BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya untuk mewujudkan Negara Indonesia menjadi bangsa yang sehat, maju, mandiri, sejahtera, adil dan makmur dengan sasaran meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Global Competitiveness Index dan semakin kuatnya jati diri dan karakter bangsa. Pembangunan kesehatan harus dilaksanakan dengan keterlibatan masyarakat luas dan dilaksanakan dengan semangat kemitraan dengan lintas sektor, antara pemerintah dan swasta, serta antara pusat dan daerah. Upaya pemerintah untuk terus memperluas cakupan pembangunan kesehatan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, harus disertai upaya mendorong kemandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk sehat. Salah satu tanggung jawab Pemerintah Kota Makassar adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu, merata dan terjangkau oleh setiap individu, individu, keluarga serta masyarakat masyarakat , dan membangun membangun kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan privat sektor. Profil Kesehatan Kesehatan Kota Makassar Makassar Tahun 2012 2012 ini disusun dalam rangka evaluasi terhadap terhadap pencapaian pembangunan pembangunan kesehatan tahun tahun 2012 dengan mengacu kepada kepada Indikator Standar Pelayanan Pelayanan Minimal (SPM) serta serta Millenium Development Goal’s (MDG’s). Dalam penyusunan profil kesehatan tahun 2012
ini, menyajikan bentuk data terpilah menurut jenis kelamin. Penyediaan data terpilah dibutuhkan untuk memperoleh informasi pembuka wawasan yang dapat menggambarkan kondisi, kebutuhan, persoalan yang dihadapi perempuan dan laki-laki terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan kesehatan. Bentuk data terpilah ini berbentuk kuantitatif maupun kualitatif. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan Morbiditas/ angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan kesehatan serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lainlain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik dan data kualitatif. 2. Dasar Penyusunan
Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan perundangan Kesehatan antara lain : -
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
-
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.
-
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025
-
Undang-undang Nomor 36 tahun tahun 2009 2009 tentang tentang Kesehatan. Kesehatan.
-
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Kabupaten/Kota. -
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota.
-
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional
3. Sistematika Penyusunan
Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun 2012 disusun disusun dengan sistematika penyajian penyajian sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Dalam setiap terbitan Profil Kesehatan Kota Makassar memuat berbagai data kesehatan antara lain : Data Mortalitas/ angka kematian dan Morbiditas/ angka kesakitan, cakupan indikator-indikator pelayanan kesehatan serta data pendukung lain yang berhubungan dengan masalah-masalah kesehatan, seperti : Data Kependudukan, Tingkat Pendidikan, Rasio Beban Tanggungan, dan lainlain. Data-Data tersebut dianalisis lebih lanjut dan dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik dan data kualitatif. 2. Dasar Penyusunan
Profil Kesehatan Kota Makassar adalah gambaran situasi kesehatan yang diterbitkan setahun sekali. Penyusunannya berlandaskan pada dikeluarkannya beberapa Peraturan Perundangan, serta Peraturan perundangan Kesehatan antara lain : -
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.
-
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.
-
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025
-
Undang-undang Nomor 36 tahun tahun 2009 2009 tentang tentang Kesehatan. Kesehatan.
-
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Kabupaten/Kota. -
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
:
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kab/Kota.
-
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional
3. Sistematika Penyusunan
Penyajian Informasi yang terdapat di dalam Profil Kesehatan Tahun 2012 disusun disusun dengan sistematika penyajian penyajian sebagai berikut :
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Bab I
: Pendahuluan Menyajikan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012.
Bab II
: Gambaran Umum Menyajikan gambaran Kota Makassar secara umum dilihat dari Kondisi Geografis Wilayah Kota Makassar, keadaan penduduknya meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk dan Kepadatan penduduk Kota Makassar tahun 2012. Bab II ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lain yang bersama-sama dengan kesehatan menentukan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI), antara lain faktor-faktor kependudukan, kependudukan, kondisi kondisi ekonomi, ekonomi, serta tingkat pendidikan di Kota Kota Makassar.
Bab III
: Situasi Derajat Kesehatan Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan, yang mencakup tentang angka kematian, indeks pembangunan manusia termasuk angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.
Bab IV
: Situasi Upaya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), perbaikan gizi masyarakat, imunisasi, pengendalian penyakit, , pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kefarmasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan dalam kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya.
Bab V
: Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2012. Gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang keadaan sarana/fasilitas kesehatan,
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
saranan produksi/distribusi obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Bab VI
: Penutup Bab ini menyajikan kesimpulan beberapa hal penting sehubungan dengan pelaksanaan program kesehatan sepanjang tahun 2012 yang dituangkan kedalam Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012, termasuk peluang dan tantangan penyusunannya serta harapan-harapan demi suksesnya Program Kesehatan Kota Makassar dalam mewujudkan Visi ” Makassar Sehat Menuju Kota Dunia” serta Misi ” Mewujudkan Warga Kota Yang Sehat”
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
BAB II GAMBARAN UMUM
Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119° 24’17’ 38” Bujur Timur dan 5°8’6’19” Lintang Selatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulaupulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat). A. KEADAAN PENDUDUK
Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok yaitu jumlah penduduk yang besar, persebaran penduduk yang kurang Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
merata serta komposisi penduduk yang kurang menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih relatif tinggi yang berimplikasi pada Rasio Beban Tanggungan (RBT). 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah
penduduk Kota Makassar Tahun 2012 tercatat sebesar
1.352.136 jiwa (BPS Kota Makassar) . Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Kota Makassar dimungkinkan akibat terjadinya arus urbanisasi karena faktor ekonomi, melanjutkan pendidikan, disamping karena daerah ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada Tabel II.1. Tabel II.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun 2010-2012 Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Tahun Kota Makassar 2010 1.339.374 1,65 2011 1.352.136 1,65 2012 1.352.136 1,65 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar Gambar II.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2010-2012 PENDUDUK KOTA MAKASSAR TAHUN 20102012 1,352,136
2012
1,352,136
2011
2010
1,339,374
1,330,000 1,335,000 1,340,000 1,345,000 1,350,000 1,355,000
JUMLAH PENDUDUK
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran Penduduk
Penduduk Kota Makassar pada tahun 2012 sebesar 1.352.136 jiwa yang tersebar di 14 kecamatan. Namun persebaran tersebut tidak merata, hal tersebut disebabkan karena konsentrasi penduduk berbeda pada tiap kecamatan,
serta
kebijakan
pemerintah
tentang
penetapan
lokasi
pembangunan rumah pemukiman penduduk dan lokasi untuk pengembangan kawasan industri. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate yaitu sebanyak 172.506 atau sekitar 12,76 % dai total penduduk, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak 169.340 jiwa (12,52%). Adapun jumlah penduduk Kota Makassar per wilayah kecamatan dapat dilihat pada tabel II.2 berikut : Tabel II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 - 2012 No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea Jumlah
JUMLAH PENDUDUK Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 46.688 47.133 47.133 134.294 135.574 135.574 54.197 54.714 54.714 29.359 29.639 29.639 26.904 27.160 27.160 81.700 82.478 82.478 58.998 59.560 59.560 55.875 56.408 56.408 170.878 172.504 172.504 151.091 152.531 152.531 141.382 142.729 142.729 117.075 118.191 118.191 167.741 169.340 169.340 103.192 104.175 104.175 1,339,374 1.352.136 1.352.136
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar II.2 Jumlah Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2012
JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2012 104,175 169,340 118,191 142,729 152,531 172,504
Biringkanaya Panakkukang Tamalate
56,408 59,560 82,478
Mamajang Ujung…
27,160 29,639 54,714
Bontoala
135,574 47,133
Ujung Tanah 0
50,000
100,000
150,000
200,000
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan tidak merata. Dengan jumlah penduduk sebesar 1.352.136 jiwa dan luas wilayah 175,77 km² didapatkan angka Kepadatan Penduduk (Density) Kota Makassar sebesar 7.693 jiwa/km2. Ditinjau dari kepadatan penduduk, kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu 32.370 jiwa per km persegi, sedangkan kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 3.272 jiwa per km persegi. Kepadatan penduduk Kota Makassar per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2012 NO
KECAMATAN
PERSENTASE PENDUDUK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ujung Tanah Tallo Bontoala Wajo Ujung Pandang Makassar Mamajang Mariso Tamalate Rappocini Panakkukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea
3.49 10.03 3.49 2.19 2.01 6.10 4.40 4.17 12.78 11.28 10.56 8.74 12.52 7.70 100,00
MAKASSAR
JUMLAH KELURAHAN
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
12
15 12 8 10 14 13 9 10 10 11 6 7 6 143
LUAS WIL. (km²)
5.94 5.83 2.1 1.99 2.63 2.52 2.25 1.82 20.21 9.23 17.05 24.14 48.22 31.84 175.77
KEPADATAN PENDUDUK /km²
7.934 23.254 26.504 14.893 10.327 32.729 26.471 30.993 8.535 16.525 8.371 4.896 3.511 3.271 7.693
Gambar II.3 Kepadatan Penduduk Kota Makassar per Kecamatan Tahun 2012
35,000
32,656
Ujung Tanah
30,923
Tallo
30,000
26,412
25,995
Bontoala
23,202
25,000
Wajo Ujung Pandang
20,000
16,448
Makassar
14,860
Mamajang
15,000 10,304 10,000
Mariso
8,517 8,352
7,917
Tamalate 4,885 3,504 3,264
5,000
Rappocini Panakkukang
0
3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan tinggi/rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan
Rasio
Beban
Tanggungan
(Dependency
perbandingan antara penduduk umur nonproduktif (umur
Ratio)
yaitu
0 – 14 tahun +
umur 65 tahun keatas) dengan penduduk produktif (umur 15 – 64 tahun). Tingginya Dependency Ratio mencerminkan besarnya beban tanggungan pemerintah secara ekonomi di wilayahnya. Rasio Beban Tanggungan untuk Kota Makassar tahun 2012 sebesar 45,68 %, dengan penduduk sebesar 1.352.136 jiwa yang terdiri dari 928.143 jiwa penduduk usia produktif (15-64 tahun), 378.619 jiwa penduduk anakanak dan remaja (usia 0-14 tahun), 45.373 jiwa penduduk lanjut usia (> 65 Tahun) Dependency Ratio 97,55 %. Hal ini memberi gambaran terhadap besarnya beban tanggungan ekonomi dalam masyarakat.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Secara keseluruhan, komposisi penduduk Kota Makassar menurut jenis kelamin, hampir seimbang yaitu rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 97,5%. Berikut ini digambarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Makassar tahun 2012. Tabel II. 4 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2012 JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
NO
KELOMPOK UMUR (Tahun)
1
0-4
67.025
62.530
129.554
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >=65
66.656 61.758 69.163 83.367 65.534 54.546 48.290 41.969 33.220 25.760 18.580 12.999 18.814
62.383 58.268 74.190 87.312 66.304 56.512 50.024 45.410 35.181 25.486 18.873 15.423 26.559
129.039 120.026 143.353 170.679 131.838 111.057 98.315 87.379 68.401 51.246 37.453 28.422 45.373
JUMLAH
667.681
684.455
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
1.352.136
Gambar II. 4 Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun 2012 26,559 18,814
65+
15,423 12,999
60 - 64
18,873 18,580
55 - 59
25,486 25,760
50 - 54
35,181 33,220
45 - 49
45,410 41,969
40 - 44
50,024 48,290
35 - 39
Perempuan
56,512 54,546
30 - 34
Laki-Laki
66,304 65,534
25 - 29
87,312 83,367
20 - 24
74,190 69,163
15 - 19
58,268 61,758
10 - 14 5-9
62,383 66,656
0-4
62,530 67,025 0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
B. KEADAAN EKONOMI (Produk Domestik Bruto)
Kondisi perekonomian suatu daerah sangat tergantung pada potensi dan sumber daya yang dimiliki serta kemampuan daerah yang bersangkutan untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki, berbagai kebijakan, langkah dan upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkan perekonomian daerah ini. Untuk mengetahui sejauh mana hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan diperlukan suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Salah satu dari ukuran yang dimaksud adalah statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB ) atau biasa disebut Pendapatan Regional. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun di wilayah tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Makassar, hasil perhitungan PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, yakni sebesar Rp. 37.007,452 miliar rupiah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel II.5 berikut : Tabel II. 5 Perkembangan PDRB Kota Makassar & Sul-Sel Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 – 2010 TAHUN
PDRB SUL-SEL ( Juta Rp )
PDRB MAKASSAR ( Juta Rp )
% PDRB MAKASSAR THDP PDRB SUL-SEL
2006
60.902.828,80
18.165.876,32
29,83
2007
69.271.924,56
20.794.721,30
30,02
2008
85.143.191,27
26.068.221,49
30,62
2009
99.904.658,31
31,263.651,65
31,29
2010
117.767.611,22
37.007.451,94
31,42
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Tabel II.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2006 – 2010 PDRB adh Berlaku Tahun (Milyar Rp) 2006 18.165.876,32
15,38
PDRB adh Konstan (Juta Rp) 11.341.848,21
Pertumbuhan Ekonomi (Persen) 8,09
Perkembangan (persen)
2007
20.794.721,30
14,47
12.261.538,92
8,11
2008
26.068.221,49
25,06
13.561.827,18
10,52
2009
31.263.651,65
19,93
14.798.187,68
9,20
2010
37.007.451,94
18,37
16.252.451,43
9,83
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
C. TINGKAT PENDIDIKAN
Indikator pokok kualitas pendidikan formal. Khusus untuk Kota Makassar pada Tahun 2009 persentase penduduk yang telah menempuh Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
pendidikan setingkat sarjana (D-IV/S-1/S-2/S-3) sebesar 67.428 laki-laki dan sebesar 63.019 perempuan atau sebesar 15,44 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia sekolah dengan range usia 5-24 tahun yang ada di Kota Makassar. Gambaran yang ditonjolkan memang dibatasi pada aspek-aspek kependudukan, perekonomian dan pendidikan, bersama-sama dengan kesehatan menentukan besar/kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) baik untuk Provinsi Sulawesi Selatan maupun Indonesia. Sebagaimana diketahui IPM Indonesia pada tahun 1990 adalah 63 dan pada tahun 1996 naik menjadi 68. Namun demikian keadaan krisis menyebabkan IPM Indonesia pada tahun 1999 turun menjadi 64. Angka tersebut lalu menempatkan Indonesia pada peringkat ke-109 diantara 180 negara di dunia. Hal ini berarti Indonesia berada di bawah peringkat Malaysia dan Thailand apalagi Singapura. Sementara IPM untuk Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2001 sebesar 69,5 dengan IPM tertinggi adalah di Kota Makassar dan terendah di Kabupaten Jeneponto. Adapun gambaran penduduk Kota Makassar usia 10 Tahun keatas berdasarkan jenis kelamin dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan menurut jenis kelamin Tahun 2009 digambarkan sebagai berikut : Tabel II. 7 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin & Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Makassar Tahun 2009 Laki-laki
PENDIDIKAN
Jml Tidak/Belum Pernah Sekolah Belum/Tidak Tamat SD SD SLTP SMU/SMK AK/DIPLOMA (D-I/D-II/D-III) UNIVERSITAS( D-IV/S-1/S-2/S-3)
11.925 61.482 88.094 77.203 163.067 10.267 67.428
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makasssar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
% 2,49 12,82 18,37 16,10 34,01 2,14 14,06
Perempuan Jml 23.916 77.130 108.379 85.389 163.074 18.705 63.019
% 4,43 14,29 20,08 15,82 30,22 3,47 11,68
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Derajat kesehatan masyarakat yang digambarkan dalam bab ini yaitu melalui Angka Mortalitas ; terdiri atas Angka Kematian Bayi(AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), Indeks Pembangunan Manusia termasuk angka harapan hidup, Angka Morbiditas ; angka kesakitan beberapa penyakit balita dan dewasa. Gambaran tentang derajat kesehatan berisi uraian tentang indikator indikator kualitas hidup, mortalitas, morbiditas dan status gizi, yaitu : 1. Kualitas hidup antara lain dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup Waktu Lahir. 2. Mortalitas dilihat dari indikator-indikator Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Balita (AKABA) per 1.000 anak balita, dan Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup. 3. Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk, Angka Kesakitan Malaria per 1.000 penduduk, Persentase Kesembuhan TB Paru, Persentase Penderita HIV/AIDS terhadap penduduk beresiko dan Angka "Acute Flacid Paralysis" (AFP) pada anak usia < 15 tahun per 100.000 anak.
4. Status Gizi dilihat dari indikator-indikator persentase balita dengan gizi buruk dan persentase kecamatan bebas rawan gizi.
A. ANGKA KEMATIAN/MORTALITY RATE
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakitpenyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini. a. Angka Kematian Kasar (AKK) / Crude Death Rate (CDR)
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di masyarakat bukan pada fasilitas pelayanan kesehatan (merupakan community based data ), sedangkan
data
kematian
di
fasilitas
pelayanan
kesehatan
hanya
memperlihatkan kasus rujukan jadi bukan merupakan representasi dari semua kasus kematian yang terjadi di suatu wilayah ( facilitate based data ). Angka kematian di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang
kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan data yang berbasis bukti (Evidence Based).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinkes Kota Makassar, jumlah kematian untuk semua golongan umur yang terjadi pada tahun 2012 sebanyak 3034 kematian dari 1.352.136 jiwa, tahun 2011 jumlah kematian sebanyak 3.136 kematian dari 1.352.136 jiwa penduduk, menurun dari jumlah kematian yang terjadi sepanjang tahun 2010 untuk semua golongan umur sebanyak 2.932 dari total 1.339.374 jumlah penduduk kota Makassar. Ini berarti pada tahun 2012 dari 1.000 penduduk Kota Makassar terjadi 2 kematian (AKK = 2,2 per 1.000 penduduk). Angka Kematian Kasar di
Kota Makassar tahun 2010 s/d 2012 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar III. 1 Jumlah Kematian dan Angka Kematian Kasar Di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012 4,000
3,136
2,932
3,034
2,000
2.2
2.3
0
2010
Jumlah Kematian
2010
2.2 2012
AKK (Angka Kematian Kasar)
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Adapun 10 (sepuluh) jenis penyakit penyebab utama kematian di Kota Makassar tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel III. 1 10 Jenis Penyakit Penyebab Utama Kematian Di Kota Makassar Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
JENIS PENYAKIT
JUMLAH
Asthma Hipertensi Jantung Ginjal Diabetes Mellitus Maag Broncho Pneumonia Lahir Mati Lever Prematur
745 574 454 195 191 165 140 133 91 88
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
b. Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR)
Angka kematian bayi menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia telah turun sebesar 44 persen selama 18 tahun terakhir, dari 57 kematian per 1.000 kelahiran hidup di periode 1990-1994 ke 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup di periode 20082012.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Angka kematian menurut hasil survei demografi dan kesehatan 2012 menjelaskan mengalami penurunan meski tak berbeda jauh dengan hasil SDKI 2007, yaitu masing-masing 32 dan 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kota Makassar mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 sebesar 6,78 per 1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayi sebanyak 163 kematian bayi dari 24.034 jumlah kelahiran hidup (AKB = 6,78 /1000 KH). Tahun 2011 sebesar 6,9 per 1.000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian bayi sebanyak 179 kematian bayi dari 26.129 jumlah kelahiran hidup ( AKB = 6,9/1000 KH). Pada tahun 2010 terdapat 283 kasus kematian bayi dari jumlah kelahiran hidup 25.830 (sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Makassar), sehingga diperoleh AKB sebesar 11,4 per 1.000 kelahiran hidup (AKB=10,9 / 1000 KH). Gambar III. 2 Angka Kematian Bayi Di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012 12
10.9
10
A K B
8
6.9
6
6.78
4 2 0
2010
2011
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
Terjadinya penurunan angka kematian bayi merupakan indikasi terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai salah satu wujud keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.
