Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
PENERAPAN PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF *) PADA PEMULIAAN POHON Oleh Sugeng Sugeng Pudjiono **)
I. A.
Pendahuluan
Latar belakang
Kebutuhan kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat tersebut bila tidak diimbangi dengan usaha penanaman kembali maka degradasi hutan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu perlu segera digalakkan usaha-usaha penanaman hutan. Sekarang ini sudah sangat sulit untuk mendapatkan pohon-pohon penghasil kayu jenis setempat. Penyelamatan jenis-jenis tanaman indigenous atau unggulan setempat perlu segera dilakukan. Jenis pohon ungulan setempat beberapa diantaranya mempunyai harapan yang baik untuk dikembangkan. Pengembangan jenis pohon andalan setempat perlu segera dilakukan mengingat sekarang ini eksploitasi terhadap jenis setempat ini sudah banyak dilakukan sehingga tanaman ini sudah sangat jarang. Penebangan pohon-pohon andalan setempat yang berfenotip baik banyak dilakukan hal ini akan menyulitkan dalam mendapatkan calon kandidat pohon plus dari sebaran alami pohon andalan setempat tersebut.
Untuk pengembangan jenis tanaman unggulan setempat perlu adanya individu-individu pohon yang berfenotip baik. Hal ini penting karena diharapkan pohon yang akan dikembangkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dalam hal produksinya. Diharapkan pohon yang dipilih adalah pohon yang unggul setelah melalui beberapa tahapan seleksi. Pohon unggul atau individu yang berfenotip baik sebagai hasil pemuliaan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sementara di sisi lain bahwa kebutuhan akan bibit terhadap pohon-pohon unggul sudah sangat mendesak harus didapat. Untuk itu salah satu cara pengembangbiakan dari pohon unggul tersebut melalui perbanyakan tanaman secara pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif terbagi dua cara yaitu pembiakan vegetatif dengan menggunakan teknologi tinggi seperti kultur jaringan. Pembiakan vegetatif jenis ini membutuhkan biaya tinggi dan sumber daya manusia yang terdidik. Sedangkan untuk jangka pendek dimana kemampuan biaya terbatas maka solusinya adalah dengan pembiakan vegetatif makro. Pembiakan vegetatif makro seperti stek, sambungan dan cangkok mudah dipelajari dan tidak begitu membutuhkan teknologi yang canggih. Cara ini dapat diterapkan dimana saja asalkan disiplin dalam pemeliharaannya dan memenuhi kaidah pengembangbiakan vegetatif makro secara umum. Untuk mengatasi kebutuhan bibit yang mendesak diperlukan suatu upaya. Salah satu cara untuk menjawab tantangan kebutuhan bibit unggul adalah penggunaan bibit dari hasil pemuliaan pohon. Untuk memperbanyak tanaman pada tahap populasi perbanyakan dilakukan dengan teknik pembiakan vegetatif. Teknik perbanyakan vegetatif ini sangat bermanfaat dalam perbanyakan tanaman karena tanaman baru yang dihasilkan mempunyai sifat genetik yang sama seperti tanaman induknya.
_______________________ __________________________________ _______________________ _______________________ _____________________ __________ *) Paper dipresentasikan pada Gelar Teknologi di Pekanbaru Riau dalam rangka Pemasyarakatan Hasil Litbang Kehutanan tanggal 21 Agustus 2008. **) Peneliti pada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Purwobinangun Yogyakarta.
1
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
B.
Tujuan
Paper ini bertujuan memberikan pengetahuan dasar tentang pembiakan vegetatif makro pada pemuliaan pohon, hasil-hasil penelitian pembiakan vegetatif dan aplikasinya pada pemuliaan pohon.
II.
