PROSES PRODUKSI INDUSTRI FARMASI Kegiatan operasi pokok dari industri farmasi, sebagaimana industri manufaktur, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
pengadaaan bahan baku,
pelaksanaan proses produksi, dan
pemasaran hasil produksi.
Kegiatan produksi industri farmasi di Indonesia diawasi oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan. Instansi tersebut menerapkan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau dikenal sebagaiGood Manufacturing Practices (GMP). Setiap perusahan farmasi akan dinilai kelayakan proses produksinya sesuai standar tersebut dan diberikan sertifikasi sesuai hasil penilaian. Dilihat dari bentuknya, obat-obatan yang diproduksi di Indonesia meliputi tablet/kaplet, kapsul, sirop, salep, obat injeksi, powder/serbuk. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengadaan bahan baku dan pelaksanaan proses produksi. Sedangkan kegiatan pemasaran hasil produksi akan diuraikan pada bab selanjutnya. 1.
Pengadaan Bahan Baku
Bagi perusahaan farmasi dengan penanaman modal asing, bahan baku biasanya diperoleh/diimpor dari perusahaan induk di luar negeri. Sedangkan pengadaan bahan penolong serta pengemasan pada umumnya dapat diperoleh dari dalam negeri. Dalam proses produksi bahan baku utama produk farmasi terutama untuk obat-obatan daftar G, bahan bakunya diperoleh secara impor dari luar negeri. Bahan baku yang dibutuhkan biasanya bukan berupa bahan mentah melainkan sudah dalam bentuk bahan setengah jadi, dalam arti sudah melalui suatu proses produksi sampai level tertentu. Bahan baku yang sudah setengah jadi tersebut oleh perusahan farmasi di Indonesia dimasukkan dalam proses produksi dengan ditambah bahan penolong untuk menghasilkan suatu produk. Karena bahan bakunya sudah berupa bahan setengah jadi, dalam proses produksi, tingkat rendemennya sangat rendah atau bahkan dapat dikatakan tidak terdapat rendemen. Namun demikian, terdapat beberapa perusahaan farmasi yang dalam proses produksinya masih menggunakan bahan baku yang masih mentah, yaitu untuk
memproduksi herbal medicine (obat tradisional/jamu) misalnya membuat ekstrak dari kunyit. Dalam proses produksi ini, tingkat rendemen-nya cukup besar. 2.
Proses Produksi Proses produksi yang digunakan biasanya menggunakan ban berjalan dan telah dilakukan secara otomatis mulai dari penyiapan bahan baku, proses produksi itu sendiri (proses pencampuran, pencetakan), sampai dengan packing atau pembungkusan. Masing-masing jenis obat mempunyai jenis dan kataristik tersendiri dalam proses produksinya walaupun ada beberapa jenis obat yang mempunyai proses produksi yang hampir sama. Adanya karakteristik dan proses produksi yang berbeda-beda ini menyebabkan masing-masing perusahaan juga mempunyai perbedaan dalam proses produksinya. Ada perusahaan yang sangat sederhana dalam proses produksinya dalam arti proses produksi tidak memerlukan teknologi yang tinggi yaitu hanya melakukan proses pencampuran (mixing) saja. Namun, ada pula perusahaan yang membutuhkan teknologi tinggi dalam proses produksinya, misalnya untuk membuat obat tertentu dibutuhkan proses pencampuran dalam kondisi suhu dibawah 100 derajat C dalam ruangan hampa udara. Suatu bahan baku tertentu dapat digunakan untuk memproduksi beberapa macam obat-obatan melalui proses pencampuran dengan bahan pembantu yang berlainan. Misalnya ekstrak G tersebut dicampur dengan bahan baku A jadi obat AG, sedangkan ekstrak G tersebut apabila dicampur dengan bahan baku B akan menjadi obat BG. Selain itu dalam bidang pengolahan bahan kimia (khususnya dalam bidang farmasi) terdapat karakteristik yang cukup unik. Misalnya suatu bahan baku W, satu bagiannya (salah satu kandungan dalam bahan baku W) dapat digunakan untuk memproduksi obat J dan pada bagian lainnya dapat digunakan untuk memproduksi obat K dimana proses produksi untuk obat J dan obat K tersebut dapat dilakukan secara bersamaan (atau hampir bersamaan). Dengan adanya karakteristik yang berbeda-beda, proses produksi yang cukup rumit, bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi beberapa jenis obat/produk, serta semakin berkembangnya teknologi proses produksi; pemeriksa pajak harus memahami benar kegiatan produksi dari wajib pajak yang diperiksa.
