1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyaknya perubahan serta persaingan yang dihadapi dunia usaha dalam era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja perusahaannya. Salah satu faktor dapat yang mencerminkan kinerja suatu perusahaan adalah laporan keuangan yang merupakan salah satu sumber informasi yang dihasilkan oleh perusahaan yang dibuat oleh pihak-pihak manajemen secara teratur. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan baik pihak laba maupun ekstrenal perusahaan dalam memenuhi kebutuhan mereka yang berbeda-beda. Pihak eksternal perusahaan terutama investor sangat membutuhkan informasi yang tercantum dalam laporan keuangan untuk dapat memprediksi keberhasilan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Salah satu parameter yang sering digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja suatu perusahaan adalah tingkat perolehan laba. Tingkat laba atau rugi suatu perusahaan dapat diketahui dalam laporan laba rugi yang diterbitkan oleh perusahaan. Namun, tingkat perolehan laba tersebut tidak dapat dipastikan kenaikan maupun penurunannya. Pertumbuhan laba suatu perusahaan bisa saja mengalami kenaikan untuk tahun sekarang ini namun juga bisa mengalami penurunan untuk tahun berikutnya. Karena pertumbuhan laba tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya suatu analisis untuk memprediksi tingkat pertumbuhan laba. Analisis yang biasa
1
2
digunakan adalah analisis laporan keuangan yang menggunakan rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Penilaian atas kinerja perusahaan dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan tersebut. Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan (Simorangkir,2003) dalam Hapsari, (2003). Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan, karena besarnya dividen yang akan dibayar di masa akan datang saat bergantung pada kondisi perusahaan. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006), Pertumbuhan Laba adalah perubahan laba ditahan dan total asset perusahaan. Menurut Devie (2003), Pertumbuhan Laba dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan laba ditahan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (Sustainable (Sustainable Growth Rate) Rate ) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Pertumbuhan Laba yang berkelanjutan adalah tingkat dimana perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan asset terhadap peningkatan laba ditahan. Menurut Barley and Mayers (2007:120) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba bersih suatu perusahaan adalah : Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per per unit, Naik turunnya turunnya harga pokok penjualan, penjualan, Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual, naik turunnya nilai rasio keuangan,
Naik turunnya turunnya tingkat bunga pinjaman pinjaman (biaya
modal asing), Naik turunnya pos penghasilan oleh variasi jumlah unit yang dijual,
2
digunakan adalah analisis laporan keuangan yang menggunakan rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Penilaian atas kinerja perusahaan dapat mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan tersebut. Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan (Simorangkir,2003) dalam Hapsari, (2003). Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan, karena besarnya dividen yang akan dibayar di masa akan datang saat bergantung pada kondisi perusahaan. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006), Pertumbuhan Laba adalah perubahan laba ditahan dan total asset perusahaan. Menurut Devie (2003), Pertumbuhan Laba dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan laba ditahan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (Sustainable (Sustainable Growth Rate) Rate ) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Pertumbuhan Laba yang berkelanjutan adalah tingkat dimana perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan asset terhadap peningkatan laba ditahan. Menurut Barley and Mayers (2007:120) Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba bersih suatu perusahaan adalah : Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per per unit, Naik turunnya turunnya harga pokok penjualan, penjualan, Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual, naik turunnya nilai rasio keuangan,
Naik turunnya turunnya tingkat bunga pinjaman pinjaman (biaya
modal asing), Naik turunnya pos penghasilan oleh variasi jumlah unit yang dijual,
3
variasi dalam tingkat harga dan perubahan tingkat kebijakan dalam pemberian diskon, Naik turunnya pajak yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya ratif pajak, Adanya perubahan dalam metode akuntansi. Perusahaan dengan laba bertumbuh, dapat memperkuat hubungan antara besarnya atau ukuran perusahaan dengan tingkatan laba yang diperoleh. Dimana perusahaan dengan laba bertumbuh akan memiliki jumlah aktiva yang besar sehingga
memberikan
peluang
lebih
besar
didalam
menghasilkan
profitabilitasnya, Hamid (2001), merumuskan bahwa perusahaan yang bertumbuh adalah perusahaan yang memiliki pertumbuhan margin, laba dan penjualan yang tinggi. Menurut Sujana (2004), menyatakan perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2004 : 822) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaan-perusahaan lain. Rasio keuangan merupakan alat utama untuk melakukan analisis keuangan dan memiliki beberapa kegunaan. Menurut Keomn, Scott, Martin, dan Petty (2005 : 108) ”rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat likui ditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam menghasilkan laba operasi atas
4
aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian pengembalian yang cukup”. Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Namun demikian angka rasio yang ada dapat digolongkan menjadi dua. Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah berdasarkan pada tujuan penganalisa (Munawir, 2001:68). Rasio keuangan berdasarkan sumber data yang digunakan dibedakan menjadi rasio-rasio neraca, rasio-rasio laporan rugi laba, dan rasio-rasio antar laporan keuangan. Sedangkan berdasarkan tujuannya rasio keuangan dibedakan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Rasio perbandingan antara total hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (DER). Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara hutang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi daripada modal sendirinya besarnya rasio DER berada diatas satu, sehingga dana yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur hutang daripada daripada modal sendiri (equity ( equity). ). Oleh karena itu, peneliti tertarik menggunakan DER karena tingkat DER yang besarnya kurang dari satu, karena jika DER lebih dari satu menunjukkan jumlah hutang yang lebih besar dan resiko perusahaan semakin meningkat. Kenaikan DER pada tingkat tertentu akan meminimalkan biaya modal, tetapi bila penambahan terlalu berlebihan justru berakibat meningkatnya meningkatnya biaya modal.
5
Semakin tinggi DER, maka semakin rendah tingkat pendanaan yang disediakan oleh pemilik sehingga akan sulit memperoleh pendanaan dari kreditor untuk mendukung kegiatan operasionalnya yang dapat berakibat pada penurunan laba perusahaan (santoso, 2006:128). Penelitian ini menggunakan rasio ROA dan ROE untuk mempengaruhi nilai pertumbuhan laba karena, Analisa ROA dan ROE ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROA dan ROE itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan pendapatan yang ditanamkan dalam menghasilkan laba yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi ROA, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Semakin tinggi ROE, maka semakin banyak investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan sehingga kegiatan operasional perusahaan semakin lancar dan perusahaan dapat meningkatkan labanya (Keomn, Scott, Martin, dan Petty 2005 : 108). Penelitian mengenai rasio-rasio keuangan telah banyak dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa secara keseluruhan rasio keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Namun secara parsial tidak semua rasio keuangan dapat berpengaruh dalam memprediksi pertumbuhan laba.
