MAKALAH
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI FURNITURE/MEBEL
Di susun oleh :
Ilham Prasetya 114080019
Rama Ebri 114120046
INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Industri mebel Indonesia ternyata masih memiliki pamor yang mengilap di pentas perdagangan dunia. Permintaan yang dilayangkan oleh para pembeli di ajang beberapa pameran memang merupakan sebuah peluang emas untuk meningkatkan kinerja ekspor mebel negeri ini. Namun demikian, untuk mewujudkan hal itu, tentu tak semudah membalikan telapak tangan. Kemampuan produsen nasional dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan dalam jumlah banyak, harus benar-benar dibuktikan. Pemerintah juga telah mengupayakan untuk mengembangkan industri mebel. Apalagi sektor ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor Tanah Air. Dengan kata lain, ekspor mebel masih bisa menjadi primadona untuk menghasilkan devisa negara.
Imdustri mebel adalah salah satu bentuk industri yang bergerak di bidang perkayuan. Dimana dalam hal ini pasti juga akan menghasilkan berbagai jenis limbah dalam pengolahannya.
Bagi masyarakat Indonesia limbah merupakan sesuatu yang sangat kurang pengelolaannya, kesalahan dalam mengelola akan menyebabkan limbah semakin berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan dan bahaya penyakit bagi masyarakat, contohnya pencemaran lingkungan terutama pencemaran pada air yang pada akhirnya menyebabkan banjir disaat musim penghujan tiba. Limbah yang biasanya muncul dari industri mebel antara lain adalah limbah kayu, limbah bahan pelitur, dan limbah tiplek yang berasal dari bahan dasar pohon.
Semakin banyak jumlah pengangguran masyarakat di Indonesia maka semakin banyak pula muncul berbagai industri-industri rumah tangga yang dapat menyerap banyak penganguran yang mewabah di Indonesia. Misalkan limbah triplek, limbah industri mebel dipandang oleh masyarakat sebagai bahan yang sudah tidak bisa dimanfaatkan, sehingga untuk memaksimalkan pemanfaatan yang memiliki nilai jual dan seni tinggi, diperlukan kreatifitas dalam membentuk kerajinan tangan tersebut. Atas dasar hal tersebut, maka muncullah gagasan untuk memanfaatkan limbah tiplek yang tidak dimanfaatkan menjadi lebih bermanfaat.
Dalam proses pembuatan kerajinan tangan berbahan limbah pabrik mebel sangatlah mudah dan sederhana, sehingga dapat dengan mudah diproduksi dalam jumlah yang banyak. Selama ini limbah pabrik mebel hanya dibuang atau dibakar karena dianggap sudah tidak bermanfaat, padahal limbah pabrik mebel mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual dan seni tinggi seperti hiasan perabotan rumah tangga, mainan anak dan lain - lain.
Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut ialah dengan memberikan kreasi pada sisi bentuk ( form ), penampilan ( style ), dan promosi ( promotion ).
Namun hingga saat ini, pengolahan limbah mebel yang berupa potongan-potongan kayu masih sangatsedikit meskipun sebenarnya jika diolah dengan baik, limbah kayu tersebut dapat dirubah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis. Oleh karena itu, pengolahan mebel dapat dijadikan sebagai peluang wirausaha. Salah satu bentuk pemanfaatan limbah mebel menjadi produk bernilai ekonomis, yaitu dengan pembuatan kerajinan dari potongan kayu limbah mebel. Bentuk kerajinan kayu tersebut dapat berupa sabak, tempat pensil, piring saji, dan banyak alternatif lain.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semiindustrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut.
Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang pendahuluan maka timbul rumusan masalah sebagai berikut:
1.Apa jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh industri mebel?
2. Bagaimanakah cara pengolahan limbah industri tersebut agar tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan di sekitarnya?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan Proposal ini adalah :
1. Mengetahui jenis-jenis limbah/produk buangan dari industri Mebel
2. Mengetahui masalah yang ditimbulkan oleh limbah yang dihasilkan dari industri mebel
3. Mengetahui cara penanganan limbah tersebut
4. Mengetahui cara pengolahan dan pengelolaan limbah hasil buangan industri mebel
1.4 MANFAAT
Makalah ilmiah ini disusun dengan harapan dapat memberikan salah satu solusi penanganan limbah padat industri mebel sehingga meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan oleh limbah-limbah tersebut.Lalu manfaaat penelitian ini Bagi Instansi adalah Memahami betapa merugikannya limbah buangan yang tidak diolah lebih lanjut. Sedangkan manfaat Bagi Pembaca dan Peneliti adalah Memahami cara pengurangan jumlah limbah dari produksi mebel teutama limbah Triplek dan Mengetahui cara pengolahan Limbah Mebel " Triplek" .
