PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR MINUM DI KOTA SANGGAU Syarifah Melly Maulina1) Abstrak Kota Sanggau merupakan kota yang berpotensi untuk berkembang yang memerlukan perbaikan sarana dan prasarana, antara lain dalam penyediaan air bersih. Perencanaan ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan air masyarakat di Kota Sanggau, menganalisis ketersediaan dan kualitas Sumber Air Riam Engkuli serta menentukan pengolahan yang tepat, membuat rencana intake, jalur pipa tranmisi serta reservoir. Perencanaan yang dilakukan mencakup survei topografi dengan GPS, analisis kuantitas air dengan memprediksi laju kebutuhan air domestik dan non-domestik, analisis kualitas air dengan pengujian sampel air secara in-situ dan ex-situ, analisis ketersediaan air sumber air baku Mandi Bintang dengan metode Mock, perhitungan debit andalan 99% dengan cara Weibull, serta menganalisis jaringan pipa transmisi menggunakan program EPANET 2.0. Hasil pengujian menunjukkan kualitas sumber air baku Riam Engkuli sesuai baku mutu sebagai air baku, air bersih dan air minum, tapi warna masih tidak sesuai, sehingga dilakukan penurunan warna hingga bersih dan aman bagi kesehatan. Unit pengolahan terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Ditinjau dari segi kuantitas, sumber air baku Riam Engkuli dapat mencukupi seluruh kebutuhan air bersih masyarakat Kota Sanggau yang pada tahun 2028 sebesar 162,3 liter/detik dengan kebutuhan jam puncak sebesar 284,1 liter/detik. Dari perhitungan debit andalan probabilitas 99% diperoleh debit sebesar 993,70 liter/detik. Hasil debit terukur di lapangan sebesar 908,5 liter/detik. Dari segi kontinuitas, dapat dikatakan bahwa sumber air ini selalu mengalir dan memenuhi kebutuhan air bersih sepanjang tahun. Dengan metoda Mock, diperoleh debit terendah terjadi pada bulan September sebesar 182,6 liter/detik dan debit tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 1847,5 liter/detik. Hasil desain teknis diperoleh panjang jalur pipa transmisi (jarak intake ke reservoir) 270 m menggunakan pipa HDPE 6 sepanjang 155,2 m dan 8 sepanjang 114,61 m, letak intake berada pada ketinggian +60 dpl, digunakan jenis ground reservoir berukuran 24242 m dengan kapasitas 1152 m3 yang terletak pada ketinggian +53 dpl. Sistem pengaliran menggunakan dua pompa, satu pompa yang digunakan dan satu sebagai cadangan. Pembangunan reservoir direncanakan per tahap di mana reservoir pertama terbuat dari beton berukuran 10102 m yang akan melayani desa-desa yang terdekat dengan sumber air. Kata-kata kunci: perencanaan penyediaan air minum,kota sanggau, kualitas, kuantitas, ketersediaan air
1.
PENDAHULUAN
Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kalimantan Barat. (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1959, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 820). Sedangkan berdasarkan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2003,
Kabupaten Sanggau yang merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Barat pada awalnya mempunyai luas wilayah 18.302 km² berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 1959 tentang Penetapan
1) Alumnus Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
223
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 12 NOMOR 2 – DESEMBER 2012
tanggal 18 Desember 2003, tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat, Kabupaten Sanggau dimekarkan menjadi dua, yakni Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau, dengan luas wilayah baru 12.857,70 km² atau 8,76% dari luas daerah Provinsi Kalimantan Barat (146.807 km²) (BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2011).
