Pengertian Sejarah 1. Menurut Istilah a. Dalam bahasa Inggris, kata Sejarah berasal dari kata Historia yang berarti masa lampau; masa lampau umat Manusia. b. Dalam bahasa Arab sejarah disebut dengan sajaratun (syajaroh) yang berarti pohon dan keturunan, maksudnya disaat kita membaca silsilah raja-raja akan tampak pohon dari yang terkecil sampai berkembang menjadi besar, maka hal tersebut sejarah diartikan sebagai silsilah keturunan raja-raja yang berarti peristiwa pemerintahan keluarga raja di masa lampau. c. Dalam bahasa Yunani, kata sejarah disebut dengan istoria yang berarti belajar. Sehingga arti sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa, kejadian yang terjadi di masa lampau dalam kehidupan umat manusia. d. Dalam bahasa Jerman, kata sejarha disebut dengan geschichte yang berarti sesuatu yang telah terjadi, sesuatu yang telah terjadi di masa lampau kehidupan umat Manusia. 2. Pengertian Sejarah Menurut Bahasa Pengertian sejarah menurut bahasa terbagi dua yaitu pengertian sejarah dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pengertian sejarah adalah kejadian atau peristiwa. Sedangkan pengertian sejarah dalam arti luas adalah suatu peristiwa manusia yang memiliki akar dalam realisasi diri dengan kebebasan dan keputusan daya rohani. Dalam bahasa Indonesia, sejarah memiliki 3 arti yaitu sejarah adalah silsilah atau asal usul, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau dan sejarah adalah ilmu pengetahuan dan cerita. 3. Pengertian Sejarah Menurut Para ahli a. R.Mohammad Ali: Pengertian sejarah menurut R.Mohammad Ali adalah keseluruhan perubahan dan kejadian-kejadian yang benarbenar telah terjadia atau ilmu yang menyelidiki perubahan-perubahan yang benar-benar terjadi di masa lampau. b. Ibnu Khaldun: Menurut Ibnu Khaldun yang mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu.
c. Moh. Yamin, SH: Sejarah menurut Moh. Yamin, SH adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan d. Roeslan Abdulgani: Pengertian sejarah menurut Roeslan Abdulgani adalah ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan masuks untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres di masa depan. e. W.H.Walsh: Pengertian sejarah menurut W.H.Walsh adalah pencatatan yang berarti dan penting bagi manusia. Catatan tersebut meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti. f.
Patrick Gardiner: Pengertian sejarah menurut Patrick Gardiner adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
g. J.V.Bryce: Menurut J.V. Bryce bahwa pengertian sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia. h. Thomas Carlyle: Pengertian sejarah menurut Thomas Carlyle adalah peristia masa lampau yang mempelajari biografi orang-orang yang dikenal. Mereka, adalah penyelamat pada zamannya. Mereka merupakan orang-rang besar yang pernah dicatat sebagai peletak dasar sejarah.
Aspek-Aspek Sejarah Ada tiga aspek dalam sejarah yakni masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang antara lain sebagai berikut...
Masa lampau, menjadi awal balik dalam masa yang akan datang sehingga dalam sejarah terdapat pelajaran mengenai nilai dan moral.
Masa kini, adalah sejarah yang menjadi sumber pemahaman bagi generasigenerasi penurus dari masyarakat terdahulu sebagai cermin untuk menuju kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Masa lampau, adalah suatu gambaran tentang kehidupan manusia dan kebudayaannya di masa lampau sehingga dapat merumuskan hubungan sebab akibat mengapa suatu peristiwa dapat terjadi dalam kehidupan
tersebut, walaupun belum tentu setiap peristiwa atau kejadian tercatat dalam sejarah.
Sumber Sejarah Pengertian Sumber Sejarah - Sumber sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarha. Menurut Moh. Ali bahwa yang dikatakan dengan sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah sejak zaman purba sampai dengan sekarang. Sedangkan pendapat Muh. Yamin bahwa sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah. Jenis-Jenis Sumber Sejarah - Sumber sejarah dikelompok menjadi beberapa macam antara lain sebagai berikut... 1, Sumber Lisan, adalah sumber sejarah yang didapatkan langsung dari keterangan para pelaku sejarah atau saksi mata peristiwa di masa lampau. Seperti seorang anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) yang pernah ikut serangna umum menceritakan peristiwa yang dialami kepada orang lain, apa yang sudah dialami dilihat serta yang dilakukannya merupakan penuturan lisan (sumber lisan) yang dipakai untuk bahan penelitisan sejarah. 2. Sumber Tertulis, adalah sumber sejarah yang didapatkan dari peninggalanpeninggalan tertulis, catatan peristiwa terjadi di masa lamapu, seperti naskah, surat kabar, dokumen, tambo (catatan tahunan dari cina), babad, dan rekaman 3. Sumber Benda (Artefak), adalah sumber sejarah yang didapatkan dengan peninggalan-peninggalan yang berupa benda-benda kebudayaan. Seperti kapak, perhiasan, candi, gerabah, manik-manik dan patung. Namun sumber sejarah tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya. Oleh karena itu sumber-sumber sejarah memerlukan penelitian, pengkajian, analisis, da penafsiran yang cermat oleh para ahli. Berdasarkan dari urutannya yang menyampaikan sumber sejarah antara lain sebagai berikut...
Sumber Primer, adalah peninggalan asli sejarah. Misalnya piagam, prasasti, candi, kronik, yang berasal di zamannya.
Sumber Sekunder adalah benda-benda tiruan dari benda aslinya atau sumber pustaka hasil para para ahli sejarah, laporan penelitian, dan terjemahan kitab-kitab kuno
Sumber Tersier, adalah buku-buku sejarah yang disusun atas laporan-laporan penelitian ahli tanpa dengan melakukan penelitian langsung
Ruang Lingkup Sejarah Ruang lingkup sejarah merupakan pemahaman yang menjadi sejarah sebagai ilmu pengetahuan. Ruang lingkup sejarah meliputi konsep sejarah, unsur sejarah, dan hubungan sejarah dengan ilmu. Berikut penjelasan ruang
lingkup sejarah a. Konsep Sejarah - Konsep adalah suatu wujud kemampuan akal dalam membentuk gambaran baru yang sifatnya abstrak (tidak nyata) menurut data atau suatu kajian.
Sejarah sebagai peristiwa, adalah kejadian, kenyataan (realita), aktualitas sejarah yang telah terjadi atau berlangsung di masa lalu. Sejarah mengandung kejadian yang terladi atau berlangsung di masa lalu.
Sejarah sebagai kisah, adalah suatu rangkaian cerita yang berupa narasi yang disusun menurut ingatan, tafsiran, manusia atau kesan.
Sejarah sebagai ilmu, mempelajari kenyataan dengan mengadakan penelitian dan pengkajian mengenai peristiwa cerita sejarah. Sejarah sebagai ilmu pengetahuan terdapat beberapa syarat ilmiah misalnya empiris, objektif, teori, dan kesimpulan umum (menggeneralisasikan).