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Limbah
Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis.
2.2. Limbah Mebel
Mebel atau furnitur adalah perlengkapan rumah yang mencakup semua barang seperti kursi , meja , dan lemari . Mebel berasal dari kata movable, yang artinya bisa bergerak. Pada zaman dahulu meja kursi dan lemari relatif mudah digerakkan dari batu besar, tembok, dan atap. Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture (1520-30 Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya.
Dalam kata lain, mebel atau furnitur adalah semua benda yangada di rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda kecil seperti pakaian atau cangkir . Mebel terbuat dari kayu , papan , kulit , sekrup , dll.
Tahap-tahap aktifitas produksi pada industri mebel adalah persiapan bahan baku, proses produksi, dan pengemasan produk.
Tahap persiapan bahan baku meliputi pembersihan material dari kotoran, pembuangan kulit(pada industri gelondongan), pemotongan menjadi ukuran yang lebih kecil serta penghalusan sehingga kayu siap digunakan. Proses produksi adalah proses pembentukan bahan baku menjadi produk yang diinginkan. Tahap akhir adalah pengemasan produk yang meliputi penghalusan, pewarnaan(pengecatan), proses finishing dan pengepakan.
2.3. Jenis-Jenis Limbah dari Industri Mebel
Limbah utama dari industri kayu yang jelas adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut sangat sulit dikurangi, hanya bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain yang memiliki nilai ekonomis. Beberapa limbah lain dari sebuah industri furniture sebenarnya memiliki peran yang besar pada sebuah 'costing' serta dampak lingkungan sehingga akan sangat bermanfaat apabila bisa dikurangi. Limbah utama industri kayu:
2.2.1. Potongan kayu dan serbuk gergaji sebagai bahan dasar pembuatan perabot kayu.
Serbuk gergaji dan serpihan kayu dari proses produksi saat ini pada umumnya dimanfaatkan oleh pabrik sebagai bahan tambahan untuk membuat plywood, MDF (medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Pada perusahaan dengan skala kecil dan lokasi yang jauh dari pabrik pembuat chipboard memanfaatkan limbah ini sebagai bahan tambahan pembakaran boiler di Kiln Dry. Sebagian pula dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu bata, kermaik atau dapur rumah tangga.
2.2.2. Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya.
Ini limbah terbanyak kedua setelah kayu dan pada kenyataannya (di Indonesia) belum begitu banyak perusahaan yang menyadari dan memahami betul tentang tata cara penanganan limbah tersebut. Beberapa masih melakukan pembuangan secara tradisional ke sungai dan ke dalam tempat pembuangan tertentu di dalam area perusahaan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungannya.
Bahkan ada beberapa perusahaan yang 'menjual' thinner bekas kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik dan selanjutnya diproses untuk keperluan lain yang kurang jelas.
Ada sebuah organisasi di bawah pengawasan pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengelola limbah kimia tersebut. PT. PPLI (Prasadha Pamunah Limbah Industri) adalah perusahaan pertama di Indonesia yang mengelola limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
2.2.3. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri kayu.
Accu dari mesin forklift, oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan lain-lain. Limbah ini belum begitu besar volumenya akan tetapi masih belum terkoordinasi dengan baik.
Kebanyakan dari sejumlah industri tidak benar2 'membuang' limbah ini keluar dari pabrik. Kadang - kadang hanya disimpan di sebuah area engineer atau gudang barang bekas dan ditumpuk bersama - sama dengan peralatan bekas yang lain.
Mereka hampir tidak tahu bagaimana solusi terbaik untuk melenyapkan limbah tersebut.
2.2.4. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas bekas, kain bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan lainnya.
Dari sekian limbah yang dihasilkan, menurut pengamatan penulis hanya limbah pertama yang benar - benar dipahami oleh beberapa industri kayu bagaimana cara penanganannya yang baik dan sesuai. Sedangkan limbah utama lainnya masih menjadi sebuah tanda tanya yang tidak jelas atau bahkan masih menjadi prioritas paling akhir setelah pemikiran tentang pembaharuan mesin dan investasi baru didalam pabrik.
BAB III
PEMBAHASAN
Pengolahan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan pengolahan.
Tempat disekitar pabrik limbah mebel merupakan tempat yang mudah untuk memperoleh limbah mebel, karena setiap harinya pabrik tersebut selalu membuang limbah mebel dalam jumlah yang banyak, maka dari itu untuk membantu proses pengelolaan limbah mebel yang hanya akan di bakar maka limbah tersebut dapat di olah untuk dijadikan sebuah barang yang mempunyai nilai jual dan seni tinggi. Selain itu juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan baik pada tanah, air dan udara.
