BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH Kata-kata dakwah memang bukan sesuatu yang asing di telinga. Mengingat dakwah bukan merupakan hal yang baru dalam Islam, namun telah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan berlangsung hingga sekarang. Dakwah yang secara etimologi berarti mengajak, ini bisa terjadi dimana saja. Di mesjid,lingkungan masyarakat, tempat dan sarana pendidikan dan tempat-tempat lain. Ditambah lagi disaat ini,gerakangerakan dakwah tumbuh menjamur di Indonesia. Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara dan metode-metode, baik secara lisan melalui ceramah, tarbiyah, khutbah, maupun dengan perbuatan dan kerja nyata kita. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang defenisi dan metode-metode mengenai problematika dakwah kampus saat ini sebagai bahan introspeksi bagi semua.
1.2
PEMBATASAN MASALAH 1.2.1
PERUMUSAN MASALAH Masalah yang dibahas dalam penulisan makalah ini adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan problematika dakwah kampus? 2. Bagaimana kompetensi, aqidah, dan intelektual Da‟i dalam menyampaikan dakwah? 3. Apa saja etika dan tahapan dakwah?
1.3
TUJUAN PENULISAN 1.
Dapat memahami pengertian problematika dakwah kampus.
2.
Dapat memahami kompetensi, aqidah, dan intelektual da‟i dalam menyampaikan dakwah.
3.
Dapat memahami etika dan tahapan dakwah.
-1-
1.4
METODE PENGUMPULAN DATA Penulis mempergunakan metode kepustakaan.
Studi Pustaka
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.
1.5
SISTEMATIKA PENULISAN Dalam sistematika penulisan, makalah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara global tentang isi karya tulis. Adapun pokok-pokok bab perbab ini menjelaskan urutan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan, menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab II : Pembahasan, mengemukakan pembahasan masalah yang bersumber pada data-data yang diperoleh berdasarkan studi pustaka. Bab III : Penutup, memuat kesimpulan dan saran.
-2-
BAB II PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN PROBLEMATIKA DAKWAH KAMPUS Problematika berasal dari kata problem, artinya soal, masalah, perkara sulit, persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti berbagai problem atau masalah. Dakwah menurut bahasa; dakwah berasal dari bahasa Arab yakni (da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Sedangakan pengertian dakwah menurut istilah adalah menyeru, memanggil,
mengajak
dan
menjamu,
dengan
proses
yang
berkesinambungan dan ditangani oleh para pengembang dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Problematika dakwah kampus merupakan permasalahan penyampaian seruan dakwah dan pengkajian nilai – nilai islami di dalam kampus. Lalu, ada apa dengan dakwah kampus? Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Kampus dianggap tempat yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Artinya, kampus sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang ada, setiap warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya. Kini, problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari semakin berat. Ada dua faktor yang mempengaruhi dakwah kampus, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor internalnya adalah jumlah da‟i yang kualitasnya semakin menurun. Sedangkan faktor eksternnya adalah : 1. Struktural-birokrasi. 2. Sosiokultural budaya, sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme, materialisme, naturalisme, hedonisme, ataupun
-3-
keterasingan dosen dengan mahasiswa dan masyarakat, dan lain - lain. 3. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program da‟wah. 4. Komunikasi, baik karena terbatas sarananya ataupun kemampuan komunikasi secara efektif kurang dimiliki oleh para aktivis. 5. Sarana prasarana yang kurang atau terbatas dalam menunjang aktivitas da‟wah kampus. 6. Orientasi pendidikan yang dikotomis (tidak Islami). 7. Ghozwul fikri dalam seluruh segi (misal : cara berfikir yang sekuleristik). 8. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam (semisal : suasana ikhtilat yang terjadi di semua sudut kegiatan masyarakat kampus).