Pembiakan vegetatif Makro
Pembiakan vegetatif mempunyai banyak kegunaan dalam kehutanan (Zobel dan Talbert, 1984), yaitu: 1. preservasi genotipa-genotipa unggul dalam bank klon atau arsip klonal. 2. Perbanyakan genotipa-genotipa unggul yang diinginkan untuk kegunaan khusus seperti di kebun benih atau pemurnian. 3. Penilai Penilaian an dari genoti genotipa-gen pa-genotipa otipa dan interaksinya interaksinya dengan dengan lingkun lingkungan gan melalui melalui uji klonal 4. Memperoleh keuntungan genetik maksimum apabila digunakan untuk peremajaan dalam program pelaksanaan penanaman. Pada dasarnya teknik pembiakan vegetatif dapat dibedakan dalam 2 golongan besar yaitu : 1. Pembiakan vegetatif invitro, disebut juga pembiakan mikro atau kultur jaringan (misalnya kultur sel tunggal, kultur jaringan, kultur organ). 2. Pembiakan vegetatif invivo, disebut juga pembiakan makro misalnya sambungan, okulasi, cangkok dan stek. Pembiakan makro atau invivo pada prinsipnya dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu: 1. Pembiakan allo vegetatif, adalah pembiakan vegetatif dari genotipa yang berbeda, seperti pada sambun sambungan gan (grafting), (grafting), dan okulasi (budd (budding). ing). 2. Pembiakan autovegetatif, adalah pembiakan vegetatif dari genotipa yang sama, seperti pada cangkok (air layering) dan stek (cutting).
A.
Pembiakan vegetatif stek
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembiakan vegetatif stek digolongkan menjadi 3 bagian (Rochiman dan Harjadi, 1973 dalam Pudjiono 1998): 1. Faktor tanaman, terdiri dari a. Macam bahan stek b. Umur bahan stek c. Ad Adanya tun tunas dan daun pada stek tek d. Kandungan bahan makanan pada stek e. Kandungan zat tumbuh f. Pembentukan kallus 2. Faktor lingkungan, terdiri dari a. Media pertumbuhan b. Kelembaban c. Temperatur d. Cahaya 3. Faktor pelaksanaan, terdiri dari a. Perlakuan sebelum pengambilan bahan stek b. Waktu pengambilan stek c. Pemotongan stek dan pelukaan d Penggunaan zat tumbuh
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
B.
Pembiakan Pembiakan vegetatif vegetatif sambung/ grafting
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya graft union dibagi menjadi 3 golongan: 1. Faktor lingkungan a. Waktu penyambungan b. Temperatur Temperatur dan kelem kelembaban baban c. Cahaya 2. Faktor tanaman a. Kompatibilitas dan inkompatibilitas b. Keadaan fisiologi tanaman c. Keserasian bentuk potongan d. Persentuhan kambium e. Kegiatan kambium f. Pengelupasan kulit kayu g. Kekuatan akar 3. Faktor pelaksanaan a. Cara sambungan b. Ketangkasan atau keahlian dalam menyambung c. Kesempurnaan alat-alat d. Pemeliharaan eliharaan tanam tanaman an yang disambung. disambung.
C.
Pembiakan vegetatif cangkok
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah sebagai berikut:
1.
Waktu mencangkok Waktu terbaik melakukan pencangkokan adalah pada musim hujan, karena tak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, selain dari itu pada musim hujan cangkokan agak cepat berhasilnya sehingga dalam musim itu juga telah dapat ditanamkan. Pencangkokan dapat pula dilakukan pada musim kemarau, asal dilakukan penyiraman 1-2 kali sehari.
2.
Pemilihan batang cangkokan Batang cangkokan sebaiknya jangan diambil dari pohon induk yang terlalu tua sebab biasanya dahan pohon induk tersebut kurang baik untuk dicangkok, dan juga jangan pula diambil dari pohon yang terlalu muda sebab belum dapat diketahui sifat-sifatnya. Pohon induk yang sedang umurnya, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, sangat baik diambil batangnya untuk cangkokan.
3.
Pemeliharaan cangkokan Selama pencangkokan berlangsung pemeliharaan dianggap sudah cukup apabila media cangkokan tersebut cukup lembab sepanjang waktu.
III.
Hasil-hasil Penelitian Perbanyakan Tanaman Secara vegetatif
Beberapa hasil penelitian persiapan bahan materi untuk perbanyakan vegetatif dan teknik perbanyakan vegetatif dengan aplikasinya.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
kegiatan permudaan atau rejuvenasi dengan maksud untuk mendapatkan bahan vegetatif yang secara fisiologis bersifat juvenil/muda serta memiliki kemampuan berakar yang baik. Teknik rejuvenasi ada beberapa cara. Tiga cara diantaranya adalah partial felling, felling dan girdling. Partial felling adalah pohon ditebang dengan batang atasnya masih menyambung dengan batang bawah yang sudah ditebang, batang bagian atas yang rebah masih tetap hidup. Felling adalah pohon ditebang dengan tinggi 30 cm dari permukaan tanah. Girdling adalah batang tanaman diteres dengan cara membuat dua buah sayatan 2/3 panjang lingkaran batang secara berbalasan.
