BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan dari hasil tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi setelah seseorang melakukan pengideraan pada suatu obyek tertentu dan adanya stimulus. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penciuman, penglihatan, pendengaran, perasaan dan perabaan. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005). Menurut Effendi (1998), Setiap orang mempunyai tipe penerimaan tanggapan yang berbeda-beda, baik tipe visual, audiktif, motorik, taktil atau kombinasi. Penginderaan terhadap obyek dapat diperoleh melalui berbagai cara antara lain : dengan pendidikan formal, pengalaman, kursus atau latihan. Hal ini juga berhubungan dengan kemampuan, mengingat materi yang bersifat teoritis dan praktek yang diberikan. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan untuk merubah pengetahuan, sikap dan perilaku adalah dengan pendidikan dan latihan (Notoatmodjo, 2005). Menurut verner dan Davison yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa usia mempengaruhi proses belajar, karena dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan mulai bergerak makin
jauh. Dengan bertambahnya usia, kemampuan menerima suatu / bunyi makin berkurang sehingga pembicaraan orang lain yang terlalu cepat sukar ditangkapnya. Dengan kata lain, makin bertambah usia maka kemampuan menerima stimulus makin berkurang. Sedang
menurut
Machfoedz
(2005),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi proses belajar adalah faktor manusia diantaranya : usia, kematangan fisik, psikis dan sosial; pengetahuan yang diperoleh sebelumnya; dan motivasi. Pengetahuan merupakan hasil dari suatu prodak pendidikan dan pengalaman yang nantinya akan memberikan suatu tingkat pengetahuan dan keterampilan tertentu (Handoko, 1995). Pengetahuan secara kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan menurut teori Bloom (Notoatmodjo, 2005) yaitu : a. Tahu (know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tau merupakan tingkat pengetahuan paling rendah, b. Memahami (comprehention) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginteprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi
(application)
Diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis
(analysis).
Analisis
adalah
suatu
kemampuan
untuk
menjabarkan suatu materi /suatu obyek kedalam komponen-komponen dalam satu struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis
(syntesis)
Merupakan
suatu
kemampuan
untuk
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. . f. Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah pendidikan, umur, pengalaman, status sosial, ekonomi, budaya dan kondisi kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, semakin bertambah bertambah,
umur
seseorang
pengalaman
maka
seseorang
pengetahuannya akan
menambah
akan
semakin
wacana
dan
meningkatkan pengetahuannya, semakin tingi status sosial, ekonomi, budaya dan kondisi kesehatan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
2. Pengetahuan tentang Pijat Bayi
Dari hasil wawancara pada ibu-ibu post partum yang membawa bayinya untuk dipijat di KIA rumah sakit Roemani Semarang mengatakan bahwa pengetahuannya tentang pijat bayi sudah lama dikenal atau
didengar, tetapi pengaruh positif atau manfaat terhadap bayi dan ibunya terutama bila dilakukan sendiri oleh ibu bayi belum banyak yang mengetahui. Pengetahuan tentang pijat bayi meliputi pengaruh positif (manfaat) bagi bayi dan ibunya serta pengetahuan tentang tata cara dan teknik memijat bayi yang baik dan menyehatkan. Pengetahuan tentang pijat bayi dapat ditingkatkan melalui penyuluhan / latihan (Harley, 2003). Pada penelitian ini kedalaman pengetahuan yang ingin digali sampai sebatas memahami. Termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Pengukuran pengetahuan dapat dilaksanakan dengan wawancara, angket atau pengisian kuesioner yang menanyakan isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Dalam hal ini, tujuannya untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang teknik pijat bayi pada kelompok ibu post partum.
B. Keterampilan Teknik 1. Definisi Keterampilan Teknik
Keterampilan teknik adalah kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan menggunakan anggota badan atau peralatan kerja yang tersedia. Keterampilan teknik lebih banyak menggunakan unsur-unsur anggota badan daripada unsur lain (Shein, 1992 dalam Taylor, 1993).