Hal tersebut merupakan
respon positif dari upaya pemerintah untuk mendekatkan masyarakat dengan sarana dan tenaga kesehatan. c. Angka Kematian Balita (AKABA)/Child Mortality Rate (CMR)
Angka Kematian Balita (1 - 4 tahun) adalah jumlah kematian anak umur 1 - 4 tahun per 1.000 anak balita. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
terhadap kesehatan anak balita seperti status gizi, sanitasi, penyakit menular dan tidak menular serta kecelakaan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial dalam arti besar dan tingkat kematian penduduk. Besarnya tingkat kematian balita menunjukkan tingkat permasalahan kesehatan yang dihadapi masyarakat . Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian Balita yang disurvei pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran besarnya proporsi penyebab utama kematian Balita, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel III. 2 Pola Penyakit Penyebab Kematian Balita di Indonesia Hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001
SKRT 1995
SURKESNAS 2001
Jenis penyakit
%
1. Gangguan sistem pernafasan
30,8 %
Jenis penyakit 1. Sistem Pernafasan
% 22,8 %
(Pneumonia) 2. Gangguan perinatal
21,6 %
2. Diare
13,2 %
3. Diare
15,3 %
3. Saraf
11,8 %
4. Infeksi dan parasit lain
6,3 %
4. Tifus
11,0 %
5. Saraf
5,5 %
5. Sistem pencernaan
5,9 %
6. Tetanus
3,6 %
6. Infeksi lain
5,1 %
Sumber : Badan Litbangkes, Publikasi hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 dalam Profil Kesehatan Indonesia 2003 Tabel di atas menunjukkan bahwa pola penyakit penyebab kematian Balita menurut hasil SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 tidak terlalu banyak mengalami perubahan, penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001, kematian Balita yang tertinggi adalah kematian akibat Pneumonia (4,6 per 1.000 Balita), disusul oleh kematian akibat Diare (2,3 per 1.000 Balita). Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar Angka Kematian Balita di Kota Makassar pada tahun 2010 sebesar 1,86 per 1.000 kelahiran hidup dimana tercatat 48 kematian
balita dari 25.830 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 jumlah kematian balita sebanyak 71 balita dari 26.129 kelahiran hidup sehingga diperoleh diperoleh Angka Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Kematian Balita sebesar 2,7 per 1.000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan pada tahun 2012 didapatkan jumlah kematian balita sebanyak 43 balita dari 24.034 kelahiran hidup sehingga diperoleh Angka Kematian Balita sebesar 1,79 per 1.000 kelahiran hidup. Gambar III. 3 Angka Kematian Balita Di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012 3 A K A B A
2.5
2.7
2 1.5
1.86
1.79
1 0.5 0
2010
2011
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Kota Makassar
d. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah wanita yang meninggal mulai dari saat hamil hingga 6 minggu setelah persalinan per 100.000 persalinan. Angka kematian ibu menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam dalam memperoleh memperoleh akses akses terhadap pelayanan kesehatan. Untuk Untuk mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan antara lain peningkatan kemitraan kemitraan antara Bidan Bidan dan Dukun. Harapan Harapan kita agar Bidan Bidan di Desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Di Kota Makassar, AKI maternal pada tahun 2012 menurun dr tahun sebelumnya yaitu
sebesar
8,32
per
100.000
kelahiran
hidup
(AKI : 8,32/100.000 KH). Angka ini didapatkan dari hasil formulasi data yang
dilaporkan serta hasil pencatatan unit-unit pelayanan kesehatan yang direkap dan dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Makassar dimana tercatat 2 kasus kematian Ibu Maternal dari 24.034 kelahiran hidup yang yang disebabkan disebabkan
perdarahan perdarahan yaitu perdarahan karena
placenta previa (placenta tertanam pada segmen bawah rahim) dan perdarahan karena atonia uteri. Jumlah kematian ibu melahirkan sepanjang tahun 2011 sebanyak 3 kasus kematian ibu dari 26.129 jumlah kelahiran hidup sehingga sehingga didapatkan didapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) (AKI) sebesar sebesar 11,6 11,6
per
100.000 kelahiran hidup, ( AKI = 11,4/100.000 KH) sama dengan tahun 2010 dimana tercatat 3 kasus kematian ibu dari 25.830 kelahiran hidup dengan AKI : 11,6/100.000 KH . Adapun kasus kasus kematian maternal maternal tersebut tersebut terjadi di di
wilayah kerja Puskesmas yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel III. 3 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Wilayah Puskesmas Kota Makassar Tahun 2012 PUSKESMAS
JUMLAH KEMATIAN IBU
Batua Pampang
1 1
Jumlah
2
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun ke tahun menggambarkan semakin membaiknya tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, serta kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Beberapa program dan kegiatan yang mendukung menurunnya AKI antara lain melalui Gerakan Sayang Ibu, pencatatan dan pelaporan K1 dan K4 Bumil, pemantauan status kesehatan ibu hamil yang beresiko, pemberian tablet FE untuk ibu hamil, peningkatan cakupan Antenatal Care serta upaya peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi bagi Wanita Usia Subur/ dan remaja siswi sekolah. Berikut ini dapat dilihat grafik Angka Kematian Ibu di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar III. 4 Angka Kematian Ibu Di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012
A K I
14 12 10 8 6 4 2 0
11.6
11.4 8.32
2010
2011
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
B. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara yang direpresentasikan tiga dimensi pembangunan manusia yaitu indeks kesehatan ; panjang umur dan menjalani hidup sehat yang diukur dari angka harpan hidup waktu lahir, indeks pendidikan; diukur dari tingkat kemampuan baca tulis seseorang dan rata-rata lama sekolah, serta indeks daya beli; memiliki standar hidup yang layak diukur dengan pengeluaran riil per kapita. UMUR HARAPAN HIDUP/LIFE EXPECTANCY
Meningkatnya umur harapan hidup waktu lahir, sekaligus memberikan gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnya adalah karena meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan umur harapan hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Angka harapan hidup Sulawesi Selatan meningkat lebih cepat dibanding angka Nasional, namun masih lebih rendah dari angka Nasional. Angka harapan hidup Sulawesi Selatan meningkat cukup signifikan, yaitu dari 70,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,8 tahun pada tahun 2010. Meskipun demikian, angka ini masih sedikit lebih rendah dibandingkan dengan angka harapan hidup rata-rata nasional yang sudah mencapai 70,9 tahun pada tahun 2010. Jika diamati pergerakannya dari tahun ke tahun, angka harapan hidup di Sulawesi Selatan bergerak relatif lebih cepat dibandingkan dengan angka nasional. Selama periode 2007-2010, angka harapan hidup Sulawesi Selatan meningkat sebesar 0,6 point , sedangkan Nasional hanya meningkat 0,5 point . Implikasinya, dalam beberapa tahun yang akan datang, angka harapan hidup di Sulawesi Selatan diperkirakan akan mampu menyamai angka nasional. Kecenderungan ini akan memperbaiki IPM Sulawesi Selatan, baik secara absolut maupun relatif. Angka Harapan Hidup rata-rata penduduk di Kota Makassar juga terus meningkat dari 73,43 pada tahun 2009 meningkat menjadi 73,58 pada tahun 2010. Angka Harapan Hidup pada Tahun 2011 adalah 73,86, sedangkan tahun 2012 menjadi 74,05 tahun. Meningkatnya umur harapan hidup memberikan
gambaran tentang adanya keberhasilan program kesehatan dan pembangunan program sosial ekonomi .
Meningkatnya perawatan kesehatan melalui
Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar III. 5 Umur Harapan Hidup di Kota Makassar Tahun 2012 74.5 74
U H H
74.05
73.86
73.5
73.43
73.58
73 Capaian
72.5
Target
72 71.5 71 70.5 2009
2010
2011
2012
Sumber : BPS Kota Makassar
C.
STATUS GIZI
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur , Anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) Khusus untuk GAKY di Kota Makassar walaupun kasusnya tetap ada ditemukan tetapi jumlahnya tidak berarti, terbukti dengan cakupan kelurahan dengan garam beryodium baik mencapai angka 100%. Adapun indikator-indikator yang sangat berperan menentukan status gizi khususnya di Kota Makassar dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram merupakan salah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi baik kematian perinatal maupun neonatal). BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di Kota Makassar masih banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, anemia dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Berdasarkan data jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, tahun 2012 jumlah bayi BBLR sebanyak 473 dari 24.034 bayi lahir hidup atau sekitar 2 %, meningkat dibandingkan tahun 2011 jumlah bayi BBLR sebanyak 186 dari 26.129 bayi lahir hidup atau sekitar 0,71 %. Tahun 2010 persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di Kota Makassar adalah 0,71 % dimana terdapat 184 bayi lahir dengan BBLR dari 25.830 bayi lahir hidup. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahun terakhir, terlihat pada gambar berikut : Gambar III. 6 Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012 2.5 B B L R
2 2
1.5 1 0.5
0.71
0.71
2010
2011
0
2012
TAHUN
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
b.
Status Gizi Balita & Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Status gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh(BB, TB) atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD).
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2012 berjumlah 2.251 (2,77 % dari jumlah balita) meningkat namun tidak signifikan dari segi jumlah namun menurun dari segi persentase dibandingkan
tahun 2011
dengan jumlah 1.966 (2,82 % dari jumlah balita) dan pada tahun 2010 berjumlah 2.034 (3,07 % dari jumlah balita). Adapun status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir yakni pada tahun 2010 jumlah balita yang menderita gizi kurang adalah 9.629 balita (14,54%), tahun 2011 berjumlah 9.408 balita (13,5 %) dan mengalami penurunan di tahun 2012 berjumlah 9.413 balita (11,59 %). Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, terlihat pada gambar berikut : Gambar III. 7 Persentase Bayi dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012 14.54
15
13.52 11.59
10 5
3.07
2.82
2.77
0 2010
2011 2012
GIZI BURUK
GIZI KURANG
Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
Keberhasilan
Dinas
Kesehatan
Kota
Makassar
menurunkan
Prevalensi Gizi Kurang pada anak balita mencerminkan keberhasilan pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat antara lain : - Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan dan Pemulihan (PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan) bagi Balita dan Sosialisasi pertum buhan dan penggunaan KMS baru - Pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
- Bimbingan teknis program gizi masyarakat - Pendataan gizi buruk - Penyediaan makanan tambahan untuk penanggulangan 200 status gizi buruk - Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana
pelayanan kesehatan