(a) Partial Partial felling
(b) Felling Felling
(c)Girdling
Foto 1. Beberapa teknik rejuvenasi Tabel 1. Produksi tunas hasil rejuvenasi umur 2 bulan Percobaan I Perlakuan Jumlah Jumlah rejuvenasi panjang tunas tunas Partial Felling 1647(421) 26(9) 1268(269) 19(13) 751(269) 8(11) 638(275) 638(275) 8(7) Felling 1514 54 585 17 589 26 851 19 Girdling 293 4 - Tidak ada tunas yang tumbuh ( ) Data tunas dari batang yang rebah
Panjang tunas rata-rata 63.3(46.8) 63.3(46.8) 66.7(41.5) 66.7(41.5) 93.9(24.5) 93.9(24.5) 79.8(38.3) 28.0 34.4 22.7 44.8 73.2 -
Jumlah panjang tunas 580 755 974 1587(253) 1587(253) 1989 2841 1328 2045 1428 1443 1940 958
Percobaan II Jumlah Panjang tunas tunas rata-rata 6 96.7 9 84.0 12 81.0 23(11) 69.0(23.0) 44 45.2 51 55.7 30 44.0 47 45.0 22 64.9 13 111.0 21 92.0 21 46.0
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
3000
) m c ( n a s u b u r t s a n u t g n a j n a p h a l m u J
2500
2000
1500
1000
500
0 Partial Felling
Felling
Girdli ng
Perc obaan I/ Mus im kemarau
Partial Felling
Felling
Girdling
Percobaan II/ A wal mus im hujan
Perlakuan r ejuvenasi ejuvenasi
Grafik 1. Hasil perlakuan rejuvenasi E. pellita terhadap panjang tunas pada musim kemarau dan musim hujan. Jumlah panjang tunas pada percobaan II lebih panjang dari percobaan I kecuali Partial felling. Rata-rata panjang tunas dari Partial felling dan Girdling lebih panjang dibanding Felling. Terdapat variasi individu pada kemampuan tumbuhnya tunas.
B.
Perbanyakan Vegetatif Vegetatif Stek Pucuk
Tabel 2. Hasil Stek Pucuk Eucalyptus pellita umur 2 bulan Konsentrasi IBA (ppm)
Scion Tunas juv juvenil Cabang tua
0 150 300 0 150 300
Pasir sun gai Stek Persentase berakar berakar 21 70.0 20 66.7 12 63.2 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Jumlah stek 30 30 19 30 30 30
Pasir sung ai + Tanah Jumlah Stek Persentase stek berakar berakar 30 25 83.3 30 18 60.0 60.0 30 23 76.7 76.7 30 0 0.0 0.0 30 0 0.0 30 0 0.0
Hasil penelitian pada tabel 2 diatas menunjukkan bahwa persentase stek berakar tertinggi adalah 83,3% dari tunas juvenil dan 0% pada stek pucuk yang berasal dari cabang tua. Perbedaan konsentrasi hormon dan perbedaan media tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada percobaan stek pucuk ini. Tabel 3. Persentase berakar stek pucuk E. deglupta umur deglupta umur 2 bulan dari ketinggian batang yang berbeda Tinggi batang (cm)
Jumlah scion
Jumlah stek berakar berakar
< 30 30 - 130 130 - 230 230-330
45 45 45 45
39 37 25 19
Persentase stek berakar (%) 86.7 82.3 55.6 42.2
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Tabel 4. Hasil percobaan stek pucuk A. pucuk A. Mangium umur 2 bulan Rumah kaca Scion
Hormone
Tunas juv juvenil Cabang
Jumlah stek
Jumlah stek berakar
40 40 40 40
28 13 2 2
Rootone-F Kontrol Rootone-F Kontrol
Arboretum Persentase stek berakar (%) 70.5 33.0 5.0 5.0
Jumlah stek
Jumlah stek berakar
40 40 40 40
26 20 0 1
Persentase stek berakar (%) 65.0 50.0 0.0 2.5
Tabel 5. Kondisi bak stek Temperature (o C) Max. Min. 32.5 20.9 41.0 19.8
Lokasi Rumahkaca Arb Arbo oretu retum m
Kelembaban Max. 96.6 100.0
Intensit as cahaya (lx) 9.00 9.00 12.00 15.00 3,000 5,000 2,500 3,60 ,600 8,20 ,200 3,20 ,200
Pengaruh Rootone-F pada tunas juvenil