Keterampilan juga merupakan kemampuan mengadakan komunikasi non verbal, yaitu dapat menyampaikan pesan melalui gerakan muka, gerakan tangan, penampilan dan ekspresi kreatif (Nasution, 1999). Azwar (1983) menyatakan bahwa sejauh mana pengetahuan yang diperoleh, sangat berpengaruh terhadap keterampilan seseorang. Faktor yang mempengaruhi keterampilan adalah pengetahuan, pendidikan, pengalaman, lingkungan dan fasilitas, kebiasaan, kebudayaan dan usia (Green, 1984 dalam Notoatmodjo, 2005). pengetahuan
dan
pendidikan
seseorang
akan
Semakin tinggi meningkatkan
keterampilannya, bertambahnya pengalaman seseorang akan menambah keterampilannya, adanya lingkungan dan fasilitas yang mendukung akan meningkatkan keterampilan, kebiasaan sehari-hari dan budaya setempat akan mempengaruhi keterampilan seseorang, semakin bertambahnya usia seseorang akan bertambah pula keterampilannya.
2. Keterampilan Teknik Pijat Bayi
Berdasarkan hasil wawancara pada ibu-ibu yang membawa bayinya ke KIA Rumah Sakit Roemani untuk dipijat, mereka mengatakan tidak berani atau belum mempunyai kemampuan atau keterampilan untuk memijat bayinya sendiri. Menurut (Niki dan Alan dalam Mutiah, 2006) menyatakan bahwa pengetahuan akan mendukung kemampuan atau keterampilan dalam melaksanakan prosedur-prosedur yang dimaksud. Keterampilan
teknik pijat bayi membutuhkan fleksibilitas, kasih sayang dan kreativitas sehingga membuat pemijat menjadi lebih akrab dengan bayinya. Keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai adalah dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir dari teknik pijat bayi yang dapat dilakukan menurut pedoman pelaksanaan pijat bayi (Niki dan Alan dalam Mutiah, 2006).
C. Penyuluhan Kesehatan 1. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan yang berlandaskan prinsipprinsip mengajar, memberi informasi atau nasehat yang ditujukan kepada individu, kelompok atau masyarakat tentang hidup sehat. (Syahlan, 1996) Penyuluhan berhasil bila terjadi perubahan pengertian, sikap dan perilaku masyarakat. Penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Layanan penyuluhan merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (Sukardi, 1995). Penyuluhan untuk pendidikan secara umum adalah untuk mengubah perilaku yang kurang sehat menjadi sehat. Perilaku kurang tersebut bukan suatu penyakit, tetapi suatu perilaku yang karena kebiasan atau adat atau karena masalah budaya yang lain (Machfoedz, 2005). Menurut Azwar (2003) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebar pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak
sadar, atau dan mengerti, tetapi juga mau serta bisa melakukan suatu tindakan yang ada hubungannya dengan kesehatan. Sasaran penyuluhan menurut (Notoatmodjo, 2005) adalah : Masyarakat
umum
yang
berorientasi
pada
masyarakat
pedesaan,
masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja, Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu. Materi atau isi penyuluhan harus dituangkan dalam bahsa yang mudah difahami oleh sasaran dan dapat dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki atau terjangkau oleh mereka (Machfoedz, 2005). Menurut Rianto (1999), bahwa sesuai dengan konsep belajar, salah satu factor yang mempunyai potensi berpengaruh terhadap proses belajar adalah minat pelajar terhadap materi yang disampaikan. Selain itu, Notoatmodjo (2005) menyampaikan bahwa prestasi belajar berhubungan dengan intensitas perhatian, dan perhatian spontan cenderung lebih lama dan lebih intensif. Metoda atau cara penyuluhan tergantung pada tujuan penyuluhan yang ingin dicapai. Tujuan bisa dikelompokkan menjadi 3 bidang, yaitu bidang pengertian sikap dan keterampilan. Bila tujuan yang ingin dicapai adalah bidang pengertin, pesan cukup disampaikan dengan diucapakan, atau secara tertulis. Bila tujuan untuk mengembangkan sikap positif, sasaran perlu menyaksikan kejadian tersebut, misal melalui film, slides, atau foto-foto biasa. Bila tujuannya untuk mengembangkan keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan mencoba sendiri (Machfoedz, 2005).
