I. Topik: Topik: Kesehatan Gigi Pada Anak II. Judul: Judul: Pengaruh Karang Gigi Terhadap Kesehatan Gusi Pada Anak Kelas IV dan V Sekolah Dasar III.
Latar Belakang Masalah Karang gigi adalah kumpulan plak yang termineralisasi yang sangat lengket di atas email gigi. Lapisan ini terlihat keputihan dan seiring waktu berubah kekuningan kekuningan setelah setelah berasimilasi dengan air liur. Karang gigi gigi yang tidak segera dibersihkan akan menimbulkan gangguan pada kesehatan gusi (gingivitis). Gingivitis memliki berbagai macam definisi salah satu diantaranya dikemukakan oleh F.J. Harty (1995 : 140) sebagai berikut.
Peradangan gingiva memiliki tanda dan gejalanya seperti nyeri lokal atau menyeluruh pada gingiva, rasa gatal dalam gingiva, halitosis, perdarahan pada gingiva ketika menyikat gigi, adanya bercak-bercak darah pada bantal dipagi hari, membengkaknya gingiva, dan terbentuknya poket gingiva.
Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini merupakan sesuatu hal yang kadang-kadang menimbulkan rasa kekhawatiran pada setiap
ibu.
Para
ibu
mempunyai
kekhawatiran
bagaimana
cara
mempersiapkan anak untuk mempersiapkan anak-anaknya saat menerima perawatan gigi. Selain itu para ibu juga merasakan kekhawatiran apabila telah melihat ada kelainan pada gigi anaknya. Rasa khawatir tersebut dapat ditanggulangi dengan cara mempersiapkan para calon ibu, dan para ibu dalam mengambil langkah-langkah apa yang dapat dilakukan di dalam mengenalkan perawatan gigi pada anaknya serta menambah pengetahuan para ibu mengenai kelainan-kelainan pada gigi dan mulut anak yang sering
ditemukan. Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat
berperan
dalam
menunjang
kesehatan
seseorang.
Instruksi
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di rumah telah banyak disusun oleh para ahli. Program tersebut menekankan pada pencegahan terjadinya karies. Oleh karena masih banyak para orang tua yang beranggapan bahwa geligi susu hanya sementara dan akan diganti oleh geligi tetap sehingga mereka tidak memperhatikan mengenai kebersihan geligi susu. Disamping itu juga terdapat persepsi para orangtua mengenai perawatan gigi sulu yang sangat mahal. Penerapan instruksi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya telah dimulai sejak bayi masih di dalam kandungan, sehingga orang tua akan lebih siap di dalam melakukan instruksi tersebut.Peran serta orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara
alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Orang tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak.Masalah kesehatan gigi di Indonesia masih merupakan masalah yang menarik karena prevalenesi karies dan penyakit periodontal mencapai 80 % dari jumlah penduduk. Banyak yang mengeluhkan bahwa perawatan gigi anak sulit dan memerlukan banyak waktu. Keluhan ini dapat dimengerti karena banyak orangtua yang belum sadar betul akan perlunnya perawatan gigi anak. Masalah pada gigi yang sering ditemukan pada anak-anak adalah adanya penumpukan karang gigi yang lama kelamaan akan berdampak pada kesehatan gusi atau dikenal dengan istilah gingivitis. Untuk menghindari dampak lebih lanjut yang diakibatkan oleh gingivitis maka diperlukan adanya motivasi dari individu dalam melakukan penjagaan higiene mulut, mewujudkan kesehatan
dengan
pemeliharaan,
peningkatan
kesehatan
(promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan.