Sejarah sebagai seni, dikatakan sebagai seni karena sejarah memerlukan inutisi, imajinasi, emosi dan gaya bahasa dalam penulisan sejarah.
b. Unsur Sejarah - Sejarah terdiri dari 3 unsur antara lain sebagai berikut.
Ruang, adalah tempat terjadinya suatu peristiwa yang menjadi bukti peristiwa sejarah menjadi real.
Waktu, adalah unsur sejarah yang memegang peranan penting sebagai sifat krologis dalam kajiansejarah sehingga dikenal dengan konsep periodisasi.
Manusia, adalah unsur sejarah yang menjadi sentral atau pemegang peran karena peristiwa sejarha dapat berlansung secara kompleks tergantung dari akal manusia dengan lingkungan yang ada.
c. Hubungan Sejarah dengan Ilmu 1). Persamaan Sejarah dengan Ilmu - Persamaan sejarah sebagai ilmu pengetahuan adalah berdasarkan dari pengalaman, pengamatan dan penyerapan. Sama-sama memiliki dasar teori dan metode. 2). Perbedaan sejarah dengan ilmu - Perbedaan sejarah sebagai ilmu pengetahuan adalah dapat dipahami jika sejarah terikat oleh...
Sejarah terikat oleh waktu, karena waktu memegang peranan penting yang harus terdapat dalam sejarah. tetapi ilmu pengetahuan tidak terikat oleh waktu karena bukan hal yang penting dari ilmu pengetahuan
Sejarah terikat oleh tempat, karena memiliki sifat yang unik dan einmalig atau terjadi hanya sekali. Sifat unik terikat oleh tempat atau spasial.
Sejarah terikat oleh kekhususan, karena tempat dan waktu mmbuat sejarah menjadi uni dan khusus.
Ciri Manusia Pra Aksara Dapat kita ketahui bahwa tradisi masyarakat Indonesia sebelum mengenal tulisan adalah sebagai berikut: a. Organisasi kemasyarakatannya sudah ada,Nenek moyang kita hidup berkelompok. Mereka bersepakat untuk hidup secara bersama, hidup gotong royong, dan demokratis. Mereka memilih seorang pemimpin yang dianggap dapat melindungi masyarakat dari berbagai gangguan termasuk gangguan roh sehingga seorang pemimpin dianggap memiliki kesaktian lebih. Cara pemilihan pemimpin yang demikian disebut primus inter pares, yaitu yang terutama di antara yang banyak.Jadi, seorang pemimpin adalah yang terbaik bagi mereka bersama. b. Kemasyarakatan atau pranata sosialnya adalah masyarakat yang hidup berkelompok sebagai makhluk sosial, dan bergotong royong. c. Memiliki pengetahuan alam, yakni memanfaatkan alam di sekitarnya sebagai wujud peduli dan memelihara alam lingkungannya dan memiliki pengetahuan tentang perbintangan (astronomi), Selain digunakan untuk mengenali musim, ilmu astronomi juga sudah dimanfaatkan sebagai petunjuk arah dalam pelayaran, yaitu Bintang Biduk Selatan dan Bintang Pari (orang Jawa menyebut Lintang Gubug Penceng) untuk menunjuk arah selatan serta Bintang Biduk Utara untuk menunjukkan arah utara. Kemampuan astronomi dan angin musim ini telah mengantarkan mereka berlayar ke barat sampai di Pulau Madagaskar, ke timur sampai di Pulau Paskah, dan ke selatan sampai di Selandia Baru serta ke arah utara sampai di Kepulauan Jepang. Pengetahuan astronomi juga digunakan dalam pertanian dengan memanfaatkan Bintang Waluku sebagai pertanda awal musim hujan. d. Sudah mengenal sistem persawahan. Sistem persawahan mulai dikenal bangsa Indonesia sejak zaman Neolitikum, yaitu manusia hidup menetap. Mereka terdorong untuk mengusahakan sesuatu yang menghasilkan (food producing). Sistem persawahan diawali dari sistem ladang sederhana yang belum banyak menggunakan teknologi, kemudian meningkat dengan adanya teknologi pengairan hingga lahirlah sistem persawahan. Sistem irigasi dalam bercocok tanam digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dengan cara membuat pematang dan saluran air. Cara ini kemudian meningkat menjadi pembuatan terasering di lereng pegunungan, serta pembuatan bendungan atau dam air yang sederhana. Sementara itu, untuk mengerjakan sawah dibuatlah alat-alat dari logam dan mengembangkan tanaman biji-bijian, padi, juwawut, serta tanaman kering lainnya. e. Kemampuan berlayar dan berdagang dengan memanfaatkan angin musim, bahkan mereka sudah berani mengarungi laut luas,mengingat kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau,mengharuskan untuk menggunakan
perahu untuk mencapai pulau lainya.Kemampuan berlayar bagi masyarakat ini digunakan sebagai dasar kemampuan berdagang.Oleh karena itu, pada awal Masehi, Bangsa Indonesia sudah berlayar sampai Pulau madagaskar, Pulau Paskah,dll. f. Sudah memiliki teknologi perundagian, yakni pengecoran logam dengan sistem bivalve dan a cire perdue. g. .Sistem kepercayaan pada mulanya menyembah roh nenek moyang kemudian menyembah dewa. h. Sudah memiliki sistem ekonomi barter.
Teori Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia 1. Teori Nusantara Dalam teori Nusantara dinyatakan bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal dari luar, melainkan dari wilayah Nusantara itu sendiri, teori nusantara menyatakan bahwa manusia purba menjadi nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri.Berikut adalah argumen yang melandasi teori Nusantara.
Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban tidak mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun persamaan tersebut hanyalah suatu kebetulan saja.
Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homo soloensis dan Homo Wajakensis.
Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia Tengah.
2. Teori Yunan Dalam teori yunan disebutkan bahwa manusia-manusia purba di Indonesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina bagian selatan. Menurut pendukung teori Yunan, pendapat mereka didasari oleh dua hal berikut:
Ditemukan kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan kapak tua yang ada di kawasan Asia Tengah.
Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan bahasa Champa yang ada di Kamboja. Hal tersebut membuka kemungkinan bahwa penduduk di Kamboja berasal dari daratan Yunan dengan menyusuri Sungai Mekong. Arus perpindahan tersebut selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka melanjutkan perpindahan dan sampai ke Nusantara.
3. Teori Out of Taiwan
Menurut teori Out of Taiwan, bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan bukan dari daratan Cina. Pendukung teori Out of Taiwan adalah Harry Truman Simanjuntak. Menurut pendekatan linguistik, bahwa dari keseluruhan bahasa yang digunakan suku-suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama yaitu rumpun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa yang digunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan, selain hal tersebut menurut riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah Cina. 4. Teori Out of Afrika Menurut teori Out of Afrika, manusia modern yang hidup sekarang ini berasal dari Afrika. Dasar teori ini adalah dukungan ilmu genetik melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan dengan gen laki-laki. Menurut Max Ingman (ahli genetika dari Amerika Serikat), manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu tahun lalu.Diperkirakan manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuan migrasi tersebut menuju Asia Barat. Jalur yang ditempuh ada dua yaitu mengarah ke lembah Sungai Nil, melintas Semenanjung Sinai lalu ke utara melewati Arab Levant dan jalur kedua melewati Laut Merah.