banyak dari kecamatan yang ada merupakan daerah perbatasan. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan sarana dan prasarana yang ada salah satunya yaitu sarana dan prasarana dalam penyedian air bersih. Air merupakan salah satu kebutuhan pokok mahkluk hidup yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai pemenuhan konsumsi air minum, juga digunakan untuk keperluan dalam segala bidang, di antaranya pertanian, perikanan, industri, transportasi dan lain-lain. Mengingat kegunaannya yang begitu besar maka manusia harus memanfaatkan air yang merupakan salah satu sumber daya alam tersebut dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk mencari daerah-daerah sebagai sumber air baku yang baru yang dapat dimanfaatkan di Kota Sanggau, karena sumber air baku yang dimanfaatkan masyarakat di Kota Sanggau saat ini terindikasi tercemar akibat adanya aktivitas yang menganggu kualitas air seperti aktivitas domestik rumah tangga, PETI (Pertambangan Emas Tanpa Izin), kegiatan pembukaan lahan untuk kegiatan perkebunan, penambangan pasir, dan aktivitas lainnya.
Dari kelanjutan Undang-Undang tersebut maka Kabupaten Sanggau yang sebelumnya dibagi atas 22 kecamatan, setelah pemekaran mempunyai wilayah yang baru dengan 15 kecamatan. Berdasarkan SK Gubernur Nomor 353 terdapat 226 desa di Kabupaten Sanggau sebelum pemekaran, tahun 1994 bertambah satu desa di Kecamatan Kembayan dan pada akhir tahun 1997 bertambah lagi sebanyak tujuh desa yang masing-masing pada Kecamatan Meliau 3 desa, Mukok 2 desa, Kapuas 2 desa, sehingga jumlah desa di Kabupaten Sanggau berjumlah 235 desa dan 6 kelurahan. Sejak tahun 1998 hingga tahun 2003 jumlah desa bertambah menjadi 241 desa berdasarkan SK Gubernur. Setelah terjadi pemekaran tahun 2004 jumlah desa di Kabupaten Sanggau berjumlah 165 desa. Berdasarkan Keputusan Bupati Sanggau Nomor 32 Tahun 2004 jumlah desa menjadi 166 desa setelah Desa Penyelimau Jaya dimekarkan menjadi Penyelimau Jaya dan Tapang Dulang di Kecamatan Kapuas. (BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2011).
Saat ini di wilayah Kota Sanggau memang sudah ada sistem penyediaan air bersih, namun kondisi existing belum optimal, karena sebagian merupakan hasil swadaya masyarakat berupa sistem pendistribusian air bersih yang belum dilengkapi dengan sistem pengolahan dan sistem distribusi yang belum dapat menjangkau seluruh masyarakat.
Kota Sanggau merupakan kota yang berpotensi untuk berkembang di mana 224
Perencanaan Penyediaan Air Minum di Kota Sanggau (Syarifah Melly Maulina)
Tabel 1. Jumlah penduduk Kecamatan Kapuas tahun 2000-2007
Dengan pertimbangan untuk lebih mengoptimalkan sistem penyediaan air minum di Kota Sanggau maka dilakukan penelitian yang merupakan suatu bentuk studi perencanaan sistem penyediaan air minum yang sesuai dengan PP No 16/2005 dengan memanfaatkan Riam Engkuli sebagai sumber air bersih bagi masyarakat di Kota Sanggau.
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Tujuan perencanaan ini adalah: a) Analisis kebutuhan air masyarakat di Kota Sanggau b) Analisis ketersediaan sumber air Riam Engkuli c) Analisis kualitas sumber air Riam Engkuli serta pengolahannya d) Membuat rencana intake, jalur pipa transmisi serta reservoir menggunakan program EPANET 2.0. 2.
a) Data penampang sungai Pada bulan Mei 2012, dilakukan survei lapangan untuk mengumpulkan data penampang sungai yaitu L (lebar airan) dan h (kedalaman aliran). Pengukuran dilakukan menggunakan meteran.
METODE PENELITIAN
b) Data kecepatan aliran rata-rata Pengukuran dilakukan pada ¼L, ½L, dan ¾L (Gambar 1) dengan kedalaman 0,2h, 0,6h, dan 0,8h. Pengukuran dilakukan pada kondisi 'pulang dan pergi', menggunakan current meter flowatch.
Teknik pengumpulan data meliputi:
2.