dalam mengatasi gangguan kesehatan yang terjadi pada masyarakat (didukung 38 Puskesmas,43 pustu,972 posyandu dan 2 puskel laut) Sasaran ini didukung oleh kebijakan Perbaikan Gizi Masyarakat dengan program perbaikan gizi masyarakat. Indikator sasarannya adalah persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan, persentase cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan, prevalensi gizi buruk dan prevalensi gizi kurang. Untuk memenuhi kebutuhan gizi balita di Kota Makassar, Pemerintah Kota Makassar melalui program perbaikan gizi tahun 2012 melakukan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan dan Pemulihan (PMT Penyuluhan dan PMT Pemulihan). Program Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT Penyuluhan) berupa pemberian kacang hijau , santan serta gula merah di 972 posyandu se-Kota Makassar. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT Pemulihan) terdiri atas PMT Gizi Kurang dan PMT Gizi Buruk. PMT Gizi Kurang diberikan untuk 4.500 anak berupa pemberian telur selama 100 hari. PMT Gizi Buruk diberikan untuk 200 anak rawan gizi buruk berupa pemberian paket makanan selama 100 hari. Program perbaikan gizi di Kota Makassar dilakukan melalui upaya penanggulangan gizi masyarakat dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Adapun upaya penanggulangan gizi masyarakat meliputi berbagai upaya antara lain Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), penanggulangan Kurang Vitamin A, penanggulangan Anemia Gizi (AGB) serta usaha peningkatan status gizi anak sekolah melalui gerakan Anak Makassar Sehat dan Cerdas (AMSC) serta program Nutrition Improvement Throught Community Empowerment (NICE). Sementara upaya peningkatan gizi masyarakat dilakukan melalui pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan pengembangan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi (JIPG). Program NICE adalah suatu upaya terobosan untuk mengatasi masalah gizi. Upaya yang dikembangkan adalah model perbaikan gizi melalui Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Adapun kegiatan yang dilaksanakan diantaranya : kegiatan Paket Gizi Masyarakat (PGM) yang dilaksanakan oleh kelompok gizi masyarakat (KGM) di 64 kelurahan NICE berdasarkan hasil MMD ( Musyawarah Masyarakat Desa) antara lain : kelas ibu hamil, kelas Ibu Menyusui, kelas ibu balita, kelas BGM (Bawah Garis Merah), kelas 2T ( 2 bulan berturut-turut tidak naik badannya atau tetap), kelas gizi kurang dan gizi buruk, penyuluhan dan pembinaan keluarga sadar gizi (Kadarzi), demo masak, pos gizi, penyuluhan gizi seimbang, pembinaan sanitasi dan hygiene di sekolah serta penyuluhan dan pembinaan warung sekolah. Adapun status gizi pada bayi/balita tampak pada cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahun terakhir, yaitu : 34,99 % pada tahun 2010 meningkat pada tahun 2011 (8.996 bayi ASI ekslusif dari 12.778 bayi 0-6 bulan ) atau 70,40 % dan tahun 2012 sebanyak 8.469 atau sekitar 63,7% dari 13.300 bayi berumur 0-6 bulan. Data mengenai jumlah Balita gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2012 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini Tabel III. 4 Jumlah Balita Gizi Buruk, Gizi Kurang per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2012 Kecamatan
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Jumlah
%
Jumlah
%
136 37 384 169 91 9 16 120 100 430 132 85 479 63
10,73 1,81 13,40 5,98 4,24 0,57 2,04 5,15 7,52 10,41 5,86 6,26 6,47 6,65
747 298 1.230 735 625 67 115 362 388 1.115 844 383 2.063 441
59,27 13,54 44,40 29,24 29,33 4,24 16,36 17,57 29,43 30,44 37,14 30,26 35,50 38,51
2.251 2,77 9.413 TOTAL Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
11.59
Mariso Mamajang Tamalate Rappocini Makassar Ujung Pandang Wajo Bontoala Ujung Tanah Tallo Panakukang Manggala Biringkanaya Tamalanrea
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Tabel III. 5 Status Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita Di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012 TAHUN 2010 STATUS GIZI BALITA
TAHUN 2011
TAHUN 2012
JUMLAH
%
JUMLAH
%
JUMLAH
%
GIZI BURUK
2.034
3,07
1.966
2,82
2.251
2,77
GIZI KURANG
9.629
14,54
9.408
13,52
9.413
11,59
Sumber: Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar
D. ANGKA KESAKITAN / MORBIDITY RATE
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dlam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penduduk Kota Makassar didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, serta hasil pengumpulan data dari bidang terkait Dinas Kesehatan Kota Makassar, serta data dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan tingkat Puskesmas yang dilaporkan secara berkala oleh petugas kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar diperoleh gambaran 10 penyakit utama untuk semua golongan umur di Kota Makassar tahun 2012 seperti yang tertera pada tabel berikut :
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Tabel III. 6 Pola 10 Penyakit Utama Di Kota Makassar Tahun 2012 NO
NAMA PENYAKIT
JUMLAH
%
130.939
19,64
1
Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas (ISPA)
2
Dermatitis dan Eksim
97.318
14,60
3
Batuk
85.436
12,82
4
Infeksi Saluran Nafas atas akut lainnya
79.072
11,86
5
Hipertensi Esensial (Primer)
57.463
8,62
6
Demam yang tidak diketahui sebabnya
53.782
8,07
7
Gastritis
44.457
6,67
8
Infeksi Kulit & Jaringan Subkutan
44.214
6,63
9
Sakit kepala
38.880
5,83
10
Penyakit pulpa jaringan
34.993
5,25
Sumber : Bidang Bina Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Makassar
1.
Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDG’S
Khusus di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah kasus TB Paru klinis di Puskesmas dan RS sebanyak 900 kasus dan kasus baru TB BTA (+) yang ditemukan pada tahun 2012 sebanyak 1.819 kasus (puskesmas dan rumah sakit) meningkat dibandingkan tahun 2011 dimana dilaporkan jumlah penderita TB Paru Klinis di Puskesmas dan
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Rumah Sakit sebanyak 511 Jumlah penderita TB Paru Klinis, TB BTA+ sebanyak 1608 penderita (Puskesmas dan Rumah Sakit).
Tabel III. 7 Penderita TB Paru Klinis dan yang diobati Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar Tahun 2012 NO 1 2
SARANA KESEHATAN Puskesmas Rumah sakit JUMLAH
JUMLAH PENDERITA KLINIS + Diobati 286 1070 1156 614 749 716 900 1.819 1.932
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
b.
HIV & AIDS
HIV adalah virus yang masuk ke dalam tubuh yang menghancurkan sistem kekebalan dan kalau terus memburuk akan menyebabkan kondisi AIDS, yakni hilangnya sistem pertahanan tubuh sehingga semua jenis penyakit bisa dengan mudah masuk dan akhirnya mengakibatkan kematian. HIV menyebar pada cairan tubuh manusia, dan hanya ada tiga cairan tubuh yang rawan membawa HIV yaitu darah, ASI, dan cairan kelamin. Di seluruh dunia termasuk di Indonesia saat ini, cairan kelamin adalah media penyebab penyebaran HIV terbesar akibat perilaku seks bebas, dan darah merupakan media kedua terbesar penyebaran HIV diantara pengguna narkoba. Penyakit HIV/AIDS yang merupakan new emerging diseases , dan merupakan pandemi di semua kawasan, beberapa tahun terakhir ini telah menunjukan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan, meskipun berbagai upaya pencegahan & penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas
penduduk
antarwilayah,
semakin
mudahnya
komunikasi
antarwilayah, semakin menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan ternyata secara simultan telah memperbesar tingkat risiko dalam penyebaran terhadap HIV/AIDS. Perkembangan kasus AIDS dan inveksi HIV di Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun cenderung meningkat.Di Sulawesi Selatan ditemukan jumlah kasus Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
baru penderita AIDS Tahun 2012 sebanyak 206 kasus. Di Kota Makassar tahun 2010 dilaporkan 371 penderita HIV dan 87 penderita AIDS dan meningkat di tahun 2011 yaitu 516 penderita HIV yang ditemukan di Puskesmas dan Rumah Sakit dan 448 penderita AIDS di Rumah Sakit. Pada tahun 2012 kasus HIV/AIDS menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 493 kasus yang ditemukan di Puskesmas dan Rumah Sakit dan kasus AIDS menurun menjadi 407 kasus yang ditemukan di Rumah Sakit. Kota Makassar termasuk daerah yang beresiko tinggi karena selain merupakan daerah tujuan wisata, faktor lifestyle masyarakat perkotaan telah bergeser, yang sangat dimungkinkan oleh pengaruh globalisasi dimana budaya luar tersebar dengan cepat seperti Free Sex, Penyalahgunaan NAPZA, kelompok resti seperti waria, yang masih terselubung dalam masyarakat. Selain itu perilaku seks menyimpang juga merupakan salah satu sumber penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2011 antara lain : •
Pelaksanaan Sosialisasi HIV/AIDS bagi masyarakat.
•
Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi KPA Kota Makassar.
•
Pelaksanaan Pertemuan Pokja HIV tingkat Kecamatan.
•
Dukungan Pemeriksaan Laboratorium Bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
•
Dukungan untuk layanan pengurangan dampak buruk penggunaan narkotika di Puskesmas
•
Dukungan sekretariat KPA
•
Pelaksanaan Hari AIDS Sedunia (HAS)
Penemuan Kasus HIV di Kota Makassar melalui layanan VCT rata-rata 500 orang / tahun. Oleh karena itu semua pihak diharapkan agar dukungan untuk pemeriksaan Laboratorium bagi ODHA dapat terus dilanjutkan karena memberi dampak terhadap peningkatan ODHA yang akan memulai pengobatan ARV. Peran serta semua sektor terkait dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masyarakat untuk
HIV/AIDS
menimbulkan
kesadaran
segenap
lapisan
mengetahui dampak HIV/AIDS. Komitmen Pemerintah
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Kota Makassar yang sangat tinggi
terhadap upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS, menjadi stimulan terhadap sektor lain untuk bergerak bersama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AID
Gambar III. 8 Kasus HIV-AIDS Kota Makassar Tahun 2010-2012
600
516
493 448
500
407 400
371 HIV
300 AIDS 200
87 100 0
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
c.
Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Data penemuan penderita pneumonia pada balita dan ditangani dapat dilihat pada gambar berikut.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar III. 9 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Pneumonia Balita Di Kota Makassar Tahun 2010-2012 913 920
894
900 880 860
843
840 820 800
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
d.
Kusta
Penyakit kusta adalah penyakit yang menular menahun dan disebabkan oleh kuman Kusta ( Mycobacterium lepra ) yang menyerang kulit, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Ada 2 jenis penyakit kusta, yaitu : kusta kering (Pausi basiler) dan kusta basah (Multi basiler). Anggapan bahwa kusta disebabkan oleh kutukan, keturunan, dosa, guna-guna maupun makanan adalah anggapan yang salah. Kondisi inilah yang menyebabkan sehingga seseorang yang terkena kusta terlambat berobat ke pelayanan kesehatan sehingga menyebabkan kecacatan. Pada tahun 2000, dunia (termasuk Indonesia) telah berhasil mencapai status eliminasi. Eliminasi didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk. Dengan demikina, sejak tahun tersebut di tingkat dunia maupun nasional, kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar jumlah penderita kusta tipe PB (kusta kering) pada tahun 2012 berjumlah 16 kasus baru. Adapun menurut kelompok umur penderita PB 0-14 tahun sebanyak 4 kasus dan umur ≥ 15 TAHUN sebanyak 12 Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
kasus sedangkan untuk penderita kusta tipe MB (kusta basah) sebanyak 110 kasus . Adapun menurut kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 7 kasus dan umur ≥ 15 tahun sebanyak 103 kasus. Untuk cacat tingkat 2 meningkat menjadi 8,73%, ini dikarenakan pemeriksaan kontak (penderita baru dan sembuh) secara selektif dilakukan oleh petugas hingga ditemukan penderita anak. Angka prevalensi penyakit kusta yaitu 0,9 per 100.000 penduduk. Penemuan kasus baru kusta selama 3 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut : Gambar III. 10 Jumlah Kasus Baru Penderita Kusta (PB+MB) Di Kota Makassar Tahun 2010-2012
184 200
144
150
126
100 50 0
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
e.
Diare
Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih berfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan dan kader kesehatan mengalami penurunan, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan menimbulkan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita ( 25,2%), sedangkan pada semua golongan umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%).