6
Sektor kegiatan industri plastik dan kemasan merupakan sektor yang cukup berprospek untuk kegiatan investasi. Hal tersebut terlihat dari industi plastik dan kemasan yang memiliki peluang tumbuh di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pasca tahun 2020, tingkat pertumbuhannya akan mencapai 35% terhadap produk domestik bruto (PDB) (www.BisnisIndonesia.co.id, 2008). Tabel I.1 Data DER, ROA, ROE, Dan Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Plastik dan kemasan
No
Tahun
ROA
ROE
DER
PL
2010
-16.50
-31.58
0.91
17.52
2011
-75.58
-149.85
0.98
-89.90
2012
-19.15
-51.87
1.71
77.21
2013
0.91
10.32
10.30
-122.20
2010
4.81
9.06
0.88
-40.41
2011
3.65
7.43
1.04
-9.04
2012
1.81
3.69
1.03
-45.20
2013
1.13
2.27
1.00
-27.07
2010
7.36
10.75
0.46
-18.19
2011
4.90
7.59
0.55
-33.59
2012
1.26
1.92
0.53
-74.35
2013
-1.00
-1.48
0.48
-174.81
2010
6.89
18.85
1.62
70.17
2011
6.80
17.21
1.53
15.41
2012
7.07
18.06
1.55
24.43
2013
0.41
1.24
2.04
-92.80
2010
-6.98
-16.04
1.30
-158.37
2011
-3.87
-10.50
1.72
43.30
2012
-5.18
-15.62
2.02
-37.20
2013 Sumber : www.idx.co.id
-2.29
-7.54
2.30
-46.07
1
2
3
4
5
Emiten
AKKU
AKPI
APLI
BRNA
FPNI
Pada tabulasi data diatas dapat dilihat beberapa tahun cenderung mengalami kenaikan nilai ROA yang diukuti dengan penurunan nilai pertumbuhan laba sementara teori menyatakan bahwa semakin tinggi ROA yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total asset
7
maka semakin tinggi pertumbuhan laba. (Keon, Scott, Martin, dan Petty 2005 : 108). Pada nilai ROE perusahaan plastik dan kemasan terjadi kenaikan yang diikuti dengan penrunan nilai pertumbuhan laba sementara menurut teori semakin tinggi ROE, maka semakin banyak investor yang ingin menanamkan modalnya di perusahaan sehingga kegiatan operasional perusahaan semakin lancar dan perusahaan dapat meningkatkan pertumbuhan laba (Keomn, Scott, Martin, dan Petty 2005 : 108) . Pada nilai DER cenderung mengalami penurunan pada beberapa tahun yang diikuti oleh penurunan nilai pertumbuhan laba yang sementara teori menyatakan semakin tinggi DER, maka semakin rendah tingkat pendanaan yang disediakan oleh perusahaan yang akan mengakibatkan pertumbuhan laba mengalami penurunan (santoso, 2006:128). Penelitian yang dilakukan oleh Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) dalam menguji pengaruh rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, telah membuktikan bahwa rasio-rasio keuangan yaitu debt to equity, gross profit margin, net profit margin, inventory turnover, total assets turnover, return on investment, return on equity secara simultan dapat mempengaruhi prediksi pertumbuhan laba. Namun secara parsial hanya gross profit margin, inventory turnover, return on investment dan return on equity yang berpengaruh signifikan terhadap prediksi pertumbuhan laba. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2007) dalam menguji enam rasio keuangan yaitu working capital to total asset, current liabilities to inventory, operating income to total assets, total asset turnover, net
8
profit margin dan gross profit margin untuk memprediksi pertumbuhan laba membuktikan bahwa tujuh rasio keuangan tersebut secara simultan mempunyai pengaruh dalam memprediksi pertumbuhan laba. Namun secara parsial hanya total asset turnover, net profit margin dan gross profit margin yang mempunyai pengaruh untuk memprediksi pertumbuhan laba. Perbedaan yang terjadi antara hasil penelitan Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) dengan Hapsari (2007) menunjukkan bahwa adanya ketidakkonsitenan antara penelitian-penelitian tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) menunjukkan bahwa rasio keuangan net profit margin tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap prediksi pertumbuhan laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2007) menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan penelitian Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) bahwa rasio keuangan net profit margin secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediksi pertumbuhan laba. Ketidakkonsistenan yang terjadi antara hasil penelitian Suprihatmi dan Wahyuddin (2003) dengan Hapsari (2007) mendorong penulis untuk meneliti kembali penilitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap prediksi pertumbuhan laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Hapsari (2007). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) penelitian sebelumnya mengambil sampel di perusahaan manufaktur sedangkan penelitian ini mengambil sampel di perusahaan plastik dan kemasan , (2) periode tahun penelitian sebelumnya adalah 2003-2005 sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun 2010-2013, dan (3) jumlah rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian terdahulu
9
adalah enam rasio keuangan sedangkan dalam penelitian ini digunakan delapan rasio keuangan yaitu , debt to equity, return on asset, dan return on equity. Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka judul dari penelitian ini adalah
”Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Plastik dan Kemasan Yang Terdaftar Di BEI”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun peneliti mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Pada perusahaan plastik dan kemasan mengalami penurunan dan kenaikan nilai ROA dari tahun 2010-2013 tetapi tidak diiukuti oleh penurunan dan kenaikan nilai PL 2. Adanya penurunan nilai ROE pada perusahaan Plastik dan kemasan dari tahun 2010-2013 yang tidak diiukuti oleh penurunan nilai PL 3. Adanya kenaikan nilai DER pada perusahaan Plastik dan kemasan dari tahun 2010-2013 yang diiukuti oleh penurunan nilai PL
C. Batasan Dan Rumusan Masalah Batasan Masalah
Batasan Masalah seperti yang terlihat pada identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam penelitian ini yaitu : faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian adalah rasio Return On Asset (ROA), Return On equity (ROE), Debt Equity Ratio (DER).
10
Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh ROA terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Plastik dan kemasan? 2. Apakah ada pengaruh ROE terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Plastik dan kemasan? 3. Apakah ada pengaruh DER terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Plastik dan kemasan? 4. Apakah ada pengaruh ROA, ROE, DER terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Plastik dan kemasan?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada umumnya bertujuan untuk menjawab rumusan masalah, dengan demikian tujuan penelitian ini yaitu : a. Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
ROA
terhadap
pertumbuhan laba perusahaan pada perusahaan. b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ROE terhadap pertumbuhan laba perusahaan pada perusahaan. c. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh DER terhadap pertumbuhan laba perusahaan. d. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ROA, ROE, dan DER terhadap pertumbuhan laba perusahaan pada perusahaan.