Ciri Kehidupan Masyarakat Zaman Pra Aksara 1. Palaeolithikum Palaeolithikum atau jaman batu tua berlangsung kurang lebih 600.000 tahun yang lalu atau selama masa Pleistosen. Jaman batu tua ditandai dengan ciri : peralatan hidup dibuat dari batu yang dikerjakan secara kasar dan tidak diasah, manusia hidup dengan berpindah tempat (nomaden) serta berlangsung pada jaman dilluvium atau jaman pleistosen. Dari jaman paleolithikum yang berlangsung selama kala pleistosen ditandai dengan adanya bukti fosil manusia di dunia. Oleh karena itu perkembangan budaya memiliki ciri sebagai berikut: 1) manusia masih hidup mengembara (nomaden) 2) masyarakat belum mengenal bercocok tanam 3) makanan diperoleh dari alam (food gathering) 4) alat yang dibuat masih sangat kasar. Manusia pada jaman ini dimungkinkan telah mengenal api. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arkeologis di gua Choukoutien (Cina) berupa fosil kayu bekas terbakar. Gua tersebut didiami Sinanthropus Pekinensis yang dianggap sejaman dengan Pithecanthropus Erectus. Pada masa peralihan pleistosen ke holosen, kebudayaan paleolithikum masih berlangsung. Dalam masa peralihan ini, kebudayaan batu tua mendapat pengaruh dengan masuknya arus kebudayaan baru dari daratan Asia. Kebudayaan yang membawa corak baru tersebut dinamakan kebudayaan mesolithikum atau jaman batu tengah. 2. Mesolithikum Mesolithikum atau jaman batu tengah diperkirakan berlangsung selama
20.000 tahun yang lalu atau selama kala Holosen. Jaman batu tengah di Indonesia ditandai dengan masuknya migrasi manusia dari daratan Asia. Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya mulai berkembang. Adapun ciri perkembangan budayanya meliputi : 1) kehidupan manusia mulai menetap (seminomaden) 2) mulai mengenal bercocok tanam secara sederhana 3) mulai mengolah bahan makanan sendiri 4) alat yang dibuat masih mirip dengan jaman batu tua, tetapi sudah lebih halus 5) manusia pendukung kebudayaannya sudah mencapai tingkat Homo sapiens. Kehidupan yang mulai menetap agak lama yang dilakukan manusia merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Pemilihan tempat tinggal mereka, akan mempengaruhi corak kebudayaan yang dihasilkan manusia. Manusia ada yang tinggal di gua di tepi sungai, tepi pantai dan ada yang masih berpindah tempat. Jenis manusia yang hidup adalah Papua Melanesoid, misal Papua (Indonesia), Semang (Malaysia), Aeta (Philipina), Sakai (Siak) dan Aborigin (Australia). 3. Neolithikum Neolithikum atau jaman batu baru diperkirakan berlangsung tahun 2000 SM. Kebudayaan batu baru merupakan bentuk budaya yang tersebar luas di kepulauan Indonesia.. Adapun ciri perkembangan budayanya adalah : 1) kehidupan manusia sudah menetap secara mantap 2) sudah mengenal bercocok tanam dengan baik 3) sudah mampu mengolah bahan makanan sendiri 4) alat yang dibuat dari batu sudah halus dan kompleks 5) peradaban lebih maju dan dapat membuat alat rumah tangga yang lebih baik, misal kemampuan menenun dan membuat pakaian. Kehidupan mengembara sudah ditinggalkan, manusia mulai bercocok tanam dan beternak. Hidup menetap didukung dengan kemampuan membuat rumah secara sederhana. Hal ini mendorong pembentukan masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerjasama. Pembentukan pemukiman melahirkan perkampungan atau desa yang ditopang pula dengan pembagian kerja. Kerajinan tangan berkembang pesat. Perkembangan demikian menjadi dasar-dasar pertama kehidupan manusia dalam konteks masyarakat seperti sekarang ini. 4. Megalithikum Kebudayaan megalithikum berlangsung pada jaman neolithikum dan jaman logam. Kebudayaan yang dihasilkan berupa bangunan batu besar. Batu besar yang dibuat tidak dikerjakan secara halus, melainkan diratakan secara kasar untuk mendapatkan bentuk yang dibutuhkan. Kebudayaan megalithikum didasarkan pada kepercayaan bahwa yang mati tetap ada hubungan dengan yang ditinggalkan. Masyarakat percaya bahwa yang mati akan memberikan
kesejahteraan dan kesuburan tanaman. Bangunan batu besar sebagai sarana untuk menghormati mereka yang telah mati. Daerah penemuannya meliputi Nias, Sumatra, Jawa, Sumbawa, Flores, dan Toraja. Kebudayaan megalithikum berawal dari masa neolithikum, yaitu sejalan dengan telah berkembangnya budaya menetap dan kehidupan masyarakat bercocok tanam. Namun demikian megalithikum mengalami perkembangan pesat justru pada jaman logam. Jenis manusia yang hidup sama dengan masa neolithikum yaitu bangsa Proto Melayu yang hidup menetap.
Teori Masuknya Agama Hindu Budha di Indonesia a. Teori Brahmana Van Leur merupakan tokoh utama yang melontarkan teori brahmana. Inti dari teori ini yaitu penyebaran agama dan kebudayaan India ke Indonesia dilakukan oleh golongan brahmana (pandita atau rohaniawan). Para brahmana ini datang ke Indonesia atas undangan para penguasa di Indonesia..Van Leur melandasi pendapatnya dengan keyakinan bahwa antara India dan Indonesia terjadi hubungan perdagangan. Dalam hubungan tersebut dimungkinkan bukan hanya orang-orang India yang datang ke Indonesia, melainkan juga sebaliknya banyak juga orang Indonesia yang datang ke India. b. Teori Ksatria Menurut R.C. Majundar, munculnya kerajaan atau pengaruh Hindu di kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum Ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara. Teori ksatria juga didukung oleh F.D.K. Bosch.Menurut F.D.K. Bosch, pada masa lampau di India sering terjadi perang antargolongan. Para prajurit yang kalah kemudian meninggalkan India. Rupanya para prajurit tersebut ada yang sampai ke wilayah Indonesia. Para prajurit itulah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. c. Teori Waisya Teori waisya dikemukakan oleh N.J. Krom. Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India selain berdagang juga membawa adat dan kebiasaan atau budaya negaranya.N.J Krom mengungkap adanya pernikahan antara para pedagang tersebut dan wanita Indonesia. Pernikahan tersebut dianggap sebagai saluran penyebaran pengaruh yang sangat penting dalam teori ini.G. Coedes berpendapat bahwa yang memotivasi para pedagang India untuk datang ke Asia Tenggara adalah keinginan untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan. d. Teori Sudra Di duga peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Tori sudra menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak.Oleh karena itu mereka pergi dari India di antaranya
datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya. Hipotesis sudra didukung oleh Von van Faber. e. Teori Arus Balik F.D.K. Boasch yang sebelumnya mengemukakan teori ksatria, kemudian berubah pikiran. Hal itu dapat terjadi karena dia menemuka fakta-fakta baru. Bosch berpendapat bahwa golongan cendekiawanlah yang membawa agama Hindu-Budha ke Indonesia. Golongan Cendekiawan yang dimaksud adalah para pendeta atau biksu.Teori ini didukung oleh sejarawan Van Leur. Menurut pendapat Van Leur, orang Indonesia juga berperan dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha (India). Para pedagan yang berasal dari Indonesia datang sendiri ke India karena penasaran dengan kebudayaan India.