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2012, jumlah kasus diare sebanyak 29.265 orang atau sebesar 52,7% menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu 37.940 kasus. Adapun jumlah penderita diare yang dilaporkan menurut kecamatan di Kota Makassar selama 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel III. 8 Jumlah penderita Diare menurut Kecamatan Di Kota Makassar tahun 2009-2012 N O
KECAMATAN
TAHUN 2009
2010
2011
2012
1
MARISO
2.157
1936
2368
1677
2
MAMAJANG
3.223
2106
1840
1796
3
MAKASSAR
3.458
3339
3383
2087
4
U.PANDANG
1.268
920
926
726
5
WAJO
1.982
1028
1135
994
6
BONTOALA
3.972
2060
2402
1508
7
TALLO
5.014
4357
3392
1876
8
UJUNG TANAH
2.370
2749
2792
2787
9
PANAKUKANG
4.476
4359
4226
3555
10
MANGGALA
3.293
3491
2960
3111
11
RAPPOCINI
2.633
3426
3382
2244
12
TAMALATE
3.936
2795
2049
1695
13
TAMALANREA
4.273
3374
3591
2547
14
BIRINGKANAYA
2.959
3800
3494
2662
45.014
39.740
37.940
29.265
JUMLAH
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
Upaya pencegahan dan penanggulangan Diare yang secara kontinyu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar bersama sama dengan Puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing terbukti berhasil dengan tidak adanya KLB/Wabah Diare di Kota Makassar khususnya selama 3 tahun terakhir. Adapun upaya yang secara kontinyu dilaksanakan antara lain :
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
1. Penyuluhan individu, kelompok dan rumah tangga 2. Pemberian Oralit bagi penderita Diare, juga tersedianya pojok oralit di sarana pelayanan kesehatan. 3. Bersama-sama dengan bidang terkait melakukan kaporisasi pada sumber-sumber air bersih. Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar mengenai jumlah kasus penderita dan kematian akibat Diare dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar III. 11 Jumlah Kasus Penderita dan Kematian akibat Diare di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012 39,740
37,940
40,000 35,000
29,265 30,000 25,000 Penderita
20,000 15,000 10,000 5,000 0 2010
2011
2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
2.
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I
telah
membuahkan hasil antara lain : -
Meningkatnya penyebarluasan informasi tentang bahaya penyakit tergolong PD3I yang dilakukan bersama-sama dengan petugas Imunisasi di 38 Puskesmas se-Kota Makassar
-
Meningkatnya
akses
penduduk
pada
fasilitas
kesehatan
yang
memberikan pelayanan imunisasi dimana semua RS pemerintah dan swasta melakukan pelayanan imunisasi. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
-
Meningkatnya jumlah masyarakat yang melakukan Imunisasi secara mandiri yaitu dengan tercapainya UCI Tingkat Kota Makassar. Adapun data cakupan UCI yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2009 sebesar 99,30 % , tahun 2010 sampai tahun 2012 sebesar 100%.
a.
Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Di Kota Makassar selama 3 tahun terakhir tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum. b. Campak
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai enanthem spesifik (Koplik’s Spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi, dan kematian. Kematian akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi terutama di negara berkembang. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya. Pada tahun 2012, data dari Bidang Bina P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar menyebutkan bahwa terdapat 207 kasus campak klinis , dan tidak ditemukan korban meninggal. Adapun cakupan pemberian imunisasi campak selama 3 tahun terakhir yaitu, tahun 2010 sebanyak 31.232 bayi, tahun 2011 sebanyak 30.328 bayi yang diimunisasi dari 29.339 bayi yang ada dan di tahun 2012 sebanyak 28.182 bayi yang diimunisasi dari 24.338 bayi yang ada. Adapun cakupan Imunisasi Campak selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar III. 12 Cakupan Imunisasi Campak Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012 31,232 32,000
30,328
31,000 30,000
28,182
29,000 28,000 27,000 26,000
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
c.
Difteri
Difteri adalah suatu penyakit bakteria akut terutama menyerang tonsil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteria. Penyakit ini muncul terutama pada bulan-bulan
dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis dan pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah penderita Difteri pada tahun 2010 sebanyak 3 orang penderita yang tersebar di tiga kecamatan dan tiga kelurahan dan tidak ditemukan adanya kematian akibat Difteri. Di tahun 2011 mengalami penurunan kasus dimana terdapat 2 kasus difteri yang tersebar di dua kecamatan dan tidak ditemukan adanya kematian dan mengalami peningkatan kasus di tahun 2012 sebanyak 7 kasus diantaranya terdapat 1 kematian.
d.
Polio dan AFP
Penyakit polio adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus polio yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
yang datangnya mendadak. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 0-3 tahun . AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi Polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur
< 15 tahun hingga dalam kurun waktu
tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Penemuan kasus AFP di Kota Makassar berdasarkan hasil pelacakan pada tahun 2010 tersebar di 4 (empat) kecamatan dan 5 (lima) kelurahan dengan jumlah kasus sebanyak 5 . Sedangkan pada tahun 2011 tersebar di 7 (tujuh) kecamatan dengan jumlah kasus (suspect) sebanyak 8. Tahun 2012 ditemukan 1 kasus (suspect) AFP . Adapun hasil penemuan kasus AFP di Kota Makassar pada tahun 2010 s/d 2012 disajikan pada gambar berikut : Gambar III. 13 Kasus AFP (non polio) di Kota Makassar Tahun 2010 – 2012 8 8 7 6
5
5
kasus
4
kematian
3
1
2 1
0
0
0
0 2010
2011
2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
3. Penyakit Bersumber Binatang
Penyakit bersumber binatang diantaranya adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Filariasis, Flu Burung, Rabies, dan Antrax. a. Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina melalui gigitan. Terjadinya biasanya pada petang dan malam hari, dengan gejala yang muncul 9-14 hari setelah terinfeksi. Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15 juta penderita malaria dan 30.000 orang diantaranya meninggal dunia (Survei Kesehatan Rumah Tangga/SKRT, 1995). Indonesia merupakan salah satu negara yang masih terjadi transmisi malaria (Berisiko Malaria/risk-Malaria). Terjadinya peningkatan kasus diakibatkan antara lain adanya perubahan lingkungan seperti penambangan pasir yang memperluas genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk penular malaria, penebangan hutan bakau, mobilitas penduduk dari P. Jawa ke luar Jawa yang sebagian besar masih merupakan daerah endemis malaria dan obat malaria yang resisten yang semakin meluas. Di Kota Makassar, selama beberapa tahun terakhir belum ditemukan adanya kasus malaria aktif. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar sudah tidak ada lagi penderita tanpa pemeriksaan darah, semuanya dengan pemeriksaan darah positif . Tahun 2012 sebanyak 160 kasus (73 kasus di Puskesmas dan 87 kasus di 7 RS), dengan angka kesakitan (API) 0,054 per 1000 penduduk. b. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit
ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). WHO memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Tahun 2012 jumlah penderita DBD di seluruh wilayah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 86 kasus dengan Angka Kesakitan/IR = 6,4 per 100.000 penduduk diantaranya terdapat 2 kasus kematian karena DBD yaitu di Puskesmas Kapasa dan Puskesmas Cendrawasih . (Lihat Gambar III.14) Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Makassar dalam hal pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), antara lain penanggulangan fokus, pelaksananaan PSN/3M, survei jentik dan abatesasi, serta fogging massal/kasus. Jumlah kasus DBD dan kematian akibat DBD dapat terlihat pada grafik berikut : Gambar III.14 Jumlah Kasus dan Kematian akibat DBD di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012 86
83
90 80 70 60 50
Kasus
38
40
Kematian
30 20
2
0
10
2
0
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
Penanggulangan fokus
Penanggulangan fokus dimaksudkan untuk memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti yang merupakan vektor Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
penyakit DBD. Upaya ini dilakukan dengan melakukan survey epidemiologis (observasi lapangan) di wilayah kerja masing-masing Puskesmas terutama yang memiliki karakteristik khusus sebagai tempat
perkembangbiakan
vektor
nyamuk.
Hasil
survey
ditindaklanjuti dengan pemberian abate, penyuluhan di tempat, serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk dilakukan Fogging di wilayah tersebut. Menurunnya titik fokus yang ditanggulangi sejalan dengan meningkatnya Angka Bebas Jentik dan menurunnya jumlah kasus DBD di Kota Makassar.
Pelaksanaan PSN/3M
Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk merupakan tindak lanjut dari survei epidemiologis yang dilakukan oleh petugas kesehatan setempat, yang dilakukan melalui Gerakan 3 M ; Menguras tempat penyimpanan air, Menutup tempat penampungan air serta mengubur barang-barang bekas yang mungkin dapat digenangi air dan menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk DBD. Pelaksanaan PSN/3M dilakukan di Tempat-Tempat Umum, Sekolah setiap Hari Jumat dan Sabtu.
Survei Jentik & Abatesasi
Upaya ini dilakukan untuk memberantas vektor nyamuk Aedes Aegypti dimulai sejak berupa jentik, jadi tidak hanya memberantas vektor dewasa saja. Survei jentik dilakukan oleh petugas kesehatan bersama-sama dengan masyarakat dengan membentuk Kader Jumantik yang pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 1000 kader. Hasil survei yang dilaporkan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan abatesasi khususnya abatesasi selektif pada kelurahan yang endemis. Adapun Angka Bebas Jentik selama 3 tahun terakhir yaitu pada tahun 2010 sebesar 79,96%, tahun 2011 sebesar 87% dan meningkat di tahun 2012 sebesar 90%.
Pelaksanaan Fogging Fokus
Selain pemberantasan jentik, upaya lain yang dilakukan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan (Fogging Focus) Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
terutama di wilayah yang terdapat penderita DBD yang mempunyai Sentral Opname (SO) dari Puskesmas maupun Rumah Sakit. c. Flu Burung
Flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular di kalangan hewan (unggas dan babi) yang disebabkan oleh virus influenza tipe A (H5N1). Virus ini ternyata juga dapat menyerang manusia. Flu burung dapat menular dari unggas ke unggas dan dari unggas ke manusia melalui air liur, lendir dan kotoran unggas yang sakit. Flu burung juga dapat menular melalui udara yang tercemar oleh virus H5N1 yang berasal dari kotoran unggas yang sakit. Sedangkan penularan dari unggas ke manusia terutama bila terjadi persinggungan langsung dengan unggas yang sakit (terinfeksi flu burung). Data yang diperoleh dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2012 terdapat 1 penderita suspect Flu Burung , suspect adalah anak-anak yang di pekarangan belakang rumahnya memang terdapat peternakan ayam namun berdasarkan pemeriksaan suspect, hasilnya negatif. Upaya pencegahan dan penanggulangan Flu Burung/AI yang terus digalakkan antara lain : i.
Penyuluhan kepada masyarakat terutama pada keluarga yang suspect AI serta warga di sekitarnya
ii.
Sosialisasi AI kepada Pengelola Tempat-tempat Pengelola Makanan
iii.
Penyelidikan KLB serta penanganan terhadap unggas yang positif mengidap
virus
H5N1
dengan
cara;
membakar
unggas
yang
mati/terinfeksi, pemberian vaksin pada unggas, serta menyelidiki kasuskasus yang mirip dengan AI. iv.
