PERDARAHAN INTRAKRANIAL
Diajukan Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita
Disusun oleh : Angkatan Vb Silmy Salasabyla (1301030900) Ayu Rosmayanti Ester C Manurung Anis Zahara Nina herlina Lita Padilah Septiani Risa Virgianti (130103090075) Anita Nurhayati Siti Syahrozammuniro
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011
Perdarahan Intrakranial
Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dilaporkan angka berbeda-beda tentang insidensi PIN. Holt menemukan pada otopsi bayi-bayi lahir mati dan yang meninggal dalam 2 minggu pertama, 30% PI. Menurut Saxena 13,1% kematian perinatal oleh PI. Angka kematian PI pada bayi prematur 5x lebih tinggi daripada bayi cukup bulan. Perdarahan intrakranial pada neonatus (PIN) tidak jarang dijumpai. PIN mempunyai arti penting karena dapat menyebabkan kematian atau cacat jasmani dan mental. Perdarahan Intrakrania ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu. Sebabnya Perdarahan Intrakranial banyak. Sering Perdarahan Intrakranial tak dikenal/dipikirkan karena gejala-gejalanya tidak khas. Perdarahan Intrakranial meliputiPerdarahan epidural,Perdarahan subdural,Perdarahan subaraknoid, Perdarahan intraserebral/parenkim dan intraventrikuler. Penatalaksanaan dan penanggulangan Perdarahan Intrakranial Neontus masih kurang memuaskan. Untuk menurunkan angka kejadian perdarahan intrakranial neonatus, usaha yang lebih penting ialah profilaksis seperti perawatan prenatal, pertolongan persalinan dan perawatan postnatal yang sebaik-baiknya. Pada umumnya prognosis perdarahan intrakranial neonatus tidak terlalu menggembirakan. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mempelajari materi Perdarahan Intrakranial. 1.2.2
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah : a) Dapat mengetahui tentang definisi perdarahan intrakranial. b) Dapat mengetahui tentang penyebab perdarahan intrakranial. c) Perdarahan Intrakranial
Dapat mengetahui tentang macam-macam perdarahan intrakranial. Page 2
d) Dapat mengetahui tentang penatalaksanaan perdarahan intrakranial.
1.3 Metode penulisan
Metode penulisan yang di pakai dalam penulisan makalah ini adalah dengan melakukan studi pustaka dan browsing di internet.
Perdarahan Intrakranial
Page 3
BAB II ISI MATERI 2.1 DEFINISI
Perdarahan intracranial mengacu pada perdarahan yang terjadi didalam kepala atau tengkorak namun belum tentu didalam otak (intraserebral).
1
Perdarahan Intrakrania ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu. Sebabnya Perdarahan Intrakranial banyak. Sering Perdarahan Intrakranial tak dikenal/dipikirkan karena gejala-gejalanya tidak khas.
(2)
Perdarahan intrakranial adalah perdarahan yang tiba-tiba dalam jaringan otak merupakan bentuk yang menghancurkan pada stroke hemmorage dan dapat terjadi pada semua umur dan juga akibat trauma kepala seperti kapitis, tumor otak,dll. jadi perdarahan intrakranial adalah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu. Sebabnya Perdarahan Intrakranial banyak. Sering Perdarahan Intrakranial tak dikenal/dipikirkan karena gejala-gejalanya tidak khas 2.2 ETIOLOGI
Penyebab utama dari perdarahan intrkranial adalah trauma. Faktro predisposisi yang dapat meningkatkan kejadian perdarahan intracranial diantaranya; 1. Bayi premature. Bayi premature akan lebih sensitif terhadap trauma. 2. Ekstraksi pada bokong. Dimana persalinan dengan kejadian after-coming head mendapatkan penanganan yang menyebabkan terjadinya persalinan dengan singkat atau penuh dengan intervensi. 3. Partus presipitatus, dimana terdapat kompresi yang tiba-tiba terhadap kepala bayi. Perdarahan Intrakranial
Page 4
4. Persalinan sulit atau persalinan lama dimana terjadi molase yang begitu kuat pada kepala. 5. Persalinan dengan alat. 6. Terdapat disproporsi cepalopelvik 7. Presentasi abnormal 8. Kekerasan terhadap bayi Bayi yang premature dan persalinan lama menunjukan insiden perdarahan intracranial lebih sering terjadi. 2.3 PATOGENESIS
Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/ robekan pembuluh- pembuluh darah intrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran,faktor dasar ialah prematuritas; pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih embrional dengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk huruf U. Sehingga mudah sekali terjadi kerusakan bila ada faktor- faktor pencetus (hipoksia/iskemia). Keadaan ini terutama terjadi pada perdarahan intraventrikuler/periventrikuler. Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena meningika media antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus. Tetapi perdarahan subdural merupakan jenis PIN yang banyak dijumpai pada BCB. Di sini perdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan rongga subdural dengan sinus-sinus pada duramater. Perdarahan subdural lebih sering pada Bayi Cukup Bulan daripada Bayi Kurang Bulan sebab pada Bayi Kurang Bulan vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahan dan membentuk hematoma subdural. Pada robekan tentorium serebeli atau vena galena dapat terjadi hematoma retroserebeler. Gejala-gejala dapat timbul segera dapat sampai berminggu-minggu, memberikan gejala gejala kenaikan tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam bidang obstetri, insidensi perdarahan subdural sudah sangat menurun. Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yang biasanya ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid
dapat
Perdarahan Intrakranial
dibuktikan
dengan
fungsi
likuor.
Pada
perdarahan Page 5
intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang pada neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat (kecelakaan) Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersama perdarahan intraserebral yang disebut perdarahan periventrikuler. Dari semua jenis Perdarahan Intrakranial Neonatus, perdarahan periventrikuler memegang peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnya tinggi pada bayi prematur. Sekitar 75 – 90% perdarahan peri ventrikuler berasal dari jaringan subependimal germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral. Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena. Bertambahnya aliran darah ini, meninggikan tekanan pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyaman kapiler sehingga mudah ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkan perdarahan intraventrikuler. Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibat pemberian natrium bikarbonat yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapat meninggikan tekanan darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah. 2.4 KLASIFIKASI
Terdapat empat tipe perdarahan intracranial yang dapat dialami oleh bayi. Diantaranya; perdarahan subdural, perdarahan epidural, perdarahan intraserebral dan perdarahan periventrikuler-intraventikuler (PVH-IVH). PVH-IVH adalah perdarahan intracranial yang paling sering terjadi. 1. Perdarahan subdural. Hemoragi subdural mungkin sekali selalu disebabkan oleh trauma kapitis walaupun mungkin traumanya tak berarti. Yang sering berdarah ialah ³bridging veins´, karena tarikan ketika terjadi pergeseran rotatorik pada otak. Perdarahan subdural paling sering terjadi pada permukaan lateral dan atas hemisferium dan sebagian di daerah temporal sesuai dengan bridging veins. Karena perdarahan subdural sering oleh perdarahan vena, maka darah yang terkumpul berjumlah hanya 100 sampai 200 cc saja. Gejala-gejala tersebut bias berupa kesadaran yang menurun, ´ organic brain syndrome´, hemiparesis ringan, hemihipestesia, adakalanya epilepsi fokal
dengan adanya tanda-tanda papiledema. Perdarahan subdural pada bayi baru lahir
Perdarahan Intrakranial
Page 6
biasanya terjadi karena trauma yang disebabkan adanya disproporsi sepalopelvik, presentasi abnormal, partus presipitatus dan persalinan dengan intervensi alat.
2. Perdarahan epidural Akibat trauma krapitis tengkorak (retak). Fraktur yang paling ringan ialah fraktur linear. Jika gaya destruktifnya lebih kuat, bisa timbul fraktur yang berupa bintang (stelatum), atau fraktur impresi yang dengan kepingan tulangnya menusuk ke dalam ataupun fraktur yang merobek dura dan sekaligus melukai jaringan otak (laserasio). Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran yang menurun secara progresif. Pupil pada sisi perdarahan pertama-tama sempit, tetapi kemudian menjadi lebar dan tidak bereaksi terhadap penyinaran cahaya. Gejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan tahap- tahap disfungsi rostrokaudal batang otak. Pada tahap kesadaran sebelun stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparesis atau seranagan epilepsi fokal. Perdarahan epidural lebih sering terjadi pada bayi dimana tingginya <4 kaki
dimana
pusat
dari
gravitasi
tubuhnya
terdapat
pada
kepala
dan
kecenderungan untuk jatuh dengan kepala terlebih dahulu.