11
Manfaat Penelitan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain : a. Bagi penulis Penelitian ini bermanfaat dalam memperdalam pengetahuan peneliti tentang pertumbuhan laba yang ada dalam perusahaan. b. Bagi Perusahaan Perusahaan dapat mengetahui langkah-langkah yang akan diambil dalam mengantisipasi kegiatan usahanya berdasarkan modal kerja yang tersedia bagi
pencapaian
sasaran,
sehingga
diharapkan
terus
mengalami
perkembangan ke arah yang lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam hal menentukan kebijakan penyediaan modal kerja pada masa yang akan datang. c. Bagi penelitian selanjutnya Referensi bagi peneliti berikutnya dalam menguji masalah yang sama di masa mendatang.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Uraian Teoritis 1. Pertumbuhan Laba a. Pengertian Tingkat Pertumbuhan Laba
Didalam melakukan menjalankan perusahaan mempunyai tujuan dalam kegiatannya
yaitu
dengan
adanya
peningkatan
atau
Pertumbuhan
Laba
perusahaan. Pertumbuhan Laba sangatlah diinginkan oleh perusahaan karena Pertumbuhan Laba mencerminkan suatu pertumbuhan perusahaan. Perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat agar dapat memenangkan pasar dengan menarik konsumen agar selalu memilih produknya. Untuk itu faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan harus benar-benar diperhatikan. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut perusahaan akan dapat menetapkan kebijaksanaan untuk mengantisipasi kondisi tersebut, sehingga perusahaan dapat menjual produk dalam jumlah yang besar dan volume penjualan akan meningkat yang mengakibatkan laba perusahaan akan meningkat pula. Dengan meningkatnya laba perusahaan, maka keuntungan yang diperoleh para investor akan meningkat. Menurut Indrawati dan Suhendro (2006), Pertumbuhan Laba adalah perubahan laba ditahan dan total asset perusahaan. Menurut Devie (2003), Pertumbuhan Laba dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan laba ditahan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang
12
13
seharusnya (Sustainable Growth Rate) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Menurut Ratnawati (2007), Pertumbuhan Laba yang berkelanjutan adalah tingkat dimana perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan asset terhadap peningkatan laba ditahan. Selain melalui tingkat, Pertumbuhan Laba dapat juga diukur dari pertumbuhan aset atau dengan kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi ( Investment ODERortunity Set ). Murni dan Andriana (2007) menyatakan, pendekatan Pertumbuhan Laba merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Laba merupakan komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang dan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perbandingan antara laba ditahan dan total aset. Pertumbuhan Laba adalah perubahan pada laporan keuangan per tahun. Pertumbuhan berkaitan dengan bagaimana terjadinya stabilitas peningkatan laba ditahan kedepan. Pertumbuhan Laba yang di atas rata-rata bagi suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan cepat yang diharapkan dan industri dimana perusahaan beroperasi. Pertumbuhan Laba suatu produk sangat tergantung dari daur hidup produk (Fabozzi 2005, Hal. 881). b. Manfaat Pertumbuhan Laba
Menurut Amstrong (2002: 327) adapun manfaat dari Pertumbuhan Laba adalah sebagai berikut :
14
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. 3) Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang, 4) Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 5) Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Perusahaan
Menurut Amstrong (2002: 327) ada empat tahap daur hidup produk yang mempengaruhi Pertumbuhan Laba, yaitu: a. Tahap Introduksi Tahap ini mulai ketika produk baru pertama kali diluncurkan. Hal ini membutuhkan waktu, dan Pertumbuhan Laba cenderung lambat. Dalam tahap ini kalau dibandingkan dengan tahap-tahap yang lain, perusahaan masih merugi atau berlaba kecil karena penjualan yang lambat dan biaya distribusi serta promosi yang tinggi.
15
b. Tahap Pertumbuhan Pada tahap ini Pertumbuhan Laba meningkat dengan cepat, laba meningkat, karena biaya promosi dibagi volume penjualan yang tinggi, dan juga karena biaya produksi per unit turun. c. Tahap Menjadi Dewasa Tahap dewasa ini berlangsung lebih lama daripada tahap sebelumnya dan
memberikan
Penurunan
tantangan
Pertumbuhan
kuat
Laba
bagi
manajemen
menyebabkan
banyak
pemasaran. produsen
mempunyai banyak produk untuk dijual. d. Tahap Penurunan Penjualan menurun karena berbagai alasan, termasuk kemajuan teknologi, selera konsumen berubah, dan meningkatnya persaingan ketika penjualan dan laba menurun, beberapa perusahaan mundur dari pasar. Perusahaan yang masih bertahan dapat mengurangi macam produk yang ditawarkannya. Pertumbuhan Laba suatu produk dari emiten tergantung dari daur hidup produk. Jika Pertumbuhan Laba per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap emiten, bahwa emiten akan memberikan keuntungan di masa depan. Kondisi tersebut terjadi jika informasi yang diperoleh investor sempurna. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan Pertumbuhan Laba merupakan perubahan penjualan per tahun yang stabil. Jika Pertumbuhan Laba per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap emiten bahwa emiten akan memberikan keuntungan dimasa depan.
16
Bagi perusahaan dengan tingkat Pertumbuhan Laba dan laba yang tinggi kecenderungan perusahaan membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat Pertumbuhan Labanya rendah (Hatta, 2002). Adapun faktor yang menjadi penilaian laba perusahaan adalah sebagai berikut (Kasmir, 2002) : a. Aspek permodalan Yang dinilai dalam aspek ini adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal perusahaan. Penilaian tersebut didasarkan kepada modal yang diperoleh dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko b. Aspek kualitas aset Aktiva yang produktif merupakan penempatan dana oleh perusahaan dalam asset yang menghasilkan perputaran modal kerja yang cepat untuk mendapatkan pendapatan yang digunakan untuk menutup biaya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dari aktiva inilah perusahaan mengharapkan adanya selisih keuntungan dari kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana. c. Aspek Pendapatan Aspek
ini
merupakan
ukuran
kemampuan
perusahaan
dalam
meningkatkan laba atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan
17
yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas terus meningkat. d.
Aspek Likuditas Suatu perusahaan dapat dikatakan likuid, apabila perusahaan yang bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya terutama hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang pada saat jatuh tempo. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar.
e. Aspek Pertumbuhan Penjualan Menjual produk dalam jumlah yang besar dan pertumbuhan penjualan akan meningkat yang mengakibatkan laba perusahaan akan meningkat pula. Dengan meningkatnya laba perusahaan, maka keuntungan yang diperoleh para investor akan meningkat. Semakin tinggi pertumbuhan penjualan berarti semakin efektif penggunaan penjualan tersebut. Pertumbuhan penjualan yang efektif sangatlah penting bagi perusahaan, karena dapat meningkatkan tingkat laba yang dihasilkan suatu perusahaan Dalam praktek, Pertumbuhan Laba itu dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: (Swastha dan Irawan, 2004). 1. Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya. Di samping itu, hasil pengembalian asset menunjukan produktivitas dari Pertumbuhan Laba perusahaan. Semakin kecil (rendah) rasio ini maka semakin rendah
18
tingkat Pertumbuhan Laba perusahaan, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini sangat berguna untuk mengukur efektivitas dari Pertumbuhan Laba perusahaan. 2. Return On Equity (ROE). Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur tingkat pengembalian modal. ROE sangat berguna dalam meningkatkan Pertumbuhan Laba perusahaan, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholder value creation. Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula tingkat Pertumbuhan Laba perusahaan 3. Debt To Equity Ratio (DER) Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutanghutangnya menunjukkan
“
solvabilitas”
suatu
perusahaan.