IV.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya kesadaran orang tua mengenai pengaruh karang gigi terhadap kesehatan gusi
2. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai etiologi gingivitis (gusi bengkak) 3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai cara mengobati gingivitis (gusi bengkak) pada anak 4. Kurangnya pengetahuan orang tua berkaitan dengan cara mencegah terbentuknya karang gigi pada anak 5. Kurangnya kesadaran orangtua tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak 6. Kurangnya pendidikan kesehatan mulut yang diberikan secara dini kepada masyarakat 7. Persepsi mengenai biaya perawatan gigi pada anak yang tidak terjangkau 8. Kekhawatiran berlebihan oleh orang tua ketika mempersiapkan anak untuk menerima perawatan gigi
V.
Batasan Masalah Adapaun keterbatan yang dimiliki oleh penulis dalam penulisan proposal ini maka penulis hanya mengambil beberapa identifikasi masalah, diantaranya: 1. Kurangnya kesadaran orang tua mengenai pengaruh karang gigi terhadap kesehatan gusi 2. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai etiologi gingivitis (gusi bengkak) 3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai cara mengobati gingivitis (gusi bengkak) pada anak
4. Kurangnya pengetahuan orang tua berkaitan dengan cara mencegah terbentuknya karang gigi pada anak
VI.
Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh karang gigi terhadap kesehatan gusi? 2. Apa saja etiologi dari gingivitis? 3. Bagaimana cara mengobati gingivitis pada anak? 4. Bagaimana cara mencegah terbentuknya karang gigi pada anak?
VII. 1.
Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan pengetahuan kepada para orang tua mengenai
pengaruh karang gigi terhadap kesehatan gusi 2.
Untuk mengkaji mengenai etiologi gingivitis (gusi bengkak) pada anak
3.
Untuk memberikan pembekalan kepada orang tua mengenai cara
mengobati gingivtis pada anak 4.
Untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai cara
mencegah terbentuknya karang gigi pada anak
VIII.
Kajian Pustaka
Mulut merupakan suatu tempat ideal bagi perkembangan bakteri, karena temperatur kelembapan dan ketersediaan makanan yang cukup “bakteri yang
ada dalam mulut berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut seseorang terutama ditentukan oleh adanya sisa makanan (food debris), plak, kalkulus/karang gigi, material alba dan noda pada permukaan gigi (stain).” (Handnyanawati,2002:58). Permukaan gigi yang lama tidak dibersihkan merupakan tempat menumpuknya kotoran/sisa makanan dan berkumpulnya bakteri dalam mulut yang berkembang biak akan menghasilkan bahan-bahan metabolisme yang lama kelamaan akan mengeras menjadi karang gigi. Karang gigi yang melekat erat pada permukaan gigi dan lama tidak dibersihkan akan mengiritasi/menimbulkan gangguan pada kesehatan gusi dan permukaan gigi. Pengaruh Karang Gigi Terhadap Kesehatan Gusi Kalkulus atau karang gigi merupakan jaringan keras yang melekat erat pada gigi yang terdiri dari bahan-bahan mineral seperti Calsium, Ferum, Zink, Cu, Ni. Karang gigi dapat melekat pada permukaan gigi yang terletak diatas gusi, sehingga disebut supra gingival atau pada permukaan yang terletak dibawah gusi disebut sub gingiva. Atau karang gigi merupakan kumpulan plak yang termineralisasi yang sangat lengket diatas email gigi. Menurut Mustaqimah (2002 : 15) karang gigi dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim-enzim phosphat yang berasal dari sel-sel permukaan mucosa yang sedang berdegenerasi. Umumnya enzim phosphat terbentuk bila ada suatu peradangan. Orang yang banyak makan makanan yang berserat mempunyai karang gigi yang lebih sedikit dibanding orang yang makanannya sebagian besar tepung kanji yang akan memudahkan terjadinya karang gigi. Plak yang menempel pada permukaan gigi umumnya merupakan penyebab utama
terjadinya gangguan pada kesehatan gusi. Gingivitis adalah peradangan gingival yang memiliki tanda klinis antara lain adalah nyeri lokal atau menyeluruh pada ginigval, rasa gatal, halitosis perdarahan gingival ketika menyikat gigi.
