1
PERITONITIS (RADANG SELAPUT RONGGA PERUT)
PENDAHULUAN
Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel – sel, dan pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada abdomen, konstipasi, muntah, dan demam peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada peritoneum
.
(1)
Perito Peritoneu neum m adalah adalah membra membran n serosa serosa rangka rangkap p yang yang terbesar terbesar di dalam dalam tubuh. tubuh. Peri Perito tone neum um terd terdir irii atas atas dua dua bagi bagian an utam utama, a, yaitu aitu perit periton oneu eum m pari parieta etal, l, dan dan peritoneum visceral, yang berfungsi menutupi sebagian besar dari organ – organ abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ saling bergeseran tanpa ada penggesekan. Organ – organ digabungkan bersama dan dan
menj menjag agaa
kedu kedudu duka kan n mere mereka ka teta tetap, p, dan dan memp memper erta taha hank nkan an hubu hubung ngan an
perbandingan organ – organ terhadap dinding posterior abdomen. ejumlah besar kelenjar kelenjar limfe dan pembuluh darah yang yang termuat termuat dalam peritoneum, peritoneum, membantu membantu melindunginya terhadap infeksi
.
(!)
ebena ebenarny rnyaa perito peritoneu neum m sangat sangat kebal kebal terhad terhadap ap infeks infeksi. i. "ika "ika pemapa pemaparan ran tidak tidak berlangsung terus – menerus, tidak akan terjadi peritonitis. ebagian besar peritonitis disebabkan karena perforasi appendiks, lambung, usus halus, atau kandung empedu
.
(1), (1#)
$papun penyebabnya, onsetnya terjadi secara tiba – tiba, a%alnya hanya pada satu daerah saja tetapi kemudian berkembang ke daerah yang lebih luas, menyebar pada peritoneum viseral dan parietal. &an jika tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal (#) .
2
ANATOMI
&inding &inding perut mengandun mengandung g struktur struktur muskulo'apo muskulo'aponeuro neurosis sis yang kompleks. kompleks. &i bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di bagian ba%ah pada tulang panggul. &inding perut ini terdiri atas beberapa lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis lemak subkutan dan fasia superfisial (fasia carpa) kemudian ketiga otot dinding perut, m.oblikus abdominis eksternus, m.oblikus abdominis internus, dan m.tranversus abdominis dan akhirnya lapis preperitoneal, dan peritoneum. Otot di bagian depan terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya yang di garis tengah dipisahkan oleh linea alba. ()
&indin &inding g perut perut memben membentuk tuk rongga rongga perut perut yang yang melind melindung ungii isi rongga rongga perut. perut. Perdarahan Perdarahan dinding perut berasal dari beberapa beberapa arah. &ari kranikauda kranikaudall diperoleh diperoleh pendarahan dari cabang aa.interkostales *+ sd -++ dan a.epigastrika superior. &ari kaudal, a.iliaka sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda eksterna, dan a.epigastrica inferi inferior or.. ekay ekayaan aan vaskul vaskulari arisasi sasi ini memung memungkin kinkan kan sayatan sayatan perut perut hori/o hori/onta ntall maupun vertikal tanpa menimbulkan gangguan pendarahan. Persarafan dinding perut dilayani secara segmental oleh n.torakalis *+ sd -++ dan n.lumbalis +.()
0ongga 0ongga perut perut (cavita (cavitass abdomi abdominal nalis) is) dibatas dibatasii oleh oleh membra membran n serosa serosa yang yang tipis tipis mengki mengkilap lap yang yang juga juga melipa melipatt untuk untuk melipu meliputi ti organ' organ'org organ an di dalam dalam rongga rongga abdomi abdominal nal.. apisan apisan membra membran n yang yang membat membatasi asi dindin dinding g abdome abdomen n dinama dinamakan kan peritoneum parietale, sedangkan bagian yang meliputi organ dinamakan peritoneum viscerale.
