejumlah rekan sekerja dan istri para korban mengungkapkan, kejadian itu sangat tragis.Berdasarkan informasi yang dihimpun BPost, kecelakaan terjadi sekitar pukul 13.00 Wita, bermula dari keteledoran bagian lapangan saat memasang bahan peledak. Mereka menanam bahan peledak hanya berjarak sekitar 50 meter dari bunker, tempat para pekerja biasa berlindung. Padahal sesuai aturan baku, jarak bunker dengan bahan peledak minimal 100 meter. Akibatnya, bom yang meledak itu ikut mempeorakporandakan bunker. Tiga pekerja yang berlindung di dalamnya terlempar keluar sampai sejauh 5 meter dan terbanting di tanah.Kuatnya ledakan juga mengakibatkan bongkahan tanah dan batu ukuran besar berhamburan dan akhirnya menimpa para pekerja yang sudah terkapar di tanah dengan posisi tertelungkup itu.Akibatnya, Syahrian dan Fitriyadi tewas karena bongkahan tanah dan batu-batu sebesar kepala orang dewasa menimpa bagian tengkuk dan kepala. Luka di bagian kepala cukup parah, bahkan otak sampai keluar. Sedangkan Udin selamat karena bongkahan batu hanya menimpa bagian punggungnya. Udin hingga petang kemarin masih tergolek di Ruang UGD RS Pertamina, Jalan Gas Kompleks Pertamina Murung Pudak. Sedangkan dua korban tewas langsung dibersihkan dan dipulangkan ke rumah duka masing-masing. Sebelumnya rekanrekannya dari PT Adaro, Pama dan Batu Timur menshalatkan di mushala rumah sakit.Pantauan BPost di rumah sakit kemarin tampak hiruk-pikuk oleh kedatangan puluhan pekerja tambang yang mengantar para korban sekitar pukul 14.300 Wita. Kedatangan mereka sempat menarik perhatian pembesuk dan pasien di rumah sakit setempat.
4
Apalagi, dua korban tewas sempat dibawa menyusuri lorong rumah sakit saat menuju kamar mayat. Korban hanya ditutup kain putih, sehingga noda darah yang masih segar sangat kentara.Menurut pengamatan luar, para korban tewas mengalami trauma parah pada bagian kepala, sedangkan bagian tubuh lainnya relatif utuh. Direktur RS Pertamina, Yuli, menyatakan, penyebab kematian dua pekerja itu karena trauma parah di kepala yang pecah.Istri Fitriyadi, Nurhidayati terlihat syok melihat kondisi jenazah suaminya. Ia histeris, dan menangis meraung-raung meratapi kematian suaminya yang juga merupakan tulang punggung keluarga.Ia datang bersama dua anaknya yang masih balita dan mertuanya, Masiah. Sedangkan Evi, istri Udin--korban selamat, tak henti-hentinya mengucap syukur karena suaminya masih beruntung. Namun akibat kecelakaan tersebut, ia mengharapkan perusahaan agar lebih memperhatikan keselamatan kerja para karyawan maupun pekerjanya. Musibah ledakan di areal tambang wilayah Kalsel, bukan kali pertama terjadi. Pada tahun 2005 lalu, dua orang tewas terkubur dalam terowongan tambang milik PT Arutmin Indonesia di Batulicin, Tanah Bumbu.Ledakan yang dikeluhkan warga juga terjadi di areal PT Arutmin Kota Baru. Dimana karena blasting terlalu dekat dengan permukiman, akibatnya sejumlah rumah warga retak-retak.Secara umum, kasus ledakan di lahan pertambangan juga banyak terjadi di luar