Pengaruh Rootone-F pada tunas juvenil dan cabang tua 120
120
100
100
% ( p u d i h n a n a h a t e k t a k g n i T
(%) Min. 89.4 80.7
80
Tunas juvenil 60
Cabang tua
40
% ( p u d 80 i h n a n a 60 h a t e k t a k 40 g n i T
Rootone-F Kontrol
20 20
0 0
0 0
15
30
45
15
61
30
45
61
Hari
Hari
(a)
(b)
Efek Rootone-F pada pada tunas juvenil dan cabang tua Efek Rootone-F Rootone-F pada tunas juvenil Pengaruh Rootone-F pada cabang tua
120
100
% ( p u d 80 i h n a n a h 60 a t e k t 40 a k g n i T
Rootone-F Kontrol
20
0 0
15
30
45
61
Hari
(c) Efek Rootone-F pada cabang tua Grafik 4. Perubahan persentase hidup pada scion
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Tabel 6. Hasil stek pucuk Acacia pucuk Acacia auriculiformis umur 2 bulan Kode famili A5 A50 A6 A60 A6 A61 A6 A62 A6 A64 A7 A72 A7 A73 A7 A74 A7 A75 A7 A78 Rerata persentase stek berakar (%)
Kontro l Persentase stek berakar (%) 100 100 90 100 95 80 90 100 90 95 94.0
IBA 500 500 ppm Persentase stek berakar (%) 95 100 95 100 100 75 80 95 100 95 93.5
Rerata Persentase stek b erakar (%) 97.5 100.0 92.5 100.0 97.5 77.5 85.0 97.5 95.0 95.0 93.8
Tabel 7. Hasil stek berakar A. berakar A. auriculiformis umur 2 bulan pada jumlah mata tunas yang berbeda Kode famili A5 A50 A6 A60 A6 A62 A7 A74 A7 A75 Rerata persentase stek berakar
1 mata tunas Persentase stek berakar (%) 50 50 67 92 83 68.4
2 mata tunas Persentase stek berakar (%) 50 42 67 50 58 53.4
Hasil penelitian stek pucuk A. pucuk A. mangium ditunjukkan mangium ditunjukkan pada tabel 4. Persentase maksimum stek berakar sebesar 70,5% diperoleh pada stek yang berasal dari trubusan juvenil dan hanya 5 % stek berakar ditunjukkan oleh stek yang berasal dari cabang tua. Pada scion dari tunas juvenil, pengaruh hormon Rootone F berpengaruh terhadap kemampuan stek berakar secara signifikan. Pada cabang tua kemampuan hormon Rootone F mempertahankan vigoritas hanya mampu sampai 2 minggu pertama . Pada umur stek satu bulan kemampuan itu turun secara drastis (gambar 4 a.). Kemampuan Hormon Rootone F terhadap trubusan tunas juvenil menunjukkan keberhasilan stek lebih tinggi dibanding dengan kontrol/ tanpa pemberian hormon (gambar 4 b). Sedangkan pada stek yang berasal dari cabang tua pengaruh hormon Rootone F mempertahankan vigoritas hanya mampu sampai 2 minggu pertama saja kemudian turun pada umur stek 1 bulan dan turun lagi pada stek umur 2 bulan. Pemberian hormon Rootone F dan tanpa hormon tersebut pada stek cabang tua tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (gambar 4 c).
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Tabel 8. Hasil stek berakar A. berakar A. auriculiformis umur 2 bulan pada umur seedling yang berbeda Kode famili A5 A50 A6 A60 A6 A62 A7 A74 A7 A75 Rerata persentase stek berakar
Umur 5.5 bulan Persentase stek berakar (%) 97.5 100 100 97.5 95 98.0
Umur 7.5 bulan Persentase stek berakar (%) 50 42 67 50 58 53.4
Pada penelitian stek menggunakan 2 mata tunas dengan bertambahnya umur materi bahan vegetatif berupa seedling persentase stek berakar sangat turun drastis. Pada seedling umur 5,5 bulan rata-rata keberhasilan stek berakar 98% tetapi setelah umur seedling 7,5 bulan keberhasilan stek berakar menurun menjadi 53,4% (tabel 8).
