RESUME
KEWAJIBAN & EKUITAS PEMILIK Chapter 8 – Buku “Accounting Theory” Edisi Ke-7, 2010, Karangan Jayne Godfrey, dkk
Disusun oleh: Akbar Ganiardhi / 03 Fadel Khalif Muhamad / 11 Marietta Kusuma Dewi / 20 Muhamad Try Satria Pranata / 23 Rizka Wulandari / 29 Kelas VIII STAR B
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Program Diploma IV Keuangan Spesialisasi Akuntansi STAR BPKP Semester VIII T.A. 2014/2015
KEWAJIBAN & EKUITAS PEMILIK
Aset (yang dipegang perusahaan) berasal dari pemilik ataupun pihak lain yang memasok dana untuk mengakuisisi aset tersebut nilai total aset bergantung pada klaim satu atau beberapa pihak, umumnya agar dibayarkan uangnya. Ada dua macam klaim (dengan hak yang berbeda), yaitu oleh: kreditor disebut kewajiban (liabilities) menjadi kewajiban entitas pelaporan memiliki klaim terlebih dahulu atas aset (jika terjadi likuidasi) hampir selalu lebih spesifik (dalam hal: jumlah & waktu pembayarannya)
pemilik disebut ekuitas pemilik (owner’s equity) entitas tidak diwajibkan mentransfer aset kepada pemilik; menjadi kewajiban saat dividen diumumkan (muncul utang dividen/dividends payable) klaim kemudian (setelah klain terhadap kreditor dipenuhi)
Dengan demikian, liabilities kewajiban saat ini suatu entitas; owner’s equity klaim atau kepentingan residu, namun bukan kewajiban untuk mentransfer aset. Ada dua teori yang dikemukakan untuk membantu memahami akuntansi, yaitu: Proprietary Theory (Teori Hak Milik) dan Entity Theory (Teori Entitas/Kesatuan). Teori pertama mendasarkan pada ide bahwa pemilik menjadi pusat perhatian. Seluruh konsep, prosedur, aturan akuntansi dirumuskan dengan mengingat kepentingan pemilik. Sebaliknya, teori kedua mengemukakan bahwa suatu bisnis merupakan sebuah entitas terpisah dan akuntansi mencatat transaksi entitas. LO 1 PROPRIETARY THEORY (TEORI HAK MILIK) Kepemilikan (proprietorship/P) menggambarkan kekayaan bersih suatu bisnis, disajikan dalam persamaan berikut: P=A-L di mana kepemilikan (ekuitas pemilik) sama dengan aset (assets/A) dikurangi kewajiban (liabilities/L). P menunjukkan kekayaan bersih pemilik bisnis. Sprague menyatakan bahwa: “Neraca kepemilikan adalah penjumlahan dari seluruh elemen pada beberapa waktu tertentu yang merupakan kekayaan beberapa orang atau kelompok orang ... Tujuan keseluruhan perjuangan suatu bisnis adalah peningkatan kekayaan, yaitu peningkatan hak milik.” Assets menjadi milik pemilik, dan liabilities menjadi kewajiban pemilik pula. Berdasarkan keterangan ini, tampak bahwa tujuan akuntansi adalah untuk menentukan kekayaan bersih pemilik. Teori ekonomi perusahaan mengambil pandangan ini, dengan perluasan pada peran pengusahapemilik. Konsep pendapatan (yang meningkatkan kekayaan bersih) dipandang sebagai pengembalian terhadap enterpreneurship (upaya kewirausahaan). 2
Pendapatan dihasilkan dan beban dikeluarkan akibat dari keputusan dan perilaku pemilik (atau perwakilan pemilik). Akun pendapatan dan beban merupakan subsidiary account (akun pembantu/ turunan) dari P, yang dipisahkan sementara untuk menentukan keuntungan pemilik. Pendapatan adalah penambahan kepemilikan; beban adalah pengurangan kepemilikan. Vatter menjelaskan: “Teori double entry (pembukuan berganda) didasarkan pada ide bahwa akun beban dan pendapatan memiliki karakteristik algebra yang sama dengan kekayaan bersih, misalnya: akun yang cenderung meningkatkan kekayaan bersih ditambahkan pada sisi kredit, akun yang cenderung menurunkan kekayaan bersih ditangani secara sebaliknya (menambah sisi debit).” Sehingga, laba bersih merupakan kenaikan kekayaan pemilik selama periode tertentu. Jika hal ini merupakan apa yang digambarkan sebagai pendapatan, maka harus mencakup seluruh aspek yang memengaruhi perubahan kekayaan bersih pemilik selama periode tersebut. Perubahan pada kekayaan bersih diturunkan dari aktivitas yang menghasilkan pendapatan, berlaku juga pada perubahan nilai aset. Contoh: nilai intrinsik dari judul surat kabar bisa jadi bertambah dan dapat menarik premi signifikan kepada pemilik jika terealisasi (terjual). Argumen terkait kasus tersebut: peningkatan kekayaan bersih pemilik seharusnya diakui, meski perubahan kekayaan tersebut masih belum nyata hingga surat kabar terjual. Masalah akuntansi yang dihadapi adalah mengukur perubahan nilai yang belum nyata tersebut. Kebanyakan, praktik akuntansi saat ini berdasarkan pada teori kepemilikan. Dividen lebih dianggap sebagai distribusi keuntungan ketimbang beban, karena merupakan pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga utang maupun pajak pendapatan dianggap sebagai beban karena mengurangi kekayaan pemilik. Bagi pemilik tunggal maupun persekutuan, gaji yang dibayarkan kepada pemilik (yang juga bekerja pada perusahaan) tidak dianggap sebagai beban, karena pemilik dan perusahaan merupakan entitas yang sama/satu kesatuan (tidak dapat membayar dirinya sendiri sehingga tidak dapat dikurangkan sebagai beban). Metode ekuitas untuk investasi jangka panjang mengakui kepemilikan atau kepentingan hak milik dari perusahaan investor. Hal itu mengizinkan perusahaan