2.2
KOMPETENSI, AQIDAH, DAN INTELEKTUAL DA’I DALAM MENYAMPAIKAN DAKWAH
2.2.1
Aqidah dan intelektualitas Da’i
Jika dicermati lebih dalam dari ayat-ayat al-Qur‟an yang memperkenalkan istilah dakwah, ada tiga unsur penting berkenaan dengan dakwah yaitu: 1. Tabligh, yakni proses penyampaian baik secara lisan maupun tulisan
Artinya : “Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasehat kepadamu. dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al-A‟raf [7] : 62).
2. Perubahan (change) dan pengembangan (developmental), makna ini diistilahkan dalam al-Qur‟an “Ahsanu „amala” -4-
sebagaimana firman Allah dalam surat Fushshilat ayat 33 yang berbunyi:
Artinya: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat [41] : 33).
3. Keteladanan. Dalam ajaran Islam, keteladanan diistilahkan dengan akhlak. Akhlak merupakan tugas utama dari Nabi sebagaimana sabda Beliau “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Tugas ini juga menjadi tugas para pengikutnya yang menyatakan dirinya sebagai muslim (QS. Yusuf: 108) dan karenanya mencontoh kepada Rasulullah sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Ahzab ayat 21 “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”..1
Aqidah dan intelektualitas
seorang da‟i Untuk jadi pengemban dakwah cukup bermodalkan keimanan, ilmu, dan kemauan. Allah swt. berfirman:
َّ سنُ قَ ْوالً ِم َّمنْ َد َعا إِلَى َ َو َمنْ أَ ْح ِّللا “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru manusia menuju Allah?” (QS Fushhilat [41]: 33) Menurut Imam al-Hasan, ayat di atas berlaku umum buat siapa aja yang menyeru manusia ke jalan Allah (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi). Mereka, menurut Imam Hasan al-Bashri, adalah kekasih Allah, wali Allah,
-5-
dan pilihan Allah. Mereka adalah penduduk bumi yang paling dicintai Allah karena dakwah yang diserukannya. Selain itu, pujian bagi para pengemban dakwah senantiasa disampaikan Rasulullah untuk mengobarkan semangat para shahabat dan umatnya. Seperti dituturkan Abu Hurairah: “Siapa saja yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia mendapatkan pahala sebesar yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka.” (HR Muslim) Para shahabat Rasulullah begitu gigih dan pantang menyerah dalam berdakwah. Sebagian besar waktu, tenaga, pikiran, harta-benda, keluarga bahkan nyawa pun rela mereka korbankan untuk mendapatkan pahala Allah yang melimpah dalam aktivitas dakwah. Selain itu, aktivitas dakwah tidak hanya berlimpah pahala. Dari sisi psikologis, aktivitas dakwah sangat membantu pendakwah untuk mengenali diri dan masa depannya. Seorang da‟i sebaiknya memiliki kompetensi yang baik dalam menyampaikan dakwah. Aqidah dan intelektualitas seorang da‟i tidak boleh sembarangan. Dalam konteks seorang da‟i
sebagai individu,
diharapkan dapat memahami dasar yang bisa menguatkan dirinya dalam ber-Islam dan alasan yang hakiki mengapa ia melakukan aktifitas dakwah. Adanya pemahaman dasar ini akan menentukan kebijaksanaan pribadi serta semangat geraknya. Biasanya permasalahan seorang da‟i seperti masalah kejenuhan dalam berdakwah, virus merah jambu, kekecewaan terhadap dakwah atau jamaah dakwah. Metode yang tepat untuk menyampaikan teori adalah dengan bentuk ta‟lim dengan seorang yang memahami dengan komprehensif materi, bentuk metode tambahan lainnya dapat di sampaikan dalam pembinaan rutin seperti mentoring. Hal-hal yang kiranya perlu disampaikan sebagai bekal bagi kader antara lain :
-6-
1.