Teori Masuknya Agama Islam di Indonesia
Teori Gujarat Teori ini dikemukakan oleh seorang professor Snouck Hurgronje, dia berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada awal abad ke 13 M, yang dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, India. Para pedagang dari Gujarat masuk untuk berdagang ke Indonesia sembari mengenalkan paham Islam di tengah kehidupan bermasyarakat.Namun, teori ini dibantah oleh beberapa ahli sejarah. Mereka berpendapat, jika Islam datang dari Gujarat, maka otomatis Islam yang berkembang di Indonesia merupakan Islam dengan paham Syiah. Hal ini karena, di Gujarat pada waktu itu, Islam yang berkembang disana adalah Islam dengan paham Syiah. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku di Indonesia, yang mayoritas penduduknya menganut Islam dengan mazhab Syafi`i. Teori Mekkah Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia melalui peran langsung dari para pedagang muslim asal Timur Tengah yang sembari berdagang, menyebarkan agama Islam din Indonesia. Teori ini berpendapat bahwa, agama Islam masuk ke Indonesia berawal dari abad ke 7 M.Teori ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah naskah berita asal China, yang mengemukakan bahwa pada tahun 625 M, sudah mulai terdapat perkampungan bangsa Arab di Sumatera tepatnya di daerah Barus. Teori Persia Seorang sejarawan yang bernama P.A. Husein Hidayat mengatakan bahwa Islam masuk ke Indoenesia berawal dari masuknya para pedagang yang berasal dari Persia pada tahun ke-7 M. Mereka singgah ke Gujarat sebelum melanjutkan perjalanan ke nusantara. Hal ini juga diperkuat dengan terdapatnya kesamaan budaya Islam antara Indonesia dengan Persia (Iran).
Kehidupan Sosial, Ekonomi, Budaya Masa Hindu-Budha Islam di Indonesia
Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru yang berasal dari luar. Berikut beberapa pengaruh di berbagai bidang terhadap kehidupan masyarakat Indonesia : BIDANG MASA KEHIDUPA PRAAKSARA N
MASA HINDU-BUDHA
MASA ISLAM
Keagama Kepercayaan an masyarakat saat itu adalah animisme dan dinamisme
Masyarakat Indonesia secara berangsur-Angsur memeluk Agama Hindu dan Buddha
Masyarakat Indonesia secara berangsur-Angsur memeluk Agama Islam
Politik
Dalam kehidupan berkelompok biasanya ada seorang pemimpin didalamnya
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan Oleh orang-orang India. Dalam sistem ini, kelompokkelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas Tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan Peraturan hukum kasta
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam.
Sosial
Hidup berkelompok – kelompok dimana proses sosialisasi hanya terjadi intern dalam kelompok masing – masing
masyarakat Indonesia Aturan kasta mulai pudar di mengenal aturan kasta, masyarakat yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit). Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua
lapisan Masyarakat Pendidika n
Lembaga-lembaga pendidikan semacam Belum mengenal asrama merupakan salah sistim satu bukti pengaruh dari pendidikan dan kebudayaan Hindusegala Buddha di Indonesia. pengetahuan Lembaga pendidikan yang diperoleh tersebut mempelajari satu masih berasal bidang saja, yaitu dari pengalaman keagamaan. hidup di alam bebas
Pendidikan Islam berkembang di pesantrenpesanten Islam. sebenarnya, pesantren telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam.
Sastra dan Bahasa
Belum ada karya Pengaruh Hindu-Buddha sastra yang pada bahasa adalah dihasilkan dikenal dan digunakannya bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Hasil sastra berupa kitab – kitab yang ditulis oleh Mpu Tantular, Mpu prapanca dan lainnya.
Kosakata bahasa Arab baik lisan maupn tulisan mulai banyak digunakan. Hasil karya sastra berupa hikayat, babad, suluk dan syair.
Arsitektur Masyarakat dan praaksara telah Kesenian mendirikan bangunan – bangunan yang terbuat dari batu, diantaranya : Menhir, dolmen, sarkofagus, punden berundak dan waruga
Punden berundak merupakan salah satu arsitektur Zaman Megalitikum. Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi yang disertai patung induk berupa arca.
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana. Juga diperkenalkan dengan seni kaligrafi.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu Budha Islam di Indonesia
1. Agama Hindu Budha Agama Hindu dan Budha berasal dari Jazirah India yang sekarang meliputi wilayah negara India, Pakistan, dan Bangladesh. Kedua agama ini muncul pada dua waktu yang berbeda (Hindu: ±1500 SM, Budha: ±500 SM), namun berkembang di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan. Munculnya agama Hindu dan Budha di Indonesia berawal dari hubungan dagang antara pusat Hindu Budha di Asia seperti China dan India dengan Nusantara. Hubungan dagang antara masyarakat Nusantara dengan para pedagang dari wilayah Hindu Budha inilah yang menyebabkan adanya asimilasi budaya, sehingga agama Hindu dan Budha lambat laun mulai berkembang di Nusantara. Kepulauan Nusantara yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia) serta oleh dua samudra (Hindia dan Pasifik), mempunyai letak yang sangat strategis dalam jalur perdagangan dunia kala itu. Hal ini membuat para pedagang asing dari negeri-negeri lain seperti Cina, India, Persia, dan Arab sering singgah di kepulauan Nusantara. Para pedagang asing ini tidak hanya berkepentingan untuk berdagang di Nusantara. Mereka juga menjalin interaksi secara sosial budaya dengan masyarakat lokal, sehingga masuklah pengaruh-pengaruh kebudayaan mereka ke Nusantara, termasuk pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha. 2. Agama Islam Proses masuknya islam ke Indonesia dilakukan secara damai dengan cara menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama kedudukannya dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk agama Islam. Proses masuknya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai dan dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut. 1.
Melalui Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan
mubaligh yang datang atas undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia. 2.
Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim dengan penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara. 3.
Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan dilakukan di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama, ataupun kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing. 4.
Melalui Kesenian
Wayang adalah salah satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.
KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA A. Latar belakang kedatangan bangsa Barat ke Indonesia Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia dilatar belakangi peristiwa jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani (1453), penemuan teknologi, dorongan untuk melanjutkan perang Salib. Portugis dan Spanyol merupakan pelopor penjelajahan samudera untuk menemukan dunia baru di timur. Dan portugis juga merupakan pembuka jalan menemukan Kepulauan Nusantara sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Kemudian disusul Belanda dan Inggris. Tujuan mereka datang ke timur tidak semata-mata untuk mencari keuntungan melalui perdagangan rempah-rempah, tetapi juga mempunyai tujuan yang lain, yaitu : a. Gold : Mencari kekayaan dan keuntungan b. Glory : Memburu kejayaan, mencari kekuasaan c. Gospel : Menjalankan tugas suci unyuk menyebarkan agama nasrani B. Jalur pelayaran dan kedatangan bangsa Barat ke Indonesia Jalur yang dilalui oleh bangsa Barat untuk menemukan rempah-rempah adalah dengan menggunakan jalur laut. Adapun proses kedatangan bangsa Barat ke Indonesia adalah sebagai berikut : a. Spanyol
Keberhasilan Columbus menemukan benua Amerika pada pelayaran pertamanya pada tahun 1492, mendorong para pelaut lain untuk melanjutkan penjelajahan ke samudra timur dan menemukan daerah penghasil rempahrempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin oleh Magelhan disertai seorang kapten kapal yang bernama Sebastian del Cano. Magelhan mengambil jalur yang telah dilalui oleh Columbus. Setelah terus berlayar Magelhan dan rombongan mendarat di ujung selatan benua Amerika yang kemudian tempat tersebut dinamakan Selat Magelhan. Magelhan dan rombongan mendarat di Pulau Guam pada tahun 1521. Kemudian melanjutkan penjelajahannya dan menemukan Kepulauan Massava ( Filipina ) yang kemudian menyatakan bahwa daerah tersebut merupakan daerah koloni Spanyol. Karena tindakannya itulah Magelhan dan rombongan mendapatkan perlawanan dari rakyat Mactan dan akhirnya Magellhan terbunuh dalam peperangan . Rombongan yang selamat dalam pertempuran tersebut melarikan diri dan kemudian oleh del Cano dipimpin bergerak ke arah selatan dan menemukan Kepulauan Maluku. Kedatangan bangsa Spanyol ini diterima baik oleh Sultan Tidore yang saat itu sedang bermusuhan dengan Portugis. Sebaliknya, kedatangan Spanyol di Maluku bagi Portugis merupakan pelanggaran atas “hak monopoli”. Oleh karena itu, timbullah persaingan antara Portugis dan Spanyol. Persaingan tersebut sejalan dengan pertentangan antara sultan Ternate dan Sultan tidore. Sultan ternate bersekutu dengan portugis, sedangkan sultan tidore bersekutu dengan Spanyol. Puncaknya Portugis dan Spanyol menempuh jalan perundingan yang di laksanakan di Saragosa (Spanyol) tahun 1529. Perundigan itu menghasilkan kesepakatan yang disebut dengan Pejanjian Saragosa yang berisi : 1. Spanyol harus meninggalkan maluku dan melakukan perdagangan di Filipina 2. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kep Maluku. b. Portugis Berita Columbus berhasil menemukan daerah baru membuat Raja Portugis penasaran dan mengutus Vasco da Gama untuk melakukan ekspedisi meenjelajahi samudra mencari Tanah Hindia. Vasco da Gama mencari jalan lain agar lebih cepat menuju Tanah Hindia. Sebelum Vasco da Gama diperintahkan oleh Raja Portugis, sudah ada pelaut lain yang melakukan pelayaran yaitu Bartholomeus Diaz. Ia melakukan pelayaran mencari daerah timur dengan menelusuri pantai barat Afrika, hingga pada tahun 1488 karena serangan ombak yang besar terpaksa Bartholomeus Diaz dan rombongan mendarat di ujung Selatan Benua Afrika, yang kemudian tempat tersebut diberi nama Tanjung Harapan. Bartholomeus Diaz tidak melanjutkan pelayaran melainkan bertolak kembali ke negaranya. Pada tahun 1497 Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon dan memulai penjelajahan mengikuti rute yang telah dilalui oleh Bartholomeus Diaz. Atas petunjuk dari pelaut bangsa Moor yang telah ia sewa, setelah singgah di Tanjung Harapan ia dan rombongan melanjutkan perjalanan dengan melalui pantai timur Afrika kemudian berbelok ke kanan untuk mengarungi Samudra Hindia. Pada tahun 1498 rombongan Vasco da Gama berhasil mendarat di Kalikut di pantai barat India. Setelah beberapa tahun tinggal di India mereka menyadari bahwa Ini bukan daerah penghasil rempah-rempah. Karena hal tersebut, tahun 1512, Alfonso de Albuquerque bersama beberapa buah kapal ke Maluku. Awalnya
masyarakat Maluku menyambut baik .Pada saat itu, kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus. Sultan ternate itu meminta bantuan Portugis untuk mendirikan benteng di Ternate dengan tujuan agar ternate terhindar dari kemungkinan serangan dari daerah lain. Tahun 1522 Portugis mengabulkan pemintaan Sultan Ternate dengan mendirikan benteng Saint jhon. Pendirian benteng tersebut ternyata harus dibayar mahal oleh Ternate karena Portugis menuntut imbalan berupa hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Sultan ternate terpaksa harus menandatangani perjanjian monopoli pendagangan dengan Portugis. c. Belanda Sebelum datang ke Indonesia, para pedagang Belanda membeli rempahrempah di Lisabon (ibu kota Portugis). Pada waktu itu Belanda masih berada di bawah penjajahan Spanyol. Mulai tahun 1585, Belanda tidak lagi mengambil rempah-rempah dari Lisabon karena Portugis dikuasai oleh Spanyol. Dengan putusnya hubungan perdagangan rempah-rempah antara Belanda dan Spanyol mendorong bangsa Belanda untuk mengadakan penjelajahan samudra. Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Dalam pelayarannya menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika – Tanjung Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten.. Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman, pada mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk berdagang di Banten. Namun, karenanya sikap yang kurang baik sehingga orang Belanda kemudian diusir dari Banten. Rombongan kedua dari Negeri Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck dengan delapan buah kapalnya tiba di Banten pada bulan November 1598. Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis sedang memburuk sehingga kedatangan bangsa Belanda diterima dengan baik. Sikap Belanda sendiri juga sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para penguasa Banten. Keberhasilan rombongan Van Neck dalam perdagangan rempah-rempah, mendorong orangorang Belanda yang lain untuk datang ke Indonesia. Akibatnya terjadi persaingan di antara pedagang-pedagang Belanda sendiri. Setiap kongsi bersaing secara ketat. Di samping itu, mereka juga harus menghadapi persaingan dengan Portugis, Spanyol, dan Inggris. Melihat gelagat yang demikian, Olden Barneveld menyarankan untuk membentuk perserikatan dagang yang mengurusi perdagangan di Hindia Timur. Pada tahun 1602 secara resmi terbentuklah Vereenigde Oost Indiesche Compagnie (VOC) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur. VOC membuka kantor dagangnya yang pertama di di Banten (1602) di kepalai oleh Francois Wittert. Tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut. 1. Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama pedagang Belanda. 2. Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan, baik dengan sesama bangsa Eropa, maupun dengan bangsa-bangsa Asia. 3. Untuk mendapatkan monopoli perdagangan, baik impor maupun ekspor. d. Inggris Pada tahun 1586 Inggris mendatangi Indonesia yang dipimpin oleh Thomas Cavendish dengan melewati jalur yang sama. Ratu Elisabeth memberikan sebuah hak istimewa kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus segala hubungan perdagangan dengan Asia. EIC mengirim armada untuk menuju
Indonesia. EIC dapat melewati jalan Portugis tetapi gagal untuk masuk Indonesia. Sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan Makassar. Pada tahun 1811, Inggris kembali melakukan penyerangan Terhadap Belanda untuk dapat menguasai Indonesia. Ketika melakukan penyerangan itu Gubernur Jendral Deandels tengah dipanggil untuk kembali ke Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jendral Jan Jansen. Penyerangan yang dilakukan Ingris dapat melupuhkan kekuasaan Belanda. sehingga belanda menyerahkan kekuasaannya di Indonesia kepada Inggris. Penyerahan kekuasaan ditandai dengan di buatnya sebuah perjanjian, yang disebut dengan "Perjanjian Tuntang" pada tanggal 18 sepember 1811, yang berisikan: a. Seluruh Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris. b. Semua tentara Belanda menjadi tawanan Inggris c. Semua pegawai Belanda yang mau bekerja sama dengan Inggris dapat memegang jabatannya terus d. Semua hutang pemerintah Belanda yang dahulu, bukan menjadi tanggung jawab Inggris. Satu minggu sebelum perjanjian itu dilakukan, Raja Lord Minto yang berkedudukan di India, mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Wakil Gubernur . Sehingga Raffles memiliki kekusaan penuh di Indonesia. Kedatangan Raffles di Indonesia mendapat sebuah penyambutan yang hangat dari pada RajaRaja Melayu saat itu. Raffles datang pertama kali ke Indonesia dengan keadaan dimana rakyat menderita dengan semua perjanjian yang telah dibuat oleh Belanda. sehingga Raffles membuat sebuah kebijakan baru meliputi: 1. Bidang Birokrasi Pemerintahan a. Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan b. Mengubah sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa pribumi menjadi sistem pemerintahan kolonial yang bercorak barat. c. Bupati-bupati atau penguasa-penguasa pribumi dilepaskan kedudukannya sebagai kepala pribumi secara turun-temurun. Mereka dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung di bawah kekuasaan pemerintah pusat. 2. Bidang Perekonomian dan Keuangan a. Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor b. Penghapusan pajak hasil bumi (contingenten) dan sistem penyerahan wajib (Verplichte Leverantie) c. Menetapkan sistem sewa tanah (landrent). d. Pemungutan pajak pada mulanya secara perorangan menjadi dibayarkan kepada kolektor yang dibantu kepala desa tanpa melalui bupati. 3. Bidang Sosial a. Penghapusan kerja rodi (kerja paksa) b. Penghapusan perbudakan 4. Bidang Pendidikan a. Ditulisnya buku berjudul History of Java b. Memberikan bantuan kepada John Crawfurd untuk mengadakan penelitian yang menghasilkan buku berjudul History of the East Indian Archipelago
c. Raffles juga aktif dalam mendukung Bataviaach Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu pengetahuan. d. Ditemukannya bunga bangkai yang akhirnya diberi nama Rafflesia Arnoldi e. Dirintisnya Kebun Raya Bogor Kekuasaan Inggris di Indonesia diakhiri dengan dibuatnya Convention Of London pada tahun 1814 yang berisikan: 1. Indonesia dikembalikan kepada Belanda. 2. Jajahan Belanda seperti Sailan, Kaap Koloni, Guyana, tetap ditangan Inggris. 3. Cochin (di Pantai Malabar) diambil alih oleh Inggris, sedangkan Bangka diserahkan kepada Belanda sebagai gantinya. Kekusaan Inggris di Indonesia hanya berlangsung hanya sebentar, sekitah tahun 1811 -1816. e. Jepang Pada 7 Desember 1941 terjadi pengeboman Jepang ke pangkalan militer Amerika Serikat di Asia Timur Raya, tanggal 11 Januari 1942 Jepang menduduki daerah minyak dengan mendarat di Tarakan Kalimantan Timur,di lanjutkan ke Balikpapan,Pontianak,Samarinda dan Banjarmasin. Pada tanggal 16 Februari 1942 Jepang menduduki Palembang ,setelah daerah-daerah di luar di kuasai ,Jepang memusatkan perhatiannya untuk menguasai tanah jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda dan pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang mendarat di Pulau Jawa (Teluk Banten,Indramayu dan Banjarnegara) di bawah pimpinan Letjen Hitoshi Immamura . Untuk menghadapi tentara Jepang ,Belanda pernah membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang di sebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang . Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa . Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang . Tentara jepang terus bergerak ke Selatan dan menguasai kota Bogor ,dengan mudah kota-kota lain juga jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang di wakili Letjen Hitoshi Immamura. Penandatanganan ini di laksanakan di Kalijati,Subang. Keinginan Jepang menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat di manfaatkan untuk pengembangan industri Jepang,di samping itu ,juga terdorong oleh ajaran yang berkaitan dengan Shintoisme ,khususnya tentang Hakko Ichiu ,yakni ajaran tentang kesatuan kelurga umat manusia. Ajaran tersebut menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun. Kedatangan Jepang di Indonesia di sambut dengan senang hati oleh rakyat Indonesia . Jepang di elu-elukan sebagai “Saudara Tua” yang di pandang dapat membebaskan dari kekuasaan Belanda . Tentara Jepang mempropagandakan bahwa kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkraman penjajahan bangsa barat ,Jepang juga akan membantu memajukan rakyat Indonesia.