3.
Proses Pelaksanaan Jasa Disamping memproduksi obat-obatan, biasanya perusahaan farmasi juga mempunyai kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Mengadakan/menghasilkan/mengolah bahan kimia farmasi biologi dan lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi.
Berusaha di bidang jasa, baik yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha perusahaan maupun jasa/upaya, dan sarana pemeliharaan/pelayanan kesehatan pada umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan dan jasa pengujian klinis.
Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan baik yang dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain.
http://sarjanakesehatan.blogspot.co.id/2013/05/proses-produksi-industrifarmasi.html
IN-PROCESS CONTROL DALAM CPOB PRODUKSI UNTUK PEMASTIAN MUTU OBAT Posted on June 12, 2012 by tsffaunsoed2009
1 Vote
Kurnia Aulia Khoirunisa (G1F009025) Primawati Kusumaningrum (G1F009026) Gigih Aditya Pamungkas (G1F009027)
ABSTRAK
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu mencakup Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ditambah dengan faktor lain. CPOB bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang yang penting dalam pemastian mutu produk. Pengawasan selama proses (in-process control) produksi sangat perlu dilakukan untuk menjaga kualitas dari sediaan farmasi yang dibuat Keywords: pemastian mutu, CPOB produksi, in-process control Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena menyangkut soal nyawa manusia, industri farmasi dan produknya diatur secara ketat. Persyaratan industri farmasi di Indonesia diatur oleh Badan POM dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Bambang, 2007). Pemastian Mutu Obat Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan obat (GMP Center, 2011). Menurut GMP Center (2011) Sistem Pemastian Mutu yang benar tepat bagi industri farmasi hendaklah memastikan bahwa:
Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memperhatikan persyaratan CPOB dan Cara Berlaboaturium yang Baik
Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan.
Tanggung jawab menegerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan
Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pasokan dan penggunaan bahan awal, bahan pengemas yang benar. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses (in-process control) lain serta validasi yang diperlukan
Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses pengemasaan dan pengujian bets dilakukan sebelum memberikan pengesahaan pelulusan untuk distribusi penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian dan atau pengawasan selamaproses, pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dan spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasaan akhir.
Obat tidak dijual atau tidak dipasok sebelum Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk .
Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/simpan obat
Tersedia prosedur inspeksi diri dan /atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu
Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan
Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat
Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahaan yang berdampak pada mutu produk
Prosedur pengolahaan ulang, evaluasi dan di setujui dan
Evaluasi mutu produk berkala dilakukan verifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
Pentingnya In Process Control dalam CPOB Produksi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat yang dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh sangat esensial untuk menjamin konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan kesehatan atau memelihara kesehatan. CPOB merupakan bagian dari pemastian mutu yang memastikan obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk
mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar serta spesifikasi produk. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu (Badan POM, 2006). Menurut Badan POM tentang CPOB (2006), aspek yang saling berkaitan untuk membangun manajemen mutu terdiri dari pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan pengkajian mutu produk. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan tujuan pemakaiannya. Oleh karena itu pengawasan selama proses (in-process control) produksi sangat perlu dilakukan untuk menjaga kualitas dari sediaan farmasi yang dibuat. Kondisi selama proses produksi tersebut harus dikendalikan dengan hati-hati untuk memastikan kualitas produk. Setiap proses berbeda dan membutuhkan perhatian secara rinci. Sterilisasi, fermentasi, ekstraksi, netralisasi, penyaringan, pengeringan beku, dan pengadukan adalah proses khas yang ditemukan dalam industri (HP, 1997). Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal yang yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan. Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses hendaklah dipatuhi. Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi. Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut: 1.
semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan
2.
kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk.
Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian/inspeksi selama proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari catatan bets. Spesifikasi pengawasan selama proses hendaklah konsisten dengan spesifikasi produk. Spesifikasi tersebut hendaklah berasal dari hasil rata-rata proses sebelumnya yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan ditentukan dengan menggunakan metode statistis yang cocok bila ada.
Gambar 1. Pengawasan Proses Pengemasan
Gambar 2. Pengawasan Proses Produksi
Gambar 3. Pengawasan Proses untuk Pemastian Mutu
REFERENSI Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (Guidelines on Good Manufacturing). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Bambang P. 2007. Manajemen Industri Farmasi. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. GMP Center. 2011. Pedoman CPOB/GMP Pharma: Manajemen Mutu. http://gmpcenter.com/2011/03/09/pedoman-cpob-gmp-pharmaceutical/, diakses 12 Juni 2012.
HP. 1997. Pharmaceutical Process Control. USA: Hewlett-Packard Company. https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/06/12/in-process-control-dalamcpob-produksi-untuk-pemastian-mutu-obat/ http://emmakhairaniharahap.blogspot.co.id/2014/06/pengendalian-mutu-obat.html Tiga puluh tahun lebih dikarunia kesehatan oleh Tuhan, tak sekalipun saya pernah mengkonsumsi obat berbahan baku kimiawi sintetis, meski itu sekedar untuk pengusir flu, sakit kepala, sakit perut, sariawan dan penyakit minor lainnya. Lalu apa yang saya lakukan kalau sakit kepala, demam atau flu mendera? Saya beristirahat, itu saja. Benar-benar saya memilih istirahat yang berkualitas, berbaring lurus sambil menenangkan fikiran, sebisa mungkin sam,bil mendengarkan musik lembut. Saat tubuh tidak stabil sebagaimana biasanya, saya menganggap itu isyarat tubuh meminta diistirahatkan, namun tetap makan dan minum secara normal dan memperbanyak meminum air putih sambil memerintahkan sistem imunisasi tubuh saya untuk melawan. Saya percaya tubuh saya memiliki sistem kekebalan sendiri yang bisa saya perintahkan untuk melawan. Makanya saya tidak suka mengkonsumsi obat kimia karena menurut sejumlah kalangan, secara bertahap akan melemahkan kemampuan alami imunisasi tubuh. Lihatlah bagaimana dosis obat terus meningkat untuk penyembuhan penyakit yang sama. Itu berarti pertahanan tubuh sendiri semakin melemah sehingga diperlukan penambahan dosis dari penyembuh luar. Lalu bagaimana dengan obat herbal? Karena bahan baku herbal berasal dari alam, pasti bersahabat dengan sistem pertahanan tubuh manusia yang juga sifatnya alami. Kalau sakit perut, paling makan daun jambu klutuk yang sudah dicuci bersih kalau belum ada obat herbal, selebihnya perbanyak minum air putih. Berdasar pengalaman saya, meski proses penyembuhannya relatif lambat dibanding obat kimia, tetapi kambuhnya atau kembalinya juga sangat lama. Jadi tinggal pilih, sembuh cepat tapi berulang-ulang atau sedikit menunggu tapi kesembuhannya lebih permananen. Kenyataan ini meyakinkan saya bahwa penggunaan cara-cara alami untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit serta penguatan pertahanan tubuh selaras dengan mekanisme kerja tubuh manusia sebagaimana penciptaan Tuhan sejatinya. Penggunaan obat-obatan alami seperti herbal pasti sangat sesuai dengan metabolisme tubuh manusia. Sejak berusia tiga puluh tahun hingga sekarang, saya rutin mengkonsumsi bawang putih mentah yang saya yakini menjadi penyebab stabilnya tekanan darah saya hingga detik ini. Upaya mendidik dan menyadarkan masyarakat agar memanfaatkan herbal sebagai alternatif pengobatan memang terus harus