negeri dengan jumlah korban mencapai ratusan tewas. Namun dari rentetan peristiwa serupa, China disebut-sebut sebagai negara yang paling sering terjadi kecelakaan di areal tambang.Pada 9 desember 2005 lalu, ledakan terjadi di lokasi pertambangan batu bara Liuguantun,-- 164 Km dari Beijing, menewaskan 74 orang dan 30 lainnya hilang. Insiden tersebut terjadi 10 hari setelah ledakan gas di tambang batu bara Dongfeng--dekat kota Qitaihe, Provinsi Heilongjiang, yang menewaskan 171 orang. Kecelakaan ini satu dari kecelakaan tambang terburuk di dunia dalam beberapa tahun terakhir.Sementara pada 24 November 2006 lalu, ledakan juga terjadi di tambang batu bara tertua negara Polandia--tambang Halemba, dan menewaskan seluruh pekerja yang berjumlah 23 orang. Diduga Human Error Humas PT Adaro, Ismail dikonfirmasi mengaku terjadinya kecelakaan yang menewaskan dua pekerjanya itu. Namun mengenai ikhwal kecelakaan ia enggan berkomentar banyak dengan alasan masih dilakukan investigasi.Ismail menambahkan, pihaknya telah memiliki standard operations procedur (SOP) atau standar keamanan pekerja yang harus dipatuhi. Karena itu bila sampai terjadi kecelakaan, ia menduga akibat human error."Sebenarnya sudah ada SOP yang lengkap, semuanya diatur. Jadi kalau sampai kecelakaan itu apakah human error atau tidak, kita akan cari tahu lewat investigasi supaya tidak terjadi lagi," imbuhnya. Ditambahkannya, para keluarga korban akan mendapatkan santunan sesuai ketentuan dalam kontrak kerja, yang di dalamnya termuat asuransi kecelakaan.Sementara itu, untuk menyelidiki peristiwa kecelakaan itu Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan menurunkan tim investigasi yang terdiri dari empat orang, dua di antaranya berasal dari Departemen Pertambangan.
5
Pjs Kepala Dinas Pertambangan Kalsel Heryo Jani Dharma, mengatakan, pihaknya langsung menghubungi Jakarta untuk meminta tim ahli blasting menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut.Dikatakannya, prosedur blasting tidaklah mudah dan diperlukan persyaratan yang ketat, mulai dari juru ledak yang harus memiliki lisensi resmi, izin peledakan, izin membeli peledak, hingga izin menyimpan.Diakuinya, PT Adaro sebagai sebuah perusahaan pertambangan besar telah memiliki semua izin tersebut. Hanya saja itu semua bukan merupakan jaminan mutlak.Kepala Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru, Haring Saloh, mengatakan, banyak prosedur yang harus dilaksanakan oleh seorang juru ledak sebelum melakukan tugasnya. Semuanya telah diatur melalui sebuah prosedur baku dan wajib dilaksanakan. "Seorang juru ledak seharusnya sudah mengetahui segala sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya, mulai dari mempersiapkan peledakan, memperkirakan arah ledakan, serta mengisolasi dan memberikan peringatan waktu peledakan," katanya.Meski demikian, Haring mengatakan, kecelakaan bisa saja terjadi, baik karena kesalahan dalam penerapan prosedur maupun karena terjadi gangguan teknis terhadap piranti yang digunakan.