Etiologi Gingivitis Gingivitis hampir selalu terjadi diakibatkan karena penggosokan dan flossing yang tidak benar sehingga plak tetap disepanjang garis gusi. Plak merupakan suatu lapisan yang terutama dari bakteri. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam maka akan mengeras dan membentuk karang gigi. Ada tiga faktor utama penyebab timbulnya plak gigi yaitu : lingkungan fisik, waktu dan adanya nutrient. 1 Adapun faktor lain yang akan semakin memperburuk peradangan adalah: kehamilan, pubertas, pil kb. Kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan gingivitis, dimana gusi meradang dan mudah berdarah. Kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan gingivitis, dimana gusi meradang dan mudah berdarah. Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak daripada yang bukan perokok diakibatkan hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
peredaran
darah
ke
gusi
sehingga
mudah
penyakit.(Srigupta, 2004 : 75).
1 Renta Tarigan,Kesehatan Gigi dan Mulut (Jakarta,1995), hlm. 2
terjangkit
Cara Mengobati Gingivitis Pada Anak Adanya karang gigi dalam mulut perlu mendapat perhatian yang serius dari dokter gigi maupun perawat gigi. Gingivitis yang terjadi pada anak cenderung lebih mudah untuk diobati mengingat usia anak-anak yang masih sangat muda sehingga untuk proses penyembuhan akan terjadi dengan cepat. Gingivitis merupakan masalah periodontal yang paling umum terjadi dan merupakan peradangan reversibel yang dimulai pada sebagian besar anak-anak di usia sangat dini dan paling sering berkaitan dengan pembentukan plak gigi. 2 Perubahan yang terjadi pada plak bakteri, baik jenis dan jumlah mikroorganisme, keduanya menyebabkan pelepasan berbagai eksotoksin destruktif, enzim-enzim, dan agens berbahaya lainnya. Organisme-organisme tersebut mengakibatkan reaksi peradangan pada jaringan gusi, meybebakan gusi menjadi merah, bengkak, nyeri, dan mudah berdarah pada iritasi yang ringan. Cara pengobatannya pun diarahkan pada pencegahan dengan membersihkan gigi secara cermat
termasuk menggunakan
pasta gigi yang mengandung zat Fluoride.3 Selama proses pengobatan ini berlangsung peran orang tua sangat diperlukan mengingat usia anak yang mungkin belum bisa memahami mengenai masalah tehnis yang mereka hadapi selama proses pengobatan. Orang tua diharapkan dapat selalu membimbing anak agar dapat tercapai prognosis perawatan yang diharakan.
2 Abu Bakar, Kedokteran Gigi Klinis (Yogyakarta,2012), hlm.137 3 Ibid. hlm. 139
Cara Mencegah Terbentuknya Karang Gigi pada Anak Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah ter bentuknya karang gigi pada permukaan gigi yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan gusi adalah mengontrol diet makanan sehari-hari termasuk kontrol terhadap jenis makanan yang manis, memperbanyak konsumsi makanan berserat (sayuran dan buah-buahan). Menggosok gigi secara teratur setiap sesudah makan dan sebelum tidur, menggosok gigi dengan tehnik yang tepat dan benar, mempergunakan alat bantu untuk membersihkan gigi seperti sikat gigi elektrik atau dental floss dan tidak lupa untuk melakukan kontrol kesehatan gigi secara berkala setiap 6 bulan sekali. Untuk menghindari terjadinya gingivitis perlu motivasi dari individu dalam melakukan penjagaan higiene mulut mulai dari pembersihan karang gigi (skeling), membuang tempat-tempat retensi seperti tambalan yang kasar, menyikat gigi dengan pasta gigi, menggosok gigi secara teratur setiap sesudah makan dan sebelum tidur dengan tehnik yang benar, penggunaan obat kumut, mengunyah makanan berserat, agak keras, rendah lemak, dan karbohidrat. Menurut Asni (2010 : 62) diperlukan pula adanya peran dari petugas kesehatan untuk melaksanankan penyuluhan kesehatan gigi baik secara individu maupun kelompok, penyebaran informasi kesehatan gigi dan mulut dengan poster atau media lain yang mudah dimengerti oleh anak pada sekolah-sekolah sehingga anak akan lebih termotivasi untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Serta tenaga kesehatan bersama gru melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut melalui kegiatan UKGS.