Pemberian obat Oseltamivir Capsules 75 mg bagi penderita suspect AI, serta penanganan rujukan ke Rumah Sakit Wahidin Sudiro Husodo & mengisolasi penderita di ruang khusus. (Ruang Pakis RS. Wahidin Sudirohusodo). Adapun suspect flu burung selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
gambar berikut
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar III.15 Jumlah Suspect Flu Burung dan Kematian akibat Flu Burung di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012
5
5 4 3
Kasus
2
Kematian
1 0
0
0
1
0
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
0
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan merupakan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama tahun 2012. A. Upaya Kesehatan Ibu dan anak
Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, hasil Riskesdas 2013 menunjukkan cakupan pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat. Hal ini memperlihatkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan antenatal oleh petugas kesehatan. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali tanpa memandang trimester kehamilan (K1 akses) meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Peningkatan akses ini juga sejalan dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada trimester pertama kehamilan (K1 Trimester 1), yaitu dari 72,3% pada tahun 2010 menjadi 81,3% pada tahun 2013. Demikian pula pada tahapan selanjutnya, cakupan pelayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) juga meningkat dari 61,4% pada tahun 2010 menjadi 70,0% pada tahun 2013. Komitmen global dalam MDG’S menetapkan target terkait kematian ibu
dan kematian anak yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 dan menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990-2015.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
1.
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil dilakukan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24-36 minggu). Kegiatan pelayanan antenatal meliputi pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi pada ibu hamil selama masa kehamilannya. Titik berat kegiatannya adalah promotif dan preventif dan hasilnya terlihat dari cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 untuk mengukur akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal . Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan
antenatal
dan
kemampuan
program
dalam
menggerakan
masyarakat. Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil. Gambaran cakupan K1 dan K4 selama 3 tahun terakhir nampak pada gambar berikut Gambar IV.1 Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4 Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012
105 100
104.4
104.2 94.89
96 94.53
95.43
K1
95
K4
90 85
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Pada gambar IV.1 diatas nampak adanya fluktuasi cakupan K1 dan peningkatan cakupan K4, dimana cakupan K4 telah melampaui target Standar Pelayanan Minimal yaitu 95% pada tahun 2015.
Hal ini menunjukkan semakin
membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Dalam upaya meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak telah dilakukan berbagai program dan kegiatan diantaranya kerjasama pendampingan kegiatan USAID terkait peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, bayi baru lahir dan anak. Disamping itu juga pembinaan di posyandu, program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (PK4), kemitraan bidan dan kader terutama pada lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, LSM serta masyarakat pada umumnya, dan dikembangkannya kelas ibu hamil dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna. Dengan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 juga berkontribusi terhadap peningkatan cakupan K4. 2.
Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya kompetensi kebidanan. Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (linakes) dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kematian Ibu terkait dengan penolong persalinan dan tempat /fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian Ibu.Demikian pula dengan tempat/fasilitas kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas yaitu mengusahakan tenaga kesehatan dalam jumlah yang memadai dengan kualitas yang sebaik-baiknya terutama bidan, menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai dengan standar terutama penyediaan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
(PONEK) selama 24 jam dalam tujuh hari yang dikenal dengan sebutan PONED dan PONEK, menggerakkan seluruh lapisan masyarakat, utamanya untuk pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dengan Pencegahan Komplikasi (P4K). Gambar IV.2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi kebidanan Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012
98
96.27 96 94
94.05
92.81 92 90
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
3.
Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal, walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam waktu 3 bulan pasca persalinan. Dalam masa nifas, ibu memperoleh pelayanan kesehatan yang meliputi pemeriksaan kondisi umum, pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri), pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain, pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI ekslusif, pelayanan keluarga berencana pasca persalinan, dll. Karena dengan perawatan nifas yang tepat akan memperkecil resiko kelainan bahkan kematian ibu nifas. Pada tahun 2012, cakupan pelayanan ibu nifas yaitu sebesar 87,30%. Cakupan tersebut sudah hampir mencapai target SPM nasional yaitu sebesar 90% pada tahun 2015.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
4.
Penanganan Komplikasi Maternal dan Neonatal
Pada dasarnya kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang alami ketika berlangsung secara normal, namun telah diperkirakan bahwa sekitar 20% dari ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi maternal adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh trauma/kecelakaan. Adapun penanganan
komplikasi
itu
sendiri
adalah
penanganan
terhadap
komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai (tidak termasuk kasus yang dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut). Adapun yang dimaksud dengan neonatal komplikasi adalah yaitu bayi usia 0-28 hari dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian seperti asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan kurang dari 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelainan neonatal. Sedangkan yang dimaksud dengan penanganan neonatal komplikasi adalah neonatal sakit atau neonatal dengan kelainan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter,bidan atau perawat) baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Berdasarkan laporan dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, pada tahun 2012 cakupan bumil risti/komplikasi yang ditangani yaitu 67% dan cakupan neonatal risti/komplikasi yang ditangani yaitu 95,3%. 5. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi dan Balita Pelayanan kesehatan bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Program ini terdiri dari pemberian imunisasi dasar (BCG,DPT/HB1-3,Polio 1-4 dan Campak). Pada tahun 2012 , cakupan pelayanan kesehatan bayi di Kota Makassar yaitu sebesar 90,18 % dimana telah mencapai target SPM nasional yaitu 90% pada tahun 2015. Pelayanan Kesehatan Balita
Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-29 bulan. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
Pelayanan pemantauan
pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan ; Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan kesehatan) maupun di luar gedung ; Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun; Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita. 6.
Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat
Pelayanan kesehatan pada siswa SD dan setingkat dilakukan melalui penjaringan keseghatan siswa SD dan setingkat. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini masalah kesehatan pada siswa SD kelas I, SMP, SMA serta sekolah MI/MA/MTS. Kegiatan penjaringan kesehatan terdiri dari : 1. Pemeriksaan tinggi badan 2. Pemeriksaan berat badan 3. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
4. Pemeriksaan ketajaman indera ( penglihatan dan pendengaran) 5. Pemeriksaan kesehatan jasmani . Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat tahun 2012 sebesar 39,75 % . Diharapkan cakupan ini dapat mencapai 100% pada tahun 2015. B. Perbaikan Gizi Masyarakat
Program perbaikan gizi di Kota Masyarakat dilakukan melalui upaya penanggulangan gizi masyarakat dan upaya peningkatan gizi masyarakat. Adapun upaya penanggulangan gizi masyarakat meliputi berbagai upaya antara lain Usaha Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGK), penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK), penanggulangan Kurang Vitamin A, penanggulangan Anemia Gizi (AGB) serta usaha peningkatan status gizi anak sekolah melalui gearakan Anak Makassar Sehat dan Cerdas (AMSC) serta program Nutrition Improvement Thought Community Empowerement (NICE). Sementara upaya
peningkatan gizi masyarakat dilakukan melalui pemasyarakatan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan pengembangan Jaringan Informasi Pangan dan Gizi (JPG). 1.
Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil (FE)
Saat hamil, kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan sebelum hamil. Hal ini terjadi karena sebelum hamil, volume darah meningkat sampai 50%, sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga memerlukan zat besi. Dalam keadaan hamil, suplemen zat besi dari makanan belum cukup sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi. Oleh karenanya dalam rangka penanggulangan permasalahan anemia gizi besi, telah dilakukan program pemberian tablet Fe. Cakupan pemberian tablet Fe di Puskesmas se-Kota Makassar tahun 2012 yaitu sebesar 70,40% untuk tablet Fe1 (30 tablet) dan 63,59% untuk tablet Fe3 (90 tablet). Cakupan pemberian tablet besi selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012 97.12
96
100 80 60
63.59
70.4
59.4 40.8
40 20 0
2010
2011
2012
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
Kepatuhan megkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi, frekuensi konsumsi per hari. 2.
Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu zat gizi esensial yang penting dalam membentuk fungsi kekebalan tubuh balita. Kekurangan vitamin A merupakan salah satu permasalahan gizi yang masih sering ditemukan. Untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan ini, pemerintah telah membuat kebijakan untuk mendistribusikan kapsul vitamin A dosis tinggi untuk bayi dan balita. Pemberian vitamin A pada bayi dan balita biasanya dilakukan secara rutin sebanyak dua kali per tahun, yaitu di bulan Februari dan Agustus. Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 12-48 bulan di Kota Makassar tahun 2012 mencapai 91,73%. Berbagai upaya terus dilakukan melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A. Cakupan pemberian kapsul vitamin A selama 3 tahun terakhir ditampilkan pada gambar berikut.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar IV.4 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita (12-48 bulan) Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012
91.73
2012
138.37
2011
86.77
2010
0
50
100
150
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
3.
Pemberian ASI Ekslusif
ASI ekslusif adalah intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian anak, namun menurut Survei Demografi Kesehatan tingkat pemberian ASI ekslusif telah menurun selama dekade terakhir. Hari ini, hanya sepertiga penduduk Indonesia secara ekslusif menyusui anak-anak mereka pada enam bulan pertama. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara ekslusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Persentase pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan di wilayah Puskesmas se-Kota Makassar sebesar 63,7% meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 34,8%. Cakupan pemberian ASI Ekslusif selama 3 tahun disajikan pada gambar berikut .
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar IV.5 Cakupan Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi (0-6 bulan) Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012
63.7
2012
34.8
2011
91.12
2010
0
20
40
60
80
100
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI ekslusif diantaranya: 1. Peraturan Walikota Nomor 49 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif. 2. Pelatihan konseling menyusui bagi petugas. 3. Pembuatan bilik ASI/ruang laktasi di tempat-tempat umum 4. Sosialisasi dan kampanye ASI ekslusif 5. KIE melalui media cetak dan elektronik 6. Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatkan, melindungi dan mendukung pemberian ASI C.
Pelayanan Imunisasi
Program imunisasi yang ditujukan bagi bayi, anak usia sekolah dasar, wanita usia subur, ibu hamil merupakan upaya untuk mencegah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti TBC,Diptheri,Pertusis,Hepatitis B,Polio,Tetanus dan Campak.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
1.
Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi merupakan bagian dari pemberian vaksin (virus yang dilemahkan) kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu. Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 1 dosis hepatitis, dan 1 dosis campak. Beberapa jenis imunisasi lengkap dan manfaat imunisasi yang diberikan antara lain adalah : -
Imunisasi Hepatitis B Pemberian vaksin hepatitis B ini berguna untuk mencegah virus hepatitis B yang dapat menyerang dan merusak hati dan bila itu terus terjadi sampai si anak dewasa akan bisa menyebabkan timbulnya penyakit kanker hati
-
Imunisasi BCG Pemberian vaksinasi dan juga imunisasi BCG ini bermanfaat untuk mencegah timbulnya penyakit TBC. Dilakukan sekali pada bayi sebelum usia 3 bulan. Biasanya dilakukan bila bayi berusia 1 bulan.