Pemerintahan jepang di Indonesia kemudian membentuk pemerintahan Militer di seluruh kepulauan wilayah Indonesia bekas Hindia belanda itu wilayahnya di bagi menjadi 3 wilayah Pemerintahan Militer ; 1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat: Tentara ke 25 (Toni Shudan ) untuk Sumatera ,pusatnya di Bukit Tinggi 2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat: Tentara ke 16 (Asamu Shudan) untuk Jawa dan Madura ,pusatnya di Jakarta di tambah angkatan laut (Dai Ni Nankekantai) 3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut: Armada Selatan kedua untuk daerah Kalimantan,Sulawesi,dan Maluku,pusatnya di Makasar . Pada bidang pembentukan organisasi baru Organisasi militer bentukan Jepang: 1.) Heiho Heiho merupakan organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945. Anggotanya adalah para pemuda yang berusia 18 – 25 tahun. Heiho merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan perang dan dimasukkan sebagai bagian dari ketentaraan Jepang. 2.) PETA PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944. Anggota PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer Jepang. PETA bertugas mempertahankan tanah air Indonesia. Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani Organisasi semimiliter bentukan Jepang 1. Seinendan (Barisan Pemuda), melatih para pemuda (14-22 tahun) agar dapat menjaga tanah airnya sendiri 2. Fujinkai (Himpunan Wanita), memberikan latihan-latihan militer pada wanita yang berusia minimal 15 tahun 3. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), melatih pemuda (25 -35 tahun.)membantu tugas polisi 4. Suishintai (Barisan Pelopor), dipimpin oleh Ir. Soekarno 5. Gakukotai ( Barisan Pelajar), dibentuk tanggal 15 Desember 1944 6. Jibakutai (Barisan Berani Mati). Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan yang sangat penting,waktu itu masih di berlakukan pemerintahan sementara .Berdasarkan Osamu Seirei (Undang-undang yang di keluarkan oleh Panglima Tentara ke 16) yang berisi ketentuan : 1. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda di hapuskan di ambil alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa
2. Para penjabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia belanda tetap di akui kedudukannya 3. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap di akui secara sah untuk sementara waktu Adapun pemerintahan susunan militer Jepang adalah 1. Panglima tentara (GUNSHIREKAN) , kemudian di sebut Panglima Tertinggi (SEIKO SHIKIKAN) Sebagai pucuk pimpinan . Panglima tentara pertama di jabat oleh Letjen Hitoshi Immamura. 2. Kepala Pemerintahan Militer (GUNSEIKAN) di Kantor Pusat di sebut GUNSEIKANBU ,terdapat 4 BU (semacam departemen) yaitu :
Somobu (Departemen Dalam Negeri) Zaimubu (Departemen Keuangan) Sangvobu (Departemen Perusahaan,Industri dan Kerajinan tangan atau urusan Perekonomian Kotsubu (Departemen Lalu Lintas) Shihobu (Departemen Kehakiman)
3. Koordinator Pemerintah dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur(GUNSEIBU) ,meliputi :
Jawa Barat : Pusatnya di Bandung
Jawa Tengah : Pusatnya di Semarang
Jawa Timur : Pusatnya di Surabaya Di tambah dua daerah istimewa (kochi) yakni Yogyakarta dan Surakarta
Untuk mendukung kelancaran pemerintahan pendudukan Jepang yang bersifat militer ,Jepang juga mengembangkan pemerintahan sipil .Pada bulan Agustus 1942 ,pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan antara lain :
Mengeluarkan UU No 27 tentang pemerintahan daerah
Dimantapkan dengan UU No 28 tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi
Menurut UU No 28 ,pemerintah daerah tertinggi adalah shu (keresidenan) .Seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Kochi Jogyakarta dan Kochi Surakarta di bagi menjadi daerah-daerah shu (keresidenan) ,Shi (kotapraja),Ken
(kabupaten),Gun (kawedanan),Son (kecamatan) dan ku (desa/kelurahan) . Seluruh pulau Jawa dan Madura di bagi menjadi 17 shu . PM. Koiso mengemukakan janji pemberian kemerdekaan kepada India Timur (Indonesia) “kelak di kemudian hari” pada 7 September 1945. Hal ini disebabkan kebijakan tersebut dikeluarkan pada saat Jepang diambang pintu kekalahan.
Peran Perjuangan Para Tokoh 1. Perjuangan Sultan Agung 2 kali Sultan Agung menyerang Belanda, namun mengalami kegagalan karena belanda membakar gudang-gudang beras persediaan bahan makanan bagi prajurit mataram. Akibatnya prajurit mataram kekurangan bahan makanan dan terjangkit berbagai macam penyakit. 2. Perjuangan Pattimura(Maluku) Belanda menguras semua hasil alam yang dimiliki Kepulauan Maluku, seperti Rempah-rempah, akibatnya rakyat hidup sengsara dan menderita. Melihat hal itu Pattimura bangkit memimpin rakyat Maluku untuk mengusir Belanda. Pasukan Pattimura berhasil merebut benteng Duursted pada tanggal 16 Mei 1817. Dalam peristiwa ini menewaskan Residen Van Den Berg dan sebagai balasan atas kekalahannya ,Belanda mendatangkan bala bantuan yang lebih banyak dan dengan senjata lengkap untuk merebut benteng itu kembali. 3. Perjuangan Untung Suropati Perlawanan Untung Suropati dipicu oleh ketidakadilan dan penghianatan bangsa Belanda terhadap Bangsanya. Perlawanannya dimulai tahun 1686 di Jawa Barat, kemudian diteruskan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. 4. Perjuangan pangeran diponegoro Dengan segala siasat, belanda berhasil menanamkan pengaruhnya di kerajaan Mataram. Rakyat ditindas dengan beban berat seperti kerja rodi dan diberlakukannya bermacam-macam pajak. Melihat keadaan itu Raden Mas Ontowiryo(Pangeran Diponegoro) dari kasultanan Yogyakarta berkeinginan mengusir Belanda. Perang dimulai setelah Belanda membuat jalan melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Diponegoro menggunakan siasat perang gerilya. 5. Perjuangan Tuanku Imam Bonjol Perlawanan rakyat di wilayah Minangkabau, Sumatra Barat, terhadap Belanda dipimpin oleh Imam Bonjol. Perlawanan yang disebut juga perang Paderi ini berkobar mulai tahun 1821 -1837. Pada awalnya, perang Paderi terjadi karena adanya perselisihan antara kaum adat dan kaum Paderi. Peristiwa ini merupakan kesempatan baik bagi Belanda untuk merebut Sumatra Barat, degan politik adudomba. Belanda kemudian membantu pihak yang lemah,yaitu kaum adat,untuk menghadapi kaum Paderi.Kedua kaum itu sama-sama menyadari bahwa peristiwa ini hanya akan menguntungkan Belanda semata. Kaum Paderi dan Adat kemudian bersatu melakukan perlawanan terhadap belanda.
6. Perjuangan rakyat Aceh Serangan pertama Belanda di bawah pimpinan Jenderal Kohler berhasil di patahkan oleh pasukan rakyat Aceh yang dipimpin antara lain oleh Teuku Umar,Cut Nyak Dien, Teuku Cik Di Tiro, Panglima Polem dan Cut Mutia.Jenderal Kohler tewas dan prajutitnya kembali ke Batavia. Belanda menggunakan siasat kultur stelsel yang bersifat mempertahankan diri dalam benteng, namun gagal.
ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
A. Budi Utomo Budi Utomo didirikan pada tanggal 20 Mei 1908. Karena menandai awal berdirinya organisasi kebangsaan, tanggal itu selanjutnya dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh pendirinva adalah para mahasiswa STOVIA, seperti Soetomo, Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo. Pada mulanya, Budi Utomo bukan organisasi politik. Kegiatannya terpusat pada bidang sosial dan budaya. Sejak tahun 1915, Budi Utomo mulai bergerak di bidang politik. Pada tahun 1929, Budi Utomo masuk menjadi anggota PPPKI (Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Pada tahun 1935, Budi Utomo bergabung dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) yang dipimpin oleh Soetomo. Penggabungan (fusi) itu membentuk organisasi baru bernama Parindra (Partai Indonesia Raya). 1. Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres Budi Utomo yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal berikut: a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura. b. Tidak melibatkan diri dalam politik. c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T.Tirtokusumo e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa. B. Sarekat Islam (SI) Pada tahun 1909, Kyai Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk membela kepentingan pedagang Islam dari ancaman dan dominasi pedagang Cina, serta meningkatkan pengamalan ajaran Islam di antara para anggota. Pada tahun 1911, Sarekat Dagang Islam berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan nama itu diikuti dengan perluasan tujuan, yakni melawan segala bentuk penindasan dan dominasi rasial. Tokoh SI antara lain Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Haji Agus SaLim, Abdul Moeis, dan Suryopranoto. 1. Kongres pertama di Surabaya(20 Januari 1913) Dalam kongres ini diambil keputusan bahwa: a. SI bukan partai politik dan tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda. b. Surabaya ditetapkan sebagai pusat SI. c. HOS Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.