Proses pemanfaatan limbah mebel ini sangatlah mudah baik dari segi pengumpulan bahan, peralatan–peralatan yang digunakan, hingga pada proses pembuatannya. Dalam pengumpulan bahan masih dapat digolongkan mudah karenalimbah ini masih jarang di manfaatkan oleh masyarakat, peralatan–peralatan yang digunakan dapat dijumpai di toko–toko terdekat, sedangkan untuk proses pembuatannya dari awal hingga akhir hanya membutuhkan ketelitian saat proses pengemalan, pemotongan dan pengecatannya.
Kini limbah mebel yang berbahan dasar tiplek tidak akan lagi berada di tempat sampah untuk di bakar, melainkan akan dijadikan sebuah hiasan di rumah-rumah, sehingga rumah akan terlihat menjadi lebih baik.
Bagi pengrajin, limbah mebel itu limbah. Kalo kita mau lebih kreatif, inovatif dan sering bereksperimen untuk menghasilkan barang bagus, mungkin tidak akan muncul istilah limbah mebel.
Industri mebel dan ukir ini menggunakan material kayu sebagai bahan utama, sehingga kegiatan industri ini dapat menghasilkan limbah kayu seperti: limbah akar pohon, ranting kayu (cabang), hasil potongan penggergajian, serbuk gergaji, dan kulit kayu. Sisa-sisa kayu oleh masyarakat setempat biasanya dibiarkan dimakan rayap, sering digunakan untuk bahan kayu bakar, bahan bakar industri batu bata, dan keramik. Padahal apabila dilakukan pemanfaatan limbah kayu ini atau material kerajinan seni maka dapat memperoleh nilai tambah dan nilai ekonomis. Dengan memanfaatkan disiplin ilmu desain, maka bahan kayu limbah tadi dapat dibuat menjadi alternatif desain aneka produk. Misalnya: produk dalam bentuk souvenir, pewadahan, dan bentuk karya seni lainnya seperti patung, mainan anak-anak, alat olah raga, alat terapi kesehatan dan sebagainya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimentatif dengan
membuat berbagai alternatif aneka produk dengan menggunakan bahan limbah kayu dengan
pertimbangan pada aspek-aspek dalam desain, misalnya bentuk, ukuran, fungsi, tekstur, finishing, dll. Pendekatan penelitian dilakukan dengan pendekatan lingkungan dan sejarah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sejarah sosial masyarakat terhadap kegiatan industri mebel dan ukir di Jepara. Analisis data digunakan format analisis kusioner dari beberapa pertanyaan baik wawancara, observasi, rekaman visual, maupun penyebaran angket. Analisa data yang lain digunakan adalah teknik perencanaan strategi SWOT dengan pertimbangan kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat). Apabila terdapat data yang masih kurang dicarikan tambahan data untuk melengkapi baik dalam bentuk naratif, tabel gambar, serta rekaman visual, selanjutnya diinterprestasikan dalam penarikan kesimpulan.
Pada hasil penelitian ini dapat diungkapkan bahwa limbah kayu yang selama ini
dibiarkan oleh masyarakat di Jepara dapat mempunyai nilai ekonomis apabila dibuat dalam
alternatif desain aneka produk, misalnya: pewadahan, dudukan lampu, mainan anak-anak, alat olah raga, alat terapi kesehatan, dll. Pemberdayaan masyarakat melaui pendidikan dan pelatihan adalah merupakan strategi yang tepat dalam memanfaatkan limbah kayu ini menjadi aneka produk sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan turut mengurangi pengangguran.
Sebagaimana diketahui, limbah kayu adalah bahan organik yang terbentuk dari senyawa-senyawa karbon seperti hollo sellulose (sellulose dan hemi sellulose), lignin dan sedikit senyawa karbohidrat, sehingga sangat berpotensi dijadikan sumber energi. pada sesi ini pengolahan limbah padat lebih difokuskan pada proses pemanfaatannya baik secara langsung maupun setelah melalui proses daur ulang.
1. Pemanfaatan sebagai kayu bakar
Secara tradisional sejak dahulu, limbah kayu sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar di rumah-rumah tangga untuk keperluan memasak. limbah kayu berupa serpihan dapat langsung dijadikan kayu bakar, sedangkan limbah kayu berupa serbuk biasanya dijadikan bahan bakar setelah dipadatkan menjadi "angklo". Caranya, serbuk kayu setelah dikeringkan dimasukkan kedalam cetakan berupa tunggu, kemudian dipadatkan dan langsung dapat dibakar.
2. Pemanfaatan sebagai bahan baku pupuk organik
Limbah industri kayu, terutama yang berbentuk serbuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk kompos, setelah dicampur dengan limbah - limbah lain seperti sampah organik, daun - daunan, sisa - sisa makanan dan lumpur organik pada unit pengolahan limbah. Umumnya bahan - bahan pencampur di atas mempunyai kadar air cukup tinggi, sehingga serbuk kayu dismping berfungsi sebagai sumber karbon juga sebagai media penyerap air. Bagan pembuatan kompos dari bahan baku campuran limbah - limbah organik termasuk limbah industri perkayuan adalah seperti gambar di bawah ini.