Jumlah 67.294 67.716 68.419 70.401 72.329 74.173 78.768 80.773 512.579
Yang merupakan data primer adalah:
Lokasi pelaksanaan adalah di Kecamatan Kapuas di mana sumber air baku yang ditinjau yaitu sumber air baku Riam Engkuli yang terdapat di Desa Bunut, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
1.
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata
Pengumpulan data primer di lapangan dengan melakukan observasi lapangan (pengamatan langsung) dan wawancara dengan masyarakat di setiap kecamatan.
c) Data aksesibilitas sumber air baku Pengumpulan data aksesibilitas untuk mengetahui jarak sumber air baku ke desa terdekat dan waktu tempuh menuju sumber air baku tersebut serta mengukur data elevasi, koordinat lokasi studi dengan menggunakan GPS GARMIN 60 CSx.
Pengumpulan data sekunder dari instansi-instansi yang terkait dengan perencanaan ini seperti PU, BPS, dan sebagainya. 225
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 12 NOMOR 2 – DESEMBER 2012
Tabel 2. Data pengukuran debit lapangan sumber air baku Riam Engkuli
Pias T
B
D T Pias pias 0,2 pias (cm)
1 6,1 4,5 2 3
D 0,6
V pulang 0,8
RataRatarata 0,2 0,6 0,8 0,2 0,6 0,8 rata
¼ 0,48 0,096 0,288 0,384 0,1 0,3 0,3 0,3 0,1 0,1 0,3 0,1 ½ 0,5 0,1 0,3 0,4 0,1 0,3 0,5 0,3 0,1 0,3 0,3 0,3 ¾ 0,6 0,12 0,36 0,48 0,5 0,5 0,7 0,5 0,3 0,5 0,7 0,3 Total 0,37 0,23 Q pulang 0,11 Q pergi 0,7 3 Q = 0,91 m /detik
Balai Wilayah Sungai Kalimantan I Kalimantan Barat Ditjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum; data curah hujan tahun 1982-2010 SGU-01 Sanggau, SC-04 Sanggau dan SC-01 Kembayan; serta data iklim tahun 1982 – 2009 stasiun SC-01 Kembayan.
Gambar 1. Pengukuran kecepatan ratarata Riam Engkuli
b)
Data statistik, yaitu data kependudukan, data kondisi umum wilayah peneli-tian, data jumlah sarana dan prasarana di lokasi studi serta jumlah akomodasi yang terdapat di kecamatan Kapuas, data didapat dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat.
c)
Peta, yaitu peta tata guna lahan, peta kawasan hutan dan peta kawasan wisata Pancur Aji yang didapat dari Bappeda Kabupaten Sanggau.
d)
Data geografi yaitu data sungai yang ditinjau pada lokasi tersebut.
d) Pengumpulan data mekanika tanah Pengumpulan data mekanika tanah dilakukan dengan pengambilan sampel tanah yang kemudian dianalisis di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. Yang merupakan data sekunder adalah: a)
V pergi
Data hidrologi, yaitu data klimatologi (suhu, penyinaran matahari, kelembapan nisbi, kecepatan angin) dari 226
Perencanaan Penyediaan Air Minum di Kota Sanggau (Syarifah Melly Maulina)
e)
3.
Data pengukuran kualitas air dari pekerjaan terdahulu tahun 2007 yang diuji di unit Laboratorium Kesehatan Pontianak.
3.1
Kumpulkan data penduduk dalam beberapa kurun waktu terakhir.
2)
Lakukan perhitungan mundur jumlah penduduk untuk tiap metode (metode aritmatik, geometrik dan least square).
3)
Hitung koefisien korelasi dari hasil perhitungan mundur terhadap data penduduk.
4)
Pilih metode proyeksi jumlah penduduk berdasarkan metode yang memiliki koefisien korelasi paling mendekati 1.
5)
Proyeksikan perkembangan penduduk sampai dengan tahun yang diinginkan.
6)
Lakukan perhitungan kebutuhan air penduduk baik domestik maupun non-domestik berdasarkan data-data sarana dan prasarana yang ada saat ini dan lakukan asumsi untuk perkiraan pertambahan sarana ke depan.