Suatu prinsip belajar sambil bekerja adalah berusaha agar sasaran menghayati materi tidak hanya pada mendengar dan melihat, tetapi juga dengan mengerjakan (Notoatmodjo, 2005). Metode ceramah, demonstrasi dan latihan sangat bermanfaat bagi proses belajar mengajar yang berorientasi pada keterampilan jasmaniah (kecakapan ranah karsa) (Syah, 2000). Peneliti merencanakan metode penyuluhan dengan cara di sampaikan dengan ucapan dan tertulis serta sasaran diberi kesempatan untuk mencoba sendiri, karena tujuan penyuluhan yang ingin dicapai peneliti mencakup 3 bidang di atas. Media
penyuluhan
(alat-alat
bantu
untuk
mempermudah
penyampaian penyuluhan) menurut Machfoedz (2005) dibagi menjadi 3, yaitu: media cetak (leaflet, poster dan lain-lain), media elektronik (slide, televise, radio, radio, VCD) dan media papan (billboard). Media Media penyuluhan yang peneliti gunakan berupa media cetak (booklet) dan pantum.
2. Pendidikan Kesehatan Secara definisi pendidikan kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama dalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level dan Clark mengatakan adanya 4 tingkatan pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat yakni : Health promotion (peningkatan / promosi kesehatan), specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi), early diagnosis dan
prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera), disability limitation
(membatasi
atau
mengurangi
terjadinya
kecacatan),
rehabilitation (pemulihan). Dalam konteks itu, pendidikan kesehatan peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian yang kedua, pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan,
atau
”menjual”
kesehatan.
Dengan
perkataan
lain,
pendidikan kesehatan adalah ”memasarkan” atau ”menjual” atau ”memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau ”upaya-upaya” kesehatan, sehingga masyarakat ”menerima”, atau ”membeli” (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau ”mengenal” pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
3. Strategi penyuluhan kesehatan.
Yaitu
teknik
atau
bagaimana
cara
untuk
mencapai
atau
mewujutkan visi dan misi penyuluhan tersebut secara berhasil guna dan berdaya guna. Strategi penyuluhan kesehatan secara global terdiri dari 3 hal yaitu : a. Advokasi ( Advocacy Advocacy) adalah kegiatan untuk menyakinkan ibu-ibu post partum dengan kriteria bayi sehat, agar membantu atau mendukung program penyuluhan teknik pijat bayi. b. Dukungan sosial (social support ) adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat, dengan tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan
antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program kesehatan). Untuk memberikan dukungan tentang penyuluhan teknik pijat bayi pada ibu-ibu yang paling dekat adalah keluarga terutama ayah dan nenek bayi. Empowerment ) adalah strategi penyuluhan c. Pemberdayaan Masyarakat ( Empowerment
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat langsung .tujuannya untuk mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk pemberdayakan ibuibu post partum tentang teknik pijat bayi ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain: penyuluhan teknik pijat bayi, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan skill tentang teknik pijat bayi.
4. Faktor pendukung
a. Faktor
predisposisi
mempermudah
atau
( predisposisi
factors ) adalah
mempredisposisi
terjadinya
faktor
yang
perilaku
pada
seseorang atau masyarakat. Faktor-faktor yang dapat mendukung tercapainya penyuluhan teknik pijat bayi adalah pengetahuan dan sikap ibu-ibu terhadap teknik pijat bayi. b. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah sarana, prasarana yang memfasilitasi terjadinya prilaku seseorang atau masyarakat. Untuk mendukung ibu-ibu dalam melakukan pijat bayi, ibu-ibu difasilitasi panduan teknik pijat seperti leaflet,VCD atau klinik-klinik yang ada panduan pijat bayi.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah masyarakat sudah tahu tentang kesehatan dan mamfaatnya tapi masyarakat masih banyak y ang tidak memperhatikan.Untuk memberikan penguat pada ibu-ibu post partum
melibatkan
keluarga
dan
pantauan
dari
KIA
yang
bersangkutan.
D. Bayi 1. Pengertian
Bayi adalah anak usia 1 bulan sampai denga usia 12 bulan. Periode infant mengalami peningkatan perkembangan motorik, kognitif dan sosial.
melalui kebersamaan dengan orang tua, bayi membuka kepercayaannya dalam dunia atau lingkungannya sebagai dasar untuk hubungan interpersonal mendatang. Bulan pertamakehidupan merupakan masa yang kritis, meskipun periode infant sering berbeda dengan petunjuk yang ada dalam buku, dikarenakan penyesuaian menyeluruh fisik infant ke keadaan diluar uterus dan penyesuaian psikologis orang tua. (Nicki & Alan dalam Mutia, 2006 ). 2. Tumbuh kembang bayi
Pijat akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena dengan sentuhan atau pijatan anak lebih aktif dan reflek hisap lebih kuat. Bila pijatan dilakukan secara rutin terus menerus menjadikan anak tetap sehat dan cerdas. (Elisabet Hurlock, 2008)
Pembagian tahap-tahap perkembangan bayi sesuai usia menurut Ma`ruf Ma`sum (2007) adalah sebagai berikut : a. Usia 1-6 bulan
Pada usia bayi 1 bulan aktivitas yang efektif adalah pemberian makan atau susu secara rutin dan perkiraan siklus tidur bayi. Interaksi sosial yang terjadi antara orang tua dan bayi sangat penting bagi perkembangan emosi dan kognitif bayi. 1) Perkembangan fisik
Pada minggu pertama usia bayi berat badan bayi berkurang 10% dari awal kelahiran dikarenakan adanya pengeluaran cairan ekstravaskuler yang banyak dan kurangnya asupan cairan atau makanan. Bayi akan memperlihatkan refleks primitive seperti menggenggam, menghisap, memberikan respon terhadap suarasuara mengejutkan. Sekitar usia 2 bulan bayi akan mulai memberi respon senyuman dengan tatapan mata yang lebih terfokus dan merasakan rasa sayang orangtua. Bayi akan mengadakan gerakan jika tengkurap. Bulan-bulan berikutnya perkembangan bayi semakin pesat pada jaringan ubuh dan interaksi dengan orang lain. Pada usia 3-4 bulan bayi mulai mengangkat kepala dari posisi tengkurap, dapat menahan kepala saat duduk, bersuara bila diajak bicara.
2) Perkembangan Kognitif
Perkembangan yang terlihat adalah aktivitas penglihatan, sensor gerak, penciman dan respon pendengaran. Pada usia 4 bulanan mulai tertarik dengan lingkungan sekitar, tidak hanya terfokus pada ibunya saja. Bayi mulai pecicilan menoleh kekiri kanan dan melihat ke luar. Bayi juga akan memperlihatkan tubuhnya sendiri, melihat dan memegang tangannya, bersuara, meniupkan gelembung udara, Sebelum pijat bayi dilaksanakan, perlu dipersiapkan Kesemuanya merupakan tahap kognitif bayi terhadap keingintahuan. 3) Perkembangan Emosi
Kepercayaan merupakan langkah dasar psikologi bayi, kemudian berkembang sesuai bertambahnya usia dan bayi mulai menangis ketakutan bila merasa tidak nyaman. Pada usia mulai masuk 4 bulan emosi bayi akan terlihat dari luar seperti kemarahan,
kesenangan,
ketertarikan,
takut,
jijik,
terkejut
ditunjukkan dengan ekspresi wajahnya.