6
KESIMPULAN Peledakan tambang adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Tujuan pekerjaan peledakan dalam dunia pertambangan itu sendiri yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau material berharga atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi berikutnya. Dalam hiradc peledakan, aktivitas hiradc meliputi : 1. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan bahan peledak. 2. Melakukan pengamanan area kerja. 3. Mempersiapkan primer (priming). 4. Pengisian lubang ledak (loading). 5. Melakukan penyambungan rangkaian pada kabel peralatan peledak (circuit). 6. Melakukan pemilihan dan penyiapan tempat blasting mechine. 7. Pemeriksaan pasca peledakan dan pengamanan lokasi peledakan. Dalam setiap aktifitas peledakan tambang di atas, resiko kecelakanan pasti selalu ada. Dalam peledakan, analisis resiko kecelakaan dalam peledakan diperhitungkan dalam setiap kegiatannya, berikut ini bahaya konsekuensi yang diterima dalam melakukan aktifitas peledakan tambang dalam lingkungan kerja tambang, yaitu : 1. Dalam menyiapkan peralatan dan perlengkapan bahan peledak bahaya yang ditimbulkan dalam menyiapkan peralatan bahan peledak adalah, kurangnya alat dan perlengkapan bahan peledak, konsekuensi yang diterima akibat kurangnya alat dan perlengkapan bahan peledak adalah aktifitas peledakan tidak dapat dilanjutkan. 2. Pengamanan area kerja atau gudang penyimpanan bahan peledak. Dalam pengamanan area kerja atau gudang penyimpanan bahan peledak sering kemungkinan terjadi kecelakaan terjadi, seperti kebakaran bahan peledak akibat terbakarnya bahan peledak seperti sumbu peledak yang tersulut oleh rokok yang dibuang sembarangan oleh para pekerja tambang. 3. Mempersiapkan primer harus sangat berhati-hati, karena dalam mempersiapkan primer tidak boleh berlebihan, jika berlebihan akibat yang ditimbulkan adalah daya ledak dari bahan peledak tersebut akan sangat besar yang mana dapat menimbulkan korban jiwa dari para pekerja akibat ledakan yang sangat besar tersebut. 4. Pengisian lubang ledak (loading), dalam pengisiannya tidak boleh juga berlebihan akibat yang ditimbulkan sama seperti tahap primer, yaitu terjadinya ledakan besar yang tidak dapat diduga. Akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya kerusakn pada lubang ledak, dan mengakibatkan juga korban jiwa. 5. Penyambungan rangkaian kabel peledak (cicuit) tidak boleh asal menyambung saja, dibutuhkan ketenangan dan ketelitian dalam proses penyambungan kabel tersebut, jika salah dalam penyambungan kabel tersebut maka akan terjadi arus pendek yang dapat menimbulkan kebakaran akibat percikan api pada arus pendek tersebut. 6. Pemilihan dan penyiapan tempat blasting mechine, dalam melakukan pemilihan dan penyiapan tempat blasting mechine sangat penting bahwa exploder hendaknya selalu dipelihara dan ditest secara teratur terhadap kapasitas penyalaan. Efektifitas exploder type-generator biasanya ditest dengan menggunakan Rheostat yang
7
dihubungkan dengan detonator, jika tidak terpelihara akan menimbulkan ledakan yang dapat merusak area tambang. 7. Pemeriksaan pasca peledakan dan pengamanan lokasi peledakan, harus selalu diawasi secara ketat, karena jika dalam proses pemeriksaan pasca peledakan itu longgar material pengotor atau debu dari hasil ledakan tersebut akan merusak pernapasan dari para pekerja tambang tersebut.(Sylvester Saragih,2013) Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiataan peledakan tambang dalam mengatasi hirarki pengendalian resiko dapat menggunakan metode APD (Alat Pelindung Diri) yang merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya, sebab APD bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan dan bila ditangani secara baik sesuai dengan standart operation procedure (SOP) akan berjalan dengan lancar. Demikian pula procedure K3 juga diterapkan dalam kegiatan ini akan memberikan dampak kerja yang aman dan nyaman. Demikian pula bila pekerja selalu menerapkan K3 dalam setiap tahapan kegiatan peledakan tambang, diharapkan pekerja dapat bekerja dengan optimal dengan perasaan yang tenang, aman dan nyaman sehingga target produksi perusahaan dapat terpenuhi bahkan terlewati, maka akan berdampak pada kesejahteraan pekerja beserta keluarganya.
8
DAFTAR PUSTAKA Nurhidayah, Evy.”Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Pertambangan”.2012 https://evynurhidayah.wordpress.com/2012/06/01/kesehatan-dan-keselamatankerja-di-pertambangan/ Saragih,Sylvester.”Tugas Tambang”.2013 dokumentips-tugas tambang.com
K3 K3-
dan dan
Lingkungan lingkungan
Tambang tambang-
Hiradc
Peledakan
hiradc-peledakan
Tambang,Kliping.”Ledakan Adaro Renggut Dua Orang”.2007 http://klipingtambang.blogspot.com/2007/02/ledakan-adaro-renggut-duaorang.html )
9