investor untuk mencatat persentase bagian laba investee sebagai profit. Dalam laporan keuangan konsolidasi, metode perusahaan induk adalah berdasarkan teori kepemilikan. Perusahaan induk dipandang ‘memiliki’ perusahaan anak. Hak minoritas (dari sudut pandang ‘pemilik’ perusahaan anak) menggambarkan klaim sekelompok pihak luar. Perluasan hak minoritas dianggap sebagai pengurangan kepemilikan. Pandangan modal keuangan lebih tepat menganut teori kepemilikan (ketimbang modal fisik). Pandangan modal keuangan memperluas investasi keuangan pemilik; pandangan modal fisik berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tingkat operasi fisiknya (tanpa memperhatikan klaim kepemilikan). Pandangan kepemilikan tidak membedakan aset pemilik dengan aset entitas. Sehingga, seluruh keuntungan perusahaan didistribusikan kepada pemilik. Jika perusahaan membutuhkan sumber daya tambahan, dananya dapat diperoleh dari sumber daya pribadi pemilik. 3
Modal = jumlah kas yang diinvestasikan pemilik + keuntungan (yang direinvestasi oleh simpanan dalam perusahaan). Banyak orang mengadopsi pandangan keuangan atas modal, dan hal itu juga menjadi praktik akuntansi konvensional tradisional. Pandangan kepemilikan dalam akuntansi dikembangkan saat bisnis masih kecil (saat masih berbentuk milik pribadi/persekutuan). Dengan munculnya perusahaan, teori ini tidak cukup menjadi dasar untuk menjelaskan akuntansi perusahaan. Secara hukum, perusahaan merupakan entitas terpisah dari pemiliknya dan memiliki hak sendiri. Perusahaan (bukan pemegang saham) menguasai aset dan menanggung kewajiban bisnis. Tidak hanya perusahaan memikul kewajiban bisnis, namun dengan adanya ciri kewajiban terbatas, logis jika pemegang saham bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan. Jika para pemegang saham dari perusahaan besar ingin menggunakan apa yang dianggap hak milik dengan menarik (kembali) aset dari itu, mereka akan melanggar hukum. Penarikan kas (dividen) benar-benar merupakan pendistribusian melalui prosedur legal yang formal. Akuntabilitas (pertanggungjawaban) terhadap pemilik merupakan fungsi signifikan dari suatu perusahaan besar, karena adanya gap antara manajemen dengan pemegang saham. Bagi perusahaan kecil, pemilik mengetahui status keuangan bisnisnya gagasan tentang akuntabilitas/stewardship tidak begitu berarti. Sebaliknya, pada perusahan, kontak antara pemegang saham dengan urusan terkait perusahaan sangat minim. Pemegang saham bergantung pada informasi yang dilaporkan oleh manajemen kepadanya. Meski demikian, ada kasus-kasus di mana perusahaan besar terkait dengan satu atau beberapa individu kunci atau sebuah organisasi pengendali, di mana dalam praktiknya, kekayaan pemiliknya tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Dalam kasus tersebut, teori kepemilikan masih relevan. Entity Theory (Teori Entitas) Teori entitas dirumuskan sebagai respon atas kekurangan dari pandangan kepemilikan tentang status hukum terpisah dari suatu perusahaan. Teori ini dimulai dari fakta bahwa perusahaan adalah sebuah entitas terpisah dengan identitasnya sendiri. Teori ini melampaui ‘asumsi entitas akuntansi’ mengenai pemisahan urusan bisnis dan pribadi. Martin menguraikan dua asumsi terkait yang diwujudkan dalam gagasan sebuah entitas akuntansi, yaitu: 1. Pemisahan untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya; 2. sudut pandang prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas. Meski teori entitas secara khusus cocok untuk akuntansi perusahaan, pendukungnya percaya teori ini dapat diterapkan pada organisasi milik perseorangan, persekutuan, bahkan nirlaba, asalkan: -
akun dan transaksi diklasifikasikan dan dianalisis dari sudut pandang entitas sebagai sebuah unit
-
operasi; prinsip dan prosedur akuntansi tidak dirumuskan dalam hal kepentingan tunggal, seperti pada
organisasi milik perseorangan. Paton menyatakan, untuk setiap perusahaan bisnis:
4
“Ini adalah ‘bisnis’ dengan sejarah keuangan di mana petugas pembukuan dan akuntannya sedang mencoba mencatat dan menganalisis; buku dan akun merupakan catatan ‘bisnis’; laporan periodik operasi dan posisi keuangan merupakan laporan ‘bisnis’.” Entitas bukanlah seseorang dan tidak dapat bertindak dengan sendirinya. Ia adalah sebuah institusi, meski demikian ia merupakan suatu hal yang sangat nyata, menurut Paton. Keberadaannya nyata dan terukur, bahlan memiliki kepribadian sendiri. Bagi sebuah perusahaan, sekali modal sahamnya diterbitkan, kehidupan perusahaan tidak bergantung pada kehidupan pemegang sahamnya. Dari sudut pandang akuntansi, entitas setiap area kepentingan ekonomi yang keberadaannya terpisah dari pemiliknya (entitas sebagai unit independen). Dalam sudut pandang ini, tujuan akuntansi boleh jadi untuk stewardship atau akuntabilitas. Versi tradisional teori entitas: perusahaan bisnis beroperasi demi keuntungan pemilik ekuitas, penyedia dana bagi entitas. Sehingga, kepada pemilik ekuitas, entitas harus melaporkan status dan konsekuensi dari investasi mereka. Interpretasi yang lebih baru memandang entitas seperti berbisnis untuk dirinya