Analisis Kebutuhan di Kota Sanggau
Kebutuhan air bersih suatu daerah pelayanan terdiri dari kebutuhan domestik dan non-domestik, di mana kebutuhan domestik mencakup rumah tangga dan hidran umum sedangkan kebutuhan non-domestik meliputi kebutuhan komersial perkantoran, industri dan lain-lain. Untuk mengetahui besarnya kebutuhan air maka yang pertama kali dilakukan adalah memproyeksikan jumlah penduduk dengan menggunakan tiga metode yaitu, metode aritmatik, geometrik dan least square. Ketiga metode tersebut kemudian diuji metode mana yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya.
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan air dilakukan sebagai berikut: 1)
PEMBAHASAN
Metode terpilih adalah metode yang memiliki koefisein korelasi yang paling besar atau mendekati nilai 1. Metode tersebut selanjutnya digunakan untuk memproyeksikan jumlah penduduk yang bertujuan untuk memprediksi kebutuhan air penduduk. Hasil yang diperoleh yaitu metode least square. Dengan menggunakan data Tabel 1 maka jumlah penduduk diproyeksikan untuk 22 tahun ke depan yaitu sampai dengan tahun 2028. Untuk kebutuhan air domestik, dihitung berdasarkan jumlah penduduk, jumlah sambungan rumah, dan layanan hidran umum. Dari hasil perhitungan ini diperoleh kebutuhan air domestik pada tahun 2028 sebesar 110,893 liter/detik. Berdasarkan jumlah fasilitas pendidikan, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan, kantor pemerintahan, dan rumah makan diperoleh
Perhitungan ketersediaan air dilakukan dengan metode Mock, yang dimulai dengan perhitungan evapotranspirasi metode Penman modifikasi FAO (Sudirman, 1999). Distribusi air dihitung menggunakan program EPANET 2.0 (Rossman, 2000).
227
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 12 NOMOR 2 – DESEMBER 2012
kebutuhan air non-domestik sebesar 19,257 liter/detik, dan faktor jam puncak sebesar 1,75% yaitu 284,104 liter/detik. 3.2
pulang dan pergi, pengukuran panjang dan tinggi penampang yang pada akhirnya diperoleh nilai debit sumber air baku. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.
Ketersediaan Sumber Air Riam Engkuli
3.2.2 Kontinuitas Sumber Air Riam Engkuli
3.2.1 Kuantitas Sumber Air Riam Engkuli
Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, diperlukan suatu estimate (perkiraan) terhadap ketersediaan air dari sumber air baku yang ada. Dalam penelitian ini, ketersediaan air diprediksi dengan menggunakan metode Mock. Menurut Mock, input data untuk jumlah hujan rata-rata digunakan data hasil perhitungan analisis regional (Sudirman, 1999). Dari hasil perhitungan ini didapat debit andalan 99% seperti pada Gambar 2.
Debit andalan 99% (%)
Sebelum menghitung data kebutuhan air penduduk Kecamatan Kapuas dan data debit minimum sumber air baku sebagai penentuan kemampuan kontunuitas sumber, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap debit lapangan untuk mengetahui debit maksimum yang dimiliki oleh sumber air baku Riam Engkuli. Pengukuran data lapangan Riam Engkuli meliputi pengukuran kecepatan
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
184,75 166,98 117 111,54
99,37 70,86
42,83
55,02 37,51 34,79
18,26 25,42
Gambar 2. Grafik probabilitas 99% debit andalan air terjun Riam Engkuli 228
Perencanaan Penyediaan Air Minum di Kota Sanggau (Syarifah Melly Maulina)
Gambar 3. Skema pengolahan air bersih Riam Engkuli
Dari segi kontinuitas, dapat dikatakan bahwa sumber air ini selalu mengalir dan memenuhi kebutuhan air bersih sepanjang tahun. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode Mock, diketahui bahwa debit terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 182,6 liter/detik dan debit tertinggi terjadi pada bulan November yaitu sebesar 1847,5 liter/detik.