3
&i sekitar dan sekeliling organ ada lapisan ganda peritoneum yang membatasi dan menyangga organ, menjaganya agar tetap berada di tempatnya, serta memba%a pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. 2agian'bagian peritoneum sekitar masing'masing organ diberi nama'nama khusus.!
3esenterium ialah bangunan peritoneal yang berlapis ganda, bentuknya seperti kipas, pangkalnya melekat pada dinding belakang perut dan ujungnya yang mengembang melekat pada usus halus. &i antara dua lapisan membran yang membentuk mesenterium terdapat pembuluh darah, saraf dan bangunan lainnya
4
yang memasok usus. 2agian mesenterium di sekitar usus besar dinamakan mesokolon. apisan ganda peritoneum yang berisi lemak, menggantung seperti celemek di sebelah atas depan usus bernama olentum majus. 2angunan ini memanjang dari tepi lambung sebelah ba%ah ke dalam bagian pelvik abdomen dan kemudian melipat kembali dan melekat pada colon tranversum. $da juga membran yang lebih kecil bernama omentum minus yang terentang antara lambung dan liver.!
STRUKTUR
PERITONEUM
Peritoneum adalah lapisan tunggal dari sel'sel mesotial di atas dasar fibroelastik. 4erbagi menjadi visceral, menutupi usus dan mesenterium, dan bagian parietal yang melapisi dinding abdomen dan berhubungan dengan fascia
muscular.
Pasokan darah datang dari struktur di ba%ahnya. Persarafan lebih spesifik , hanya berespons terhadap traksi atau regangan. Peritoneum parietale mempunyai komponen somatik dan visceral dan memungkinkan lokalisasi stimulus yang berbahaya dan menimbulkan defans muscular dan nyeri lepas
().
Peritoneum adalah selaput serosa yang membentuk lapisan rongga perut atau coelom yang mencakup sebagian besar'intra abdomen (atau selom) organ ' di vertebratayang lebih tinggi dan beberapa invertebrata (annelida, misalnya). +ni terdiri dari lapisan mesothelium didukung oleh lapisan tipis jaringan ikat. Peritoneum. edua mendukung organ'organ perut dan berfungsi sebagai saluran untuk darah dan pembuluh getah beningdan saraf
.
(5)
5
PEMBAGIAN PERITONEUM
antung besar (atau rongga perut umum), di%akili dalam merah dalam diagram diatas.
antung kecil (atau bursa omentum), di%akili dengan %arna biru. antung kecil dibagimenjadi dua 6omenta6 7 (1).
Omentum minus (atau gastrohepatic) terlampir pada kurvatura minor dari lambungdan hati.(!).
Omentum yang lebih besar (atau gastrocolic) tergantung dari kurva yang lebih besar dari perut dan loop turun di depan usus sebelum melengkung ke belakang untuk melampirkan usus besar melintang. $kibatnya itu terbungkus di depan usus seperticelemek dan dapat berfungsi sebagai lapisan isolasi atau protektif (1)
6
KLASIFIKASI STRUKTUR PERUT
truktur di perut
diklasifikasikan sebagai
intraperitoneal, retroperitoneal
atauinfraperitoneal tergantung pada apakah mereka ditutupi dengan peritoneum visceral danapakah mereka dilengkapi dengan polip (mensentery, mesokolon). truktur yang +ntraperitoneal umumnya bergerak, sementara mereka yang retroperitoneal relatif tetap dilokasi mereka. 2eberapa struktur, seperti ginjal, adalah
6terutama
duodenum,
adalah
dikembangkan
retroperitoneal6,sementara 6sekunder
intraperitoneal
yang
retroperitoneal6, namun
lain
seperti
yangberarti
kehilangan
mayoritas
struktur
mesenterium
yang
dandengan
demikian menjadi retroperitoneal.