3. Perdarahan intraserebral Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang berupa hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja. Perdarahan semacam itu sering terdapat di lobus frontalis dan temporalis. Jika penderita dengan perdarahan intra serebral luput dari kematian, perdarahannya akan direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini bisa menimbulkan manifestasi neurologic sesuai dengan fungsi bagian otak yang terkena.
4. Perdarahan periventrikuler-intraventikuler
Perdarahan Intrakranial
Page 7
Karena matriks germinal (daerah dengan vaskularisasi tinggi berbatasan dengan daerah vebtrikel otak) ada sampai kehamilan ± 35 minggu, perdarahan periventrikuler-intraventikuler umum terjadi pada bayi-bayi kurang bulan. Pada saat perdarahan keluar melalu matriks germinal dan masuk ke system ventrikulear, disebut perdarahan intraventikuler (IVH).
IVH ringan jika tidak ada pelebaran ventrikel.
IVH sedang jika ventrikel melebar.
IVH berat jika perdarahan meluas ke parenkim otak.
Perdarahan sedang dan berat disertai dengan peningkatan insidesn kesakitan dan kematian. Banyak yang akan mengalami hidrosefalus pasca perdarahan dalam waktu 2-3 minggu sejak perdarahan semula. Beberapa kasus
hidrosefalus akan sembuh spontan, sedangkan yang lain memerlukan tindakan drainase. Penundaan perkembangan atau deficit neurologis atau keduanya akan terjadi pada dua pertiga bayi dengan IVH sedang dan berat. 2.5 Gambaran Klinik
Gejala-gejala Perdarahan Intrakranial Neonatus tidak khas, dan umumnya sukar didiagnosis jika tidak didukung, oleh riwayat persalinan yang jelas. Gejala-gejala berikut dapat ditemukan :
Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekananintrakranial, misalnya pada perdarahan subaraknoid.
Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable,twitching, opistotonus. Gejala-gejala ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahan subdural , kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.
Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, refleks cahaya lambat sampai negatif.Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus dan eksoftal-mus.
Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajatperdarahan dan kerusakan susunan saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan normal/takipnea dan sianosis intermiten.
Perdarahan Intrakranial
Page 8
Cephalic cry (menangis merintih).
Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular (snake like flicking of the tongue) menunjukkan perdarahan yang luas dengan
kerusakan pada korteks
Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bila perdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama, tonus otot akan segera pulih kembali. Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditas akan berubah menjadi spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnya kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak (monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.
Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan: 1. Gangguan kesadaran (apati, somnolen, sopor atau koma), 2. Tidak mau minum, 3. Menangis lemah, 4. Nadi lambat/cepat. 5. Kadang-kadang ada hipotermi yang menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada bayi prematur yang 24 – 48 jam sebelumnya menderita asfiksia, maka Pencegahan Infeksi dapat dipikirkan. Berdasarkan perjalanan klinik, Perdarahan Intrrakranial Neonatus dapat dibedakan 2 sindrom : 1. Saltatory Syndrome Gejala
klinik
dapat
berlangsung
berjam-jam/berhari-hari
yang
kemudian
berangsur-angsur menjadi baik. Dapat serabuh sempurna tetapi biasanya dengan gejala sisa. 2. Catastrophic Syndrome .
Gejala klinik makin lama makin berat, berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam dan akhirnya meninggal. 2.6 DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Perdarahan Intrakranial
Page 9
1. Penilaian
fisik
dimulai
dengan
pemeriksaan
―ABCDE‖— airway,
breathing, circulation, disability dan exposure.
Ketidakstabilan jalan nafas dapat menjadi penyebab maupun efek dari trauma kepala.