sendiri dan tertarik pada kelangsungan hidupnya sendiri, sehingga entitas bisnis melapor pada pemilik ekuitas dalam rangka memenuhi persyaratan hukum dan menjaga hubungan baik (dengan pemilik ekuitas) jika suatu saat nanti dibutuhkan dana lebih. Pandangan tradisional: pemilik ekuitas rekan bisnis; pandangan yang lebih baru: pemilik ekuitas orang luar. Keduanya membuat muatan informasi laporan keuangan untuk pengambilan keputusan (yang mana telah ditekankan dalam beberapa tahun terakhir) dapat dengan mudah dicerna. Dalam teori ini, fokus persamaan akuntansinya adalah aset dan ekuitas. Kekayaan bersih pemilik tidak menjadi konsep yang berarti, karena entitaslah yang menjadi pusat perhatian. Pemilik dan kreditor keduanya dipandang secara sederhana sebagai pemilik ekuitas, penyedia dana. Persamaan akuntansinya: Assets = Equities Neraca menggambarkan aset entitas, di mana Paton merujuknya sebagai penyajian kembali laporan ‘langsung’ mengenai nilai entitas, dan ekuitas ia sebut sebagai ungkapan ‘tidak langsung’ dari total yang sama. Aset merupakan milik perusahaan, dan liabilitas merupakan kewajiban perusahaan, bukan pemilik. Telah dikemukakan bahwa karena jumlah yang diinvestasikan oleh pemilik ekuitas harus diperhitungkan, mengarahkan pada penggunaan biaya historis aset-aset nonmoneter (karena total pada sisi kanan laporan posisi keuangan harus sama dengan sisi kiri). Setelah menerima dana dari pemilik ekuitas, perusahaan menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk aset. Untuk aset-aset nonmoneter, nilainya sebesar harga pembelian aslinya. Sayangnya, akuntabilitas tidak memandang perlu pelacakan nilai asli investasi. Pemilik ekuitas juga tertarik terhadap perubahan nilai investasi mereka. Current value advocates (nilai pendukung saat ini) menunjukkan teori entitas berasumsi bahwa investor tidak begitu dekat dengan bisnis untuk membuat sendiri penyesuaian nilai. Sehingga, akuntabilitas meyiratkan bahwa penyesuaian tersebut (yakni perubahan nilai) harus dilaporkan. Dapat dikatakan, entitas perlu mengetahui nilai kini asetnya untuk membuat keputusan yang tepat. 5
Dalam pandangan entitas, pendapatan arus masuk aset karena transaksi yang dilakukan oleh perusahaan; beban biaya aset dan pelayanan lain yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan pada periode ybs (mengurangi kekayaan aset entitas). Konsep kepemilikan berkonsentrasi pada variabel P pada persamaan akuntansi. Konsep entitas berfokus pada sisi lain dari persamaan tersebut, yaitu A. Hal ini karena aset dipandang sebagai sesuatu yang ‘nyata’ dikelola oleh perusahaan, sedangkan ekuitas lebih abstrak, yang berkaitan dengan klaim atas aset – suatu cara ‘tidak langsung’ (sebagaimana disebutkan Paton) dalam memandang nilai aset. Aset dan beban pada dasarnya bersifat sama; keduanya menyediakan jasa. Muncul pertanyaan sederhana, apakah jasa tersebut langsung habis atau disisakan untuk penggunaan di masa depan. Karakteristik dasar pendapatan adalah menghasilkan lebih banyak aset, sedangkan beban pada akhirnya mengurangi aset: “Dengan demikian, teori akuntansi mestinya menjelaskan konsep pendapatan dan beban dalam hal perubahan aset perusahaan, bukan meningkat/menurunnya ekuitas milik pemegang saham.” Laba bersih terutang pada perusahaan. Jika demikian, mengapa laba bersih tersebut ditutup ke saldo laba, seolah-olah milik pemegang saham? Paton dan Littleton berpendapat bahwa pemegang saham memiliki klaim residu kontraktual atas aset, dan hal ini menjadi alasan mengapa laba bersih ditempatkan pada laba ditahan. Pemegang saham memperoleh yang tersisa, setelah kreditor memperoleh pembayaran saat likuidasi perusahaan [perkembangan versi konvensional teori ekuitas]. Interpretasi yang lebih baru: akun laba ditahan ekuitas perusahaan / investasi dalam dirinya sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang merupakan beban (karena kreditor maupun pemegang saham dianggap sebagai pihak eksternal). Sehingga, beban bunga, dividen, maupun pajak pendapatan merupakan beban bisnis, karena mengurangi nilai ekuitas milik entitas itu sendiri. Kesimpulan: teori kepemilikan maupun teori entitas keduanya berpengaruh dalam praktik. Teori akuntansi konvensional berdasarkan pada konsep entitas, dan laporan keuangan mencerminkan pandangan entitas (fokusnya pada dividen dan earnings per share). Perusahaan memperdagangkan sahamnya sendiri menunjukkan pasar menerima bahwa mereka adalah entitas yang terpisah. Meski demikian, pandangan kepemilikan juga berpengaruh, misal: (berdasarkan konsep kepemilikan) beban bunga dianggap sebagai expense dan dividen sebagai distribusi keuntungan. LO 2 DEFINISI KEWAJIBAN Kewajiban adalah elemen kunci dalam akuntansi. Bagaimana mendefinisikan bagaimana pengakuan dan pengukuran kewajiban dalam akuntansi. IASB Kerangka Definisi ayat 49 (b) mendefinisikan kewajiban adalah: Sebuah Kewajiban dimasa kini atas perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, dimana ketika jatuh tempo dapat mengakibatkan arus keluar atas sumber daya dari perusahaan yang mempunyai suatu manfaat ekonomis.