ORGAN - ORGAN YANG ADA DALAM INTRAPERITONEUM
Organ yang ada pada +ntraperitoneum adalah meliputi, 8ati, impa, ekor pancreas.&an pada %anita, 9terus, saluran telur, ovarium :onad pembuluh darah.
ORGAN ± ORGAN YANG ADA DALAM RETROPERITONEUM
Organ yang ada pada 0etroperitoneum adalah meliputi, Pankreas (kecuali ekor),:injal, kelenjar adrenal, ureter proksimal, kapal ginjal, :onad pembuluh darah, +nferior vena cava, $orta
DEFINISI
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput 0ongga perut ( peritoneum). (1)
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum pada membrana serous pada garis cacum abdominal dan viserra. Peritonitis biasanya terjadi local atau general dan menghasilkan infeksi (sering terjadi rupture pada organ pada trauma abdominal atau appendicitis) atau dari proses non'infeksi.
(!)
7
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan &inding perut sebelah dalam. (1)
PENYEBAB
Peritonitis biasanya disebabkan oleh
7
(;)
1.Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
8
.+nfeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman (termasuk yang menyebabkan gonor e dan infeksi chlamidia) #.elainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut ( asites) dan mengalami infeksi 5.Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. =edera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut. ebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk menyambungkan bagian usus. ;. Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis. Penyebabnya biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut. >.+ritasi tanpa infeksi. 3isalnya peradangan pankreas ( pankreatitis akut ) atau bubuk bedak pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
9
10
Penyebab peritonitis Area sumber
Pe!ebab
?sofagus
eganasan 4rauma +atrogenik indrom 2oerhaave
ambung
Perforasi ulkus peptikum eganasan (mis. $denokarsinoma, limfoma, tumor stroma gastrointestinal) 4rauma +atrogenik
&uodenum
Perforasi ulkus peptikum 4rauma (tumpul dan penetrasi) +atrogenik
4raktus bilier
olesistitis Perforasi batu dari kandung empedu eganasan ista duktus koledokus 4rauma +atrogenik
Pankreas
Pankreatitis (mis. $lkohol, obat'obatan, batu empedu) 4rauma +atrogenik
olon asendens
+skemia kolon 8ernia inkarserata Obstruksi loop Penyakit =rohn eganasan &ivertikulum 3eckel 4rauma
olon desendens dan apendiks
+skemia kolon &ivertikulitis eganasan olitis ulseratif dan penyakit =rohn $pendisitis *olvulus kolon 4rauma +atrogenik
alping uterus dan ovarium
Pelvic inflammatory disease eganasan 4rauma
11
edangkan berdasarkan jurnal farmacia maret !@@> penyebab dari peritonitis adalah
bentu k peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous Bacterial
Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. 2P terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. $kibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang'kadang terjadi pula penyebaran hematogen jika telah terjadi bakteremia. ekitar 1@'@A pasien dengan sirosis dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. emakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. 8al tersebut terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antarmolekul komponen asites.
embilan puluh persen kasus 2P terjadi akibat infeksi monomikroba. Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif, yakni #@A Eschericia
coli, >A Klebsiella
pneumoniae,spesies Pseudomonas,
Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar !@A. ementara bakteri gram positif, yakni Streptococcus
pneumoniae 15A,
jenis Streptococcus lain
15A,
dan
golonganStaphylococcus sebesar A. Pada kurang dari 5A kasus juga ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 1@A mengandung infeksi campur beberapa mikroorganisme.
edangkan peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ'organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal. pektrum patogen infeksius tergantung penyebab asalnya. 2erbeda dengan 2P, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam %aktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gram negatif. ontaminasi kolon, terutama dari bagian distal, dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. 9mumnya peritonitis akan mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang didominasi organisme gram negatif.
12
ebanyak 15A pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami 2P akan mengalami peritonitis sekunder. 4anda dan gejala pasien ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. $namnesis yang lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk pasien seperti ini.
Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi 2P atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang imunokompromais. 3eskipun jarang ditemui bentuk infeksi peritoneal tanpa komplikasi, insiden terjadi peritonitis tersier yang membutuhkan +*9 akibat infeksi abdomen berat tergolong tinggi di 9$, yakni 5@'>#A. ebih dari B5A pasien peritonitis didahului dengan asite, dan lebih dari stengah pasien mengalami gejala klinis yang sangat mirip asites. ebanyakan pasien memiliki ri%ayat sirosis, dan biasanya tidak diduga akan mengalami peritonitis tersier. elain peritonitis tersier, peritonitis 42 juga merupakan bentuk yang sering terjadi, sebagai salah satu komplikasi penyakit 42.
elain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni peritonitis steril atau kimia%i. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan'bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ'organ dalam (mis. Penyakit =rohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. 4anda dan gejala klinis serta metode diagnostik dan pendekatan ke pasien peritonitis steril tidak berbeda dengan peritonitis infektif lainnya (>).
13
GE"ALA
:ejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya. 2iasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di perutnya. 2isa terbentuk satu atau beberapa abses. +nfeksi dapat meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan,adhesi) yang akhirnya bisa menyumbat usus. 2ila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang dengan cepat. :erakan per is taltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus dan usus besar. =airan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. 4erjadi dehidrsi ()
PATOFISIOLOGI
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ – organ abdomen (misalnya7 apendisitis, salpingitis), rupture saluran cerna atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptur apendiks, sedangkan stafilokok dan streptokok sering masuk dari luar B. 0eaksi a%al peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. $bses terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita – pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstruksi usus
(;).
2ila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. &engan perkembangan peritonitis umum, aktifitas peristaltik berkurang, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. =airan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan
14
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung – lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus ( B).
Peritonitis mekonium adalah peritonitis non bakterial yang berasal dari mekonium yang keluar melalui defek pada dinding usus ke dalam rongga peritoneum. &efek dinding usus dapat tertutup sendiri sebagai reaksi peritoneal. 2ercak perkapuran dapat terjadi dalam %aktu !# jam
(1@)
.
DIAGNOSIS
:ambaran klinik ' 2iasanya penderita muntah, demam tinggi, dan merasakan nyeri tumpul di perutnya. Pada palpasi sebagian atau seluruh abdomen tegang, seperti ada tahanan atau nyeri tekan 2erkurangnya nafsu makan Crekuensi jantung dan pernafasan meningkat 4ekanan darah menurun Produksi urin menurun.
11,1,1#,15
.
' +nfeksi dapat meninggalkan jaringan parut yang membentuk perlengketan yang akhirnya bisa menyumbat usus. 2ila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang dengan cepat :erakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus dan di usus besar. =airan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum 4erjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit elanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti gagal ginjal akut ($0C) 1. ' Pada peritonitis mekonium gejalanya berupa abdomen yang membuncit sejak lahir, muntah, dan edema dinding abdomen kebiru – biruan 1@.
15
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, %ajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen. :ejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. ()
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik. &emam dengan temperatur DE@= biasanya terjadi. Pasien dengan sepsis hebat akan muncul gejala hipotermia. 4akikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual damuntah, demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. &engan adanya dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi. 8al ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.(B)
Pada
pemeriksaan
abdomen,
pemeriksaan
yang
dilakukan
akan
sangat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen ini harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang akan dilakukan. Pada inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended. (!)
16
3inta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang berla%anan dari yang ditunjuik pasien. $uskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuhtidak bergerak (ileus paralitik). edangkan pada peritonitis lokal bising usus dapat terdengar normal.(E)
Palpasi. Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat sensitif. 2agian anterir dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. 8al ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Fyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). &efans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan
(E)
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat. Perkusi. Fyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui
17
pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.(E)
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan diagnosis.!, Fyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum doglasi kurang memberikan informasi pada peritonitis murni nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan di daeah panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Fyeri pada semua arah menunjukkan
general
peritonitis. =olok
dubur
dapat
pula
membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus, karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampula biasanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah informasi untuk kemungkinan kelainan pada alat kelamin dalam perempuan. ()
Pemer#$saa Peu%a&
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses. adang perlu juga dilakukan pemeriksaan 0oentgen dan endoskopi.
2eberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai hemoglobin dan hemotokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. 8itung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. 8itung trombosit dan dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan demam berdarah yang memberikan gejala mirip ga%at perut
().
18
Gambara ra'#
' Coto roentgen di ambil dalam posisi berbaring dan berdiri. :as bebas yang terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto roentgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi1. ' Pada pemeriksaan foto polos abdomen dijumpai asites, tanda – tanda obstruksi usus berupa air'udara dan kadang – kadang udara bebas (perforasi). 2iasanya lambung, usus halus dan kolon menunjukkan dilatasi sehingga menyerupai ileus paralitik. 9sus – usus yang melebar biasanya berdinding tebal (1@)
' Pada peritonitis umum gambaran radiologinya menyerupai ileus paralitik. 4erdapat distensi baik pada usus halus maupun pada usus besar. Pada foto berdiri terlihat beberapa fluid level di dalam usus halus dan usus besar. "ika terjadi suatu ruptur viskus bisa menyebabkan peritonitis, udara bebas mungkin akan terlihat pada kavitas peritoneal1 (;). ' Peritonitis umum7 Cormasi abses 3eskipun peritonitis umum telah berkurang abses lokal dapat terjadi pada salah satu bagian abdomen. $bses mungkinan muncul beberapa hari atau minggu setelah mendapat pengobatan peritonitis. Pada gambaran radiologi, abses terlihat menyerupai suatu massa. adang – kadang abses terdapat pada usus halus sehingga menghasilkan obstruksi mekanik
(1B).
$bses pada kuadran kanan ba%ah yang mengikuti peritonitis yang sebelumnya terjadi ruptur appendiks, sebuah massa berkembang di daerah kuadran ba%ah memperlihatkan pendesakan pada usus kecil. 4erjadi distensi proGimal usus kecil. (dikutip dari kepustakaan ;) ' :ambaran radiologik peritonitis mekonium berupa tanda – tanda obstruksi distal duodenum, bercak – bercak perkapuran di dalam rongga usus atau peritoneum, sering juga di daerah skrotum
(1@)
.
19
Gambara Pa*
$sam bikarbonat yang dihasilkan mukosa duodenum dan pankreas adalah penetral asam yang utama. 2erkurangnya faktor pelindung terhadap /at cerna ini menyebabkan autodigesti mukosa duodenum. :astroduodenitis yang disebabkan oleh helicobacter pylori dianggap penyebab penting yang memudahkan terjadinya tukak. 4ukak duodenum terjadi akibat aksi korosif asam lambung terhadap epitel yang rentan. &efek ini bermula pada mukosa, selanjutnya menembus ke muskularis mukosa. 4ukak yang biasanya kecil saja, tetapi menembus lapisan dinding duodenum, bisa berkembang menjadi lanjut hingga terjadi perdarahan, penetrasi ke pankreas, atau perforasi bebas (5).