Monitoring tanda vital adalah hal yang penting bagi perawatan lanjutan.
Mengenali dan mengontrol tanda syok adalah hal yang penting bagi perfusi yang cukup pada CNS ( central nervous system).
Syok hipovolemik jarang terjadi pada trauma dalam kepala, jika syok terjadi, cari kemungkinan sumber perdarahan lain.
2. Pemeriksaan neurologic harus berfokus pada level dari kesadaran, temuan akan tanda-tanda neurologis yang abnormal, ukuran dan reaksi pupil.
level dari kesadaran adalah indicator terbaik dari insufisiensi oksigenasi pada otak.
Perubahan pupil dapat mengindikasikan herniation syndrome.
3. Secara hati-hati memeriksa mata untuk melihat adanya papiledema dan perdarahan retina. 4. Kepala harus diperiksa secara hati-hati, carilah tanda-tanda berikut:
laserasi pada tempurung kepala.
Ketegangan saat melakukan palpasi kepala.
Pelebaran pada fontanel anterior bayi.
Fraktur pada basilar kepala, dengan cirri-ciri:
Perdarahan periorbital ( raccoon eyes)
Ekimosis pada belakang telinga ( battle`s sign)
Perdarahan dari hidung atau telinga
5. Bayi baru lahir dengan perdarahan intracranial yang diasosiasikan dengan trauma saat persalinan akan menimbulkan beberapa gejala, diantaranya;
Perdarahan Intrakranial
Apnea
Mual
Kejang
Page 10
2.7 PENGOBATAN
Secara konservatif
Tekanan darah diusahakan stabil dan terkontrol agar levelnya relatif tinggi pada penderita perdarahan otak. Harus dihindari penurunan yang berlebihan karena dapat menurunkan perfusi jaringan otak.
Pemberian osmotik diuretik dikombinasi dengan beta adrenergik blocker digunakan untuk kontrol tekanan darah dan membantu mengurangi tekanan dalam otak atau intracranial pressure.
Hiperventilasi atau barbiturat dapat juga digunakan, walaupun kurang efektif.
Hiperventilasi
efeknya
sementara
sedangkan
barbiturat
mengurangi fungsi neurologis; keduanya ini cenderung menyebabkan hipotensi.
Kortikosteroid masih digunakan oleh beberapa petugas kesehatan dimana bertujuan menurunkan tekanan intra kranial dengan kontrol edema; walaupun pada percobaan klinis obat ini tidak efektif dan menambah resiko terjadinya komplikasi.
2.8 PENATALAKSANAAN
2.8.1
PENATALAKSANAAN OLEH BIDAN Diusahakan tindakan dibatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebih parah . Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2. Perlu diobservasi secara cermat: 1. Suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis. 2. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik 3. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02. 4. Bayi letak dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan larings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral. 5. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan.
Perdarahan Intrakranial
Page 11
6. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5 – 10%) dan NaCl 0,9% 4:1 atau glukosa 5 – 10%dan Nabik 1,5% 4:1. 2.8.2
PENATALAKSANAAN OLEH DOKTER 1. Pemberian obat-obatan : Valium/luminal bila ada kejang-kejang.Dosis valium 0,3 – 0,5 mg/kgBB, tunggu 15 menit, kalau belum berhenti diulangi dosis yang sama; kalau berhenti diberikan luminal 10 mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya. Kortikosteroid
berupa
deksametason
0,5 – 1
mg/kgBB/24
jam
yang
mempunyai efek baik terhadap hipoksia dan edema otak. Antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi yang berlebihan. 2. Tindakan bedah darurat :
Bila perdarahan/hematoma epidural walaupun jarang dilakukan explorative Burrhole dan bila positif dilanjutkan dengan kraniotomi, evakuasi hematoma
dan hemostasis yang cermat .
Pada
perdarahan/hematoma
subdural,
tindakan
explorative
burrhole
dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksi aliran likuor, dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan. 2.9 PROGNOSIS
Karena kemajuan obstetri, Perdarahan Intrakranial Neonatus oleh trauma kelahiran sudah sangat berkurang. Mortalitas Perdarahan Intrakranial Neonatus non traumatik 50 – 70%. Prognosis Perdarahan Intrakranial Neonatus bergantung pada lokasi dan luasnya perdarahan, Perdarahan Intrakranial
Page 12
umur kehamilan, cepatnya didiagnosis dan pertolongan. Pada perdarahan epidural terjadi penekanan pada jaringan otak ke arah sisi yang berlawanan, dapat terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang otak. Keadaan ini dapat fatal bila tidak men dapat pertolongan segera. Pada penderita yang tidak meninggal, dapat disertai spastisitas, gangguan bicara atau strabismus. Kalau ada gangguan serebelum dapat terjadi ataksi serebeler. Perdarahan yang meliputi batang otak pada bagian formasi retikuler, memberikan sindrom hiperaktivitet. Pada perdarahan subdural akibat trauma, menurut Rabe dkk, hanya 40% dapat sembuh sempurna setelah dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau tindakan bedah. Perdarahan subdural dengan hilangnya kesadaran yang lama, nadi cepat, pernapasan tidak teratur dan demam tinggi, mempunyai prognosis jelek. Pada perdarahan intraventrikuler, mortalitas bergantung pada derajat perdarahan.
Pada derajat 1 – 2 (ringan-sedang), angka kematian 10 – 25%, sebagian besar sembuh sempurna, sebagian kecil dengan sekuele ringan.
Pada derajat 3 – 4 (sedang-berat), mortalitas 50 – 70% dan sekitar 30% sembuh dengan sekuele berat. Sekuele dapat berupa cerebral palsy, gangguan bicara, epilepsi, retardasi mental dan hidrosefalus. Hidrosefalus merupakan komplikasi paling sering (44%) dari perdarahan periventrikuler
Perdarahan Intrakranial
Page 13
BAB III KESIMPULAN
Perdarahan Intrakranial adalah perdarahan di dalam tulang tengkorak. Perdarahan bisa terjadi di dalam otak atau di sekeliling otak:
Perdarahan yang terjadi di dalam otak disebut perdarahan intraserebral
Perdarahan diantara otak dan rongga subaraknoid disebut perdarahan subaraknoid
Perdarahan diantara lapisan selaput otak ( meningen) disebut perdarahan subdural
Perdarahan diantara tulang tengkorak dan selaput otak disebut perdarahan epidural.
Setiap perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel-sel otak. Ruang di dalam tulang tengkorak sangat terbatas, sehingga perdarahan dengan cepat akan menyebabkan bertambahnya tekanan dan hal ini sangat berbahaya. Penyebab perdarahan Intrakranial ini bisa karena cedera kepala merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada penderita perdarahan intrakranial yang berusia dibawah 50 tahun. Penyebab lainnya adalah malformasi arteriovenosa, yaitu kelainan anatomis di dalam arteri atau vena di dalam atau di sekitar otak. Malformasi arteriovenosa merupakan kelainan bawaan, tetapi
baru diketahui keberadaannya jika telah menimbulkan gejala. Perdarahan dari malformasi arteriovenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan pingsan dan kematian, dan cenderung menyerang remaja dan dewasa muda. Kadang dinding pembuluh darah menjadi lemah dan menonjol, yang disebut dengan aneurisma. Dinding aneurisma yang tipis bisa pecah dan menyebabkan perdarahan. Aneurisma di dalam otak merupakan penyebab dari perdarahan intrakranial, yang bisa menyebabkan stroke hemoragik (stroke karena perdarahan).
Perdarahan Intrakranial
Page 14
DAFTAR PUSTAKA
1. Garfunkel, C Lynn, et al. 2002. Mosby`s pediatric clinical advisor: instant diagnosis and treatment. Elsevier Helath Sciences. 2. Snell R. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 5th ed. Jakarta: EGC; 2005. p.397 3. Ropper A, Brown R. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9th ed. USA: The McGraw-Hill Company; 2005. p.404-8. 4.
Mealy J. Infantile Subdural Hematomas. The Ped Clinics North Am. 1975; 22: 433-5
Perdarahan Intrakranial
Page 15