Suatu
perusahaan yang “ solvable” berarti perusahaan tersebut mempunyai modal atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutanghutangnya (Riyanto, 2001). Menurut Brealey (2008:120) untuk mengukur Pertumbuhan Laba dapat digunakan rumus sebagai berikut :
19
2. ROA (Retur n On Asset) a. Pengertian ROA
Return on Investment atau Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan
laba
dari
aktiva
yang dipergunakan.
Dengan
mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan
efektivitas
manajemen
dalam
menggunakan
aktiva
untuk
memperoleh pendapatan. Analisa Return on Asset (ROA) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa Return on Asset (ROA) ini sudah merupakan tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on Asset (ROA) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian Return on Asset (ROA) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan ( Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut ( Net Operating Assets). “Sebutan lain untuk rasio ini adalah Net Operating Profit Rate of Return atau Operating Earning Power” (Munawir 2005 : 89).
20
b. Manfaat ROA
Kasmir (2008, hal 197), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yakni : 1) untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu 2) untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang 3) untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu 4) untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5) untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri 6) untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri Formulasi dari Return on Asset atau ROA adalah sebagai berikut:
(Wild, 2005, Hal. 41) 3. ROE (Retur n On Equi ty) a. Pengertian ROE
Return on Equity atau Return on Net Worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang
21
perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Formulasi dari Return on Equity atau ROE adalah sebagai berikut: Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa merngukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. ROE sangat menarik bagi pemegang saham maupun calon pemegang saham, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholde r value creation. Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Return On Equity (ROE) yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Indikator yang dipakai menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh laba banyak dipakai adalah Return On Assets (ROA). Menurut (Natarsyah, 2004) faktor fundamental seperti Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin tinggi laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan (Ang, 2001). Ada hubungan yang positif antara ROE dengan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku saham perusahaan (Higgins, 2003). Pada rumus di atas menunjukkan bahwa dengan meningkatnya laba bersih maka akan meningkat pula nilai dari ROE jika ekuitasnya tetap. Demikian pula sebaliknya dengan menurunnya laba bersih akan menurunkan nilai ROE. Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002 ) Return on Equity ( ROE ) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan tingkat pendapatan
22
perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap tinggi. Penurunan ROE merupakan bukti bahwa investasi baru pada perusahaan tersebut menghasilkan ROE yang lebih rendah dari investasi lama. Hal paling penting dari para analis adalah tidak perlu menerima nilai historis sebagai indikator dari nilai yang akan datang. b. Manfaat ROE
Kasmir (2008, hal 197), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan yakni : 1) untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu 2) untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang 3) untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu 4) untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5) untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri 6) untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri Formulasi dari return on equity atau ROE adalah sebagai berikut:
(Wild, 2005, Hal. 41)
23
4. Debt to Equi ty Rati o (DER) a. Pengertian DER
Manajemen utang perusahaan dapat diukur dengan rasio solvabilitas. Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang (dana pihak luar). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan perusahaan sehingga memperbesar resiko yang ditanggung perusahaan. Menurut Warsono (2003:36) “rasio solvabilitas dapat menggunakan dua ukuran, yaitu rasio hutang total terhadap total aktiva (debt ratio/DR). Rasio hutang terhadap total aktiva / debt ratio (DR) Debt ratio yang biasa disebut rasio hutang, melihat keseluruhan total hutang baik hutang jangka panjang maupun jangka pendek yang disediakan kreditur dibandingkan dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar jumlah aktiva yang digunakan untuk menjamin besarnya hutang sehingga debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin kecil perusahaan dibiayai utang. b. Manfaat DER
Menurut Brealey dan Myers (2001), manfaat rasio solvabilitas sebagai berikut :
adalah
24
1) Perusahaan lebih menyukai internal financing (dana internal). Dana internal tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. 2) Perusahaan menyesuaikan target dividen payout ratio terhadap peluang investasi mereka, sementara mereka menghindari perubahan dividen secara drastis. 3) Kebijakan dividen yang sticky ditambah fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi yang tidak dapat diproksi, berarti terkadang aliran kas internal melebihi kebutuhan investasi namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi. 4) Apabila pendanaan eksternal diperlukan, pertama-tama perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu mulai dari penerbitan hutang convertible bond , dan alternatif paling akhir adalah saham. Adapun untuk mengukur DER adalah sebagai berikut
5. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Joni dan Lina (2010) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba, dengan hasil penelitian Profitabilitas, ukuran perusahaan, dividen, struktur asset memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. 2. Yoko (2011) Pengaruh ROA, ROE, DER Terhadap Pertumbuhan Laba, dengan hasil ROA, ROE, memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba, sementara DER tidak memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. 3. Sri Hermuningsih (2007) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Yang Go Publik Di Indonesia,dengan
25
hasil penelitian bahwa Ukuran Perusahaan dan DER memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba, sedangkan EPS tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba 4. Vina Ratna Furi (2009) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar di BEI, dengan hasil penelitian ukuran perusahaan, risiko bisnis, struktur aktiva dan rasio hutang memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba, sedangkan profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba. 5. Ita Lopolusi (2007) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI, dengan hasil penelitian bahwa variabel
hutang berpengaruh negtif tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba.
B. Kerangka Konseptual
Pertumbuhan adalah unsur yang esensial bagi keberhasilan dan kehidupan
banyak
perusahaan.
Tanpa
pertumbuhan,
perusahaan
sulit
membangkitkan dedikasi (pengabdian) terhadap pencapaian tujuannya dan menarik para manajer yang cakap. Pertumbuhan dapat bersifat internal atau eksternal. Pertumbuhan Laba pada prinsipnya adalah perusahaan membeli aktiva tertentu dan membiayainya dengan retensi laba atau pembiayaan dari luar. (Van Horne, 2004: 187). Menurut Swastha dan Irawan, (2004) Pertumbuhan Laba itu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : ROA, ROE, DER.