Peritoneum yang normal memberi gambaran bening kelabu. ketika terjadi peritonitis, dalam %aktu !'# jam peritoneum berubah menjadi suram atau bera%an. etelah itu mengeluarkan cairan eGudat fibrinosa sebagai tanda adanya invasi bakteri. =airan tertahan di usus halus dan di usus besar, kemudian akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum
(E)
PENATALAKSANAAN
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah fokus utama dari penatalaksanaan medis. 2eberapa liter larutan isotonik diberikan. 8ipovolemi terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan caran ke dalam ruang vaskuler. $nalgesik diberikan untuk mengatasi nyeri. $ntiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. +ntubasi usus dan pengisapan membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dan meningkatkan fungsi usus. =airan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan menyebabkan distress pernapasan. 4erapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan
20
oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang'kadang intubasi jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan 4indakan bedah mencakup mengangkat materi terinfeksi dan memperbaiki penyebab. 4indakan pembedahan diarahkan kepada eksisi terutama bila terdapat apendisitis, reseksi dengan atau tanpa anastomosis (usus), memperbaiki pada ulkus peptikum yang mengalami perforasi atau divertikulitis dan drainase pada abses. Pada pankreas (pankreatitis akut) atau penyakit radang panggul pada %anita, pembedahan darurat biasanya tidak dilakukan. &iberikan antibiotik yang tepat, bila perlu beberapa macam antibiotik diberikan bersamaan. $khir'akhir ini drainase dengan panduan =4'scan dan 9: merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif disbanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga hasilnya tidak optimal. ebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut benar'benar bersih dari kuman.
KOMPLIKASI
&ua komplikasi pasca operasi paling umum adalah eviserasi luka dan pembentukan abses. omplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi memang tidak sedikit. ecara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat. Famun secara medis, penderita yang mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan pera%atan intensif yang lebih lama.
21
Pera%atan inilah yang sering menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status narkose penderita pascaoperasi ().
22
DAFTAR PUSTAKA
1.Peritonitis,http7%%%.medikastore.commedperitonitisHpyk.phpIdktgJ>K 9+&!@@>@5. !. 2uku'ajar ilmu bedaheditor, 0. jamsuhidajat, Lim de "ong. '?d.!.' "akarta7 ?:=, !@@#. . jamsuhidajat 0, ambung dan &uodenum'bab 1, 2uku $jar +lmu 2edah, ?disi !,?:=, "akarta7 !@@#, #. =arol 3atson Porth, tructure and Cunction of the :astrointestinal 4ract, ?ssential of Pathophisiology, ippincott Lilliams K Lilkins, Liskonsin7 !@@#, 5. $cute Peritonitis, http7%%%..ecureme.comlibinet.aspI key%ordJacuteMperitonitisKcategoryJgi. ;.. :enuit 4 K Fapolitano, Peritonitis, http7health.allrefer.comhealthperitonitis' symptoms.html. >. Price Lilson, Peritonitis, patofisiologi saluran cerna, P$4OC++OO:+ (onsep linis Proses – Proses Penyakit), "ilid 1, ed7 E. $lih 2ahasa7 Peter $nugrah, ?:=, "akarta7 1BB5, B. +%an ?kayuda (editor), elainan aluran cerna 2agian &istal, 0adiologi &iagnostik, ed7 !. &ivisi 0adiologi &iagnostik, &epartemen 0adiologi C – 9+, "akarta7 !@@5 1@. =abnera =, Peritonitis'also listed as7 $bdominal %all inflammation, http7%%%.umm.edualtmedarticlesperitonitis'@@1!>.htm 11. $rif 3ansjor,dkk, 2edah &igestif'4rauma 4embus $bdomen, apita elekta edokteran, ed7 "ilid !, 3edia ?usculapius C – 9+, "akarta7 !@@@ 1!.
0osalyn
=arson'&e
Litt
3&,
Peritonitis
8ealth
$rticle,
http7%%%.css[email protected] 1.
9niversity
of
*irginia
8ealth
ystem,
&igestive
&isorders,
http7%%.9*$8ealthadultHdigest%dc'bintools.ctmItoolFameJd%email 1#. ".$.ee, &ivision Of urgery, an Crancisco, Peritonitis – secondary, http7%%%.medlineplusencyencyclopedia'$h'$pperitonitis'secondary' @@1!.htm
23
15. 8askin – 4eplick, disease of the digestive system, 0oentgenologic &iagnosis, L.2. aunders =ompany, 9nited tates of $merica