PROSPEK BISNIS COLD STORAGE
PENDAHULUAN Cold Storage berperan penting sebagai penyedia fasilitas ruang penyimpanan dingin bagi produk yang membutuhkan penyimpanan pada suhu dingin tertentu untuk menjaga mutu suatu produk. Proses pendinginan merupakan proses yang populer untuk penyimpanan produk-produk pertanian, perikanan dan lain - lain. Dengan menurunkan suhu suatu produk, aktivitas enzim dan mikroba yang ada akan berkurang, sehingga penurunan mutu atau kerusakan dapat dihambat. Pada buah-buahan atau sayur-sayuran, pengendalian proses pendinginan merupakan faktor kritis karena dapat menyebabkan chilling injury bila dibawah suhu tertentu.
Bisnis Cold Storage merupakan pendukung utama dari berbagai sektor industri, termasuk industri pengolahan makanan, industri perikanan, retail jaringan, restaurant chain store, importer daging dan sebagainya.
Pengertian Bangunan cold storage adalah sebuah bangunan yang difungsikan untuk menyimpan bahan-bahan mentah agar tidak mengalami proses pembusukan sampai pada waktunya akan dikirim ke konsumen, dimana pencegahan kebusukan dilakukan dengan metode pendinginan. Cold storage dapat diilustrasikan sebagai sebuah bangunan besar yang fungsinya seperti lemari pendingin. Bangunan dengan temperatur rendah ini hanya dapat difungsikan dengan baik jika kita memastikan ruangan tertutup rapat dalam artian udara tidak dapat keluar masuk. Dalam pengertian tidak ada sirkulasi udara (udara yang keluar masuk), dan
menggunakan peralatan pendingin (refrigerator), yang mengeluarkan udara dingin dan menjaga suhu tetap rendah. Cold storage merupakan ruangan yang dirancang dengan kondisi suhu tertentu dan digunakan untuk menyimpan berbagai macam produk dengan tujuan mempertahankan kesegaran dan kandungan materialnya.
Menurut jenisnya ruang pendingin dibagi menjadi empat yakni : • Chilled Room • Freezer Room • Blast Freezer • Blast Chiller
Fungsi Chilled Room dan Freezer Room digunakan untuk menyimpan produk sesuai dengan pengkondisian suhu yang diterima, sementara Blast Frezer dan Blast Chiller digunakan untuk mengkondisikan sebuah produk pada suhu tertentu.
Chilled Room adalah ruang pendingin temperatur rendah antara 1 – 7 derajat C. Ruangan ini digunakan untuk menyimpan bahan makanan fresh food, seperti sayur sayuran, buah buahan, dan menyimpan bahan lainnya dengan daya tahan hingga 2 bulan. Bisa juga difungsikan untuk thawing room bagi industri makanan dengan merubah suhu setting 10 derajat C. Thawing Room digunakan untuk meningkatkan temperatur daging, ayam dan ikan yang telah membeku ke temperatur 7 sampai dengan 10 derajat C, sebelum proses memasak. Thawing sering kali menyebabkan perubahan atau penurunan mutu daging baik dari aspek mutu zat gizi, mutu sensori, mutu hygiene dan keamanan pangan, maupun mutu teknologi lebih signifikan dibandingkan perubahan mutu selama penyimpanan beku
sendiri. Oleh sebab itu, teknik thawing yang salah akan mengakibatkan penurunan mutu yang berarti, dan sebaliknya thawing yang benar juga akan menjamin mutu daging beku lebih stabil dan konsisten. Kesalahan thawing dapat mengakibatkan kehilangan cairan daging yang terlalu banyak, sehingga rendemen turun, aroma dan rasa daging jauh berkurang, struktur serat daging rusak sehingga mengakibatkan penurunan mutu tekstur (menjadi liat, misalnya), penurunan mutu teknologi, misalnya dari segi kelarutan, dan daya emulsinya. Prinsip thawing yang benar adalah thawing dilakukan seperti saat pembekuannya. Daging atau produk pangan yang dibekukan dengan teknik lambat harus dilakukan thawing dengan teknik lambat, daging yang dibekukan cepat dapat dilakukan thawing dengan teknik cepat (namun yang terbaik adalah dengan thawing lambat), namun jika pembekuannya dengan teknik lambat, thawingnya juga harus dengan teknik lambat (tidak boleh cepat). Sebagai patokan mudahnya adalah, jika daging dibekukan pada suhu 0 s/d – 18oC, maka sebaiknya dilakukan thawing pada suhu Chiller (0 s/d 5 C), sedangkan daging yang dibekukan pada suhu -30 s/ d -40 derajat C dapat dilakukan thawing pada suhu ruang AC atau dengan air mengalir, namun yang terbaik tentu saja dilakukan pada suhu chiller. Freezer Room temperatur ruangan umumnya antara -15 sampai -20 derajat C, untuk gudang penyimpanan ikan, daging, ayam, sosis, susu, keju, kentang dan untuk semua jenis bahan makanan, dan bahan-bahan lainya yang membutuhkan temperatur beku.
Blast Chiller digunakan untuk pendinginan cepat setelah proses memasak selesai dengan target temperatur tertentu. Mesin Blast Freezer Cocok untuk perusahaan pengolahan : Biochemical, farmasi, daging, seafood, catering & restoran. Blast freezer adalah unit pembeku cepat yang mempunyai fungsi utama: Mencegah berkurangnya kandungan cairan dalam daging/seafood (menjaga kelembaban produk tetap tinggi) Mencegah perubahan warna dan rasa pada daging/ikan Mencegah berkembang biaknya bakteri. Blast Freezer digunakan untuk pendinginan beku secara cepat untuk makanan olahan maupun untuk daging, ikan maupun udang. Target temperatur – 20 s/d -25 derajat C.
Tujuan digunakan Blast Chiller dan blast freezer adalah: 1. Menghindari kontaminasi bakteri. 2. Mempertahankan cita rasa makanan tetap terjaga 3. Menghindari pengurangan kadar air 4. Mempertahankan kadar nutrisi tetap terjaga Sementara itu, menurut kapasitas dan fungsinya, cold storage di Indonesia dibedakan menjadi dua yakni komersial dan industrial. Cold storage komersial umumnya digunakan untuk keperluan pemiliknya maupun disewakan dan tidak menjadi bagian terintegrasi dan khusus dari sebuah aktivitas industri. Contohnya adalah seperti penyimpanan produk daging, ikan, buah dan sayur yang dimiliki supermarket dan hypermarket. Kapasitas cold storage ukuran komersial di Indonesia umumnya di bawah 1000 ton. Cold storage industrial umumnya berfungsi sebagai rantai produksi sebuah produk atau menjadi aktivitas bisnis khusus seperti penyewaan gudang pendingin maupun bisnis logistik. Kapasitas cold storage industrial di Indonesia umumnya lebih dari 1000 ton.
BEBERAPA INDIKASI tentang KEBUTUHAN COLD STORAGE Sektor Pertanian Jika Indonesia ingin mencapai kedaulatan pangan, salah satu kebutuhan mendesak saat ini adalah fasilitas gudang penyimpanan makanan yang didinginkan atau cold storage. Pembangunan cold storage akan menjadi bantuan strategis untuk meningkatkan harkat dan martabat petani. Petani kita sering dirugikan dengan harga komoditi pertanian yang sangat fluktuatif. Saat panen, harganya jatuh petani kita tidak bisa apa-apa selain menjualnya. Lalu uangnya tidak cukup untuk biaya tanam berikutnya sehingga harus berhutang. Inilah yang membuat petani terbelit dalam kemiskinan. Dengan adanya cold storage, petani bisa menyimpan hasil panennya dulu jika harganya jatuh dan menggunakan simpanan tersebut sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman bank sebagai modal tanam berikutnya.