-
Imunisasi DPT Diberikan untuk mencegah terjadinya penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus. Penyakit difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan penyumbatan pernafasan, serta mengeluarkan racun yang dapat melemahkan otot jantung. Penyakit pertusis yang dalam kondisi berat bisa menyebabkan terjadinya pneumonia.
-
Imunisasi Polio Diberikan untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kecacatan. Imunisasi diberikan sebanyak 4 kali, yaitu saat bayi berusia 1 sampai 4 bulan.
-
Imunisasi Campak Pemberian imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak. Pemberiannya hanya sekali saja yaitu pada saat anak berusia 9 bulan. Pemberiannya dapat diulang pada saat anak masykl SD atau mengikuti program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yang dicanangkan pemerintah.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Berdasarkan laporan dari Bidang Bina P2PL didapatkan data cakupan Imunisasi dasar lengkap tahun 2012 sebesar 116,9%. Adapun cakupan imunisasi dasar lengkap selama 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar IV.6 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012
116.9
2012
101.6
2011
104.88
2010
90
95
100
105
110
115
120
Sumber : Bidang Bina P2PL Dinkes Kota Makassar
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi melalui UCI ( Universal Child Imunization ). UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dimana ≥80% dari jumlah bayi (0 -11bulan) yang ada di
desa/kelurahan tersebut yang sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Dari 143 kelurahan yang ada di Kota Makassar, 100% telah mencapai Kelurahan UCI sejak tahun 2010. Hal ini tidak terlepas dari kerjasama baik lintas sektor maupun lintas program yang ada di Puskesmas se-Kota Makassar serta Dinas Kesehatan khususnya peran serta posyandu. 2.
Imunisasi Pada Ibu Hamil
Ibu hamil juga merupakan populasi yang rentan terhadap infeksi penyakit menular, oleh karenanya program imunisasi juga ditujukan untuk ibu hamil. Cakupan imunisasi TT2+ (ibu hamil yang telah mendapat imunisasi TT minimal 2 dosis) pada tahun 2012 sebesar 91,2%. Adapun cakupan imunisasi TT2+ untuk ibu hamil selama 2 tahun terakhir disajikan pada gambar berikut. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Gambar IV.6 Cakupan Imunisasi TT2+ pada Ibu Hamil Di Kota Makassar Tahun 2011 s/d 2012
91.2
2012
90.9
2011
90.7
90.8
90.9
91
91.1
91.2
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
D. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
Tujuan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hamper miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kepesertaan Jamkesmas tahun 2012 di Kota Makassar, dari sejumlah 336.004 sasaran masyarakat miskin, yang mendapatkan/memiliki kartu Jamkesmas sebanyak 335.392 orang dan ibu hamil yang memiliki kartu Jamkesmas sebanyak 73.403 orang, dengan jumlah kunjungan/pelayanan sebagai berikut : -
Kunjungan rawat jalan sebanyak 208.743 kunjungan
-
Pemeriksaan ibu hamil sebanyak 6.123 kunjungan
-
Pemeriksaan bayi baru lahir (KN2) sebanyak 4.383 kunjungan
-
Rawat inap sebanyak 298 orang
-
Rawat inap persalinan sebanyak 568 kunjungan
-
Rawat jalan yang dirujuk sebanyak 16.370
-
Ibu hamil yang dirujuk sebanyak 1.715
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
E.
Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal
Standar Pelayanan Minimal telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 / Menkes / Per / VII / 2008. Adapun target masing-masing indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) tersebut adalah sebagai berikut : Indikator
Target
Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil K-4 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 4. Cakupan pelayanan nifas 5. Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi 7. Cakupan desa/ kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 8. Cakupan pelayanan anak balita 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 11. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 12. Cakupan peserta KB Aktif 13. Cakupan penemuan dan penanganan penyakit 14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin Pelayanan Kesehatan Rujukan
15. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 16. Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
95% Tahun 2015 80% Tahun 2015 90% Tahun 2015 90% Tahun 2015 80% Tahun 2015 90% Tahun 2015 90% Tahun 2015 100% Tahun 2015 100% Tahun 2015 100% Tahun 2015 75% Tahun 2010 100% Tahun 2010 100% Tahun 2015
100% Tahun 2015 100% Tahun 2015
100% Tahun 2015
17. Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 Jam Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
18. Cakupan desa siaga aktif
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
80% Tahun 2015
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. SARANA KESEHATAN 1.
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
Puskesmas mimiliki fungsi sebagai : 1) pusat pembangunan berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat, 3) pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan 4) pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Keadaan sarana kesehatan di Kota Makassar dalam jumlah dan distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Makassar telah melampaui konsep wilayah puskesmas dimana 1 puskesmas melayani 30.000 penduduk. Dengan demikian rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah 3, Ini berarti bahwa setiap 100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 3 puskesmas. Sedangkan rasio puskesmas pembantu terhadap puskesmas adalah 1 : 1 yang berarti setiap Puskesmas mempunyai 1 puskesmas pembantu. Hal ini sejalan dengan misi Pemerintah Kota Makassar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi seluruh masyarakatnya. Sampai dengan akhir tahun 2012, jumlah Puskesmas di Kota Makassar sebanyak 39 unit, dengan rincian Puskesmas perawatan sejumlah 8 unit dan Puskesmas non perawatan 31 unit. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat , Puskesmas dibantu satu atau beberapa Puskesmas pembantu. Jumlah puskesmas pembantu sampai dengan akhir tahun 2012 sebanyak 43 unit. Sesuai target yang ditetapkan pada tahun 2012, diharapkan puskesmas ISO bertambah 2 namun dalam implementasinya ternyata melebihi target, terdapat 3 penambahan puskesmas ISO (PKM Dahlia, PKM Mamajang, PKM Malimongan Baru), sehingga sampai tahun 2012 telah ada 11 puskesmas dengan pelayanan berstandar ISO 9001-2008, antara lain : Puskesmas Bara-Barayya (tahun 2008), Puskesmas Batua dan Jongaya (tahun 2009), Puskesmas Sudiang Raya dan Puskesmas Kassi-Kassi (tahun 2010), Puskesmas Jumpandang Baru, Puskesmas Makkasau dan Puskesmas Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Tamalanrea (tahun 2011). Dengan meningkatnya mutu layanan di Puskesmas diharapkan berdampak pada semakin baiknya status kesehatan masyarakat. Gambar berikut memperlihatkan jumlah Puskesmas selama 3 tahun terakhir Gambar V.1 Jumlah Puskesmas Di Kota Makassar Tahun 2010 s/d 2012 39.5
39
39 38.5
38
38 37.5 37
37
36.5 36 2010
2011
2012
Sumber : Bidang PSDK Dinkes Kota Makassar
Tabel V. 1 Keadaan Sarana Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012 JENIS SARANA KESEHATAN
Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Rumah Bersalin Bidan Praktek Swasta Balai Pengobatan / Klinik Apotek Toko Obat Industri Obat Tradisional
JUMLAH
39 43 40 20 15 13 14 32/69 345 43 1
Sumber : Bidang Bina PSDK Dinkes Kota Makassar
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
2.
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
UKBM yang ada di kelurahan menjadi ciri khas bahwa bahwa kelurahan tersebut telah menjadi Kelurahan Siaga Aktif. Dinyatakan demikian karena penduduk di kelurahan tersebut dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar dan mengembangkan UKBM serta melaksanakan surveilans berbasis masyarakat. Berkaitan dengan Indikator Pencapaian Kelurahan Siaga Aktif dapat dijelaskan bahwa untuk pengembangan kelurahan siaga sebagai salah satu program utama dalam program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat tahun 2012 yang lebih terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, akan dikembangkan pola kerjasama dan kemitraan secara berjenjang antar provinsi, kabupaten/kota, kecamatan/puskesmas dan desa sebagai sasaran akhir program pengembangan kelurahan siaga. Kegiatan yang dilaksanakan terkait pencapaian indikator kelurahan siaga yaitu Pembinaan Model Operasional Desa Siaga (MODS) yang dilaksanakan di seluruh kelurahan atau sebanyak 143 kelurahan karena seluruh kelurahan sudah terbentuk forum kelurahan siaga.
Posyandu
Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakat dewasa ini, dimana terdapat 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare) dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Kesadaran dan peran aktif masyarakat Kota Makassar dalam wahana Posyandu tidak terlepas dari dukungan Dinas Kesehatan Kota Makassar barsama Instansi terkait dari lintas sektor yang saling bersinergi mendorong meningkatnya jumlah Posyandu yang sebelumnya berada pada level Pratama dan Madya, meningkat menjadi Purnama dan Mandiri. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Bidang Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah Posyandu yang ada di Kota
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Makassar pada tahun 2012 sebanyak 972 posyandu dengan rincian sebagai berikut : -
Pratama
: 0 posyandu
-
Madya
: 200 posyandu
-
Purnama
: 466 posyandu
-
Mandiri
: 306 posyandu
Adapun jumlah posyandu Purnama dan Mandiri di Kota Makassar Tahun 2012
mencapai
79,42 %.
Adanya peningkatan dari segi
kuantitas dan kualitas tidak terlepas dari adanya program Revitalisasi Posyandu bagi Organisasi Tim Pokjanal Posyandu, sarana dan prasarana Posyandu dan Peningkatan kualitas kader Posyandu. Gambar V. 2 Posyandu Menurut Strata Di Kota Makassar Tahun 2012
466
600
322 400 200
200 0
0
PRATAMA
MADYA
PURNAMA
MANDIRI
Sumber : Bidang Binkesmas Dinkes Kota Makassar
Rumah Tangga ber-PHBS
Perilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah tangga yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dari hasil pemantauan 10 indikator PHBS di 38 puskesmas diketahui bahwa pada tahun 2012 dari sejumlah 229.361 rumah tangga yang dipantau terdapat sebanyak 166.074 (72,41%) rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat meningkat Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 69,3%. Hal ini dapat
terjadi
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a.
Keberhasilan upaya promotif-preventif dari Instansi terkait di Kota Makassar
b. Tingginya kesadaran masyarakat dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, hal ini sejalan dengan tingginya IPM Kota makassar dibandingkan Kab/Kota lain Di Sulsel, bahkan secara nasional Makassar menempati urutan ke-8 c.