diupayakan. Selain secara ekonomi baik untuk menekan pengeluaran membeli obat-obatan kimia yang biasanya relatif lebih mahal dan memiliki efek samping, juga meningkatkan industri herbal dalam negeri yang tenaga kerja dan bahan bakunya berasal dari dalam negeri. Lihatlah calon Presiden RI nomor 2, Joko Widodo, kemana-mana tidak pernah melupakan membawa minyak kayu putih sebagai penghangat tubuh dan anti masuk angin. Itu adalah contoh obat-obatan herbal. Belum lagi dalam beberapa kesempatan Jokowi terus terang mengakui staminanya blusukan sangat terbantu oleh jamu temu lawak. Sementara calon wakil
Presiden, Jusuf Kalla, juga tak mau kalah dengan memuji khasiat jamu beras kencur kesukaannya yang katanya biasa dikonsumsinya sejak usia muda. A Perfect Blend Between Technology and Nature Lalu mengapa industri jamu atau obat-batan herbal ini tidak segera meledak menjadi industri farmasi yang diburu oleh para investor? Bukankah khasiatnya sudah terbukti? Apalagi nenek moyang kita sudah lama mengenal jamu yang berarti bagian dari budaya bangsa? Tidakkah dengan demikian produk herbal lebih mudah diterima pasar dan disukai oleh konsumen Indonesia? Jangan salah. Untuk meyakinkan masyarakat memilih obat herbal dibanding obat kimiawi sintetis, bukan perkara mudah. Bagaimanapun, obat-obatan kimia yang bentuknya berupa tablet, kaplet, kapsul, syrup dengan kemasan canggih dipandang oleh masyarakat kita sebagai representasi dunia pengobatan modern yang keampuhannya tak tertandingi oleh herbal. Akar-akaran, umbi-umbian, daun-daunan. Biji-bijian dan semacamnya dari tumbuhan dipandang sebagai representasi pengobatan masa lalu, maka dia kalau diolahpun hasilnya lebih pantas disebut sebagai jamu daripada obat yang efeknya, tentu saja dipandang tidak “mengobati” melainkan hanya “manjamui”. Masyarakat kita sejak dahulu kala memang telah mengenal jamu, khususnya jamu gendong dan jamu racikan sendiri. Artinya, memang bahwa di dalam cairan yang mengandung ekstrak tumbuhan yang berkhasiat bagi tubuh itu terkandung unsur yang disebut obat, tetapi kadarnya terlalu kecil dibanding tenaga yang diperlukan oleh ginjal untuk menyaring dan mengekstraksinya. Makanya jangan heran bila kalangan yang berseberangan dengan pengobatan herbal akan selalu menuding jamu sebagai penyebab kerusakan ginjal. Ada benarnya sedikit, tetapi tidak seluruhnya benar. Bahkan di balik kesederhanaan bahan baku herbal terdapat manfaat yang lebih baik dibanding obat berbahan baku kimiawi, sebutlah salah satunya soal efek samping herbal yang jauh lebih kecil, bahkan nyaris tak ada dibanding obat kimiawi yang kita ketahui bila residunya terakumulasi di dalam tubuh dapat merusak hati, ginjal, jantung dan organ internal lainnya. Mungkin masih banyak manfaat lain yang belum pernah diketahui oleh manusia sebelumnya dan bisa diungkapkan nantinya melalui riset dan teknologi. Itulah mungkin antara lain maksud motto PT Deltomed Laboratories Indonesia yang terpampang di samping patung perempuan menggendong bakul jamu yang biasa kita kenal sebagai “Mbok Jamu”. Motto itu berbunyi: A Perfect blend of Technology and Nature yang artinya kurang lebih: Perpaduan sempurna antara alam dan teknologi. Pabrikasi hierbal secara modern melibatkan mesin-mesin canggih dan standar operasi yang ketat menjadikan obat-obatan dan makanan suplemen berbahan baku herbal menjadi produk alami yang modern | Ilustrasi: deltomed.com Pabrikasi Herbal Modern Memasuki gerbang pabrik berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya Desa Nangger, Selogiri, Kabupaten Wonogiri, portal besi besar menghadang. Sejumlah petugas security dengan pakaian bersih dan rapih melakukan tugas mengangkat portal dimana di belakangngnya berjajar gedung didominasi warna putih, mengesankan suatu kompleks industri berteknologi tinggi sebagaimana yang biasa terlihat di film-film Hollywood. Tapi kesan itu segera sirna melihat patung “Mbok Jamu” yang ukurannya sekitar tiga atau empat kali ukuran manusia normal. Di latar kiri patung itulah terpampang tulisan besar motto Deltomed A Perfect blend of