26
Menurut Kasmir (2005:205) Rasio Return On Asset (ROA) menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva. Menurut Bambang Riyanto (2009 : 37) Dalam usaha pencapaian laba optimal, ”perusahaan membuat berbagai kebijakan. Perusahaan dapat menggunakan rasio Return On Asset (ROA) sebagai indikator mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini diperoleh membagikan laba bersih perusahaan dengan total aktiva” Return On Asset (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya. Di samping itu, hasil pengembalian asset menunjukan produktivitas dari Pertumbuhan Laba perusahaan. Semakin kecil (rendah) rasio ini maka semakin rendah tingkat Pertumbuhan Laba perusahaan, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini sangat berguna untuk mengukur efektivitas dari Pertumbuhan Laba perusahaan perusahaan. Menurut Haryanto dan Toto (2003;142) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa merngukur tingkat pengembalian modal. ROE sangat berguna dalam meningkatkan Pertumbuhan Laba perusahaan, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholder value creation. Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula tingkat Pertumbuhan Laba perusahaan. Semakin tinggi DER, maka semakin rendah tingkat pendanaan yang disediakan oleh pemilik sehingga akan sulit memperoleh pendanaan dari kreditor untuk mendukung kegiatan operasionalnya yang dapat berakibat pada penurunan laba perusahaan (santoso, 2006:128). Dari hasil penjelasan diatas maka dapat dilihat gambar kerangka konseptual dibawah ini :
27
ROA
ROE
Pertumbuhan Laba
DER
Gambar II.1 Kerangka Konseptual C. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada pengaruh ROA terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Plastik dan kemasan 2. Ada pengaruh ROE terhadap Pertumbuhan Laba perusahaan Plastik dan kemasan 3. Ada pengaruh DER terhadap Pertumbuhan Laba perusahaan Plastik dan kemasan 4. Ada pengaruh ROA, ROE dan DER secara simultan terhadap Pertumbuhan Laba. perusahaan Plastik dan kemasan
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif asosiatif. Menurut Umar (2003:30), penelitian kuantitatif adalah merupakan pendekatan penelitian yang mendasarkan diri pada paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Didalam penelitian ini melaksanakan pengujian teori dengan uji statistik.
B. Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Variabel Independen (X) Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan ( Net Operating Income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut ( Net Operating Assets) (Munawir 2005 : 89). ROA
Laba bersih Setelah Pajak Jumlah Total Asset
28
x100
29
Return On Equity (ROE) Return
On
Equity
(ROE)
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Indikator yang dipakai menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan (Natarsyah, 2000).
Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang (Warsono, 2003:36). DER
Total Hu
tan g
x100 Jumlah Total Modal
2. Variabel Dependen (Y) Pertumbuhan Laba Perusahaan (L) Pertumbuhan Laba adalah perubahan pada laporan keuangan per tahun. Pertumbuhan
berkaitan
dengan
bagaimana
terjadinya
stabilitas
peningkatan laba ditahan kedepan. Pertumbuhan Laba yang di atas ratarata bagi suatu perusahaan pada umumnya didasarkan pada pertumbuhan cepat yang diharapkan dan industri dimana perusahaan beroperasi (Fabozzi 2000, Hal. 881).
Keterangan : ΔYit = pertumbuhan laba pada tahun tertentu.
30
Yit = laba perusahaan pada periode tertentu Yit-n = laba perusahaan pada periode sebelumnya
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dan waktu penelitian sebagai berikut : Tempat : Perusahaan Plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI Waktu : Penelitian ini dimulai dari bulan Juli hingga Oktober 2014 Tabel III.1 Waktu Penelitian Bulan Pelaksanaan 2014 Jadwal kegiatan
Jul
Agt
Sept
Okt
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1.Pengajuan judul 2.Pembuatan Proposal 3. Bimbingan Proposal 4. Seminar Proposal 5. Pengumpulan Data 6. Bimbingan Skripsi 7. Sidang Meja Hijau
D. Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek / subjek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2013. Populasi penelitian adalah perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI yang berjumlah sebanyak 10 perusahaan.
31
Tabel III.2 Populasi Dan Sampel Peruashaan Plastik Dan Kemasan No Perusahaan
Emiten 1
APLI
Asiaplast Industries Tbk
2
BRNA
Berlina Tbk
3
IGAR
Champion Pacific Indonesia Tbk.
4
SIAP
Sekawan Intipratama Tbk.
5
TRST
Trias Sentosa Tbk.
6
YPAS
Yanaprima Hastapersada Tbk.
7
AKKU Alam Karya Unggul Tbk
8
AKPI
Argha Karya Prima Industry Tbk.
9
FPNI
Lotte Chemical Titan Tbk.
10
SIMA
Siwani Makmur Tbk.
2. Sampel penelitian
Sampel yang digunakan dalam penilitian ini adalah 11 perusahaan plastik dan kemasan. Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 perusahaan, atau penelitian yang ingin membutuhkan generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.
32
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan mengalisis data sekunder berupa catatan – catatan, laporan keuangan, maupun informasi lainnya yang terkait dengan lingkup penelitian ini. Data penelitian mengennai ROA, ROE, DER, dan Pertumbuhan Laba diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan. F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan mengalisis data sekunder berupa catatan – catatan, laporan keuangan, maupun informasi lainnya yang terkait dengan lingkup penelitian ini. Data penelitian mengenai ROA, ROE, DER dan Pertumbuhan Laba. 1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Statistik deskriptif ini meliputi beberapa hal sub menu deskriptif statistik seperti frekuensi, deskriptif, eksplorasi data, tabulasi silang dan analisis rasio yang menggunakan Minimum, Maksimum, Mean, Median, Mode, Standard Deviasi. 2. Regresi Linier Berganda
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabelvariabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Statistik untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan rumus: Y= a + b1x1+ b2x2 + b3x3 +e
33
Dalam hal ini, Y
= Pertumbuhan Laba
a
= konstanta persamaan regresi
b1 ,b2,
= koefisien regresi
x1
= ROA
x2
= ROE
x3
= DER
e
= Eror
a. Pengujian Asumsi Klasik
Model
regresi
yang
digunakan
dalam
menguji
hipotesis
haruslah
menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan asumsi klasik. Asumsi klasik regresi meliputi (Imam Ghozali dalam Sugiyono, 2002) 1) Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk normalitas antara lain: Analisis grafik dan analisis statistik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya: Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal (menyerupai lonceng), regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas
34
2) Uji Gejala Multikolinearitas
Masalah-masalah
yang
mungkin
akan
timbul
pada
penggunaan
persamaan regresi berganda adalah multikolinearitas, yaitu suatu keadaan yang variabel bebasnya berkorelasi dengan variabel bebas lainnya atau suatu variabel bebas
merupakan
fungsi
linier
dari
variabel
bebas
lainnya.
Adanya
Multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF). Nugroho (2005) dalam Sujianto (2009) menyatakan jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas. 3) Uji Gejala Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi antara tempat berdekatan (apabila cross). Adapun
uji
yang
dapat
digunakan
untuk
mendeteksi
adanya
penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan ketentuan sebagai berikut (Sujianto, 2009:80) : 1. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi. 2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan. 3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi. 4) Uji Gejala Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode
35
yang dapat dipakai untuk mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman dan barlett. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak di Studentized ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedasitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. 3. Pengujian Hipotesis a. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen yang terdiri atas ROA, ROE dan DER, terhadap Pertumbuhan Laba. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut: 1). Merumuskan hipotesis H0 : tidak ada pengaruh ROA, ROE dan DER, terhadap Pertumbuhan Laba, terhadap Pertumbuhan Laba. H1 : ada pengaruh ROA, ROE dan DER, terhadap Pertumbuhan Laba, terhadap Pertumbuhan Laba.