Harga bawang merah dan cabai akhir-akhir ini melejit akibat menurunnya pasokan yang ada di sentra-sentra produksi akibat kekeringan dan meningginya harga bawang merah dan cabai yang terjadi di dalam negeri merupakan akibat dari rantai pasok yang terlalu panjang. Ditambah, sentra-sentra produksi dua komoditas bahan makanan tersebut akibat tak adanya gudang penyimpanan (cold storage). Guna menghindari impor yang dilakukan ketika pasokan bawang merah dan cabai menurun. Salah satunya adalah dengan melakukan pembangunan cold storage di sentra-sentra produksi.
Sektor Perikanan Indonesia sampai saat ini masih kekurangan cold storage, terutama di sentra-sentra perikanan. Masih rendahnya cold storage perikanan ini karena keterbatasan listrik dan air bersih. Persoalan logistik menjadi kendala utama berkembangnya sektor perikanan di Indonesia. Produksi perikanan sebenarnya cukup, namun karena produksi hanya pada musim tertentu, sedangkan industri pasokan bahan baku butuh terus-menerus, harus ada penyimpanan yang baik, disinilah cold storage sangat dibutuhkan. Jumlah cold storage tidak mencukupi apalagi untuk mendorong ekspor dibutuhkan bahan baku yang sangat banyak dan membutuhkan cold storage berkapasitas besar. Diharapkan pembangunan cold storage tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga swasta. Pemerintah bisa membangun cold storage di sentra perikanan yang tidak feasibel bagi swasta. Tapi, swasta hendaknya juga lebih berani berinvestasi dalam pembangunan cold storage. Perlu menambah ketersediaan gudang berpendingin atau cold storage menyusul potensi peningkatan produksi ikan setelah moratorium perizinan kapal berlaku. Selama ini kebutuhan cold storage belum memadai karena tidak ada perhitungan produksi ikan akibat maraknya praktik pencurian. Dengan adanya moratorium, produksi ikan nasional diharapkan meningkat karena tidak lagi dibawa ke luar negeri secara ilegal. Namun dikhawatirkan potensi peningkatan produksi ikan karena dampak moratorium akan terbuang jika fasilitas penyimpanan tidak ditambah.
PELUANG BISNIS COLD STORAGE Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti telah mengusir kapal asing memberantas pencurian ikan (illegal fishing), termasuk menenggelamkam kapal asing yang membandel. Indonesia kini tidak hanya kekurangan kapal pengangkut ikan, tapi juga kekurangan Cold Storage (gudang berpendingin) untuk menampung hasil tangkapan dari daerah sentra produksi. Minat investasi pembangunan gudang pendingin (cold storage) untuk hasil tangkapan laut di Indonesia terus meningkat seiring berkembangnya bisnis di sektor perikanan dan kelautan. Tak hanya investor lokal, investor asing, khususnya Tiongkok, juga dinilai mulai menunjukkan niatnya untuk menanamkan modalnya dalam jasa usaha penyewaan tempat ini. Bisnis penyewaan cold storage alias ruang penyimpanan berpendingin sesungguhnya sangat potensial. Sebab, kapasitas yang ada saat ini masih belum mampu menampung seluruh produksi komoditas yang memerlukan seperti perikanan, daging, produk susu, sayuran dan buah. Saat ini kapasitas cold storage yang ada rata-rata hanya sekitar separo produksi. Misalnya saja cold storage perikanan hanya mampu menampung 7,2 juta ton per tahun padahal produksi mencapai 14 juta ton per tahun.
Kamar Dagang Industri menyarankan pemerintah agar memberikan keringanan khusus bagi pelaku usaha untuk modal pembangunan gudang penyimpanan (cold storage) di wilayah Indonesia bagian Timur. Investasi cold storage di wilayah Indonesia Timur saat ini baru mencapai 10% dari total pembangunan cold storage di wilayah Barat Indonesia.
ALTERNATIF BISNIS COLD STORAGE Kapasitas 1000 ton Membuat fasilitas cold storage membutuhkan investasi yang tidak sedikit, maka banyak perusahaan yang tidak memiliki sendiri fasilitas cold storage untuk kebutuhannya.Untuk itu mereka banyak yang menyewa atau bekerja sama dengan pemilik cold storage Model bisnis pemain cold storage di Indonesia Berdasarkan model bisnisnya perusahaan Cold Storage dapat dibedakan menjadi dua model bisnis sebagai berikut : Cold Storage untuk dipakai sendiri (integrated) Cold storage untuk disewakan sepenuhnya Cold storage untuk dipakai sendiri yang terintegrasi Pada model ini, suatu perusahaan membangun fasilitas cold storage tersebut dengan tujuan hanya untuk dipakai sendiri guna kepentingan perusahaan itu. Pada umumnya fasilitas cold storage terintegrasi dengan kegiatan utama perusahaan dan menjadi penunjang kegiatan operasionalnya. Fungsi utama fasilitas cold storage disini adalah digunakan untuk menyimpan produk baik untuk sementara waktu maupun jangka waktu yang lebih lama untuk dijadikan stock. Sedangkan kegiatan penyimpanan, distribusi atau pengiriman barang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri sesuai dengan kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Model seperti ini terdapat pada perusahaan yang bergerak dalam industri ice cream, eksporter ikan atau sea food lainnya, importer daging, importer buah, sayur dan makanan segar lain sebagainya. Kadang-kadang cold storage ini disewakan juga kepada pihak lain, namun space yang ditawarkan terbatas dan jenis produk yang disimpan juga sesuai dengan produk utama yang disimpan didalam cold storage tersebut. Cold storage untuk disewakan sebagai bidang usaha tersendiri Dalam perkembangan usaha cold storage di Indonesia, mulai ada perusahaan yang membangun cold storage untuk disewakan kepada pihak lain. Ada dua model bisnis cold storage jenis ini yaitu Perusahaan logistik dan distribusi dan Perusahaan penyewaan khusus cold storage
ILUSTRASI KELAYAKAN BISNIS COLD STORAGE Kapasitas 1000 ton Biaya Investasi No
1 2 3 4 5 6 7
Uraian
Jumlah Investasi 2.500.000.000 5.000.000.000
Tanah Cold Storage Ruang Proses ABF Pekerjaan Sipil Penunjang Sarana dan Prasarana Genset Jumlah Total
2.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 500.000.000 12.000.000.000
Dengan asumsi sebagai berikut : Luas Tanah : 2.500 m2 Harga Tanah : Rp. 1.000.000/m2 Biaya Operasional per bulan No 1 2 3
Uraian Tenaga Kerja Bahan Baku Ikan Operasional
Volume
Harga Satuan ls 15.000
400 ton
Jumlah total
Jumlah 200.000.000 6.000.000.000 300.000.000 6.500.000.000
Dengan asumsi sebagai berikut : Pemakaian Cold Storage 40% dari kapasitas Harga Bahan baku ikan : Rp. 15.000 (tergantung jenis ikan) Proyeksi Pendapatan per bulan No 1 2
Uraian Penjualan Ikan Operasional
Volume 400 ton
Harga Satuan 18.000 Jumlah total
Jumlah 7.200 .000.000 6.500.000.000 700.000.000
Dengan asumsi sebagai berikut : Jumlah Produksi 400 ton / 40% dari kapasitas produksi Harga Jual Ikan : Rp. 18.000 (tergantung jenis ikan) Pendapatan belum dipotong bunga bank Pendapatan diluar Pajak
Potensi besar bisnis cold storage Minggu, 09 Maret 2014 / 14:05 WIB
JAKARTA. Bisnis penyewaan cold storage alias ruang penyimpanan berpendingin sesungguhnya sangat potensial. Sebab, kapasitas yang ada saat ini masih belum mampu menampung seluruh produksi komoditas yang memerlukan seperti perikanan, daging, produk susu, sayuran dan buah. Hasanuddin Yasni, Direktur Eksekutif Asosiasi rantai pendingin Indonesia (ARPI) bilang, dari total kapasitas cold storage yang dimiliki swasta dan pemerintah saat ini, hanya sekitar 5%-10% yang disewakan. Hal ini menyebabkan cold storage sewaan sangat dibutuhkan pada musim puncak (peak season). "Misalnya saat liburan, perusahaan-perusahaan seperti Nestle atau Diamond memerlukan tambahan cold storage untuk produk susu (dairy) mereka," ujar Yasni pada KONTAN belum lama ini. Sayangnya kapasitas tambahan tidak bisa diambil dari cold storage yang terintegrasi perusahaan pemrosesan. Sebab, "mereka gunakan untuk keperluan penyimpanan internal," imbuh Yasni. Seperti diketahui, saat ini kapasitas cold storage yang ada rata-rata hanya sekitar separo produksi. Misalnya saja cold storage perikanan hanya mampu menampung 7,2 juta ton per tahun padahal produksi mencapai 14 juta ton per tahun. Karena itu, Yasni berharap pemerintah juga memberi jaminan integrasi sistem rantai pendingin agar investor lebih tertarik membangun cold storage. "Misalnya apakah ada subsidi transportasi dan jaminan infrastruktur yang memadai. Sebab bisnis cold storage tidak bisa berdiri sendiri," kata dia.
INDUSTRIALISASI PERIKANAN: Cold Storage Di Tanah Air Hanya 30% Dari Thailand Fauzul Muna Selasa, 15/07/2014 00:23 WIB
Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ikan Kaleng Indonesia (APIKI) mengungkapkan fasilitas gudang pendingin (cold storage) yang dimiliki Indonesia masih sangat kurang. Ketua APIKI Ady Surya menyatakan Indonesia hanya memiliki 30% dari cold storage yang dimiliki negara tetangga seperti Thailand. Karenanya, fasilitas cold storage merupakan prioritas yang harus digenjot pemerintah. “Padahal, cold storage dibutuhkan untuk serapan maksimal ketika panen melimpah dan ketika off season,” katanya di Jakarta, Minggu (13/7/2014). Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PPHP) KKP Saut Parulian Hutagalung meminta eksportir udang untuk melepas stok yang disimpan dalam gudang pendingin (cold storage) untuk mengantisipasi membludaknya pasokan udang pada Oktober hingga Desember tahun ini. Menurutnya, keengganan eksportir melepas stok berdampak pada petambak udang karena panen udang yang melimpah sepanjang akhir tahun tidak akan terserap di cold storage. Akibatnya, petambak udang akan merugi. Merosotnya harga udang di pasar internasional sejak dua bulan terakhir menjadi alasan eksportir enggan melepas stok udang. Namun, Saut mengungkapkan tren harga udang saat ini telah merangkak naik. Saut meminta eksportir mempertimbangkan skema blended, yaitu udang yang dibeli dengan harga mahal dicampur dengan udang yang dibeli dengan harga murah. Alhasil, selisih harga saling menutupi hingga tercapai keekonomian. Dia mengaku telah memanggil asosiasi pengekspor udang untuk duduk bersama. Dalam forum itu, dia meminta eksportir menjual udang yang disimpan di gudang. “Namun, mereka belum menjawab mau dilepas kapan.” Editor : Sepudin Zuhri
Genjot Cold Storage Di Indonesia Timur, Kadin Minta Pemerintah Berikan Insentif Irene Agustine Minggu, 24/08/2014 18:03 WIB
Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang Industri menyarankan pemerintah agar memberikan keringanan khusus bagi pelaku usaha untuk modal pembangunan gudang penyimpanan (cold storage) di wilayah Indonesia bagian Timur. Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto mengatakan kemudahan pajak dapat menjadi solusi untuk menggenjot pembangunan investasi cold storage di wilayah Timur, seperti di Maluku dan Papua. “Potensi di Timur sangat besar, tapi biaya investasinya juga sangat besar. Mungkin impor cold storage-nya atau alatnya dikasi diskon tax holiday, kemudahan pajak, supaya pelaku usaha semangat,” katanya di Menara Kadin, (22/8/2014). Perbandingannya, Yugi mengatakan investasi cold storage di wilayah Indonesia Timur saat ini baru mencapai 10% dari total pembangunan cold storage di wilayah Barat Indonesia. “Logistiknya itu yang mahal. Maka sebaiknya jangan dipukul rata seperti di Jakarta. Karena bayangkan saja jika pemda disini investasi cold storage senilai 10 miliar, sampai disana bisa 25 miliar,” tuturnya. Yugi mengusulkan agar pemerintah fokus pada wilayah tertinggal untuk membenahi infratrukstur, seangkan daerah yang sudah bisa berkembang sebaiknya difasilitasi oleh pemda dan pemerintah untuk diurus oleh swasta. Soalnya, dia mengatakan jaminan infrastruktur, ketersediaan listrik, serta pasokan air bersih menjadi pertimbangan pelaku usaha untuk mengembangkan investasi cold storage. “Pemerintah sebaiknya mengurusi daerah yang masih tertinggal saja, sedangkan, potensi bagus yang sudah berkembang biar pemerintah dan pemda yang memfasilitasi swasta, sehingga dana pemerintah yang besar itu bisa teralokasi ke wilayah yang tepat.” jelasnya Sementara itu, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Saut P. Hutagalung mengakui volume cold storage yang tersedia belum sebanding dengan hasil tangkapan. Penyebabnya, adalah kurangnya ketersediaan listrik, terlebih untuk remote area (daerah yang tertinggal). “Listrik masih menjadi kendala bisnis cold storage karena memerlukan listrik yang besar,” katanya saat dijumpai di tempat yang sama. Menurut Saut, pemerintah telah mencoba menggalakkan tiga cara untuk memenuhi pasokan listrik yang diutamakan untuk pulau yang berpenduduk dan menggantungkan penghasilannya melalui laut, antara lain pembangunan mini hydro, solar energy, dan ocean thermal energy conversion (OTEC). “Mini hydro sedang diidentifikasikan untuk menggerakkan listrik ini, terutama yang sudah diterapkan adalah solar energy. Tapi perawatan ini sangat susah. Daerah seperti Aceh sudah mencoba, kita harapkan saja ini mampu,” tuturnya. Saat ini, Saut mengatakan hanya 580 perusahaan pengolahan yang memiliki cold storage di Indonesia. Jumlah tersebut dinilai masih minim untuk dapat memenuhi produksi ikan Indonesia yang mencapai 11 juta ton tahun lalu.
Asing Jajaki Investasi Cold Storage di Indonesia Posted by Bekti Updated: March 10, 2015 JAKARTA – Minat investasi pembangunan gudang pendingin (cold storage) untuk hasil tangkapan laut di Indonesia terus meningkat seiring berkembangnya bisnis di sektor perikanan dan kelautan. Tak hanya investor lokal, investor asing, khususnya Tiongkok, juga dinilai mulai menunjukkan niatnya untuk menanamkan modalnya dalam jasa usaha penyewaan tempat ini. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengungkapkan pada tahun ini pihaknya mencatat ada tujuh investor yang berminat berinvestasi Rp 550 miliar di sektor perikanan. Tiga diantara investor tersebut berasal dari Tiongkok, sedangkan empat lainnya merupakan investor lokal yangmenyasar investasi di kawasan Indonesia Timur. “Enam dari tujuh proyek itu rencananya akan dibangun di Papua dan satu lainnya di Maluku. Mereka mau membangun industri pengolahan perikanan, termasuk membangun cold storage. Ketujuh rencana investasi ini sedang kami fasilitasi supaya bisa terealisasi segera. Setidaknya, supaya bisa mengurus izin prinsip tahun ini,” kata Franky di Jakarta, Senin (9/3). Franky menjelaskan ketiga investor asing tersebut masih mempertanyakan soal regulasi yang berlaku di Indonesia, seperti Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (PermenKP) soal moratorium izin kapal asing dalam Permen KP No.56/2014 tentang moratorium perizinan perikanan tangkap di wilayah pengelolaan perikanan negara republik Indonesia. Untuk itu dia berjanji akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untukmewujudkan rencana investasi tersebut. “Kami akan koordinasi lebih lanjut dengan KKP. Mengingat, aturan tersebut juga akan berakhir pada bulan depan (April 2015),” kata Franky. Franky menambahkan investasi di sektor perikanan juga diminati oleh tiga investor asing lainnya, yakni dari Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat. Kendati demikian Franky mengaku belum mendapatkan angka pasti investasi tersebut, walaupun sudah memasukkkannya dalam kategori serius. “Minat-minat ini kami masukkan dalam kategori serius. Belum ada laporan angka pasti soal investasinya. Yang pasti, juga akan termasuk membangun cold storage,” imbuh Franky. Sementara itu Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Saut P Hutagalung menjelaskan semua investor swasta dan asing membidik wilayahwilayah di Timur Indonesia, seperti Papua, dalam rencana investasinya. Pasalnya kawasan tersebut kaya akan sumberdaya hasil lautnya, namun tidak didukung dengan ketersediaan fasilitas penyimpanan hasil tangkapan yang mencukupi.
“Investor lagi banyak yang mau di sektor cold storage ini. Mereka melihat jasa sewa menyewa cold storage ini menguntungkan, dia lihat ini bisnis kan,” katanya. Saut mengatakan saat ini terdapat investor dari Dubai dan Belanda yang sedang mempelajari persyaratan investasi yang diperlukan dalam sektor perikanan ini, termasuk, insentif yang bisa mereka dapatkan. Para investor itu, katanya, berharap pemerintah bisa memberi insentif dengan membebaskan bea masuk impor peralatannya. Dia menambahkan investor Belanda juga menanyakan soal kemungkinan untuk memasukkan kapal buatan mereka. “Kami bilang tidak bisa karena masih moratorium,” tukas Saut. Rp 235 Miliar dari APBN Lebih lanjut Saut menjelaskan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyiapkan dana Rp 235 miliar yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 untuk membangun sistem rantai pendingin. Anggaran tersebut antara lain untuk membangun 58 unit cold storage, air blast freezer, ditambah 38 unit pabrik es. Fasilitas-fasilitas sistem rantai pendingin itu akan dibangun di titik-titik yang terjangkau nelayan, termasuk di pelabuhan kecil. Sistem rantai pendingin yang memadai diharapkan akan mendukung peningkatan pemasaran hasil perikanan Indonesia. “Untuk satu unit cold storagedengan kapasitas sekitar 100 ton, dilengkapi air blast freezer, termasuk bangunan, butuh investasi sekitar Rp 1,8 miliar. Yang akan kami bangun berkisar 100.300 ton,” tutur Saut. Berdasarkan data Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI), pada 2014, kapasitas cold storage nasional tercatat sebesar 7,2 juta ton untuk produk perikanan, 1,9 juta ton untuk produk ayam potong, dan 400 ribu ton untuk daging sapi. Sementara itu, lanjut dia, produksi perikanan mencapai 14 juta ton, ayam potong sebanyak 3,7 juta ton, dan 580 ribu ton daging sapi. Menurut Saut pihaknya menargetkan bisa menyerap investasi sekitar Rp 3,5 triliun pada 2015. Target itu diyakini akan tercapai karena didukung gencarnya promosi investasi di sektor perikanan di Indonesia. “Ada minat investor dari Jepang yang akan masuk di pengolahan. Juga ada pengusaha dari Thailand dan Filipina yang bertemu dengan pengusaha sektor perikanan di sini. Mungkin mereka mau investasi di sini,” pungkasnya. Investor Daily, Selasa 10 Maret 2015, hal. 6
Investasi Cold Storage untuk Hasil Laut Kian Menggiurkan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti telah mengusir kapal asing dan memberantas pencurian ikan (illegal fishing), termasuk menenggelamkan kapal asing yang membandel. Namun, Indonesia kini tak hanya kekurangan kapal pengangkut ikan, tapi juga cold storage (gudang berpendingin) untuk menampung hasil tangkapan ikan dari daerah sentra produksi. “Pemerintah di tahun 2015 menganggarkan Rp 235 miliar di APBN untuk membangun 58 cold storage, air blast freezer, ditambah 38 unit pabrik es. Untuk satu unit cold storage dengan kapasitas 100 ton, dilengkapi air blast freeze, termasuk bangunan, membutuhkan investasi sekitar Rp1,8 miliar. Kami akan membangun cold storage berkapasitas 100-300 ton,” kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP Saut P Hutagalung. Data Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI), pada tahun 2014, kapasitas cold storage nasional tercatat sebesar 7,2 juta ton untuk produk perikanan, 1,9 juta ton untuk produk ayam potong, dan 400 ribu ton untuk daging sapi. Sementara itu, lanjut dia, produksi perikanan mencapai 14 juta ton, ayam potong sebanyak 3,7 juta ton, dan 580 ribu ton daging sapi. Minat investasi pembangunan cold storage untuk hasil laut terus meningkat seiring berkembangnya sektor perikanan dan kelautan di Tanah Air. Tak hanya investor lokal, investor asing, khususnya dari Tiongkok juga telah menyampaikan niatnya untuk menanamkan modalnya dalam jasa usaha penyewaan gudang berpendingin. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat setidaknya ada tujuh pemodal yang siap berinvestasi hingga Rp 550 miliar di sektor perikanan pada tahun ini. Tiga diantaranya berasal dari Tiongkok, sementara empat lainnya adalah pemodal lokal yang menyasar investasi di kawasan Indonesia Timur. Enam dari tujuh proyek pengolahan ikan, termasuk membanguncold storage rencananya akan dibangun di Papua dan sisanya di Maluku. Fasilitas sistem rantai pendingin itu akan dibangun di titik-titik yang terjangkau nelayan, termasuk di pelabuhan kecil. Sistem rantai pendingin yang memadai akan mendukung peningkatan pemasaran hasil perikanan Indonesia. “Terkait dengan investasi asing, akan kita alokasikan di pengolahan ikan bukan pada penangkapan, karena penangkapan ikan akan kita optimalkan dengan sumberdaya lokal,” ujar Saut. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan, Yugi Prayanto menambahkan potensi kelautan di Tanah Air belum tergarap secara maksimal, salah satunya karena minimnya ketersediaan infrastruktur. Kebijakan transhipment juga mengakibatkan jumlah ikan yang dibawa ke darat sangat minim. Imbasnya, tak banyak cold storage yang beroperasi optimal. “Setelah ada peraturan baru, kita kekurangan cold storage. Kapasitas cold storage di perusahaan masih relatif kecil dan letaknya terpencar-pencar. Rata-rata masih di bawah 250 ton per perusahaan,” katanya. Majalah SWA 8 April 2015
Bangun Cold Storage, RI Mampu Kurangi Impor Cabai & Bawang Husen Miftahudin - 11 Juni 2015 09:32 WIB
Mentan Amran Sulaiman saat mengunjungi Pasar induk Legi, Solo. FOTO: MTVN/Husen Miftahudin Metrotvnews.com, Surakarta: Harga bawang merah dan cabai akhir-akhir ini melejit akibat menurunnya pasokan yang ada di sentra-sentra produksi akibat kekeringan. Ditambah dengan meningkatnya permintaan kedua komoditas tersebut menjelang bulan Ramadan, harganya menjadi semakin pedas. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengaku telah meminta kepada Kementerian Pertanian (Kementan) untuk segera memberi rekomendasi impor. Namun, pihak Kementan tetap bersikukuh untuk tak melakukan rekomendasi impor mengingat pasokan bawang merah dan cabai lokal mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menegaskan hal tersebut ketika mengunjungi Pasar Induk Legi, Surakarta. Dijelaskan, meningginya harga bawang merah dan cabai yang terjadi di dalam negeri merupakan akibat dari rantai pasok yang terlalu panjang. Ditambah, sentra-sentra produksi dua komoditas bahan makanan tersebut akibat tak adanya gudang penyimpanan (cold storage).
Amran menjelaskan, sebenarnya harga bawang merah dan cabai kini tak sepedas akhir Mei lalu. Seperti yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati-Jakarta dan Pasar Legi-Surakarta,
harganya sudah turun menjadi Rp15 ribu per kilogram (kg) atau turun sebesar Rp2 ribu-Rp5 ribu per kg dibanding akhir Mei lalu. Meskipun begitu, pihaknya tetap melakukan langkah-langkah strategis guna menghindari impor yang dilakukan ketika pasokan bawang merah dan cabai menurun. Salah satunya adalah dengan melakukan pembangunan cold storage di sentra-sentra produksi. "Saya kira ini adalah satu solusi untuk meningkatkan daya tahan bawang dan cabai ke depan, cold storage ini sangat bermanfaat untuk bawang dan cabai. Kami sarankan untuk membangun (cold storage) di sentra-sentra produksi bawang dan cabai," ujar Amran saat mengunjungi Pasar Legi, Jalan Letjen S Parman, Banjarsari, Surakarta, Kamis (11/6/2015). Apalagi, lanjut dia, pihaknya memiliki program untuk membangun kewilayahan produktivitas cabai di beberapa daerah seperti Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut). Tentu ekstensifikasi produktivitas cabai tersebut harus dijaga dengan membangun cold storage agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut dia, dengan membangun cold storage tersebut, Indonesia tak perlu lagi mengimpor bawang merah dan cabai dari luar negeri. Dengan tak mengimpor, justru menguntungkan pihak petani lokal karena mendapat harga yang layak mengingat harga bawang merah dan cabai impor lebih rendah. Maka itu, sambung Amran, pihaknya kini sedang berkoordinasi dengan Kemendag terkait pembangunan cold storage untuk penyimpanan komoditas bawang merah dan cabai. "Ini sangat mengurangi impor. Kita impor biasanya sebanyak 20-30 ribu ton. Dan bangun cold storage itu tak butuh anggaran besar, kalau kapasitas (per unit cold storage) itu 100 ton, maka kita hanya butuh 300 unit, itu hanya membutuhkan biaya sekitar Rp300 miliar. Kita sedang koordinasi dengan Mendag untuk hal ini," pungkas Amran.
Bisnis Gudang Pendingin Tidak Akan Beku Lagi By vanniania1993 on 5 Oktober 2015 •
Agustus lalu, PT Central Proteina Prima Tbk, meresmikan pengoperasian fasilitas cold storage yang baru di Surabaya, Jawa Timur. Emiten ini menganggap ekspansi ini tepat karena sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang siap menggenjot bisnis gudang pendingin, terutama untuk produk perikanan. Bukan tanpa alasan Central Proteina mendirikan cold storage di Surabaya. Tujuannya tak lain untuk membidik pangsa pasar di wilayah Indonesia timur yang belum tergarap. “Surabaya strategis untuk distribusi produk di kawasan Indonesia timur,” kata Yulian Mohammad Riza, Corporate Communications Manager PT Central Proteina Prima Tbk. Seberapa besar pasar di wilayah timur? Yulian mengaku belum memegang data perinciannya. Namun demikian, Central Proteina Prima tidak bakal mendirikan cold storage di Surabaya jika segmen pasar di wilayah tersebut kecil. Memang, pasar gudang pendingin di dalam negeri masih sangat terbuka. Tengok saja, produksi hasil laut yang mencapai 14,5 juta ton di tahun lalu. Sedangkan kapasitas wadah pendinginnya di domestik baru mencapai 6,5 juta ton. Apalagi tahun ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi perikanan mencapai 17,9 juta ton. Angka ini naik 23% dari produksi tahun 2014. Target produksi perikanan bakal terus naik hingga menjadi 31,3 juta tin di 2019 nanti. Begitu pula dengan hasil produksi ternak unggas atawa poultry yang mencapai 3,7 juta ton per tahun. Tapi kapasitas cold storage untuk hasil peternakan unggas ini baru sekitar 1,9 juta ton per tahun. Untuk daging sapi, kapasitas pendingin yang tersedia baru 398.000 ton per tahun. Padahal, produksi daging sapi mencapai 580.000 ton per tahun. Setali tiga uang dengan pertumbuhannya, rata-rata produksi hasil laut, poultry, maupun daging sapi bisa mencapai 20% tiap tahun. Angka ini cukup jauh di atas pertumbuhan industri cold storage yang masih di bawah 10%. Data Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) menyebutkan, kebutuhan gudang pendingin sebesar 36,5 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 29 juta ton berasal dari kebutuhan sektor pertanian. Sisanya, sebanyak 6,5 juta ton berasal dari sektor perikanan, dan satu juta ton dari daging ayam. Sampai saat ini, sudah terpasang 14,1 juta ton dari jumlah total kebutuhan gudang pendingin di Indonesia. Dengan asumsi setiap pembangunan cold storage berkapasitas
500.000 ton dan memerlukan investasi Rp 2,5 triliun, maka investasi untuk kebutuhan gudang pendingin baru mencapai Rp 180 triliun. Lantaran kebutuhan investasi yang besar itu, pemerintah akan membuka pintu lebih lebar bagi investor asing untuk masuk industri perikanan. Saat ini, pemerintah tengah merampungkan penggodokan regulasi soal pelonggaran kepemilikan asing di jasa cold storage berkapasitas besar lewat revisi Peraturan Presiden No. 39/2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka Dengan persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Kebijakan yang berlaku sekarang masih berupa pembatasan kepemilikan asing maksimal 33% pada unit usaha jasa cold storage di wilayah Sumatra, Jawa, dan Bali. Sedang di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, batas maksimal kepemilikan saham asing mencapai 67%. Rencananya, pemerintah tidak lagi membedakan wilayah untuk batas kepemilikan asing. Alhasil, batas kepemilikan saham investor asing maksimal 65% berlaku untuk seluruh wilayah di tanah air. Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan, perubahan aturan ini bertujuan untuk mendorong masuknya investor asing ke industri hilir perikanan. “Bidang usaha cold storage agar lebih terbuka terhadap investor asing,” ujarnya. BKPM mencatat, pada periode Januari-Juni 2015, realisasi investasi di sektor maritim terdiri atas 177 proyek dengan nilai mencapai Rp 1,6 triliun. Sektor ini mampu menyerap 5.370 tenaga kerja langsung. Investasi pemodal dalam negeri didominasi usaha pengolahan ikan senilai Rp 283 miliar, budidaya perikanan Rp 272 miliar, dan industri perkapalan Rp 109 miliar. Adapun investasi asing didominasi budidaya perikanan sebesar US$ 33 juta, usaha industri penangkapan ikan US$ 17 juta, pengolahan ikan US$ 13 juta, dan industri perkapalan US$ 12 juta.
Bukan ancaman Menyikapi kebijakan pemerintah ini, Yulian tidak menganggap besarnya porsi kepemilikan asing di jasa cold storage sebagai ancaman. Pasalnya, ketersediaan gudang pendingin masih sangat kurang. “Apalagi sektor industri perikanan ini, kan, luas banget dengan permintaan pasar yang tinggi,” jelasnya. Lagipula, Central Proteina merupakan pemain lama yang sudah lebih dari 30 tahun terjun di industri pengolahan ikan. Selain itu, Yulian menambahkan, unit pengolahan dan fasilitas
gudang pendingin Central Proteina berstandar karena telah mengantongi sertifikat dari dalam dan luar negeri. “Kami baru saja membuka cold storage di Surabaya. Jadi kami konsentrasi mengembangkan yang baru ini,” imbuhnya. Sebelumnya, Central Proteina memiliki cold storage di Lampung dengan kapasitas besar untuk menampung produk ekspor. Perihal total investasi untuk pengadaan cold storage, Yulian tidak menyebut angka pasti. Yang jelas, tahun ini, dari laporan keuangan per Juni 2015, Central Proteina menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 397 miliar. Perinciannya, alokasi pemeliharaan sarana produksi senilai Rp 169 miliar dan ekspansi kapasitas produksi senilai Rp 228 miliar. David Poernomo, pemilik PT Central Food Lestari, perusahaan rental dan penjualan reefer container dan cold storage, juga tidak bersedia membuka berapa total modal yang sudah diinvestasikan untuk membangun gudang pendingin. Meski begitu, David tidak keberatan asing semakin leluasa masuk di usaha terebut. Maklum, kebutuhan cold storage masih sangat besar tapi kapasitas yang sudah terpasang masih terbatas. “Kalau aturannya seperti itu, ya, tidak masalah selama mereka dalam berusaha fair,” tuturnya. Fair yang ia maksud, investor asing tunduk dan menjalankan semua peraturan, seperti membayar pajak dan sebagainya. Sebab itu, David menganggap keberadaan pebisnis luar di bidang usaha cold storage bukan sebuah ancaman. Bahkan, tidak menutup kemungkinan, pengusaha lokal bermitra dengan investor asing untuk membangun cold storage. “Tapi untuk bermitra dengan asing pun tergantung pertimbangannya apa dulu,” jelasnya. David optimistis, bisnis gudang pendingin semakin moncer di masa mendatang asalkan pemerintah memberikan perhatian terhadap sektor usaha ini. “Saya berharap, bisnis cold storage lebih baik lagi karena kebutuhannya masih besar,” ujar dia. Agar berkembang pesat, David mengusulkan, pembangunan cold storage difokuskan ke wilayah Indonesia Timur. Cuma pemerintah harus memperluas akses dan infrastruktur pendukung seperti listrik, selain memberikan pemahaman pentingnya gudang pendingin untuk menjaga kualitas pangan. Untuk wilayah seperti Jakarta dan Surabaya, David bilang, penyediaan gudang pendingin sudah relatif baik dan memadai. Presiden Direktur PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk Johanes Sarsito mengamini, semakin banyak hasil tangkapan ikan tentu membutuhkan kapasitas gudang pendingin yang lebih besar. “Banyak perusahaan yang kekurangan cold storage sehingga produknya disimpan di cold storage sewaan. Mungkin di sana peluang asing masuk untuk membangun cold storage,” ungkap dia.
Johanes memahami tujuan pemerintah memperbesar porsi kepemilikan asing di jasa gudang pendingin tak lain untuk merangsang masuknya investasi yang lebih besar. Tapi pemerintah tidak boleh melupakan eksistensi industri yang sudah ada saat ini. Ya, katakanlah investor masuk ke industri pengolahan ikan. Mereka datang dengan investasi yang sangat besar. “Tapi jangan lantas mematikan industri yang sudah ada,” pinta Johanes. Bagaimana pun, masuknya investor asing menjadi tantangan bagi industri dalam negeri supaya tidak kalah bersaing, apalagi pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah dekat. Selama ini, keterbatasan modal menghambat pertumbuhan bisnis cold storage. Namun demikian, dalam keterbukaan investasi tetap harus ada perlindungan terhadap pelaku industri domestik, misalnya memberikan insentif dan kemudahan dalam perizinan. “Banyak pengusaha cold storage lokal di daerah-daerah penangkapan ikan yang harus diperhatikan,” beber Johanes. Dharma Samudera telah mengoperasikan cold storage di Jakarta, Kendari, Kepulauan Banggai, dan Makassar. Tempat penyimpanan ini sebagian besar milik Dharma Samudera sendiri. Hanya cold storage di Kepulauan Banggai dan Makassar yang merupakan kerjasama operasi (KSO) dengan mitra bisnis. “Sampai saat ini, dengan kapasitas yang ada, kami masih cukup dan belum berencana menambah cold storage,” aku Johanes. Selain digunakan untuk mendukung kegiatan perusahaan, beberapa cold storage disewakan ke pihak ketiga, seperti di Kompleks Industri Makassar. Sayang, Johanes tidak menjelaskan sejauh mana permintaan sewa cold storage saat ini. Tapi dari penurutan David, usaha sewa cold storage sekarang ini terjun bebas. “Kalau dibandingkan tahun sebelumnya, permintaan sewa cold storage turun hingga 80%,” sebutnya. Penyebabnya, ekonomi global yang lesu plus pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Centra Food menyewakan satu unit cold storage ukuran 20 feet berkapasitas 15 ton seharga Rp 10 juta per bulan. Untuk cold storage ukuran 40 feet berkapasitas 25 ton, tarif sewanya Rp 12 juta per bulan. Central Food juga menyediakan gudang pendinging berkapasitas di atas 200 ton. “Sekarang lesu, tapi bisnis cold storage ke depan tetap menjanjikan,” ucap David optimistis. Ya, semoga kebijakan baru akan membawa angin segar!
Benarkah Cold Storage Sebuah Solusi? Maria Yuliana Benyamin Kamis, 08/10/2015 06:21 WIB
Maria Yuliana Benyamin. Jika Anda perhatikan dengan seksama, tren harga kebutuhan pokok—utamanya serealia dan hortikultura—di pasaran selalu begini: harga selalu jatuh pada masa panen. Alhasil, masa panen yang seharusnya menguntungkan para petani, malah terkadang berbalik menjadi mimpi buruk bagi mereka. Stok melimpah, nilai komoditas hampir tak ada artinya. Petani pun harus gigit jari. Kejadian terakhir, tepatnya pertengahan Agus tus lalu, harga tomat menyentuh Rp200 sampai Rp400 per kg di tingkat petani. Padahal, biasanya tomat petani dihargai di atas Rp4.000 per kg. Miris, bukan? Asal tahu saja, kejadian merosotnya harga kebutuhan pokok, terutama hortikultura ini, kerap terjadi alias bukan baru sekali atau dua kali. Di sisi lain, pada saat kebutuhan meningkat tajam, taruhlah seperti pada hari raya, harga kebutuhan pokok itu melonjak drastis. Permintaan yang meningkat tajam ini seringkali tidak diimbangi dengan pasokan yang cukup. Kondisi ini bisa kian gawat jika iklim tak mendukung seperti saat ini. Alhasil, harga pangan kebutuhan pokok rentan melambung tinggi. Hukum penawaran dan permintaan berlaku di sini. Interaksi antara kedua kekuatan inilah yang lantas menentukan harga pangan di pasaran. Apa yang terjadi kemudian? Isu impor komoditas A, B, atau C lantas bergulir. Entah karena pasokan di pasar domestik tidak cu kup, ataukah sengaja digulirkan demi menekan spekulan yang selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Lagi-lagi, ini bukan barang baru. Jika saya boleh menganalisis, persoalan ini bermuara pada satu kesimpulan: manajemen stok. Seandainya stok pada masa panen yang berlebihan itu bisa dikelola dengan baik, tentu problem kenaikan harga pada masa permintaan melonjak atau di luar masa panen, tidak perlu terjadi.