Technology and Nature beserta visi dan misi organisasi yang tentu saja diharapkan menjadi pengingat kepada seluruh karyawan bahwa perusahaan sedang dalam proses pertumbuhan menjadi perusahaan internasional. Alam atau Nature yang dimaksud pastilah berbagai jenis tanaman obat yang merupakan bahan baku obat-obatan herbal. Memang pada pertemuan kali pertama di acara Nangkring Bareng Deltomed 18 Mei bulan lalu di Jakarta, Presiden Direktur PT. Deltomed, Nyoto Wardojo pernah menjelaskan bahwa PT. Deltomed membina petani di berbagai wilayah termasuk di Wonogiri untuk menanam bahan baku herbal secara organik untuk dipasok ke pabrik Deltomed. Pembinaan dan penegndalian pasokan bahan baku menjadi sangat penting dan kritis bagi industri obat-obatan herbal karena menurut Nyoto, kulitas obat herbal sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakunya selain tentunya teknologi yang digunakan di dalam pengolahannya. Memperkenalkan Teknologi Pengolahan bahan baku herbal menjadi obat-obatan herbal siap konsumsi sepertinya menjadi niatan PT. Deltomed Laboratories siang ini (13/06) untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa obat-obatan herbal tidak selalu identik dengan pengolahan apa adanya. Pihak Deltomed ingin meyakinkan bahwa dengan kesiapan teknologi yang dimilikinya, siap mengawal Indonesia memasuki era baru industri kreatif dengan antara lain memadukan herbal alami dengan teknologi pengolahan obat yang tergolong canggih guna menghasilkan produksi obatobatan herbal berdaya saing tinggi. Di Deltomed Laboratories inilah teknologi farmasi berstandar internasional di bawah kendali sumberdaya manusia profesional menunjukkan kehandalannya mengolah bahan-bahan alam (nature) dari tumbuhan menjadi obat herbal yang berkualitas tinggi. Inilah hasil dari realisasi visi dan misi organisasi yang konsisten, Jelas Direktur Utama PT. Deltomed Laboratories, Dr. Nyoto Wardojo kepada 10 kompasianer yang diundang berkunjung ke Pabrik Deltomed di Wonogiri siang itu (13/06/14). Padahal PT Deltomed Laboratories yang sekarang ini menjadi salah satu raksasa pabrik farmasi di Indonesia, bahkan dapat disebut sebagai nomor satu dalam hal produksi obat-obatan herbal, hanya berangkat dari sebuah industri jamu kecil dan sederhana di Banjarmasin, Kalimantan Selatan sekitar 42 tahun lalu, tepatnya di tahun 1976. Pindah ke Wonogiri pada tahun 1992, PT. Deltomed mulai mempersiapkan landasan untuk bangkit menjadi manfuktur farmasi moderen dengan tetap fokus pada akarnya pada bahan baku herbal. Berbagai kerjasama digalang, baik dengan sesama perusahaan farmasi, lembaga pemerintah seperti Badan Pengkajian dan Penarapan Teknologi (BPPT), Perguruan Tinggi terbaik di hampir semua kota besar di Indonesia. Seluruh persyaratan untuk diakui sebagai industri farmasi medern pun secara bertahap diadopsi, baik persyaratan yang berskala nasional maupun internasional. Selengkapnya mengenai hal ini dapat dibaca pada tulisan saya sebelumnya melalui tautan ini. Jadi sebenarnya tidak mengherankan bila pasar obat-obatan dan makanan Amerika yang sangat ketat bisa menerima dan mengakui kemananan produk Deltomed di pasarkan di Amerika Serikat. Pasar Asia Tenggara dan Asia sudah lama dipenetrasi oleh Deltomed, ke depannya seiring dengan perluasan lini produksi, Deltomed juga berencana merambah pasar Eropa. Semua yang duraikan di atas menjadi nyata di depan mata tatkala Direktur Pengembangan Bisnis PT. Deltomed bersama beberapa jajaran Direktur