6
Definisi tersebut mengandung dua komponen arti: - Keberadaan kewajiban sekarang, membutuhkan penyerahan di masa mendatang - Hasil dari transaksi masa lampau atau kegiatan lain yang lewat. Kewajiban Kini (Present Obligation) Definisi dari The Framework menegaskan bahwa kewajiban sudah diperkirakan akan mengurangi manfaat ekonomis. Definisi ini berfokus pada kejadian dimasa depan seperti pengorbanan yang belum dilakukan. Peritmbangan yang mendasarinya adalah kewajiban muncul terkait dengan pengeorbanan di masa depan. Paragraf 62 dari The Framework menyatakan bahwa "penyelesaian" dari kewajiban kini dapat terjadi dalam berbagai cara, misalnya dengan (1) pembayaran tunai, (2) transfer asset lainnya, (3) penyediaan jasa, (4) penggantian/replacement kewajiban dengan kewajiban lainnya, (5) konversi dari kewajiban ke ekuitas atau (6) kreditur menghapuskan kewajiban tersebut. Dari metode penyelesaian kewajiban diatas, hanya poin 1 dan 2 yang melibatkan arus keluar atas aset yang diakui oleh entitas. Transaksi Masa Lalu (Past Transaction) Syarat dari sebuah kewajiban adalah keharusan bahwa kewajiban tersebut merupakan hasil dari transaksi di masa lalu memastikan bahwa hanya kewajiban muncul di masa kini-lah yang dicatat, bukan kewajiban yang muncul di masa depan. Tetapi, kondisi dari kejadian di masa lalu mungkin sulit ditafsirkan. Transaksi masa lalu seperti apakah yang memenuhi persyaratan agar diakui sebagai kewajiban ? Persyaratan sangat penting dalam menentukan apakah suatu transaksi akan menimbulkan sebuah kewajiban atau tidak. Pengakuan Kewajiban (Liability Recognition) Saat definisi kewajiban terpenuhi, akuntan membutuhkan rules sebagai dasar dalam penentuan atas pengakuan kewajiban tersebut. Jenis rules yang telah digunakan dahulu mirip dengan yang digunakan dalam pengakuan aset. 4 rules yang digunakan adalah: - Kepercayaan pada hukum yang berlaku - penentuan substansi ekonomis atas suatu event - kemampuan untuk mengukur nilai kewajiban tersebut - penggunaan prinsip konservatif. Jika ada klaim yang berkekuatan hukum resmi, tidak ada keraguan bahwa terdapat sebuah Kewajiban didalamnya. Walaupun equitable or constructive obligation terdapat di dalam definisi kewajiban, kebanyakan kewajiban tersebut ditentukan atas dasar klaim yang sah terhadap entitas yang wajib memenuhi kewajiban tersebut.
7
Kriteria kedua mensyaratkan bahwa harus ada pertimbangan atas substansi ekonomis atas suatu transaksi. Apakah muncul kewajiban yang “nyata” ? seberapa penting pencatatan dan penyajian event atas kewajiban didalam Balance Sheet kepada user ? Kriteria ketiga terkait dengan penentuan nilai kewajiban. Untuk beberapa kewajiban, nilai kewajiban ditentukan berdasarkan contract price, seperti jumlah kas yang dibayarkan untuk barang dan jasa yang diterima. Tetapi, nilai kewajiban mungkin berbeda dengan nilai nominalnya. Sebagai contoh, jika kewajiban jatuh tempo lebih dari 12 bulan, kita harus mempertimbangkan time value of money. Oleh karena itu, perhitungan nilai kewajiban harus berdasarkan present value dari expected future cash flow, bukan berdasarkan nilai nominalnya. Berdasarkan sejarah, akuntan menggunakan pedekatan konservatif untuk mengakui aset dan kewajiban. Secara umum, kewajiban seringkali dicatat terlebih dahulu daripada aset karena “lebih aman” apabila aset understated daripada kewajiban yang understated. Tetapi, terdapat masalah dengan keputusan perusahaan dalam mengadopsi pendekatan konservatif dalam mengukur kewajiban. Di titik manakah perusahaan dianggap terlalu konservatif, sehingga terdapat bias dalam pengukuran kewajiban tersebut ? padahal para pembuat keputusan membutuhkan informasi yang netral, tidak bias, dalam membuat keputusan. Jika sebuah informasi menyesatkan karena perusahaan ingin memunculkan image tertentu atas laporan keuangannya, akan menyesatkan para decision maker dalam mengambil keputusan karena keputusan tersebut didasarkan atas informasi yang bias ini. Lain halnya jika informasi tersebut netral (tidak menyesatkan) keputusan yang diambil pun mungkin berbeda dan netral.
Kerangka IASB Kerangka IASB memberikan panduan terkait dengan pengakuan elemen-elemen yang terdapat di dalam neraca dan laporan laba rugi. Ayat 82 menyatakan bahwa item yang memenuhi definisi harus diakui jika: 1.
Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkaitan dengan item yang akan
2.
mengalir ke dalam entitas Item memiliki cost atau nilai yang dapat diukur dengan andal. Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban diakui di
neraca apabila kemungkinan besar tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang muncul atas hasil dari penyelesaian kewajiban dimasa sekarang dan jumlah penyelesaian kewajiban tersebut dapat diukur dengan andal. Isu kunci yang harus dipertimbangkan
8
terkait pengakuan kewajiban adalah (a) terdapat kemungkinan arus keluar atas suatu manfaat ekonomis dan (b) keandalan pengukuran kewajiban. Mungkin sulit untuk mengaplikasikan kedua isu kunci tersebut di dunia nyata. Sebagai contoh, apa maksud dari “terdapat kemungkinan?” tetapi, mungkin terdapat perbedaan individu dalam memperkirakan “terdapat kemungkinan”
atas suatu event, yang akhirnya mengarah kepada
inkonsistensi dalam pengukuran kewajiban. Apa yang dimaksud dengan “andal?” Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah “bebas dari kesalahan material dan bias”; lebih lanjut, bahwa item diukur sehingga ‘setia merupakan’ apa yang dimaksudkan untuk mewakili (paragraf 31) menyatakan kerangka kerja ini secara khusus bahwa kewajiban yang tidak dapat termasuk jika mereka tidak dapat diukur dengan andal. Beberapa orang menganggap bahwa pengukuran yang andal berarti bahwa pengukuran tersebut dapat diverifikasi. Hal ini berarti pengukuran kewajiban bisa dihubungkan dengan bukti yang objektif seperti nilai kontrak atau nilai pasar. Tetapi, dalam kebanyakan kasus, akuntan harus menggunakan judgement dalam melakukan estimasi kewajiban. LO 3 PENGUKURAN LIABILITAS Petunjuk untuk melakukan pengukuran liabilitas yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan di dalam kerangka konseptual jumlahnya sangat sedikit. Di dalam IFRS, metode pengukuran liabilitas yang paling umum digunakan adalah biaya historis (atau biaya historis yang modifikasi). Pengukuran dengan nilai wajar digunakan pada pengukuran awal untuk transaksi liabilitas yang berhubungan dengan IAS 17 Lease, IAS 39 Recognition and Measurement of Financial Instruments, IFRS 2 Share-based Payment, dan IFRS 3 Business Combination. Liabilitas yang berhubungan dengan financial lease diakui di awal berdasarkan nilai wajar leasing (dalam hal ini dapat berupa harga pasar dari properti leasing) atau nilai sekarang dari pembayaran leasing jika lebih rendah. Pada tahun-tahun selanjutnya, liabilitas diukur berdasarkan metode amortisasi biaya, yaitu biaya pada pengukuran awal (nilai pasar atau nilai sekarang, jika lebih rendah) disesuaikan setiap tahun untuk menggambarkan estimasi nilainya saat ini. Saldo liabilitas yang masih beredar berdasarkan metode suku bunga efektif untuk amortisasinya. Pada financial lease, standar yang ada menjelaskan secara detail nilai dari liabilitas leasing. Tantangan dari hal ini adalah bagaimana cara mengukur nilai wajar dari liabilitas yang tidak memiliki nilai pasar? Karena pada umumnya liabilitas bersifat tetap, bukan untuk dijual. Biaya historis adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran kewajiban setelah pengukuran awal. Dua contoh penggunaan nilai wajar untuk pengukuran setelah pengukuran awal
9
adalah kewajiban setelah berakhirnya masa kerja, seperti pensiun, dan provisi jangka panjang. Kedua liabilitas ini bersifat jangka panjang dan sangat dipengaruhi oleh nilai waktu uang. Employee Benefits-pension (superannuation) plans Di banyak negara, pensiun digunakan oleh perusahaan untuk menyediakan manfaat bagi pekerja yang sudah tidak bekerja kembali. Perusahaan membayar dana pensiun kepada suatu lembaga hukum terpisah yang memegang aset yang nantinya akan digunakan sebagai pembayaran kepada pekerja yang pensiun. Pensiun dapat bersifat contributory (pekerja dan perusahaan berkontribusi untuk dana pensiun) dan non-contributory (hanya pekerja yang berkontribusi). Untuk defined benefit fund, jumlah dana yang dibayarkan kepada pekerja setidaknya merupakan sebagian kecil dari gaji rata-rata atau gaji terakhir yang bersangkutan. Sedangkan pada defined contribution (atau accumulated benefit) fund jumlah yang dibayarkan kepada pekerja sama seperti jumlah yang telah dikontribusikan sebelumnya. Dana pensiun dapat berupa fully funded, partially funded, atau unfunded. Fully funded memiliki kecukupan kas atau investasi yang dapat memenuhi kewajibannya kepada anggota. Sebaliknya, unfunded plans tidak memiliki kas atau investasi untuk menanggung potensi pembayaran kembali seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Karena pensiun dikelola oleh entitas legal yang terpisah, maka dapat diasumsikan jika unfunded commitment dari rencana bukan merupakan liabilitas dari perusahaan yang membayar kepada lembaga pengelola pensiun tersebut. Namun, pandangan tersebut dapat dibantah dengan pendapat lain yang menyebutkan bahwa perusahaan memiliki kewajiban untuk memenuhi komitmen unfunded, sehingga timbul liabilitas. Whittred, Zimmer, dan Taylor mendukung pendapat tersebut. Meskipun secara beberapa perusahaan tidak mengakui komitmen unfunded sebagai liabilitas, tetapi berdasarkan pada kerangka konseptual dan IAS 37/AASB 137, sulit untuk mengatakan bahwa komitmen tersebut bukan merupakan liabilitas. Provisions and Contingencies Paragraf 10 IAS 37/AASB 137 menyebutkan bahwa liabilitas kontijensi adalah: a. Kemungkinan kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya dapat dipastikan hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa masa depan yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh entitas, atau b. Kewajiban saat ini yang muncul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena: i. Tidak mustahil jika ada arus keluar dari sumber daya, yang mendatangkan manfaat ii.
ekonomi, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut, atau Jumlah kewajiban tidak dapat diukur dengan andal.
10
Paragraf 10 IAS 37/AASB 137 paragraf 14 tentang kriteria pengakuan untuk provisi sesuai dengan kriteria pada kerangka konseptual untuk pengakuan liabilitas. Yaitu, liabilitas dan provisi boleh untuk diakui hanya saat ada kewajiban masa kini, dimungkinkan adanya arus keluar dari sumber daya, yang mendatangkan manfaat ekonomi, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut, dan jumlahnya dapat diukur dengan andal. Liabilitas kontijensi tidak memenuhi kriteria tersebut, sehingga pada paragraf 27 disebutkan bahwa liabilitas kontijensi tidak diakui dalam laporan keuangan. IAS 37 menjadi salah satu hal yang dibahan oleh IASB dalam Liabilities project, dengan usulan untuk menghilangkan istilah “provisi” dan “liabilitas kontijensi” dan menggantinya dengan “non-financial liability”. IAS 37 membatasi penggunaan dari provisi. Contoh yang dapat dijumpai di perusahaan antara lain provisi untuk kerugian yang tidak diasuransi (uninsured loss), provisi untuk kemungkinan kerugian (possible loss), dan provisi untuk penataan kembali (restructuring). Karena tidak ada kewajiban untuk pihak ketiga/eksternal (komitmen untuk mentransfer sumber daya dari entitas kepada pihak eksternal yang tidak dapat dihindari), provisi tersebut tidak diperbolehkan oleh kerangka konseptual atau standar saat ini. Namun, ada satu kondisi dimana pengguna laporan keuangan ingin tahu tentang potensi kerugian, untuk evaluasi dan pengambilan keputusan tentang alokasi sumber daya yang terbatas. Perkiraan masa depan tersebut diperlukan tetapi tidak memiliki kemungkinan yang cukup tinggi untuk diakui secara formal, sehingga perusahaan dapat mengeluarkannya dari laporan keuangan dengan tetap mengungkapkan potensi tersebut jika hal itu mampu memengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Owner’s Equity Ekuitas pemilik adalah konsep dasar akuntansi ketiga yang tergambar dari persamaan akuntansi, yang menggambarkan aset netto (aset-liabilitas) entitas. Sehingga ekuitas pemilik merupakan hak pemilik pada aset netto entitas, dimana entitas sudah tidak memiliki kewajiban saat ini yang harus dibayar. Namun, ekuitas pemilik tidak bermakna kewajiban untuk mentransfer aset, tetapi hak nilai sisa (residual claim). Sebagai akibat dari “sisa” ini, jumlah yang ditunjukkan pada neraca menggambarkan ekuitas yang bergantung tidak hanya pada aset dan liabilitas yang diakui tetapi juga bagaimana mereka diukur. Pertanyaan mendasar terkait jumlah ekuitas adalah apakan sebuah item merupakan liabilitas atau ekuitas bagi entitas, sehingga untuk membedakannya dapat dilihat dari: a. Hak para pihak yang berkepentingan (the rights of the parties) b. Substansi ekonomi
11
Hal menurut hukum menjadi pertimbangan yang sangat penting, tetapi bukan satu-satunya dasar pembeda kreditur dan pemilik. Pada dasarnya, pengertian liabilitas mencakup kewajiban yang konstruktif dan wajar serta kewajiban hukum itu sendiri. Oleh sebab itu, substansi ekonomi dari item tersebut perlu dipertimbangkan juga. Rights of the Parties Salah satu hak yang diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik berdasar hukum maupun kebijakan perusahaan, berkaitan dengan hak prioritas untuk pembayaran (kembali) jika perusahaan bangkrut. Dalam teori akuntansi, apapun bentuk hukum dari organisasi, entitas diakui sebagai sebuah unit akuntabilitas atau pertanggungjawaban. Dengan demikian, kreditor memiliki hak atas entitas, terutama atas asetnya. Kreditur memiliki hak-hak berikut: a. Penyelesaian atas hak mereka pada tanggal yang telah ditetapkan melalui transfer aset (barang atau jasa) b. Prioritas diatas pemilik pada penyelesaian hak saat likuidasi Perlu dicatat bahwa hak kreditor terbatas pada jumlah tertentu (yang dapat bervariasi dari waktu ke waktu, tergantung kesepakatan), sedangkan pemilik hanya memiliki hak sisa, meskipun secara perjanjian kontraktual dimungkinkan adanya perbedaan tingkatan pemilik yang membedakan prioritas dalam penerimaan pengembalian modal. Aspek lain terkait hak kreditor dan pemilik berhubungan dengan penggunaan aset atau peran dalam operasi perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak untuk menggunakan sebagian aset perusahaan selain yang disebutkan dalam kontrak. Kreditor tidak secara langsung dapat turut campur dalam pengambilan keputusan pada operasi bisnis, tetapi dapat pula secara kontrak terlibat misalnya kebijakan bahwa aset tidak dapat dijual tanpa persetujuannya. Di sisi lain, pemilik memiliki hak dan otoritas dalam operasi bisnis perusahaan. Substansi Ekonomi Baik liabilities maupun owner’s equity sama-sama menggambarkan klaim terhadap entitas. Semua yang menuntut entitas menanggung risiko kerugian, tetapi karena kreditor berhak melakukan klaim lebih awal, risikonya tidak sebanyak pemilik. Pemilik harus menanggung seluruh kerugian yang berasal dari aktivitas perusahaan. Pemilik memikul beban atas risiko bisnis. Di tiap perusahaan, derajat risiko bagi kreditor dan pemilik bergantung pada hak mereka. Kunci perbedaan hak tersebut terletak pada kreditor memiliki hak penyelesaian, sedangkan pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi dalam profit (residual profit). Perbedaan keduanya menggambarkan risiko ekonomi dan metode pengembalian, kreditor menanggung lebih sedikit risiko dan menerima pengembalian tetap relatif (relatively fixed return) dalam bentuk bunga dan pengembalian pokok. Sementara pemilik menanggung lebih banyak risiko, oleh karena itu akan menerima tingkat pengembalian keuntungan variabel yang sering kali lebih besar. 12