36
Jika tsig > α 0,05 berarti Ho diterima dan H1 Ditolak Jika tsig ≤ α 0,05 berarti Ho ditolak. dan H1 Diterima
t=
n2
rxy
1 r x y
2
b. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai ber ikut: 1). Merumuskan hipotesis H0 : tidak ada pengaruh ROA, ROE dan DER, terhadap Pertumbuhan Laba. H1 : ada pengaruh ROA, ROE dan DER, terhadap Pertumbuhan Laba 2). Membandingkan hasil F sig dengan nilai probababilitas α 0,05 dengan kriteria sebagai berikut: Jika Fsig > α 0,05 berarti Ho diterima dan H1 Ditolak Jika Fsig ≤ α 0,05 berarti Ho ditolak. dan H1 Diterima
Fh
R
2
k
1 r n k 1 2
Dimana : R = Koefisien korelasi berganda K = Jumlah variabel bebas N = sampel c. Uji Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar persentase hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan rumus uji Determinasi D = R2 x 100 %.
37
Dimana: D
= koefisien determinasi
R 2
= hasil kuadrat korelasi berganda
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data
Perusahaan plastik dan kemasan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang bahan-bahan pembuat kain yang menghasilkan produk untuk di konsumsi masyarakat setiap harinya sesuai kebutuhan masing-masing rumah tangga, meskipun sebagian produknya merupakan kebutuhan dasar. Di Bursa Efek Indonesia terdapat 13 perusahaan industri plastik dan kemasan, yang menjadi sampel pada penelitian ini. Tabel IV.1 Data ROA, ROE, DER, Pertumbuhan Laba Perusahaan Plastik dan kemasan
No
Emiten
1
AKKU
2
AKPI
3
APLI
4
BRNA
Tahun 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
ROA -16.50 -75.58 -19.15 0.91 4.81 3.65 1.81 1.13 7.36 4.90 1.26 -1.00 6.89 6.80 7.07 0.41
38
ROE -31.58 -149.85 -51.87 10.32 9.06 7.43 3.69 2.27 10.75 7.59 1.92 -1.48 18.85 17.21 18.06 1.24
DER 0.91 0.98 1.71 10.30 0.88 1.04 1.03 1.00 0.46 0.55 0.53 0.48 1.62 1.53 1.55 2.04
PL 17.52 -89.90 77.21 -122.20 -40.41 -9.04 -45.20 -27.07 -18.19 -33.59 -74.35 -174.81 70.17 15.41 24.43 -92.80
39
5
2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
FPNI
6
SIMA
7
TRST
8
YPAS
9
SIAP
-6.98 -3.87 -5.18 -2.29 -18,34 -67,01 -10,72 -9,52 6,74 6,75 2,81 0,76 10,55 7,44 4,71 1,99 3,56 2 1,84 0,09
-16.04 -10.50 -15.62 -7.54 -84,27 152,34 33,46 -13,49 11,04 10,86 4,54 1,41 16,11 11,2 10,01 4,65 6,9 3,18 3,2 0,2
1.30 -158.37 1.72 43.30 2.02 -37.20 2.30 -46.07 3,59 7,53 -3,27 -245,41 -4,12 83,62 0,42 -16,23 0,64 -4,97 0,61 5,32 0,62 -57,32 0,87 62,77 0,53 14,27 0,51 -21,55 1,12 -0,89 1,34 -51,25 0,66 18,73 0,59 -39,3 0,74 3,98 1,33 -93,71
2. Analisis Data a. Statistik Deskriptif
Menurut Imam Ghozali (2006), statistic deskriptif dapat mendeskriptifkan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness. Pengujian statistic deskriptif merupakan proses analisis yang merupakan proses menyeleksi data sehingga data yang akan dianalisis memiliki distribusi normal. Deskripsi masingmasing variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV. 2 dibawah. Tabel IV.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
36
-75,58
10,55
-3,8861
18,13793
ROE
36
-149,85
152,34
-,1319
41,63757
DER
36
-4,12
10,30
1,1147
2,04175
40
PL
36
Valid N (listwise)
36
-245,41
83,62
-29,3214
70,50957
Sumber : Data diolah SPSS 2014 Dari table IV.2 diatas dapat dilihat nilai ROA memiliki nilai minimum sebesar -75.58 hal ini menunjukkan bahwa nilai ROA terendah yang terdapat pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. Nilai Maksimum pada nilai ROA sebesar 10.55 hal ini menunjukkan bahwa nilai ROA terbesar yang terdapat pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. rata-rata nilai ROA pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI sebesar -3.88. Dari table IV.2 diatas dapat dilihat nilai ROE memiliki nilai minimum sebesar -149,85 hal ini menunjukkan bahwa nilai ROE terendah yang terdapat pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. Nilai Maksimum pada nilai ROE sebesar 152,34 hal ini menunjukkan bahwa nilai ROA terbesar yang terdapat pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. rata-rata nilai ROE pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI sebesar -0,1319 Dari table IV.2 diatas dapat dilihat nilai DER memiliki nilai minimum sebesar -4,12 hal ini menunjukkan bahwa nilai DER terendah yang terdapat pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. Nilai Maksimum pada nilai DER sebesar 10,30 hal ini menunjukkan bahwa nilai DER terbesar yang terdapat pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. rata-rata nilai DER pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI sebesar 1,1147. Dari table IV.2 diatas dapat dilihat nilai PL memiliki nilai minimum sebesar --245,41 hal ini menunjukkan bahwa nilai PL terendah yang terdapat pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. Nilai Maksimum pada nilai PL sebesar 83,62 hal ini menunjukkan bahwa nilai PL terbesar yang terdapat pada
41
perusahaan plastik dan kemasan yang terdapat di BEI. rata-rata nilai PL pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI sebesar -29,3214. b. Analisis Regresi Linier Berganda 1) Uji Normalitas
Tujuan dilakukannya uji normalitas tentu saja untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya data berdasarkan patokan distribusi normal data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data. Hasil Pengolahan data tersebut, dapat diperoleh bahwa data dalam penelitian berdistribusi normal. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila memiliki nilai uji kolmogorov Asym.Sig lebih besar dari 0.05. Tabel IV.3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N Normal Parameters(a,b)
DER
PL
36
36
36
36
-3,8861
-,1319
1,1147
-29,3214
18,13793
41,63757
2,04175
70,50957
,258
,269
,311
,128
Positive
,238
,269
,245
,084
Negative
-,258
-,240
-,311
-,128
1,546
1,612
1,868
,770
,168
,111
,187
,594
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
ROE
Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Hasil Pengolahan data tersebut, dapat diperoleh bahwa data dalam penelitian berdistribusi normal. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal
42
apabila nilai dari setiap variabel > 0.05 seperti nilai variabel ROA sebesar 0.168, untuk nilai ROE 0.111, DER sebesar 0.187 dan PL sebesar 0,594
Gambar IV.1 P-Plot Normalitas Hasil Pengolahan data tersebut, dapat diperoleh bahwa data dalam
penelitian berdistribusi normal. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila titik mengikuti garis diagonal pada grafik P-Plot. c) Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2005: 91),” uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas ( independen)”. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen, karena korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat VIF antar variabel independen. Jika VIF menunjukkan angka lebih kecil dari 10 menandakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Disamping
43
itu, suatu model dikatakan terdapat gejala multikolinearitas jika nilai VIF diantara variabel independen lebih besar dari 10. Tabel IV.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics Tolerance ,865 ,806 ,797 Sumber : Data diolah SPSS 2014
VIF 1,156 1,241 1,254
Dari data diatas setalah diolah menggunakan SPSS dapat diliha bahwa nilai tolerance setiap variabel lebih kecil nilai VIF < 10 hal ini membuktikan bahwa nilai VIF setiap variabelnya bebas dari gejala multikolinearitas. d) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2005:105) “uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, karena karena untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk menguji ada tidaknya situasi heteroskedastisitas dalam varian error terms untuk model regresi. Dalam penelitian ini akan digunakan metode chart (Diagram Scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa : 1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (poin-poin), yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan (bergelombang,
44
melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar keatas dan dibawah 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar IV.2 Scater Plot Dari gambar scater plot diatas dapat dilihat bahwa titik menyebar keatas
dan dibawah sumbu 0 pada sumbu Y dan ini menunjukkan bahwa data penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedasitas. e) Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2008 : 95) “Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Ada berbagai cara untuk menguji adanya autokorelasi, seperti metode grafik, uji LM, Uji Runs, Uji BG (Breusch Godfrey), dan DW (Durbin Watson). Pada penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Run. Jika nilai Asymp. Sig. (2-
45
tailed) > 0,05 maka tidak ditemukan gejala autokorelasi, jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka ditemukan gejala autokorelasi.