Memahami Prinsip Islam
Seorang da‟i diharapkan dapat memahami dasar-dasar yang sangat mendasar dari Islam itu sendiri. Bermula dari memahamkan makna dan urgensi syahadat sebagai pintu gerbang umat Islam. Mengenal Allah sebagai Rabb dengan
segala
sifa-sifatnya,
mengenal
Rasul
untuk
diteladani, dan al-Qur‟an sebagai pedoman hidup. Seorang da‟i dengan prinsip yang kuat akan berdampak pada militansi yang kuat. Selain itu, keikhlasan dalam menjalankan agenda dakwah yang ada hanya untuk Allah semata dapat dibangun dengan dasar prinsip Islam yang kuat. Sebagai seorang da‟i yang akan menyampaikan nilai-nilai Islam tentu membutuhkan Ilmu untuk disampaikan , biasanya untuk dakwah kampus, diskusi tentang agama cukup banyak sekitar masalah aqidah dan alasan mengapa kita harus berIslam. Tentu, kita sangat berharap kader dakwah kampus bisa menjadi perpustakaan berjalan untuk menanyakan hal-hal terkait keIslaman. 2.
Memahami Pedoman Islam
Dua pedoman utama dan hakiki seorang muslim dalam menjalankan hidupnya adalah al-Qur‟an dan al-Hadits. Seorang da‟i diharapkan dapat memahami kedua pedoman ini dengan baik, metode yang sering dilakukan untuk meningkatkan kepahaman ini adalah dengan tahsin atau belajar bagaimana membaca al-Qur‟an dengan tajwid yang benar, tahfidz atau belajar untuk menghafal al-Qur‟an, dan tastqif atau kajian al-Qur‟an dan al-Hadits untuk lebih memahamkan makna yang lebih mendalam dari dua pedoman ini. Seorang da‟i dituntut untuk selalu dekat dengan al-Qur‟an, karena kedekatan dan banyaknya interaksi seorang kader dengan pedoman Islam ini akan berdampak positif pada beberapa hal, yakni ; (1) keberkahan dakwah, (2) kualitas maknawiyah da‟i, (3) kemampuan meyakinkan dan mempengaruhi da‟i, (4) penjagaan asholah dakwah, dan (5) membangung kebiasaan untuk selalu berlandasakn syar’i dalam setiap kebijakan yang ada.
-7-
3.
Memahami Fikroh Dakwah dan Amal Jama’i
Sebuah pertanyaan yang harus dapat dijawab seorang da‟i sebelum berdakwah adalah “mengapa saya harus berdakwah ?”. Seorang da‟i diharapkan dapat memahami landasan mengapa seorang muslim harus berdakwah dan mengapa cara yang digunakan di lembaga dakwah sebagai metode dakwah yang digunakan. Ia juga diharapkan mampu melihat visi besar dakwah jangka panjang. Pemahaman terhadap pemikiran dakwah yang dilakukan diharapkan dapat membangun paradigma bahwa apapun tanggung jawab yang diberikan pemimpin kepada dirinya adalah bagian dari menjalankan agenda dakwah yang sudah Allah amanahkan kepada seluruh manusia. Terkait pada amal jama’i atau beramal bersama, karena dakwah yang dilakukan dalam lembaga dakwah bersama-sama, seorang da‟i juga perlu diberi pengertian tentang prinsip al qiyadah wal jundiyah ( pemimpin dan pasukan ), agar ia mampu memerankan dengan baik jika ia menjadi pemimpin maupun pasukan. Karena memang pada dasarnya seorang da‟i akan menjadi seorang pemimpin atau yang dipimpin. Bentuk penaman kemampuan ini bisa dengan melibatkan langsung dalam organisasi, latihan beramal agar ia memahami hal ini dengan pengalaman yang ia dapat. Da‟i dalam menjalankan agenda dakwah memerlukan strategi dengan baik, serta memahami apa yang sedang ia lakukan dan apa manfaatnya untuk dakwah. Beberapa hal yang perlu dipahami terkait amal dakwah antara lain : (1) memahami tujuan dakwah (2) memahami peran dirinya dalam dakwah (3) memahami potensi diri, (4) memahami medan dakwah ( objek dakwah ) (5) memahami makna pengorbanan dan kesungguhan dalam beramal Da‟i yang memiliki pemahaman yang baik terkait amal dakwah biasanya memiliki visi besar terhadap dakwah itu sendiri, ia punya cita-