dibubuhkan bubuk kaolin, bentonite atau lumpur setempat yang berguna untuk memperberat flok. Waktu flokulasi dan sedimentasi lebih lama dibanding air tidak berwarna. Lihat skema pengolahan Instalasi Pengolahan Air Bersih Riam Engkuli pada Gambar 3. 3.2.4 Rencana Intake, Jalur Pipa Transmisi serta Reservoir dengan Menggunakan Program Epanet 2.0
3.2.3 Analisis Kualitas Sumber Air Riam Engkuli
Pada perencanaan penyediaan air di Riam Engkuli, intake yang digunakan adalah tembok pengumpul aliran dari beton dengan penyaring kasar dan pipa intake. Intake bendung memiliki fungsi meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan atau bisa juga meletakkan pipa pada tengah bendungan. Air yang ditampung di dalam bendungan ini dipergunakan untuk keperluan kebutuhan air domestik. Kelebihan dari sebuah bendungan yaitu dengan memiliki daya tampung tersebut, sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat
Dilihat dari kualitas air maka direkomendasikan pengolahan yang sesuai untuk pengolahan air baku Riam Engkuli untuk dijadikan air minum dengan kualitas sesuai dengan peraturan dalam Kepmen No. 492/2010. Pengolahan ini dipilih berdasarkan parameter yang melebihi batas baku mutu, yang mana diketahui bahwa air sungai tersebut memiliki tingkat warna yang tidak sesuai dengan baku mutu. Oleh karena itu, direncanakan sistem pengolahan sebagian. Air baku dengan tingkat warna yang tinggi dapat diolah hanya dengan pengolahan koagulasi-flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Pada pengolahan ini diperlukan koagulan lebih banyak dan lebih baik jika 229
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 12 NOMOR 2 – DESEMBER 2012
disimpan dalam waduk dan baru dilepas mengalir ke dalam sungai lagi di hilirnya sesuai dengan kebutuhan saja pada waktu yang diperlukan.
EPANET 2.0. Dari hasil running program didapat desain teknis seperti berikut:
Letak intake di Riam Engkuli direncanakan pada aliran sungai dengan ketinggian +46 m, sedangkan IPA dan reservoir direncanakan pada lokasi dengan ketinggian +53 m yang berjarak 312 m dari intake.
Setelah dilakukan beberapa analisis alternatif jalur, dipilih jalur pipa transmisi mengikuti jalan sekitar Riam Engkuli, dikarenakan perbedaan panjang pipa dari jembatan pipa dan jaringan mengikuti jalan hanya sekitar 12,82 m, serta pembuatan pipa tranmisi dengan model jembatan pipa jauh lebih beresiko untuk patah dan memerlukan pemeliharan yang lebih intensif serta lebih rumit pada segi konstruksi pipa. Pipa ditanam sedalam 100 cm di bawah tanah di mana pipa terletak di bawah jalan. Pipa yang digunakan yaitu pipa HDPE dengan alasan: 1.
Harga pipa HDPE lebih ekonomis dibandingkan dengan pipa besi.
2.
Bersifat food grade sehingga aman bagi kesehatan.
3.
Tahan hingga 16 bar bahkan di atas 20 bar dengan design khusus.
4.
Jaminan pabrik 50 tahun pemakaian.
5.
Lentur dan mudah menyesuaikan dengan kontur tanah, sehingga sering pula disebut pipa antigempa.
4.