Tabel IV.4 Uji Autokorelasi
Mode l R R Square Durbin-Watson 1 ,592(a) ,351 2,181 Sumber : Data diolah SPSS 2013 Dari tabel IV.7 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 2,181 Angka ini terletak di antara seperti kriteria yang dikemukakan oleh Ghozali (2008 : 95) 1. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi. 2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat disimpulkan. 3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi auto korelasi. f) Persamaan Regresi
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu nilai perputaran asset, DER, ROA, serta satu variabel dependen yaitu DER . Adapun rumus dari regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y= a + b1x1 + b2x2 +e Tabel IV.5 Uji Analisis Regresi Linier Berganda Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant)
Std. Error
-7,591
12,244
ROA
2,183
,596
ROE
-,784
DER
-11,976
a Dependent Variable: PL
Sumber : Data diolah SPSS 2014
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. -,620
,540
,562
3,666
,001
,269
-,463
-2,917
,006
5,510
-,347
-2,174
,037
46
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan SPSS 15.0 diatas akan didapat persamaan regresi berganda model regresi sebagai berikut : PL = -7,591 + 2,183ROA -0,784ROE - 11,976DER Berdasarkan persamaan regresi tersebut dianalisis pengaruh ROA, ROE, DER, terhadap PL yaitu : 1.
-7,591 menunjukkan bahwa apabila variabel ROA, ROA, DER adalah nol (0) maka nilai DER sebesar -7,591%.
2. 2,183 menunjukkan bahwa apabila variabel ROA ditingkatkan 100% maka nilai DER akan bertambah sebesar 2,183% 3.
0,784 menunjukkan bahwa apabila variabel ROA ditingkatkan 100% maka nilai DER akan berkurang sebesar 0,784%.
4. 11,976 menunjukkan bahwa apabila variabel DER ditingkatkan 100% maka nilai DER akan berkurang sebesar 11,976%.
g) Uji Determinasi
Identifikasi koefisien determinasi ditunjukkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika koefisien determinasi (R 2) semakin besar atau mendekati 1, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). hal ini berarti model yang digunakan semakinkuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas teliti dengan variabel terikat. Sebaliknya, jika koefisien determinasi (R 2) semakin kecil atau mendekati 0 maka dapat dikatakan bahwa kemampuan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil.
47
Tabel IV.6 Uji Determinasi
Mode l R R Square Durbin-Watson 1 ,592(a) ,351 2,181 Sumber : Data Diolah SPSS 2014 Dari hasil uji R Square dapat dilihat bahwa 0.351 dan hal ini menyatakan bahwa variable ROA, ROE, DER sebesar 35.1% untuk mempengaruhi variabel PL sisanya dipengaruhi oleh factor lain atau variable lain. Alasan menggunakan R Square karena peneliti memilih sampel dengan non-random (misalnya sampling purposif, accidental) maka individu yang kita teliti namanya subjek atau partisipan, bukan sampel. 4. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian diuji adalah dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hipotesis pertama (H1) sampai hipotesis ke dua (H2) dianalisis dengan menggunakan model regresi linear untuk melihat pengaruh masing-masing terhadap return saham dengan menggunakan t-test dan f-test: a. Uji signifikansi simultan (F-test)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan f sig dengan tingkat signifikan 0.05. Untuk menguji apakah ROA, ROE, DER berpengaruh signifikan terhadap PL, maka hipotesisnya : - H0 : β1 = 0 (tidak ada pengaruh ROA, ROE, DER terhadap PL) - H1 : β1 ≠ 0 (ada pengaruh signifikan ROA, ROE, DER terhadap PL)
48
Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis adalah sebagai berikut : Terima H1 jika nilai probabilitas F ≤ taraf signifikan sebesar 0.05 (Sig. ≤ α0.05) Terima H0 jika nilai probabilitas F > taraf signifikan sebesar 0.05 (Sig. > α0.05) Tabel IV.8 Uji F (Anova) Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
60999,007 113006,97 2 Total 174005,97 9 a Predictors: (Constant), DER, ROA, ROE b Dependent Variable: PL Residual
3
20333,002
32
3531,468
F 5,758
Sig. ,003(a)
35
Berdasarkan hasil uji F diatas diperoleh nilai signifikan F hitung > Ftabel (5.758> 2.79) dan F sig < 0.05 (Sig. 0.003 < α0.05), dengan demikian H 1 diterima . kesimpulannya : ada pengaruh signifikan ROA, ROE, DER terhadap PL. b. Uji signifikansi parsial (t-test)
Pengujian t-test digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk menguji apakah ROA, ROE, DER terhadap PL, maka hipotesisnya : - H0 : β1 = 0 (tidak ada pengaruh ROA, ROE, DER terhadap PL) - H1 : β1 ≠ 0 (ada pengaruh signifikan ROA, ROE, DER terhadap PL) Tabel IV.8 Uji t Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant)
Std. Error
-7,591
12,244
ROA
2,183
,596
ROE
-,784
DER
-11,976
Sumber : Data diolah SPSS 2014
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. -,620
,540
,562
3,666
,001
,269
-,463
-2,917
,006
5,510
-,347
-2,174
,037
49
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi ROA berdasarkan uji t diperoleh sebesar tsig < 0.05 (Sig 0.001 > α0.05). dengan demikian Ho diterima. kesimpulannya : ada pengaruh signifikan ROA te rhadap PL. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi ROE berdasarkan uji t diperoleh sebesar tsig < 0.05 (Sig 0.006 < α0.05). dengan demikian Ho diterima. kesimpulannya : ada pengaruh signifikan ROE te rhadap PL. Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi DER berdasarkan uji t diperoleh sebesar tsig < 0.05 (Sig 0.037 < α0.05). dengan demikian Ho diterima. kesimpulannya : ada pengaruh signifikan DER te rhadap PL
B. Pembahasan 1. Pengaruh ROA Terhadap PL
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi ROA berdasarkan uji t diperoleh sebesar tsig < 0.05 (Sig 0.001 > α0.05). dengan demikian Ho diterima. kesimpulannya : ada pengaruh signifikan ROA te rhadap PL.. Menurut Kasmir (2005:205) Rasio Return On Asset (ROA) menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva. Menurut Bambang Riyanto (2009 : 37) Dalam usaha pencapaian laba optimal, ”perusahaan membuat berbagai kebijakan. Perusahaan dapat menggunakan rasio Return On Asset (ROA) sebagai indikator mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini diperoleh membagikan laba bersih perusahaan dengan total aktiva” Return On Asset (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya. Di samping itu, hasil pengembalian asset menunjukan produktivitas dari Pertumbuhan Laba perusahaan. Semakin kecil
50
(rendah) rasio ini maka semakin rendah tingkat Pertumbuhan Laba perusahaan, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini sangat berguna untuk mengukur efektivitas dari Pertumbuhan Laba perusahaan perusahaan.