-8-
cita terhadap dakwah, ia punya orientasi dan visi yang jelas terhadap tanggung jawab yang di embannya saat ini dan memberikan dampak semangat yang gigih untuk mencapai tujuan yang ia dan lembaga dakwha harapkan. Seorang da‟i yang sudah memahami urgensi dakwah dan mengetahui visi dakwah jangka panjang, akan mempunyai energi lebih untuk bergerak secara trus menerus dalam mewujudkan cita-cita mulia ini. Selain itu ia memiliki semangat pengorbanan, baik itu korban harta, waktu, perasaan, bahkan berkorban hak dirinya seperti waktu istirahat karena ingin memberikan yang terbaik untuk dakwah. 2.2.2 Akhlaq yang harus dimiliki seorang Da’i Akhlaq da‟i ialah akhlaq Islam yang Allah nyatakan dalam Alquran dan rasulullah menjelaskan dalam sunnah beliau serta para sahabat menerapkannya dalam tingkah laku dan peri hidup mereka. Akhlak Islam yang sebaiknya dimiliki da‟i diantaranya: a)
Al-Shidq (Benar, tidak dusta)
b)
Al-Shabr (sabar, tabah)
c)
Al-Rahmah (Rasa Kasih Sayang)
d)
Tawadhu (merendahkan diri, tidak sombong)
e)
Suka bergaul
f)
Mempunyai sifat lemah lembut
g)
Bertutur kata dengan baik
h)
Menghormati dan menjamu tamu dengan baik
i)
Bersosial dengan masyakat dan lainnya dengan baik
j)
Tidak mempersulit
Maka yang meninggalkan kesan baik pada orang lain bila bertemu dengan kaum muslimin ialah lemah lembut akhlaknya. Dalil Rasulullah kepada muadz bin jabal ketika muadz akan melakukan dakwah ke negeri yaman:
بَ ِّشروا وال تُنفِّروا,يَ ِّسرُوا وال تُ َعسِّروا
-9-
Artinya: “Permudahlah jangan dipersukar, gembirakan jangan dibuat kesan menjauh”.
2.3
ETIKA DAN TAHAPAN DAKWAH Kode etik dakwah Nabi: 1)
Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan. Hendaknya tidak memisahkan antara apa yang ia katakan dengan apa yang ia kerjakan.
2)
Tidak melakukan toleransi agama. Toleransi memang dianjurkan tetapi hanya dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (keyakinan).
3)
Tidak menghina sesembahan non muslim. Da‟i menyampaikan ajarannya sangat dilarang untuk menghina atau mencerca agama yang lain.
4)
Tidak melakukan Diskriminasi Sosial.
5)
Semua harus mendapatkan perlawanan yang sama. Karena keadilan sangatlah penting dalam dakwah Islam. Da‟i harus menjunjung tinggi hak universal.
6)
Tidak meminta imbalan. Memang masih terjadi perbedaan pendapat tentang dibolehkan atau dilarang namun dalam konteks kekinian jasa dalam berdakwah itu merupakan salah satu dukungan financial dalam dakwah. Dalam artian dakwah pada era sekarang dukungan financial dalam dakwah sangatlah penting. karena akan
member sumberdaya sang da‟i
tersebut dari segi keilmuan, kesejahteraan hidup dan proses aktifitas dakwah. 7)
Tidak berteman dengan pelaku maksiat. Berkawan dengan pelaku maksiat ini di khawatirkan akan ruk atau serius. Karena beranggapan bahwa seakan-akan perbuatan maksiatnya direstui oleh dakwah. Disisi lain integritas dakwahnya berkurang.