IX.
Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif mengenai kesehatan gigi dan mulut pada anak usia Sekolah Dasar di Kelurahan Karang Rejo Kecamatan Balikpapan Tengah. 2. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 028, Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Adapaun pemilihan lokasi ini karena tersedianya sampel yang memadai, lokasi mudah dijangkau peneliti. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada tanggal 17-24 Juni 2013. 3. Sumber Data Populasi pada penelitian ini dikhususkan kepada siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri 028 sebab pada anak usia kelas IV dan V Sekolah Dasar memiliki tingkat kooperatif yang tinggi sehingga akan memudahkan penulis untuk melakukan penelitian. Pengambilan besar sampel dilakukan dengan teknik total sampling dimana semua populasi dijadikan penelitian. 4. Pengumpulan Data Peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian ke Dinas Kesehatan Kota Balikpapan yang kemudian akan diteruskan langsung ke Sekolah Dasar Negeri 028 melalui Kepala Sekolah. Sebelum melakukan penelitian penulis akan mengadakan penyuluhan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat, serta proses pengisian kuesioner. Setelah itu responden diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden dalam penelitian. Responden diberi kesempatan untuk bertanya
apabila ada pertanyaan dalam kuesioner yang tidak dimengerti. Setelah responden mengisi seluruh pertanyaan kuesioner penelitian, penulis terlebih dahulu
memeriksa
kelengkapan
jawaban
responden
sesuai
dengan
pertanyaan kuesioner kemudian seluruh data dikumpulkan untuk d ianalisa. 5. Analisa Data Data yang dikumpulkan akan diolah dengan langkah-langkah berikut : a. Editing yaitu memeriksa kuesioner yang telah diisi oleh responden apakah pertanyaan sudah ada jawabannya dan diisi sesuai dengan petunjuk. b.
Koding
yaitu
kode
atau
angka
tertentu
pada
kuesioner
untuk
mempermudah peneliti saat mengadakan tabulasi data. c. Tabulasi yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Data dianalisa dengan menggunakan rumus Statistic menurut Sudjana (2001) untuk menentukan panjang interval suatu kelas dengan rumus: P=
=
= 7
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurang nilai terendah dibagi banyak kelas. Nilai tertinggi adalah 21 dan terendah 0 dan banyak kelas 3 sehingga didapat panjang kelas 7.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.,Asni. 2010. “Pengaruh Karang Gigi Terhadap Kesehatan Gusi Pada Anak”,Media Kesehatan Gigi.I : 2087-0051. (Mei)
Anonim. 1992. Undang-Undang Kesehatan. Jakarta: Sinar Grafika
Bakar,Abu. 2012.
Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis
Media
Depkes RI. 2008. Buku Ajar Preventive Dentistry . Jakarta:Departemen Kesehatan RI
Handnyanawati, H., 2002. “Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut Dengan Gingivitis Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas V ”,JKGUI Jakarta. (Oktober)
Harty, F.J., Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta:EGC
Mashabi,N.A. 2004. “Kaitan Antara Status Gizi Dengan Gingivitis di Kecamatan Karangantu Banten”,JKGUI Jakarta. ( Juni)
Mustaqimah, D.N. 2002. “Masalah Nyeri Pada Kasus Penyakit Periodontal Dan Cara Mengatasinya”,JKGUI Jakarta. (September)
Srigupta, A.A. 2004. Perawatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: EGC
Tarigan, R. 1995. Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta: EGC