dan Manajer di lingkungan perusahaan yang tampak sangat higienis dan teratur itu mengantar Kompasianer berkeliling ke seluruh instalasi produksi dari produk-produk Deltomed mulai dari penanganan awal bahan baku, pengolahan, penyimpanan, sampai kepada produksi akhir dan pengemasan. Melihat berbagai mesin pengolahan dan pengemasan berskala besar dan serba otomatis, memberikan keyakinan standarisasi mutu yang sangat konsisten dan berkesinambungan. Adanya larangan mengambil gambar pada semua proses pengolahan dan produksi dapat dimaklumi sebagai upaya perlindungan asset perusahaan. Untuk menggambarkan bagaimana sekilas suasana di dalam instalasi produksi obat herbal Deltomed, berikut beberapa gambar dari Deltomed dan sumber lainnya yang legal dan relevan. Sumberdaya manusia Deltomed yang loyal dan berkomitmen tinggi terhadap pencapaian visi dan misi PT. Deltomed Laboratories menjadi aset yang tak ternilai bagi kemajuan industri herbal Indonesia ke depan | Foto: deltomed.com Manusia Dan tanggungjawab Sosial Deltomed Melihat dan mencermati rantai produksi di dalam lingkup Deltomed, sebenarnya mengesankan kalau perusahaan ini bisa meraup untung lebih besar dengan memangkas pekerja manusia dan menggantikannya dengan mesin. Namun melihat ratusan tenaga kerja, khususnya kaum perempuan yang bekerja mengemas dan mensortir produksi secara manual di dalam ruangan yang sejuk, higienis, meyakinkan saya sebagai pengamat lingkungan hidup dan sosial bahwa perusahaan ini memiliki tanggungjawab sosial yang tinggi. Wajah-wajah ceria dan kerahamahan semua karyawan yang ditemui di berbagai tempat, menggambarkan suasana ideal sebuah perusahaan yang bisa bertumbuh menjadi besar. Apalagi harus diingat bahwa perusahaan ini memproduksi obat-obatan herbal dan makanan suplemen yang sangat rawan terhadap kemungkinan sabotase internal akibat ketidakpuasan. Intinya, kemajuan industri farmasi ini adalah manusia, bahan baku, teknologi dan pemasaran. Karena kebetulan hari Jum’at, di sebuah mesjid yang berada di dalam lingkungan pabrik dan bisa diakses oleh penduduk sekitarnya, terlihat sejumlah karyawan yang rupanya sudah cukup berumur. Banyak diantaranya yang sudah bekerja 20 tahun ke atas. Ini merupakan indikator penting mengenai kesetiaan karyawan terhadap perusahaannya (Employees Loyalty). Walhasil, tanpa harus banyak bepromosi, PT. Deltomed Laboratories telah memberikan inspirasi dan keyakinan bahwa Indonesia memiliki prospek yang sangat cerah di bidang farmasi alternatif berbahan baku herbal. Apalagi dengan teknologi modern yang telah dikuasai oleh putra-putri Indonesia, optimisme itu semakin kuat. Pada saat yang sama, kelimpahan bahan baku yang bisa dikembangkan oleh petani dan rakyat Indonesia pada umumnya, seharusnya tinggal dibina dan didorong sehingga rakyat bisa lebih sejahtera dan negara dengan segala industri dan sumber pendapatannya juga bisa semakin kuat. [@bens_369] Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ben369/menakar-prospek-industri-herbal-sebagaiindustri-kreatif_54f6e563a3331183558b4b27
http://www.kompasiana.com/ben369/menakar-prospek-industri-herbal-sebagaiindustri-kreatif_54f6e563a3331183558b4b27
https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/06/13/cpob-pengawasan-mutupada-industri-obat-tradisional/