Tahap - tahap Produksi Kompos Dari Limbah Organik
Bahan baku --> fermentasi tahap I --> fermentasi tahap II --> sizing & packaging -- > kompos
Pertama, campuran bahan baku ditumpuk dalam ruangan yang diberi atap agar tidak terkena hujan. Kemudian membiarkan selama sekitar 3 minggu sampai terjadi proses penguraian senyawa - senyawa komplek berantai panjang menjadi senyawa sederhana oleh mikroba yang ada didalam limbah tersebut. Selama proses fermentasi suhu akan naik sampai mencapai 70oC.
Secara periodik,bahan- bahan kompos tersebut diaduk guna membebaskan panas yang tersimpan, disamping itu fungsi lainnya adalah untuk homogenisasi campuran. Proses ini disebut fermentasi tahap I. Selanjutnya kompos setengah jadi hasil tahap I dipindahkan keruangan lain untuk proses lanjutan pada fermentasi tahap II. Disini akan terjadi reaksi penyempurnaan, bahan - bahan yang belum sempat terurai pada tahap I akan didegradasi lagi.
Proses tahap II berlangsung selama 2-3 minggu, dan suhunya berkisar antara 40 - 45 oC. Setelah proses komposting selesai, kompos hasil fermentasi tahap II yang banyak mengandung mikroba aktif, sebagai dicampur dengan bahan baku segar. Dengan demikian proses komposasi selanjutnya akan berlangsung lebih cepat lagi.
Pada tahap pengayakan ( sizing ) dan pengemasan ( packaging ), pupuk kompos dibersihkan dari kotoran - kotoran yang mungkin masih terikut, kemudian dihaluskan sampai ukuran yang diinginkan. Produk yang sudah bersih dan halus ditimbang, selanjutnya dimasukkan ke dalam karung dan siap untuk dipasarkan.
3. Pemanfaatan sebagai bahan baku produksi etanol
Sebagaimana telah diuraikan di atas, limbah pada industri perkayuan merupakan bahan organik yang komponen utamanya adalah senyawa sellulose yang sangat berpotensi dijadikan bahan baku pada industri etanol (alkohol) substitusi bahan bakar.
Pertama, senyawa sellulose dikoversi menjadi sakarida atau gula melalui proses sakarifikasi dengan asam pekat. Padatan yang tidak terdekomposisi yaitu senyawa lignin, dipisahkan dari larutan sakarida pada unit filtrasi, selanjutnya lignin dijadikan bahan bakar padat. Asam yang terikut bersama larutan sakarida diambil pada unit rekoveri asam, kemudian dikembalikan ke tangki sakarifikasi untuk digunakan lagi.
Larutan sakarida hasil proses sakarifikasi dimana komponen utamanya adalah glukosa, selanjutnya difermentasi menjadi etanol pada bioreaktor.
Air limbah ini kemudian digunakan lagi pada proses produksi setelah diolah melalui beberapa tahapan proses penetralan asam, penguraian polutan-polutan karbon organik dan senyawa-senyawa ammonia.
BAB IV
KESIMPULAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa Limbah pada industri mebel ada bermacam-macam, yaitu :
1. Potongan kayu dan serbuk gergaji
2. Limbah bahan finishing
3. Limbah kimia sekunder
Dan untuk mengurangi bahaya yang diakibatkan oleh limbah maka dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Pemanfaatan sebagai kayu bakar
2. Pemanfaatan sebagai bahan baku pupuk organik
3. Pemanfaatan sebagai bahan baku produksi etanol
5.2. SARAN
Dalam proses pembuatan kerajinan tangan berbahan limbah pabrik mebel sangatlah mudah dan sederhana, sehingga dapat dengan mudah diproduksi dalam jumlah yang banyak. Selama ini limbah pabrik mebel hanya dibuang atau dibakar karena dianggap sudah tidak bermanfaat, padahal limbah pabrik mebel mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual dan seni tinggi seperti hiasan perabotan rumah tangga, mainan anak dan lain - lain. Sehingga seharusnya harus dilakukan pengolahan lanjutan untuk limbah industri mebel. Dan sebisa mungkin kita harus menjaga lingkungan dengan memperkecil penggunaan limbah dengan cara 4R(Reuse,Recycle,Reduce dan Replace)
DAFTAR PUSTAKA
id.wikipedia.org/wiki/Mebe
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27068/4/Chapter%20I.pdf
e-journal.uajy.ac.id/4450/2/1EP17948.pdf