2. Pengaruh ROE Terhadap PL
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi ROE berdasarkan uji t diperoleh sebesar tsig < 0.05 (Sig 0.006 < α0.05). dengan demikian Ho diterima. kesimpulannya : ada pengaruh signifikan ROE te rhadap PL. Menurut Haryanto dan Toto (2003;142) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa merngukur tingkat pengembalian modal. ROE sangat berguna dalam meningkatkan Pertumbuhan Laba perusahaan, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholder value creation. Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin tinggi pula tingkat Pertumbuhan Laba perusahaan 3. Pengaruh DER Terhadap PL
Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai signifikansi DER berdasarkan uji t diperoleh sebesar tsig < 0.05 (Sig 0.037 < α0.05). dengan demikian Ho diterima. kesimpulannya : ada pengaruh signifikan DER te rhadap PL. Semakin tinggi DER, maka semakin rendah tingkat pendanaan yang disediakan oleh pemilik sehingga akan sulit memperoleh pendanaan dari kreditor untuk mendukung kegiatan operasionalnya yang dapat berakibat pada penurunan laba perusahaan (santoso, 2006:128)
51
4. Pengaruh ROA, ROA, DER Terhadap PL
Berdasarkan hasil uji F diatas diperoleh nilai signifikan F hitung > Ftabel (5.758> 2.79) dan F sig < 0.05 (Sig. 0.003 < α0.05), dengan demikian H 1 diterima . kesimpulannya : ada pengaruh signifikan ROA, ROE, DER terhadap PL. Menurut Brigham (2000:60) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan menjadi hal yang penting sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan komposisi struktur modal perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komposisi struktur modal perusahaan diantaranya stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, dividen, ukuran perusahaan, dan fleksibilitas keuangan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi beberapa faktor yang akan diteliti yang diduga berpengaruh terhadap struktur modal diantaranya perputaran aset, profitabilitas dan pertumbuhan penjualan. Karena untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi total hutang berdasar total modal sendiri. Lucas (2008:273) menyatakan bahwa beberapa faktor penting dalam menentukan struktur modal (capital structure decisions) meliputi beberapa faktor: Kelangsungan hidup jangka panjang, konservatisme manajemen, pengawasan, struktur
aktiva,
risiko
bisnis,
pengawasan,
tingkat
pertumbuhan,
pajak,
profitabilitas. Struktur modal dapat diukur dari rasio perbandingan antara total hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio (DER).
52
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dianalisis pengaruh ROA, ROA, DER, terhadap DER yaitu : 0.787 menunjukkan bahwa apabila variabel ROA, ROA, DER adalah nol (0) maka nilai DER sebesar 78.7%. 0.781 menunjukkan bahwa apabila variabel ROA ditingkatkan 100% maka nilai DER akan bertambah sebesar 78%. 0.860 menunjukkan bahwa apabila variabel ROA ditingkatkan 100% maka nilai DER akan berkurang sebesar 86.0%. 0.381 menunjukkan bahwa apabila variabel DER ditingkatkan 100% maka nilai DER akan berkurang sebesar 38.1%. Dari hasil persamaan regresi dapat disimpulkan bahwa ROA memiliki hubungan positif terhadap DER, sedangkan ROA dan DER memiliki pengaruh negatif terhadap DER. Dari hasil uji R Square dapat dilihat bahwa 0.470 dan hal ini menyatakan bahwa variable ROA, ROA, DER sebesar 47.0% untuk mempengaruhi variabel DER sisanya dipengaruhi oleh factor lain atau variable lain. Alasan menggunakan R Square karena
peneliti memilih sampel dengan non-random (misalnya
sampling purposif, accidental) maka individu yang kita teliti namanya subjek atau partisipan, bukan sampel. Menurut Brigham (2000:60) Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan menjadi hal yang penting sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan komposisi struktur modal perusahaan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komposisi struktur modal perusahaan diantaranya stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, dividen, ukuran perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh ROA terhadap PL pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI. 2. Ada pengaruh ROE terhadap PL pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI. 3. Ada pengaruh DER terhadap PL pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI 4. Secara simultan ada pengaruh ROA, ROA, DER terhadap PL pada perusahaan plastik dan kemasan yang terdaftar di BEI
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian selanjutnya antara lain: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan periode penelitian
yang lebih panjang sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat dan dapat digeneralisasi 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen yang turut mempengaruhi struktur modal. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sector sehingga hasilnya lebih baik lagi
54
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert.2007. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia.Jakarta:Media Staff Indonesia. Amstrong, Gary & Philip, Kotler. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jilid 1, Alih Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan. Jakarta: Penerbit Prenhalindo. Bambang Riyanto. 2009. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan (edisi keempat). Yogyakarta : BPFE UGM. Basu Swastha dan Irawan. 2000. “Manajemen Keuangan Modern. (Edisi kedua). cetakan ke sebelas. Yogyakarta : Liberty Offset. Bodie, Kane, Marcus. 2002. Investment. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat Brealey, Richard A, Stewart C. Myers, dan Alan J. Marcus. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 2. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Devi. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Fabozzi, Frank J. 2005. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat Haryanto dan Toto Sugiharto, 2003. “ Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Jilid 8 Nomor 3, hal 142 Hatta. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI Volume 6 No. 2, Desember 2002 Higgins, 2005, Hubungan antara Kepemimpinan dengan Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja, Terjemahan Abdul Rasyid dan Ramelan, DERM, Jakarta. Husein Umar, 2004, “ Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Indrawati Titik dan Suhendro .2006. “Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di Bursa EfekJakarta Periode 2000-2004“, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 3, No. 1, Hlm. 77-105 Joni dan Lina. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi