BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dua potong berita dari harian POS KOTA KOTA dan Trans Trans TV mengusik perhatian saya sa ya dan membekaskan rasa miris berkepanjangan. Pertama, berita yang termuat pada 1 Maret 2007, yakni salah satu pelajar SMA Desa Cilebut Timur, Sukaraja, Bogor, tangannya tertebas pedang hingga buntung dalam tawuran t awuran di Kampung Cilebut. Tawuran tersebut diduga sebuah upaya balas dendam para pelajar…”. Kedua, berita yang termuat pada Cerita Pagi Trans TV hari senin pukul 08.00 tanggal 26 Maret 2007, yakni “Terjadi “Terjadi perkelahian massal antara SMK Kartika Jaya dan SMK 4 yang juga melibatkan sejumlah mahasiswa. Sejumlah pelajar menyebutkan perkelahian ini terkait dengan perselisihan antarpelajar yang terjadi sebelumnya.” Salah satu persoalan yang menyita perhatian para guru di zaman kini adalah jika siswanya terlibat perkelahian atau tawuran. Kedua potongan berita di atas menunjukan bahwa persoalan kekerasan yang dilakukan oleh pelajar bukan lagi persoalan jagad pendidikan di Jakarta, Ibukota negara, tetapi di daerah-daerah atau di banyak pelosok negeri ini. Para guru dan pengelola kependidikan di mana pun dan jenjang apa pun dibayangi kemungkinan mesti menghadapi persoalan-persoalan para siswanya, baik yang memulai perkelahian maupun yang sekedar menjadi korban. Alasan-alasan yang muncul dari para siswa yang terlibat itu biasanya bernada klise seperti membela teman, didahului, solider, membela diri, atau merasa dendam. Penyebab tersembunyi banyak tawuran adalah rasa bermusuhan yang diwariskan secara turun temurun dari angkatan ke angkatan berikutnya. Pelajar atau siswa yang terlibat dalam tawuran pelajar adalah mereka yang masih duduk disekolah menengah dan usia mereka tergolong masih remaja. Masa remaja adalah usia transisi, ahli psikologi menganggap masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak kemasa dewasa, yaitu terjadinya perubahan psikis dan fisik secara sederhana dan umum menurut ukuran masyarakat maju, masa remaja itu lebih kurang antara 13 tahun dan 21 tahun. Pemuda sebagai pelajar adalah modal bagi terlaksananya tujuan ke masa depan. Selain itu pemuda juga merupakan tombak perubahan zaman dan jawaban sebuah peradaban, seperti yang dikemukakan oleh ulama besar Hasan Al-Bana sebagaimana di kutip oleh koesmarwati bahwa pemuda adalah pilar kebangkitan, setiap kebangkitan pemuda adalah rahasia kekuatannya. Pada setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.
Remaja selaku tunas bangsa akhir-akhir ini semakin menarik semua kalangan baik dari kalangan orang tua, guru maupun anggota masyarakat. Di media massa baik cetak maupun elektronik banyak membicarakan remaja yang suka mencuri, remaja yang suka minum beralkohol dan remaja yang melakukan perkelahian terutama perkelahian pelajar antarsekolah. Masalah tawuran pelajar adalah masalah yang tidak ada habisnya untuk dibicarakan terutama diwilayah DKI Jakarta hampir setiap media massa yang ada di kota Jakarta memberitakan permasalahan tawuran pelajar. pela jar. Terlebih Terlebih lagi belakangan ini kasus tawuran pelajar telah banyak menimbulkan kerugian berbagai pihak dan mencemaskan para orang tua, karena takut akan membawa kehancuran pada diri remaja itu sendiri dan masyarakat luas. Oleh karena itu semua pihak terutama para orang tua dan guru sibuk memikirkan bagaimana cara mengatasi tawuran pelajar tersebut dan menghindarkan mereka dari faktor-faktor yang mengarah pada tindakan –tindakan itu. Dengan demikian dapat disinyalir bahwa tawuran pelajar yang terjadi akhir-akhir ini menunjukan peningkatan permasalahan yang sangat signifikan dan memprihatinkan, karena bukan hanya menimbulkan korban yang luka ringan tetapi juga korban yang meninggal dunia, baik dari kalangan pelajar itu sendiri maupun yang terkena diakibatkan tawuran pelajar tersebut. Di sisi lain perilaku dan akhlak sebagai siswa sangat jauh disparitas antara cita dan dan fakta. Data menunjukan kenakalan dan tawuran semakain memprihatinkan, penyalahgunaan narkoba sudah sampai pada tahap membahayakan, pergaulan bebas dan gaya hidup permisivisme semakin meningkat, kebiasaan bergerombolan dipinggir jalan dan mejeng-mejeng dipusat perbelanjaan (Mall) telah menjadi hal yang biasa, semua ini menjadi bukti ada yang salah dalam proses kegiatan yang dilakukan para siswa disekolahnya. Mengantisipasi perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi, aspek kualitas keimanan dan ketakwaan yang perlu dibangun pada setiap diri siswa tidak terbatas pada sisi jasmani dan mental kecerdasan saja, akan tetapi meliputi kemampuan siswa menapis (filter) pengarah perubahan zaman. Kekuatan daya tapis ini banyak ditentukan dari tingkat penghayatan dan pengamalan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT yang telah dimiliki masing-masing siswa. Kualitas keimanan, ketakwaan dan keagamaan berfungsi meringankan dan membebaskan manusia yang terlibat konflik kejiwaan dari tekanan penderitaan dan juga memberikan ketenangan, kekuatan batin dan kecerahan. Seperti yang dikemukakan oleh Dr. HC Link yaitu tak ada manusia yang dapat memberikan sesuatu yang dapat dibandingkan dengan apa yang diberikan oleh Agama pada anda. Beruntunglah anda mempunyai agama untuk menjadi sandaran Rohani.
Untuk mencegah terjadinya tawuran pelajar, kegiatan yang berada disekolah harus ditingkatkan terutama pada kegiatan dakwah yang menjadikan diri siswa tersebut terlepas dari tindakan-tindakan yang merugikan diri siswa itu sendiri. Contoh dari kegiatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) tersebut yang dilakukan para siswa: Kegiatan Ceramah Jum’at Keputrian,Pengajian Kelas, Mentoring, Sholat Jum’at, Tadarus Al-Qur’an, Pendalaman Materi, Latihan Marawis, Nasyid Nas yid maupun Qosidah. Berdasarkan gambaran pokok pikiran tersebut, penulis ingin melakukan suatu kegiatan penelitian secara ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “ Upaya Pencegahan Tawuran Pelajar Melalui Kegiatan Dakwah: Studi Pada Dakwah Sistem Langsung (DSL) SMKN 8 Jakarta”. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Agar pembahasan tidak terlalu meluas, penulis merasa perlu memberikan batasan serta rumusan permasalahan sebagai berikut :
Batasan Masalah
Untuk mempermudah didalam memahami penelitian ini, penulis membatasi bagaimana Upaya Pencegah Tawuran Tawuran Pelajar Melalui Kegiatan Dakwah dengan pendekatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMKN 8 Jakarta .
Rumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan sebagai berikut : Bagaimana pendekatan metode Dakwah Sistem Langsung (DSL) dalam upaya pencegahan tawuran pelajar di SMKN 8 Jakarta? Bagaimana analisis pengembangan kegiatan dakwah yang dilakukan di SMKN 8 Jakarta dalam upaya pencegahan tawuran pelajar dengan menggunakan analisis SWOT? TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apa saja pendekatan metode yang digunakan dalam upaya pencegahan tawuran pelajar melalui kegiatan DSL?
Untuk mengetahui analisis dakwah sistem langsung l angsung dengan menggunakan analisis SWOT pada SMKN 8 dalam upaya pencegahan tawuran pelajar?
Kegunaan Penelitian
Dapat diketahui dengan sistematis mengenai upaya pencegahan tawuran pelajar melalui kegiatan dakwah terutama mengatasi tawuran pelajar, hal ini diharapakan akan memberikan pengaruh yang positif bagi siswa. Dapat menjadi masukan bagi para orang tua, guru dan pihak-pihak yang terkait serta memberikan motivasi untuk lebih berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan dakwah sistem langsung terhadap anak dan siswa yang bermasalah. Untuk menambah Khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial siswa yang teliti, serta usaha menambah informasi dalam menyusun skripsi ini maka penulis menggunakan beberapa metode, antara lain :
Metode penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Adapun pengertian dari penelitian kualitatif adalah menurut Bagdan dan Taylor (1975) seperti yang dikutip Lexy J. Moleong dalam bukunya ialah bahwa penelitian penelit ian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Unit Analisis
Yang dimaksud dengan unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan akan menjadi subjek penelitian. Dalam penelitian ini unit analisis yang dimaksud adalah guru pembimbing atau koordinator kegiatan Dakwah Sistem Langsung (DSL) di SMKN 8 Jakarta. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang penulis butuhkan berdasarkan permasala han maka penulis menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
Wawancara , yang dimaksud adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dilakukan guna untuk memperoleh informasi dan keterangan langsung dari informan. Dalam hal ini penulis mewawancarai pihak yang terkait yakni seperti guru pembimbing atau koordinator kegaitan Dakwah Sistem Langsung (DSL).
Observasi , yakni memperhatikan secara akurat, mencatat yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut. Yang Yang dilakukan guna untuk mengamati dan mencatat kondisi objek dengan melihat pelaksanaan kegiatan dakwah sistem langsung (DSL).
Telaah pustaka , berupa pengumpulan data dan informasi dari sumber tertulis yang memiliki hubungan dengan masalah yang sedang diteliti berupa buku, majalah, koran, dan sebagainya. Sumber Data
Sumber data adalah subjek utama dalam meneliti masalah diatas untuk memperoleh data-data konkrit, adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
Sumber Data Primer : yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru pembimbing atau koordinator kegiatan Dakwah Sistem Langsung (DSL).
Sumber Data Sekuknder : yang menjadi sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku buku dan berbagai literatur yang berhubungan dengan aktivitas peranan kegiatan dakwah sistem langsung dalam upaya pencegahan tawuran pelajar. Analisa Data
Yang dimaksud dengan analisa data adalah a dalah “proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan”. Setelah data-data yang diperlukan terkumpul dengan menggunakan proses induktif. Di katakan induktif karena peneliti tidak memaksakan diri untuk hanya membatasi penelitian pada menerima atau menolak dugaannya, tetapi memahami situasi, dengan situasi tersebut menampilkan diri.