b. Usia 6-12 bulan
Pada usia 6-12 bulan terjadi peningkatan pergerakan dan keingintahuan tentang keadaan sekitar, adanya peningkatan pengertian kognitif dan kemampuan komunikasi. Bayi akan berkembang terus
secara bertahap dan karakter dari orang tua akan tampak tetapi tetap ada perbedaan. 1) Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisiknya meningkat secara lambat, pada usia 7 bulan
bayi
akan
mulai
berguling
ketika
terlentang
dan
memalingkan kepala pada orang berbicara lalu pada usia 9-10 bulan bayi akan mulai duduk dari posisi berbaring, berpindah dan merangkak, mendorong untuk berdiri, dapat memungut benda diantara jari-jari dan ibu jari tangannya, dapat memegang gelas untuk minum serta mulai berjalan dengan bimbingan. Mengalami pertumnuhan gigi dan tulang secara bertahap. Mulai mengeluarkan ocehan kata-kata seperti “da’’, “m”. 2) Perkembangan kognitif
Pada awalnya benda-benda yang dipegang akan dimasukkan dalam mulut. Bila melihat benda akan diambil, diperhatikan, dipindahkan dari tangan satu ketangan lain, dibuang. Mulai mengenal dan menolak orang asing, kemudian meniru orang dewasa dan berteriak mencari perhatian 3) Perkembangan emosi
Terjadi perkembangan respon patuh dengan perubahan sosialnya dan perkembangan bicara. Memperlihatkan berbagai emosi dengan ekspresi wajah dan tingkah lakunya secara lebih nyata. Tertawa dan menangis secara tiba-tiba. Bayi yang biasa
tidur sepanjang malam akan bangun dan menangis, hanya karena ingin mengetahui bahwa orang tuanya berada disampingnya.
E. Pijat Bayi 1. Pengertian
Pijat bayi adalah suatu teknik sentuhan yang dapat memberikan manfaat pengobatan. Praktek pijat ini sudah dikenal sejak zaman dahulu karena manfaatnya .Bagi bayi pijat atau sentuhan kasih sayang yang diberikan ibu menambah hubungan ikatan batin yang kuat antara ibu dan bayinya, lebih dari itu pijat akan memberikan ketentraman yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan bahagia,percaya diri dan aman secara emosional (Alan & Nicki dalam Mutiah, 2006 )
2. Tujuan
Pijat bayi adalah Menolong memperluas pengertian kita tentang efek sentuhan terhadap perilaku bayi serta memberikan informasi berharga tentang efek berbagai tipe sentuhan.
3. Manfaat pijat bagi bayi antara lain
Memberikan rasa aman yaitu dengan adanya kontak fisik secara positif antara anak dan orang tua, maka anak merasa bahagia dan dicinta, Meningkatkan kesehatan umum yaitu bayi yang disentuh dengan kasih sayang jarang menangis dan jarang sakit. Memperbaiki sirkulasi dan
menambah sistem kekebalan, mengatasi rasa sakit dan gejala penyakit, meningkatkan relaksasi relaksasi dan menenangkan menenangkan bayi, meningkatkan kesadaran fisik,
kekuatan
mengajarkan
otot-otot
dan
berkomunikasi
membuat
nonverbal
persendian
dan
memberi
lebih
lentur,
kemampuan
bersosialisasi sejak dini.