Persoalan manajemen stok ini, hemat saya, adalah persoalan serius yang mesti segera diselesaikan pemerintah jika tidak ingin masalah terus berulang. Caranya? Perbaiki manajemen stok kebutuhan pokok nasional. Stok pangan yang berlebih ketika masa panen harus bisa dikelola dengan baik sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat di luar masa panen, apalagi pada saat permintaan meningkat tajam. Memang harus diakui, persoalan manajemen stok ini tidak mudah dipecahkan. Hambatan paling mendasar adalah Indonesia belum memiliki gudang penyimpanan yang memadai yang tentu saja dapat menampung kebutuhan pokok tersebut, terutama pada masa panen. Untuk serealia, seperti beras dan jagung, mungkin masih bisa mengandalkan gudang Bulog. Lalu, bagaimana dengan hortikultura? Ketiadaan gudang berpendingin (cold storage) menjadi persoalan tersendiri. Alhasil, produk hortikultura hasil panen hanya berumur pendek. Coba sekali-kali sempatkan berkunjung ke Pasar Induk Kramat Jati. Pemandangan yang jamak ditemukan di sana, buah-buahan atau cabai dan tomat teronggok membusuk di sudut pasar. Bayangkan jika kita punya cold storage raksasa. Tentu ceritanya lain. Belum lama ini, Kementerian Perdagangan merilis sebuah rencana mengejutkan, yaitu pembangunan cold storage raksasa. Kendati masih berbentuk wacana, gagasan ini bak angin segar. Di tengah persoalan manajemen stok saat ini, boleh dibilang rencana tersebut adalah sebuah terobosan cerdas. Teknisnya, setelah panen, komoditas akan masuk ke dalam gudang berpendingin, dan kemudian dilepas secara bertahap ke pasar. Menurut rencana, RI akan mengadopsi cold storage serupa yang dikembangkan Dubai, yang luasnya sebesar tiga lapangan bola. Ada beberapa hal yang mesti kita cermati di sini. Pertama, gudang berpendingin ini mendesak diwujudkan. Ini proyek infrastruktur yang sangat layak digenjot oleh Pemerintahan Jokowi karena mampu menyelesaikan persoalan mendasar, yakni pangan. Kedua, jika melihat persoalan yang ada se lama ini, saya lebih setuju jika pemerintah membangun gudang umum, bukan hanya cold storage. Dengan demikian, berbagai produk bisa disimpan di gudang itu. Sebagai perbandingan, fasilitas gudang berpendingin di Dubai terbagi dalam beberapa bagian. Salah satu bagian digunakan untuk penyimpanan buah dan sayuran segar. Bagian lainnya untuk bahan pokok beku, seperti daging ayam, daging sapi, dan sayur-sayuran beku. Ketiga, sambil menunggu pembangunan gudang yang tentu saja akan memakan waktu yang sangat panjang, pemerintah paling tidak sudah merancang solusi jangka pendek. Dubai membutuhkan waktu kurang lebih 30 tahun untuk membangun fasilitas itu. Terakhir, sudah saatnya pemerintah mendorong penghiliran komoditas pangan di Tanah Air. Salah satu contohnya, tengoklah China yang cakap mengelola cabai segar menjadi cabai kering. Kalau semua ini terwujud, rasa-rasanya kita bisa melepaskan diri dari jerat persoalan harga pangan. Semoga…! Source : Bisnis Indonesia Edisi 8/10/2015 Editor : Setyardi Widodo
Bisnis Cold Storage Diusulkan Terbuka 100% untuk Asing Hans Henricus BS Aron - detikfinance Senin, 30/11/2015 10:25 WIB
Jakarta -Satu lagi bidang usaha di panduan investasi yakni jasa ruang pendingan (cold storage) akan segera dibuka untuk asing. Langkah ini dilakukan untuk menarik minat investasi dari asing ke sektor yang dinilai penting untuk mendukung prioritas industri maritim serta pengembangan perekonomian Indonesia di masa mendatang. Dengan membuka sektor cold storage, pemerintah berharap dapat meningkatkan daya saing sektor perikanan dan hasil laut Indonesia.Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima usulan dari Kementerian teknis yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan dan kalangan pelaku usaha sektor pengolahan perikanan untuk membuka bidang usaha cold storage yang masuk di sub sektor perdagangan tersebut. "Dasar dari usulan untuk membuka sektor tersebut adalah untuk menarik investasi asing langsung pada sektor industri pendukung sektor kelautan dan perikanan serta membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal, dan transfer teknologi," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima detikFinance, Senin (30/11/2015). Dalam regulasi panduan investasi Perpres 39 tahun 2014, bidang usaha cold storage masuk ke sub sektor perdagangan dengan pembatasan kepemilikan modal asing serta lokasi. Untuk wilayah Sumatra, Jawa, dan Bali, maksimal kepemilikan asing 33%. Sedangkan untuk wilayah Indonesia timur seperti Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,dan Papua, maksimalnya 67%. Upaya untuk membuka bidang usaha ini diharapkan dapat mendorong minat investasi dari investor asing. Bila mengacu pada perbandingan regulasi panduan investasi Perpres 36 Tahun 2010 dalam periode 25 Mei 2010-22 April 2014 yang belum mengatur batas kepemilikan saham asing di bidang usahaCold Storage,
tercatat masuknya investasi asing sebanyak 5 proyek senilai US$ 72 juta. "Nilai ini merosot drastis menjadi hanya 2 proyek senilai US$ 5,3 juta dengan diberlakukannya Perpres 39 Tahun 2014 yang membatasi kepemilikan asing sebesar 33% di wilayah Sumatera, Jawa dan Bali serta 67% untuk wilayah lainnya. Sementara, realisasi investasi PMDN dari bidang usaha tersebut hanya 1 proyek senilai Rp 3,1 miliar," jelasnya. Franky menambahkan bahwa usulan yang masuk adalah bidang usaha tersebut akan dibuka 100% tanpa ada pembatasan terkait lokasi. "Jadi mau di Jawa, Sumatra dan Bali juga bisa 100%. Usulan kementerian teknis ini sejalan dengan usulan pelaku usaha dan asosiasi bisnis yang menyampaikan ke BKPM," lanjutnya. Beberapa argumentasi yang disampaikan oleh pelaku usaha saat menyampaikan masukan ke BKPM di antaranya yang pertama adalah untuk menjamin ketersediaan dan keberagaman produk di Indonesia. Selain itu, juga sebelum proses produksi, terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelumnya, sebelum memutuskan melakukan produksi di Indonesia. "Dalam tahapan supply chain tersebut ketersediaan fasilitasi ruang pendingin menjadi suatu aspek yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal ini sudah sering disuarakan, terutama untuk komunitas nelayan," pungkasnya. BKPM telah menerima 454 masukan terkait rencana revisi panduan investasi. Masukan-masukan tersebut setelah dikelompokkan ke dalam sektor-sektor dan bidang usaha yang sama jumlahnya jadi 222 masukan, masing-masing sektor ESDM 23 usulan, kehutanan 9 usulan, kesehatan 9 usulan, keuangan 1 usulan Kemudian, Komunikasi dan Informatika 8 usulan, pariwisata dan ekonomi kreatif 7 usulan, pekerjaan umum 9 usulan, pendidikan dan kebudayaan 4 usulan, perbankan 1 usulan, perdagangan 32 usulan, perhubungan 36 usulan, perindustrian 9 usulan, pertahanan keamanan 6 usulan, pertanian 43 usulan, ketenagakerjaan 2 usulan, dan sektor lainnya 16 usulan. BKPM sendiri mengharapkan aturan baru tentang Panduan Investasi ini dapat selesai April 2016 mendatang.