Pemilik atau perwakilannya memiliki kontrol terhadap akuisisi, komposisi, penggunaan, dan pengaturan aset perusahaan. Mereka juga memiliki kontrol terhadap operasional dan bertanggung jawab dalam menjalankan bisnis untuk bertahan dan memperoleh keuntungan. Secara umum, pemilik mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab dan kontrol tersebut kepada direktur dan manajer. Konsep Modal Akuntansi untuk shareholders’ equity dipengaruhi oleh ketentuan hukum. Hal ini tercantum dalam UU perusahaan Inggris, terutama dalam pasal keharusan untuk memelihara modal (capital maintenance). UU ini menuntut perusahaan untuk memelihara secara utuh modal awal dan modal berikutnya (dari keuntungan). Adapun kerangka akuntansi menjelaskan bahwa fungsi kegiatan pemeliharaan modal tidak hanya dapat mendefinisikan modal sebagai residual interest dari entitas, melainkan juga menjelaskan konsep modal. Modal dikonsepkan sebagai uang atau purchasing power yang diinvestasikan (financial capital) atau sebagai kapasitas produksi entitas (physical capital). Lebih lanjut, modal dapat diukur sebagai nominal mata uang ataupun skala riil (purchasing power). Tujuan lainnya dari keharusan pemeliharaan modal adalah untuk melindungi kreditor dengan menyedakan “bemper”. Contohnya, sebuah entitas memiliki legal capital sebesar $10.000,00. Jika total aset sebesar $100.000,00, maka nilai laibilitas adalah sebesar $90.000,00. Jika entitas tersebut dilikuidasi dan carrying amount aset yang direalisasikan hanya sebesar $80.000,00, maka akan cukup untuk membayar seluruh hak kreditor. Hal ini menjadi mungkin karena eksistensi modal sebesar $10.000,00. Tanpa modal tersebut, kreditor mungkin tidak akan dibayar/ dilunasi penuh. Modal bukanlah garansi bagi perlindungan kreditor, namun cukup menawarkan keamanan. Kesadaran akan pentingnya cadangan modal dimulai sejak krisis perbankan dan krisis likuiditas pada 2007-2008. Klasifikasi Dalam Owners’ Equity Perbedaan antara nilai yang diinvestasikan (contributed capital-CC) dan nilai yang direinvestasikan (earned capital-EC) dianggap sangat bermanfaat bagi akuntan. Rasionalisasi dari pemisahan tersebut adalah CC terkait transaksi pembiayaan, sedangkan EC berasal dari akifitas profit. Laba ditahan (retained earnings/unappropriated profits) menjadi bagian dari EC. Retained earnings mungkin tidak dibatasi/dicadangkan untuk tujuan khusus (karena retained earnings bukanlah aset dan bukan ditujukan untuk aset tertentu). Namun, pada tahun 1950, Komite AAA (American Accounting Association) menjelaskan tiga tujuan dari pembatasan retained earnings sebagai berikut: 1. Didesain untuk menjelaskan kebijakan manajerial terkait re-investasi laba; 2. Dimaksudkan untuk membatasi dividen yang diwajibkan oleh hukum/kontrak; dan 3. Menyediakan cadangan untuk mengantisipasi kerugian. Komite AAA menambahkan bahwa tujuan pencadangan harus tidak mempengaruhi penentuan profit. Beberapa perusahaan yang tertuduh menggunakan pencadangan sebagai cara untuk mengurangi nilai yang tersedia untuk dividen, dengan harapan hanya sedikit komplen dari pemegang saham mengenai tingkat pembayaran dividen. Pembatasan antara CC dan EC tidak dapat dipertahankan karena transaksi tidak hanya terbagi kepada dua kategori tersebut. Contohnya, dividen saham yang menggambarkan perubahan dari EC ke CC. LO 4 TANTANGAN BAGI PEMBUAT STANDAR
13
Proyek yang sedang ditangani IASB saat ini akan berpengaruh pada definisi, pengakuan, dan pengukuran dari liabilities, termasuk yang berhubungan dengan kerangka konseptual, instrumen keuangan, provisi, dan jatah pegawai. Tujuan dari proyek ini adalah untuk melakukan konvergensi standar IASB dengan US GAAP dan memperbaiki standar yang berlaku terkait identifikasi dan pengakuan liabilities. Tantangan yang dihadapi oleh penyusun standar dapat dijelaskan dalam tiga topik utama, yaitu: 1. Perbedaan antar klasifikasi item-item laibilitas dengan ekuitas; 2. Penghilangan laibilitas; dan 3. Menguji pembayaran share-based dan mempertimbangkan efeknya terhadap laibilitas dan ekuitas. Perbedaan Utang Vs Modal Saham yang diterbitkan untuk investor merupakan bagian dari ekuitas, sedangkan pinjaman dari kreditor adalah laibilitas. Pertanyaan muncul dari instrumen campuran (hibrid) yang memiliki karakteristik keduanya (ekuitas dan laibilitas). Misalnya, saham preferen yang dicatat sebagai modal (menjadi bagian dari owner’ equity) namun juga memiliki karakteristik seperti laibilitas, yaitu:
Fixed claim; Tidak berpartisipasi dalam dividen kecuali telah ditentukan sebelumnya (pre-specified rate) mirip dengan bunga; Memiliki prioritas melebihi saham biasa dalam pengembalian modal (setelah laibilitas); dan Secara umum tidak memiliki hak suara.