4. Manfaat pijat bayi bagi orang tua
Memberikan relaksasi yaitu dimana orang tua dalam memberikan sentuhan fokus pada bayinya, maka orang tua akan merasa rilek dan menyenangkan, Mengembangkan kepekaan yaitu dengan sentuhan atau pijatan yang sering kita lakukan, maka kita akan mudah ”membaca” atau lebih memahami reaksi bayi, Membangun percaya diri yaitu para orang tua akan nyaman dalam menangani bayinya, Menguatkan jalinan antar orang tua dan bayi dengan komunikasi non verbal yang memberi kemampuan bersosialisasi. (Alan & Nicki dalam Mutiah, 2006) Berdasarkan dari hasil penelitian (Herminia Cifra Lopez, 1999 ) ternyata pijat pada bayi mempunyai dampak positif yang dapat mempertahankan kesehatan bayi, yaitu : Dampak biokimia yang positif: Penurunan kadar hormon stress (catecholamine), Peningkatan kadar zat daya tahan tubuh (immunoglobulin) terutama IgG, IgA dan IgM, Dampak klinis yang positif : Peningkatan jumlah sel dan daya racun (sitoktositas) dari system imunitas (sel pembunuh alami/natural killer cell). Dampak klinis yang positip tersebut antara lain: mengubah gelombang otak secara
positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pernafasan serta pembuangan, meningkatkan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit, meningkatkan hubungan orang tua dan bayi (bonding), mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan produksi ASI (Rusli, 2001) Pijat bayi dapat dilakukan segera setelah lahir. Jadi dapat di lakukan kapan saja sesuai kegiatan. Bayi akan mendapat keuntungan lebih besar bila pemijatan dilakukan tiap hari sampai usia enam sampai tujuh bulan.Pemijatan dapat dilakukan pagi hari sebelum mandi, bisa juga pemijatan dilakukan malam hari sebelum bayi tidur sehingga bayi dapat tidur lebih lelap. Tindakan pijat di kurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Menginjak usia enam bulan pemijatan dua hari sekali sudah memadai (Luize, 2006).
5. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pemijatan antara lain :
Tangan bersih dan hangat, ruangan untuk memijat di usahakan hangat dan tidak pengap, bayi sudah selesai makan / minum dan tidak lapar, hindari kuku dan perhiasan tidak menggores pada kulit bayi, menyediakan waktu khusus, minimum 15 menit dan tidak boleh tergesagesa, duduk dengan posisi yang tenang dan nyaman, .baringkan bayi diatas permukaan kain yang rata, lembut, dan bersih, siapkan handuk, popok, baju ganti dan minyak bayi (baby oil/lotion), mintalah ijin pada
bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara.
6. Beberapa hal yang dianjurkan selama melakukan pemijatan (Luize, 2006), antara lain :
Memandang mata bayi disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan berlangsung, Bernyanyilah atau putarlah lagu-lagu yang tenang/lembut untuk menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung, Awali pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap tambahkan tekanan pada sentuhan tersebut, terutama bila sudah yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan, Sebelum melakukan pemijatan, lumurilah kedua telapak tangan pemijat dengan baby oil/lotion yang lembut sesering mungkin, Sebaiknya pemijatan dimulai dari kaki karena umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki. Dengan demikian, akan memberikan kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum bagian lain dari badannya Urutan pemijatan bayi dianjurkan mulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan diakhiri bagian punggung, Tanggaplah pada isyarat yang diberikan bayi, bila bayi menangis cobalah menenangkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Bila bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan, mungkin bayi minta digendong, disusui atau sudah mengantuk dan ingin tidur, mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir, agar bayi merasa segar dan bersih setelah dilumuri
baby oil/lotion. Lakukan konsultasi pada dokter untuk mendapat keterangan lebih lanjut tentang pemijatan bayi,Hindarkan mata bayi dari percikan atau lelehan baby oil/lotion.
7. Beberapa hal yang tidak dianjurkan dalam menerapkan pijat bayi (Lueiz, 2006), yaitu :
Jangan
memijat
bayi
langsung
setelah
makan,
Jangan
membangunkan bayi khusus untuk pemijatan, Jangan memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat, Jangan memijat pada saat bayi tak mau dipijat, Jangan memaksa posisi pijat tertentu pada bayi.