- 10 -
8)
Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak di ketahui da‟i yang menyampaikan suatu hukum, sementara ia tidak mengetahui hukum itu, ia pasti akan menyesatkan umat. Kepribadian da‟i mempunyai pengaruh besar untuk diterima orang
dakwahnya. Imam Muhammad Abu Zahrah, da‟i wajib menghiasi diri dengan sifat berikut ini: a)
Punya niat yang baik sehingga dalam berdakwah tidak mengharapkan imbalan harta atau kedudukan, tapi semata-mata mengharapkan kerhidoan dari Allah
b)
Berkemampuan dalam merangkan
c)
Punya kepribadian yang menarik
d)
Mengetahui kandungan dan al-Hadist
e)
Lemah lembut pergaulan tapi bukan sebagai tanda kelemahan
f)
Tidak bertindak sebagai musuh
g)
Tidak menyalahi ketentuan agama Sifat-sifat atau karakter yang wajib dipunyai oleh da‟I menurut syekh
Ali Mahfudz adalah: 1)
Memahami al-quran dan al-sunnah
2)
Beramal menurut ilmunya
3)
Sopan santun dan berlapang dada
4)
Punya sifat berani. tidak gentar menghadapi seseorang dalam mengucapkan yang hak
5)
Bersifat „qana‟ah‟
6)
Berkemampuan member keterangan dan penjelasan serta kepaseha berbicara
7)
Mendalami beberapa cabang ilmu
8)
Mempunyai hubungan kuat dengan Allah
9)
Tawadhu atau rendah hati
10)
Tidak kikir dalam mengajarkan ilmu apa saja yang di pandang baik
11)
Tidak tergopoh dan terburu-buru dalam semua urusan
12)
Bercita-cita tinggi dan berjiwa besar - 11 -
13)
Bersifat sabar dalam melancarkan dakwah
14)
Bertaqwa dan amanah Beberapa perilaku etika yang berlaku dalam masyarakat, hendaklah
dipahami oleh setiap da‟i dalam melakukan aktivitas dakwahnya. Sehingga dengan demikian aktivitas dakwah akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan keresahan dan benturan-benturan baik dikalangan antar da‟i maupun dikalangan masyarakat pada umumnya, karena da‟i bukanlah provokator. Etika dan kode etik dalam melaksanakan dakwah hendaknya tetap dipertahankan oleh para aktivis dakwah, sehingga aktivitas dakwah akan menuai simpatik.
- 12 -
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN a) Dakwah artinya menyampaikan ajaran Islam b) Da‟i atau orang yang menyampaikan dakwah hendaknya memiliki kompetensi-komptensi yang harus dipenuhi. c) Kampus merupakan pusat orang-orang unggul sehingga merupakan tempat yang baik untuk melakukan dakwah di sana. d) Dakwah dalam kampus memiliki berbagai masalah.
3.2
SARAN Beberapa perilaku etika yang berlaku dalam masyarakat, hendaklah dipahami oleh setiap da‟i dalam melakukan aktivitas dakwahnya. Sehingga dengan demikian aktivitas dakwah akan berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan keresahan dan benturan-benturan baik dikalangan antar da‟i maupun dikalangan masyarakat pada umumnya, karena da‟i bukanlah provokator. Etika dan kode etik dalam melaksanakan dakwah hendaknya tetap dipertahankan oleh para aktivis dakwah, sehingga aktivitas dakwah akan menuai simpatik.
- 13 -
3.2
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah (diakses pada 24 September pukul 20:00 WIB) http://rifqi87.blogspot.com/2007/06/makalah-tentang-problematikadakwah.html (diakses pada 24 September pukul 20:00 WIB) http://muslimahpejuang.wordpress.com/2011/01/10/dakwah-kampusprobrematika-dan-solusinya/ (diakses pada 24 September pukul 20:00 WIB) http://alfallahu.blogspot.com/2013/04/akhlaq-dan-etika-dai-dalamberdakwah_10.html (diakses pada 24 September pukul 20:00 WIB) http://abdulbasit1912.blogspot.com/2008/09/manajemen-diri.html (diakses pada 24 September pukul 20:00 WIB)
- 14 -