Senin, 14 Des 2015 06:57 WIB
Pengusaha Jepang Terhambat Investasi Cold Storage MedanBisnis - Jakarta. Kunjungan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani ke Jepang telah mengidentifikasi minat investasi di bidang usaha cold storage. Investor Jepang yang berminat menanamkan modal tersebut mengharapkan dapat masuk ke Indonesia dengan kepemilikan saham 100%. Franky Sibarani menyampaikan bahwa minat investasi dari perusahaan Jepang tersebut tertunda karena batasan kepemilikan asing di bidang usaha ini 67%. "Kami telah sampaikan bahwa sedang ada rencana untuk membuat aturan kepemilikan asing ini lebih terbuka, mereka merespons positif rencana tersebut," ujar Franky dalam keterangan tertulis akhir pekan lalu. Menurut Franky, dengan dibukanya batasan kepemilikan asing di cold storage tersebut, ini akan mendorong minat investasi di sektor maritim yang juga menjadi prioritas BKPM tersebut. "Cold storage merupakan rangkaian penting dari supply chain industri maritim. Perusahaanperusahaan Jepang membutuhkan dukungan cold storage untuk mendapatkan ikan dan hasil laut yang berkualitas," paparnya. Dari data BKPM periode 22 Oktober 2014 hingga 4 Desember 2015 tercatat minat investasi Jepang tercatat US$ 11,4 miliar (setara dengan Rp 153,9 triliun dengan kurs Rp 13.500) dan komitmen investasi ditandai dengan perusahaan Jepang yang telah mendapatkan izin prinsip mencapai US$ 5,7 miliar (Rp 76,9 triliun). Franky menambahkan, pihaknya telah menerima usulan dari kementerian teknis yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan dan kalangan pelaku usaha sektor pengolahan perikanan untuk membuka bidang usaha cold storage yang masuk di sub sektor perdagangan tersebut. "Dasar dari usulan untuk membuka sektor tersebut adalah untuk menarik investasi asing langsung pada sektor industri pendukung sektor kelautan dan perikanan serta membuka kesempatan kerja bagi masyarakat lokal, dan transfer teknologi," lanjutnya. Dalam regulasi panduan investasi Perpres 39 tahun 2014, bidang usaha cold storage masuk ke sub sektor perdagangan dengan pembatasan kepemilikan modal asing serta lokasi. Untuk wilayah Sumatra, Jawa, dan Bali, maksimal kepemilikan asing 33%. Sedangkan untuk wilayah Indonesia timur seperti Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,dan Papua, maksimalnya 67%. Upaya untuk membuka bidang usaha ini diharapkan dapat mendorong minat investasi dari investor asing. Bila mengacu pada perbandingan regulasi panduan investasi Perpres 36 Tahun 2010 dalam periode 25 Mei 2010-22 April 2014 yang belum mengatur batas kepemilikan saham asing di bidang usaha cold Storage, tercatat masuknya investasi asing sebanyak 5 proyek senilai US$ 72 juta."Nilai ini merosot drastis menjadi hanya 2 proyek senilai US$ 5,3 juta dengan diberlakukannya Perpres 39 Tahun 2014 yang membatasi kepemilikan asing sebesar 33% di wilayah Sumatera, Jawa dan Bali serta 67% untuk wilayah lainnya. Sementara, realisasi investasi PMDN dari bidang usaha tersebut hanya 1 proyek senilai Rp 3,1 miliar," tukasnya. Khusus Jepang, BKPM menargetkan komitmen investasi pada tahun 2016 mencapai angka US$ 13 miliar alias sekitar Rp 175,5 triliun. Nilai komitmen investasi tersebut ditunjukkan melalui jumlah izin prinsip yang diperoleh oleh perusahaan Jepang yang menanamkan modalnya ke Indonesia.
Franky menyampaikan target pencapaian izin prinsip ini di hadapan Dubes RI untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra, Wakil Dubes Ben Perkasa Drajat serta jajaran diplomat dan atase di lingkungan KBRI Tokyo pada Jumat pekan lalu. Dalam kesempatan tersebut, Kepala BKPM menyampaikan beberapa perbaikan iklim investasi maupun peluang dan potensi investasi yang menjadi prioritas pemerintah untuk ditawarkan."Karakteristik investor Jepang yang khas membutuhkan kerjasama seluruh pihak, baik pemerintah pusat dan daerah. Kami berharap BKPM dan KBRI Tokyo dapat terus meningkatkan kerjasamanya untuk menarik sebanyak-banyaknya investor Jepang masuk ke Indonesia," ujarnya. Kata Franky, Jepang merupakan negara asal investasi terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura, dengan total nilai investasi mencapai USD 14,6 miliar dan berkontribusi sebesar 10,5% dari total seluruh nilai investasi yang masuk dalam periode 2010 hingga Kuartal III 2015. "Sektor investasi terbesar yang berasal dari Jepang berturut-turut adalah industri transportasi; industri logam, permesinan dan elektronik; industri kimia dan farmasi; perumahan, kawasan industri dan perkantoran; serta industri makanan. Sementara dari sisi distribusi lokasi investasi 95% investasi yang berasal dari Jepang masih terfokus di pulau Jawa, dan sisanya tersebar di daerah lainnya di Indonesia," paparnya. (dtf)
BKPM Buka Peluang Bisnis Rak Pendingin 100% untuk Asing December 15, 2015
Indonesianindustry.com – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan pihaknya kini tengah berencana unntuk membuat aturan peluang bisnis cold storage atau rak pendingin 100% terbuka untuk asing. Selama ini oihaknya mengaku banyak investor salah satunya Jepang yang mengeluh yang terkendala batas kepmilikan saham yang hanya dibuka 67% untuk asing. Menurut Franky, dengan dibukanya batasan kepemilikan asing dibidang usaha tersebut, diharapkan dapat mendorong minat investasi di sektor maritirn yang juga menjadi prioritas lembaga itu. ” ‘Cold storage’ merupakan rangkaian penting dari rantai pasokan industri maritim. Perusahaan-perusahaan Jepang membutuhkan dukungan ‘cold storage’ untuk mendapatkan ikan dan hasil laut yang berkualitas,” kata Franky di Jakarta baru-baru ini. BKPM sendiri, telah menerima usulan dari kementerian teknis yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan dan kalangan pelaku usaha sektor pengolahan perikanan untuk membuka bidang usaha “coldstorage”yang masukdi sub sektor perdagangan tersebut. Adapun dasar dari usulan tersebut adalah untuk menarik investasi asing langsung pada sektor industri pendukung sektor kelautan dan perikanan. Tidak hanya itu, dibukanya peluang bisnis ini juga akan semakin banyak menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal dan transfer teknologi. Frangky menjelaskan, dalam regulasi Panduan Investasi Perpres Nomor 39 tahun 2014, bidang usaha “cold storage” masuk ke sub sektor perdagangan dengan pembatasan kepemilikan modal asing serta lokasi.Untuk wilayah Sumatra, Jawa, dan Bali, maksimal kepemilikan asing 33 persen, sedangkan untuk wilayah
Indonesia timur seperti Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, maksimal 67 persen. Mengacu pada perbandingan regulasi Panduan Investasi Perpres Nomor 36 Tahun 2010 dalam periode 25 Mei 2010-22 April 2014 yang belum mengatur batas kepemilikan saham asing di bidang usaha “cold storage” tercatat masuknya investasi asing sebanyak lima proyek senilai 72 juta dolarAS. “Nilai ini merosot drastis menjadi hanya dua proyek senilai 5,3 juta dolar AS dengan diberlakukannya Perpres Nomor 39 Tahun 2014 yang membatasi kepemikan asing sebesar 33 persen di wilayah Sumatera, Jawa dan Bali serta 67 persen untuk wilayah lainnya. Sementara, realisasi investasi dalam negeri dari bidang usaha tersebut hanya saru proyek senilai Rp3,1 miliar,” ungkap Franky. Meutia