2 mata tunas
1 mata tunas
Foto 2. Tipe bentuk stek dari banyaknya mata tunas.
1.
Perbanyakan vegetatif stek pucuk pada tanaman indigenous/ unggulan setempat
Merbau merupakan tanaman asli di Pulau Sumatera yang keberadaanya sulit dijumpai. Hasil perbanyakan vegetatifnya sudah dilakukan. Perbanyakan vegetatif Merbau dilakukan secara stek pucuk. Stek pucuk dengan menerapkan perlakuan Zat Pengatur Tumbuh. Zat Pengatur Tumbuh yang digunakan pada penelitian ini adalah Rootone F, Rhizatun, Hormonik (Hormon organik) dengan berbagai konsentrasi. Hasil penelitian mengenai Zat Pengatur Tumbuh dan Dosis pada stek pucuk dapat dilihat pada tabel 9. dibawah ini. Tabel 9. Stek Merbau dengan menggunakan ZPT
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
sebesar 59,1% (266/450 stek). Kemampuan jenis ini dapat diperbanyak secara vegetatif memberi titik terang untuk pengembangan jenis ini mengingat jenis ini hampir mendekati kepunahan jika tidak segera ditangani dengan bijak. Dengan dikuasainya perbanyakan vegetatif dengan stek ini maka perbanyakan tanaman tidak hanya mengandalkan dari biji sehingga perbanyakan jenis ini dapat dilakukan kapan saja.
Tabel 10. Stek merbau dengan menggunakan Media Macam media tanam Pasir : kompos kompos Pasir Pasir : pupuk kandang
Tinggi tunas (cm) 5,05 4,08 6,75
Jumlah daun 2,11 1,64 2,18
Diameter batang (cm) 1,96 1,74 1,89
Persen jadi bibit (%) 56,2 70.8 63,1
Nilai Index 1174 824 1754
Dari tabel 10. diatas dapat diketahui pengaruh media stek terhadap parameter stek yang diamati. Media pasir menghasilkan persentase stek hidup yang tertinggi 70,8% tetapi bila dilihat dari parameter tinggi, jumlah daun dan diameter batang, media pasir menempati urutan terakhir ini disebabkan sedikit sekali terdapat unsur hara dibandingkan media pasir kompos ataupun pasir pupuk kandang. Media pasir porous sangat baik untuk stek sehingga memudahkan akar untuk berkembang. Media pasir pupuk kandang menghasilkan pertumbuhan tinggi, jumlah daun yang terbaik dibanding media lainnya. Sedangkan media pasir kompos menghasilkan pertumbuhan diameter batang yang terbesar dibanding kedua media lainnya. Untuk menentukan yang terbaik dari semua parameter yang diukur maka dilakukan dengan mencari nilai index. Nilai index diperoleh dengan mengalikan semua nilai parameter. Dari nilai indeks tersebut diperoleh nilai terbesar adalah media dengan komposisi pasir : pupuk kandang. Maka media pasir : pupuk kandang merupakan media terbaik untuk stek merbau.
Foto 3. Perbanyakan vegetatif stek pucuk merbau
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
persemaian. Setelah mampu beradaptasi kemudian ditanam di Gunung Kidul sebagai plot uji merbau hasil perbanyaka perbanyakan n vegetatif vegetatif..
C.
Perbanyakan Vegetatif Vegetatif Cangkok
Tabel 9. Hasil cangkok setelah 2,5 bulan pada A. pada A. mangium. Tunas juvenil Nomor pohon.