8. Cara memijat berdasarkan usia bayi (Roesli, 2001), yaitu :
a. Bayi umur 0 - 1 bulan Disarankan hanya diberi gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Perlu diingat bahwa sebelum tali pusat lepas, sebaiknya tidak dilakukan peijatan didaerah perut. b. Bayi umur 1-3 bulan Disarankan diberikan gerakan halus disertai tekanan ringan dalam waktu yang lebuh singkat
c. Bayi umur 3 bulan bulan – 3 tahun tahun
Disarankan agar seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan ringan dalam waktu yang makin meningkat. Menurut Roesli, 2001 teknik pemijatan bayi usia 0-3 bulan yang benar adalah sebagai berikut: 1) Sentuhan relaksasi (Touch Relaxation) Yaitu berupa goyangan ringan, tepuk-tepuk halus, atau ayunanayunan lembut. Sentuhan ini dapat dikerjakan disetiap badan bayi seperti didaerah tangan, pundak dan perut dengan cara yang sama. Untuk bagian pundak misalnya, tepuk-tepuklah dan goyangkan secara halus kedua pundak dengan kedua tangan kita sambil mengajak bicara. Sentuhan ini dipakai untuk memulai gerakan pada setiap bagian badan bayi. 2) Gerakan Peregangan Lembut Berupa sentuhan atau pemijatan lanjutan dari pemijatan utama. Setelah pemijatan otot bayi jadi hangat dan rilek, jadi kita dapat melakukan peregangan anggota geraknya dan mobilisasi sendinya dengan aman.Peregangan ini dapat dilakukan pada akhir pemijatan atau diantara pijatan. Setiap gerakan peregangan dapat dilakukan sebayak 4-5 kali. a) Menyilang tangan Pegang kedua pergelangan tangan bayi dan silangkan keduanya di dada. Setelah itu, luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping. Ulangi setiap gerakan 4-5 kali.
b) Membentuk diagonal tangan-kaki : Pertemukan ujung kaki kanan dan ujung tangan kiri bayi diatas tubuh bayi sehingga membentuk garis diagonal. Selanjutnya, tarik kembali kaki kanan dan tangan kiri bayi ke posisi semula, Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung tangan kanan diatas tubuh bayi. Selanjutnya, tarik kembali tangan dan kaki bayi ke posisi semula. c) Menyilang kaki : Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan keatas. Buatlah silangan sehingga mata kaki kanan luar bertemu mata kaki kiri dalam. Setelah itu, kembalikan pada posisi semula, Pegang kedua pergelangan kaki bayi dan silangkan kedua kakinya keatas sehingga mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki luar. Setelah itu, kembalikan pada posisi semula. d) Menekuk kaki bergantian : Pegang pergelangan kaki kanan bayi dalam posisi lurus, lalu tekuk lutut kaki perlahan menuju arah perut, pegang kaki kiri bayi dalam posisi lurus, lalu tekuk lutut kaki perlahan menuju arah perut. e) Menekuk kaki bersamaan Gerakan seperti menekuk kaki tetapi dengan menggunakan kaki secara bersamaan.
F. Kerangka Teori
Pengetahuan secara kognitif dibagi menjadi : 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi
Penyuluhan Teknik Pijat Bayi
Penyuluhan Kesehatan : 1. Advokasi 2. Dukungan sosial 3. Pemberdayaan masyarakat
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan ibu tentang : 1. Tumbuh kembang bayi 2. Tujuan pijat bayi 3. Manfaat pijat bayi bagi bayi 4. Manfaat pijat bagi ibu
Pengetahuan dan Ketrampilan tentang Pijat Bayi
Ibu post partum dengan kriteria bayi hidup
Gambar 2.1. Kerangka Teori (Niki & Alan dalam Mutiah, 2006) G. Kerangka Konsep
Intervensi penyuluhan teknik pijat bayi
-
Pre test Pengetahuan Ketrampilan
-
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Post test Pengetahuan Ketrampilan
H. Hipotesis
1. Ada pengaruh penyuluhan teknik pijat bayi terhadap pengetahuan ibu tentang teknik pijat bayi. 2. Ada pengaruh penyuluhan teknik pijat bayi terhadap keterampilan ibu melakukan pijat bayi.