Debit pada jaringan pipa sebesar 284,1 liter/detik berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan jam puncak masyarakat Kota Sanggau. Panjang pipa transmisi yang direncanakan dari sumber hingga reservoir adalah 269,81 m 270 m. Pipa transmisi rencana terdiri pipa 6 inci dan pipa 8 inci. Pipa transmisi rencana 6 inci panjang 155,2 m dan 8 inci panjang 114,61 m. Velocity (kecepatan pengaliran) sebesar 1,6 m/s. Pressure rata-rata sebesar 20,07 mm, Pressure akhir sumber air Riam Engkuli pada titik RSVR yaitu 10,9 m. Unit head loss maksimum 15,60 m/km. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Rencana sistem untuk memenuhi kebutuhan air bersih harus memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yaitu: a. Dari hasil uji analisa kualitas air untuk semua parameter yang diuji terlihat bahwa kualitas sumber air baku Riam Engkuli sesuai baku
Pada Gambar 4 digambarkan jaringan pipa dengan menggunakan program 230
Perencanaan Penyediaan Air Minum di Kota Sanggau (Syarifah Melly Maulina)
Gambar 4. Jaringan pipa dengan menggunakan EPANET 2.0
mutu sebagai air baku, air bersih dan air minum, Namun pada parameter warna yang dilakukan masih tidak sesuai baku mutu, untuk itu dilakukan pengolahan untuk penurunan warna agar air sesuai dengan baku mutu sehingga bersih dan aman bagi kesehatan untuk konsumsi air minum.
c. Ditinjau dari segi kuantitas, sumber air baku Riam Engkuli dapat mencukupi seluruh kebutuhan air bersih masyarakat Kota Sanggau, Total kebutuhan air bersih penduduk Kota Sanggau Tahun 2028 sebesar 162,3 liter/detik dengan kebutuhan jam puncak sebesar 284,1 liter/detik, Debit yang didapat dari perhitungan debit andalan probabilitas 99% sebesar 993,70 liter/detik dan hasil debit terukur dilapangan sebesar 908,5 liter/detik.
b. Dari hasil uji tersebut maka diperlukan pengolahan sebagian agar air baku sesuai dengan baku mutu air minum, unit pengolahan yang dilakukan yaitu terdiri dari koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi.
d. Dari segi kontinuitas, dapat dikatakan bahwa sumber air ini selalu mengalir dan memenuhi 231
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 12 NOMOR 2 – DESEMBER 2012
kebutuhan air bersih sepanjang tahun, Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metoda Mock, diketahui bahwa debit terendah jatuh pada bulan September yaitu sebesar 182,6 liter/detik dan debit tertinggi jatuh pada bulan November yaitu sebesar 1847,5 liter/detik.
sumber air, dengan kapasitas reservoir sebesar 10m 10m 2m, terbuat dari beton. Daftar Pustaka BPS Provinsi Kalimantan Barat. 2011. KCDA BPS Kecamatan Kapuas. Pontianak. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
2. Desain teknis yang diperoleh dari data hasil survei lapangan dan perhitungan pada perencanaan ini yaitu: a. Panjang jalur pipa transmisi (jarak intake ke reservoir) yaitu 270 m.
Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
b. Letak intake yaitu berada pada ketinggian +60 dpl sedangkan letak reservoir yaitu pada ketinggian +53 dpl.
Rossman, Lewis A. 2000. Epanet 2 User Manual. United States: United States Environmental Protection Agency.
c. Panjang pipa transmisi yang digunakan yaitu 270 m, Jenis pipa yang digunakan pada perencanaan ini adalah pipa HDPE dengan diameter pipa 6 inci dan 8 inci. Panjang pipa transmisi rencana 6 inci adalah 155,2 dan panjang pipa transmisi rencana 8 inci yaitu 114,61 m.
Sudirman, Diding, 1999. Penerapan Metoda Mock untuk Menghitung Debit Andalan di Sub Daerah Pengaliran Sungai Citarum Hulu. Tugas Akhir Sarjana. Bandung: Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung.
d. Sistem pengaliran dengan menggunakan 2 pompa, 1 pompa yang digunakan dan 1 sebagai cadangan. e. Jenis reservoir yang digunakan adalah ground reservoir. Kapasitas reservoir adalah 1152 m3 dengan ukuran plt sebesar 24m 24m 2m. Namun, pembangunan reservoir direncanakan per tahap di mana reservoir pertama melayani desa-desa yang terdekat dengan 232