Data yang diperoleh merupakan data sarana ( Facilitated Based ) yang hanya didapatkan dari Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada. Karenanya diperlukan upaya pengumpulan data yang lebih akurat dan bersumber langsung dari masyarakat ( Community Based ).
d. Data tersebut belum sepenuhnya dianggap dapat menggambarkan kenyataan yang ada mengingat jumlah RT yang dipantau masih jauh lebih kecil dari jumlah RT yang ada di Kota Makassar. B. TEMPAT-TEMPAT UMUM
Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran/ rumah makan, pasar dan lain-lain. Setiap tahunnya
Dinas Kesehatan Kota Makassar melakukan
pembinaan dan pemeriksaan ke berbagai tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang tersebar di 14 kecamatan di Kota Makassar. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat kondisi TTU/ TUPM apakah tergolong TTU/ TUPM sehat atau harus ada pembenahan agar memenuhi kategori TTU/ TUPM sehat. TUPM sehat adalan tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan , yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruangan yang memadai. Data yang diperoleh pada Tahun 2012, dari sejumlah 2859 TUPM yang ada di Kota Makassar dan dilakukan pemeriksaan terhadap Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
keseluruhan TUPM tersebut, diketahui yang memenuhi kategori TUPM sehat sejumlah 2422 TUPM (84,71%). Hotel merupakan TUPM yang memperoleh persentase TUPM sehat tertinggi (100%) adapun TUPM dengan persentase sehat terendah adalah pasar (63,33%) dimana dari 30 pasar yang diperiksa yang tergolong TUPM sehat sebanyak 19 pasar. Untuk Restoran/ Rumah makan, dari 592 yang diperiksa sebanyak 526 diantaranya tergolong TUPM sehat (88,85%) dan TUPM lainnya dari sejumlah 2145 yang diperiksa 83,23% diantaranya atau sebanyak 1787 termasuk TUPM sehat. Persentase TUPM sehat di Tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun 2011 dengan persentase TUPM sehat sebesar 84,36% (2.357 TUPM sehat dari sebanyak 2.794 yang diperiksa). C. TENAGA KESEHATAN
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 7 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata. Sumber daya manusia kesehatan terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis dan tenaga kesehatan lainya. Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas serta penyebaran tenaga kesehatan di Kota Makassar diperoleh melalui pengumpulan data pada seluruh unit pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas beserta jaringannya serta UPTD Gudang farmasi. Metode pengumpulan data melalui pemutakhiran data secara berjenjang dari pustu, puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota untuk selanjutnya data ketenagaan juga dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan secara nasional dikelola oleh Badan PPSDMK melalui Sistem Informasi SDMK. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Makassar
Ketersediaan tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam percepatan pembangunan kesehatan. Pada Tahun 2012, tercatat Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
sebanyak 1283 SDM Kesehatan di Kota Makassar yang tersebar pada 39 Puskesmas, 1 Rumah Sakit Umum Daerah dan Dinas Kesehatan, adapun pengelompokan SDM Kesehatan berdasarkan jenis ketenagaan dapat dirinci sebagai berikut :
Medis (dokter spesialis, dokter umum & dokter gigi) sebanyak 236 orang terdiri dari : o
Dokter Spesialis
: 25 orang
o
Dokter Umum
: 132 orang
o
Dokter Gigi
: 79 orang
Kesehatan masyarakat : 131 orang
Tenaga Kefarmasian : 81 Orang
Bidan : 235 Orang
Tenaga Keperawatan (Sarjana Keperawatan dan D III) : 484
Tenaga Gizi : 68 orang,
Sanitarian : 47 orang,
Fisioterapi : 1 Orang Gambar V. 3 Proporsi Tenaga Kesehatan Menurut Jenisnya Di Kota Makassar Tahun 2011 484 500 400 300 200 100
236
235 131 81
68
47
1
0
Sumber : Sub Bagian Umum & Kepegawaian Rasio dokter umum di Kota Makassar adalah 9,76 dokter per 100.000 penduduk, sementara rasio ideal dokter terhadap penduduk adalah 1:2500 artinya satu orang dokter melayani 2500 penduduk, maka jika ingin mencapai rasio ideal tersebut dengan jumlah penduduk kota Makassar Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
sebanyak 1.352.136 orang maka dibutuhkan sebanyak 541 dokter umum, sementara kondisi sekarang, dokter umum pada unit layanan kesehatan pemerintah Kota Makassar dalam hal ini puskesmas dan rumah sakit umum daerah serta dinas kesehatan masih sejumlah 132 dengan kata lain masih kurang 409 dokter umum. Adapun rasio ideal antara dokter gigi dengan penduduknya di Indonesia adalah 1:9000, rasio dokter gigi di Kota Makassar Tahun 2012 adalah 5,6 per 100.000 penduduk. Jika berhitung dari rasio ideal, dibutuhkan sebanyak 150 orang dokter gigi, sementara dokter gigi pada sarana kesehatan pemerintah Kota Makassar baru sejumlah 79 sehingga masih kurang sebanyak 71 dokter gigi. Secara nasional, Indonesia memang masih kekurangan dokter gigi, apalagi jika diukur dari standar yang ditetapkan WHO yaitu 1:2000. Salah satu faktor masih kurangnya dokter gigi adalah karena belum banyaknya perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran gigi, belum lagi fakultas kedokteran gigi yang ada juga dibatasi oleh kuota jumlah mahasiswa, sehingga lulusan kedokteran gigi memang tidak banyak. Tenaga perawat merupakan jenis ketenagaan kesehatan yang paling besar jumlahnya di Kota Makassar yaitu sebanyak 484 yang terdiri dari 81 sarjana keperawatan dan 403 diploma keperawatan. Kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan kondisi nasional, dimana diperkirana 60% tenaga kesehatan di Indonesia adalah perawat. Sebaran tenaga kesehatan di Kota Makassar berdasarkan tempat tugas yaitu : dari sejumlah 1283 orang tenaga, 1026 bertugas di puskesmas, 188 di RSUD dan 69 lainnya di Dinas Kesehatan Kota Makassar. Jumlah tersebut belum termasuk tenaga non-kesehatan yang juga bertugas pada sarana kesehatan. Sebagian besar tenaga kesehatan bertugas di Puskesmas. Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan kinerjanya sangat dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki. Tahun 2012, dari 1026 tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas jika dirinci : 115 dokter umum, 5 dokter spesialis, 69 dokter gigi, 204 bidan, 386 perawat, 62 tenaga kefarmasian, 61 tenaga gizi, 78 orang tenaga kesehatan masyarakat dan 45 tenaga sanitasi.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan baik yang bersumber dari APBN maupun APBD digunakan untuk membiayai program-program kesehatan yaitu anggaran pembangunan kesehatan dan anggaran rutin. Anggaran kesehatan digunakan untuk membiayai pelaksanaan berbagai kegiatan yang tertuang dalam 17 program yang terdiri dari 12 program utama dan 5 program penunjang. Pelaksanaan
kegiatan
dan
program
kesehatan
berdasarkan
kewenangan Dinas Kesehatan Kota Makassar tidak lepas dari adanya dukungan pembiayaan/penganggaran. Adapun Sumber pembiayaan pada tahun 2012 yang tertuang di dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan Kota Makassar adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan
Fungsi pengawasan dan pengendalian intern Dinas Kesehatan Kota Makassar di dalam pelaksanaan anggaran dilaksanakan melalui monitoring tidak langsung yaitu melalui laporan rutin (bulanan dan triwulan) dan monitoring langsung yaitu melalui pertemuan evaluasi dan monitoring yang juga dilaksanakan secara berkala (bulanan, triwulanan dan tahunan) . Adapun rincian Anggaran Kesehatan Kota Makassar tahun 2012 sebagai berikut;
APBD Kota
Rp. 124.740.775.000,-
APBD Prop. (Dana DEKON)
Rp. 12.491.200.000,-
APBN
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Rp.
8.176.850.000,-
Jamkesmas
Rp.
4.556.214.000,-
Jampersal
Rp.
8.778.356.000,-
BOK
Rp.
4.202.600.000,-
Lain-lain -
NICE
Rp.
2.688.000.000,-
-
GAVI
Rp.
145.660.000,-
TOTAL Anggaran Kesehatan
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Rp. 165.779.655.000,-
2. Belanja
Untuk tahun 2012 ini, total alokasi belanja Dinas Kesehatan Kota Makassar sebesar
Rp.
124.740.775.000,-
dan
total
realisasi
sebanyak
Rp.118.064.704.639,- (94,65%), yang terdiri dari: a. Belanja Tidak Langsung
Total alokasi anggaran untuk belanja tidak langsung pada Dinas Kesehatan Kota Makassar adalah Rp. 55.909.347.000,- dengan realisasi Rp. 55.666.847.714,- (99,57%), dan realisasi fisik 100%. b. Belanja Langsung
Alokasi anggaran untuk belanja langsung Dinas Kesehatan Kota Makassar
adalah
Rp.
68.831.428.000,-
dengan
realisasi
Rp.
62.397.856.925,- (90,65%) dengan realisasi fisik 96,71 %. Tabel V. 2 Realisasi Dana Selain APBD Tahun 2012 Sumber Dana
DAK Jamkesmas Jampersal BOK NICE GAVI
Alokasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8,176,850,000 4,556,214,000 8,778,356,000 4,202,600,000 2,688.000,000 145,660,000
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012
Realisasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
8,014,590,727 2,546,035,000 3,179,970,000 4,115,541,000 2,688,000,000 145,660,000
Persentase Realisasi
98.02 55.88 36.23 97.93 100.00 100.00
BAB VI PENUTUP
Profil Kesehatan Kota Makassar disusun berdasarkan hasil kegiatan sepanjang tahun 2012 oleh unit-unit kesehatan serta Instansi terkait yang berada dalam wilayah Kota Makassar. Berbagai peningkatan telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan kondisi umum serta keadaan sosial ekonomi masyarakat Kota Makassar. Gambaran tersebut merupakan fakta yang layak dikomunikasikan baik kepada para penentu kebijakan, kepada pengelola program kesehatan maupun kepada instansi Lintas Sektor, serta kepada masyarakat umum yang disajikan dalam format buku Profil. Oleh karena data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis dalam pelaksanaan manajemen program kesehatan dan Lintas Sektor maka penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai bahan masukan dalam proses pengambilan keputusan dan dalam hal perencanaan program kesehatan. Di bidang kesehatan penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan mempunyai salah satu luaran utama yaitu penyajian data dan informasi dalam format buku Profil Kesehatan. Namun disadari bahwa dalam penyajiannya sampai saat ini belum dapat memenuhi segala kebutuhan data dan informasi kesehatan secara optimal. Hal ini berimplikasi pada kualitas data yang disajikan dalam profil kesehatan ini belum dapat memenuhi harapan semua pihak namun tetap dapat memberikan gambaran umum dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kota Makassar, perlu terus dilakukan suatu terobosan dalam hal mekanisme pengumpulan data dan informasi secara cepat dan akurat untuk mengisi ketidaktersediaan data khususnya yang bersumber dari masing – masing pengelola program serta dari sektor lain yang terkait. Diharapkan Sistem Informasi Kesehatan telah dapat menerapkan Information and Communication Technology secara maksimal sampai ke tingkat Puskesmas.
Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012