Jumlah cangkokan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
3 3 7 15 19 12 5 16 2 10 2 2 10 14 11 131
Cangkokan yang bertahan 2 2 6 1 9 0 4 9 1 10 0 1 3 3 4 55 42.0
Cabang Cabang Jumlah cangkok yang berakar 2 2 5 1 7 0 3 6 1 10 0 1 3 3 4 48 36.6
Jumlah cangkokan 1 1 3 13 7 1 2 5 1 4 1 1 4 4 8 56
Cangkokan yang bertahan 0 0 0 0 3 1 0 3 0 3 0 0 2 3 2 17 30.4
Jumlah cangkok yang berakar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 3 5.3
Pencangkokan dilakukan dengan menggunakan hormon oxiberon berupa bubuk. Hasil penelitian cangkok menunjukkan bahwa keberhasilan cangkok dari tunas juvenil menghasilkan persentase keberhasilan cangkok (36,6%) lebih tinggi daripada cangkok dari cabang tua (5,3%). Kemampuan masing-masing individu pohonpun berpengaruh terhadap keberhasilan cangkok. Seperti pada pohon nomor 3 dan 10 yang menghasilkan cangkok berakar sebesar 71,4% dan 100%.
IV. 1.
Apli Ap likas kasii hasi h asill perb p erbany anyakan akan vegetat veg etatifif pada pad a pemu liaan li aan poh p ohon on
Kebun Benih Klon/ Clonal Seed Orchard (CSO) (C SO)
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
4.
Kebun Pangkas/ Hedge Orchard
Kebun pangkas dibangun untuk mendapatkan materi vegetatif tanaman yang unggul seperti pohon induknya. Kebun pangkas dibuat sedemikian rupa sehingga materi tanaman vegetatif masih bersifat juvenil atau muda. Setiap periode waktu tertenttu kebun pangkas dapat diganti dengan tanaman baru supaya juvenilitas tanaman dapat dipertahankan. Pada umumnya maikin tua umur tanaman makin sulit untuk diperbanyak secara vegetatif.
5.
Uji Klon
Uji klon diterapkan untuk mendapatkan klon-klon unggul melalui suatu uji dengan rancangan penelitian khusus. Pada uji klon biasanya teknik perbanyakan vegetatif yang digunakan adalah cara stek/ kultur jaringan. Pada teknik ini biasanya yang diharapkan dari tanaman adalah produksi kayunya. Pada uji klon yang diukur adalah kinerja pertumbuhan tanaman untuk menghasilkan produksi kayu bukan produksi biji.
Foto 4. Bank klon E. pellita dari sambungan. Foto 5. Bank klon A. mangium dari cangkokan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
A. mangium A. hibrid A. auriculiformis
Foto 8. Perbedaan bentuk daun A.mangium daun A.mangium,, A. auriculiformis auriculiformis dan A. hybrid
Foto 9. Hasil Hasil elektroforesis A. elektroforesis A. hybrid
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Makalah Gelar Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Pudjiono, S. 2007. Laporan Hasil Penelitian Pembangunan Populasi Perbanyakan Vegetatif Jenis Merbau (Intsia bijuga). bijuga). Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Purwobinangun Yogyakarta. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan Pudjiono, S. 1994. Laporan hasil kegiatan pencangkokan jenis Paraserianthes falcataria, acacia mangium, Eucalyptus deglupta, Eucalyptus urophylla, Pinus merkusii. Proyek pusat produksi benih dan pemuliaan pohon, Direktotar Reboisasi dan Penghijauan. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi lahan. Departemen Kehutanan. Yogyakarta. Pudjiono, S. 1998. Pembiakan Vegetatif Makro Sengon (Paraserianthes ( Paraserianthes falcataria). falcataria). Informasi Teknis No.2/1998. Balai Litbang Pemuliaan Benih Tanaman Hutan Purwobinangun. Badan Litbang Kehutanan. Yogyakarta. Pudjiono, S dan Kondo, H. 1996. Technical report for cutting propagation of Eucalyptus deglupta, E. pellita, Ac Acacia mangium ium and Paras raseria rianthe thes falc falca atari taria a. Fores rest Tree ree Improv rovement Proje rojec ct (FTIP) IP) No. 55. Japan International Cooperation Agency (JICA) and Agency for Forestry Research and Development, Ministry inistry of Forestry, Purwobinan Purwobinangun, gun, Yogyakarta. Yogyakarta. Pudjiono, S dan Kondo, H. 1996. Technical report for Conventional Vegetative Propagation. Forest Tree Improvement Project (FTIP) No. 61. Japan International Cooperation Agency (JICA) and Agency for Forestry Research and Development, Ministry of Forestry, Purwobinangun, Yogyakarta. Wudianto, R. 1995. Membuat Stek, cangkok dan okulasi. Seri pertanian-L/163/88. Penebar Swadaya. Cetakan ke-3. Jakarta.