IAS 32 menyatakan bahwa substansi dari instrumen keuangan, lebih diakui daripada bentuk legalnya. Beberapa instrumen keuangan memiliki bentuk legal suatu ekuitas, namun memiliki substansi laibilitas. Saham preferen yang memberikan mandat penebusan pada nilai dan waktu yang telah ditentukan, adalah laibilitas keuangan. Begitupula instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk mengembalikan instrumen tersebut kepada penerbitnya sejumlah uang atau aset keuangan, maka disebut juga laibilitas keuangan. Klasifikasi instrumen keuangan berupa liabilitas atau ekuitas berdampak pada neraca yang akan mempengaruhi bunga, dividen, keuntungan, dan kerugian tergantung pada sudut pandang instrumen tersebut terhadap laba bersih. Komponen instrumen keuangan yang melibatkan laibilitas merupakan bagian dari pendapatan dan beban. Adapun komponen instrumen keuangan yang melibatkan ekuitas diperlakukan sebagai distribusi keuntungan setelah laba bersih dihitung. Konsisten dengan teori dan definisi, IAS 32 membutuhkan klasifikasi dari instrumen keuangan yang berbasis substansi ekonomi, bukan bentuk legal. Konsekuensinya, saham preferen yang dapat ditebus diklasifikasikan sebagai laibilitas. Begitupula dengan convertible notes, yang menyediakan hak bagi pemegangnya untuk mengkonversi hutang menjadi saham, masing-masing memiliki komponen laibilitas dan ekuitas di dalamnya. Oleh karena itu, pengembalian kepada pemegangnya diklasifikasikan sebagai bunga atau dividen dengan basis pro rata tergantung proporsi surat berharga yang didefinisikan sebagai hutang maupun saham. Penyelesaian utang Utang dapat diselesaikan dengan cara selain dengan melakukan pembayaran langsung atau pemberian jasa kepada kreditur. Contohnya adalah penghapusan obligasi oleh kreditor yang membebaskan debitur dari utangnya. Situasi tersebut berhubungan dengan 'set-off and extinguishment of debt’ atau 'in-substance defeasance' yang memungkinkan debitur untuk menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset finansial atau kewajiban finansial bersih hanya jika entitas memiliki hak 14
yang didukung dengan kekuatan hukum yang berlaku untuk melakukan set-off dari nilai yang diakui di neraca, dan bermaksud untuk (a) menyelesaikan dengan net basis atau (b) merealisasikan aset finansial dan menyelesaikan kewajiban finansial secara simultan. Substansi ekonomi dari transaksi yang melibatkan penempatan aset bebas risiko (seperti sekuritas pemerintah) atau kas pada irrevocable trust (misalnya wali amanat) untuk tujuan pembayaran utang di kemudian waktu dapat disetarakan dengan penyelesaian utang. Walau begitu, perusahaan (debitur) secara hukum masih memiliki kewajiban sehingga menghapus kewajiban dari neraca dengan mengoffset-kan aset atau kas pada irrevocable trust berpotensi membuat pengguna laporan keuangan mengalami bias. Misalnya Perusahaan A memiliki hutang obligasi dari $ 10.000.000 dijual awalnya pada nilai par dengan tingkat bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan umur 10 tahun. Saat ini, karena suku bunga yang lebih tinggi, nilai pasar obligasi lebih rendah dari nilai jatuh tempo mereka. Perusahaan A akan membeli obligasi pemerintah dengan nilai nominal sebesar $ 10.000.000 dengan suku bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan 10 tahun sisa hidup seharga $7.500.000. Obligasi pemerintah yang dibeli tersebut akan ditempatkan pada irrevocable trust untuk tujuan melunasi obligasi perusahaan.
Investasi dalam Obligasi Pemerintah
$ 7.500.000
Kas
Hutang Obligasi
$ 7.500.000
$ 10.000.000
Investasi dalam Surat Utang
$ 7.500.000
Keuntungan Hutang Obligasi
$ 2.500.000
Keuntungan bagi perusahaan adalah :
Hutang dihapus dan, oleh karena itu, utang perusahaan terhadap ekuitas meningkatkan Laba tahun berjalan meningkat dengan jumlah keuntungan yang Untuk keperluan pajak, keuntungan tersebut tidak diakui karena perusahaan masih secara hukum diwajibkan untuk membayar obligasi. Untuk tujuan pajak, bunga dari obligasi pemerintah akan diperhitungkan dengan beban bunga obligasi perusahaan Pencabutan izin perusahaan untuk mengelola sisi kewajiban dalam neraca karena akan surat berharga pada sisi aktiva Definisi kerangka kewajiban menyiratkan bahwa itu diselesaikan pada saat aktiva atau jasa telah dialihkan ke entitas lain
Saham Karyawan (pembayaran berbasis saham) IASB telah memutuskan untuk memperlakukan saham berdasarkan renumerasi sebagai beban. IFRS 2/AASB 2 Share-based payment membedakan antara pembayaran berbasis saham yang cashsettled dan mereka yang equity-settled. Ketika barang dan jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham, entitas mencatat kejadian ketika kejadian tersebut equity-settled 15
pembayaran berbasis saham. Jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi pembayaran diselesaikan saham-saham berbasis, sisi kredit entry/jurnal adalah ekuitas pemilik. Sebaliknya, jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi yang akan diselesaikan secara tunai cash-settled, kredit entri yang sesuai adalah kewajiban.
16