2. Kongres kedua di Surakarta yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa.
3. Kongres ketiga di Bandung(17-24 Juni 1916)
SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat. 4. Kongres yang keempat di Jakarta(1917) SI mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad.
C.
D.
E.
F.
(SI) pecah menjadi dua yaitu SI Sayap Putih dan SI Sayap Merah. 1. SI sayap kanan atau SI Sayap putih Berlandaskan nasionalisme dan keislaman. Tokohnya HOS Cokroaminoto dan H. Agus Salim serta Surya Pranoto. Pusatnya di Jogjakarta. 2. SI sayap kiri atau SI sayap merah Berhalauan komunis yang nantinya menjadi PKI. Tokohnya Semaun. Pusatnya di Semarang. Indische Partij Didirikan pada tahun 1912 di kota Bandung oleh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara yang bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasional serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Dengan tujuannya itu, IP menempatkan diri sebagai organisasi politik pertama di Indonesia. Pada tahun 1913, IP dinyatakan sebagai partai terlarang karena tulisan Suwardi Suryaningrat berjudul Als Ik een Nederlander was (Jika Saya Seorang Belanda) yang secara tajam menyindir tindakan pemerintah kolonial . Program Indische Partij: Menanamkan cita-cita persatuan nasional Indonesia. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan Memberantas tindakan yang membangkitkan kebencian antar-agama dan ras. Memperkuat pengaruh pro-Hindia (Indonesia) dalam pemerintahan kolonial. Menyerukan perbaikan ekonomi bangsa Indonesia Muhammadiyah Didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan tujuan mengembangkan ajaran agama Islam, memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama yang benar, dan memajukan pemahaman ilmu agama Islam di antara para anggota. Perhimpunan Indonesia Berasal dari organisasi pelajar Indonesia bernama Indische Vereeniging. Organisasi itu didirikan pada tahun 1908 sebagai forum komunikasi di antara pelajar Indonesia yang merantau di luar negeri. Tokoh PI antara lain Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid Joyoadiningrat, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono, Sartono, Gunawan Mangunkusumo, dan Nazir Datuk Pamuncak. Partai Komunis Indonesia
Berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Dalam melaksanakan programnva, PKI berpegang teguh pada kebijakan Komintern (Komunis Internasional). SI terpecah menjadi SI Merah (julukan untuk SI prokomunis) dan SI Putih (julukan untuk SI nonkomunis). Akhirnya, aturan disiplin SI, mengharuskan anggota SI Merah keluarr dari SI. Peristiwa pada tahun 1921 itu menandai berdirinya PKI sebagai organisasi politik yang berdiri sendiri. G. Partai Nasional Indonesia Didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung di bawah pimpinan Ir. Sukarno. PNI bertujuan mencapai Indonesia merdeka dengan usaha sendiri. Ideologi PNI disebut Marhaenisme. Sebagai wadah persatuan politik yang ada di Indonesia pada tanggal 17 Desember 1927 diselenggarakan kongres pertama dengan tujuan agar langkah dan perjuangan partai-partai yang ada seragam. Kongres Partai Nasional Indonesia pertama di Surabaya( 27 – 30 Mei 1928). Kongres ini menetapkan beberapa hal berikut. 1. Susunan program yang meliputi: a. bidang politik untuk mencapai Indonesia merdeka, b. bidang ekonomi dan sosial untuk memajukan pelajaran nasional. 2. Menetapkan garis perjuangan yang dianut adalah nonkooperasi. 3. Memperbaiki keadaan politik, ekonomi dan sosial dengan kekuatan sendiri. Berikut program-programnya: Bidang Politik Memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan Indonesia. Menyebarkan pengetahuan tentang sejarah nasional. Menuntut kemerdekaan pers dan berserikat Bidang Ekonomi Membentuk tata perekonomian vang melibatkan rakyat kecil. Mengusahakan pembentukan koperasi.
Bidang Sosial Memajukan pengajaran untuk rakyat kecil. Meningkatkan kedudukan kaum wanita. Memperhatikan kepentingan buruh dan tani.
H. Persatuan Bangsa Indonesia Berawal dari Indonesische Studie Club yang didirikan oleh Dr. Sutomo di Surabaya, pada tahun 1924. Kegiatan PBI menitikberatkan pada rakyat. Salah satu usahanya adalah mendirikan rukun tani. Kegiatan PBI selanjutnya adalah menggalakkan koperasi, membentuk serikat kerja, dan meningkatkan pengajaran dan pendidikan rakyat. Pada tahun 1935, PBI dan Budi Utomo bergabung membentuk Parindra. I. Nahdatul Ulama Pendiri NU adalah K.H. Hasyim Asy’ari dari Pondok Pesantren Tebu Ireng. NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926. NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan budaya. Tujuan Nahdatul Ulama adalah mencerdaskan umat Islam dan menegakkan syariat agama Islam berdasarkan Mazhab Syafi’i. Selain bergerak dalam
bidang agama pendidikan, sosial, dan budaya NU juga bergerak dalam bidang politik. J. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) Tokoh GAPI antara lain Muhammad Husni Thamrin, Amir Syarifuddin, dan Abikusno Cokrosuyoso. Konferensi GAPI, tanggal 4 Juli 1939, menghasilkan seruan Indonesia Berparlemen. Seruan itu tidak menuntut kemerdekaan penuh, melainkan suatu parlemen berdasarkan sendi-sendi demokrasi. Untuk melaksanakan aksinya, GAPI mengadakan Kongres Rakyat Indonesia, tanggal 25 Desember 1939. Keputusan penting dari kongres tersebut antara lain : 1. penetapan bendera merah putih sebagai bendera kebangsaan 2. bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan Menjelang kedatangan Jepang, tuntutan GAPI semakin gencar melalui pembentukan Majelis Rakyat Indonesia, yang merupakan kelanjutan Kongres Rakyat Indonesia. Namun, tuntutan itu langsung redup setelah Jepang menguasai Indonesia.
DAMPAK PENJAJAHAN SAMPAI KEBANGKITAN NASIONAL A. Dampak di bidang Politik Masa penjajahan Belanda: Pemerintah kolonial ikut campur tangan dalam pemerintahan Kerajaan. Kedudukan raja terikat oleh struktur pemerintahan kolonial. Pemerintahan dibentuk dengan sistem sentralisasi yang pusatnya di Batavia Keberadaan rakyat Indonesia pada masa itu dibagi menjadi 2, yaitu : a. Situasi sebelum dijalankannya politik etis, dan b. Situasi sesudah dijalankannya politik etis. Situasi sebelum dijalankannya politik etis, kehidupan masyarakat terdiri atas tiga golongan, yaitu : Masyarakat kalangan bawah, yaitu meliputi : kaum buruh, pedagang, petukang, dan pekerja rendah lainnya. Masyarakat kalangan menengah, yaitu meliputi : petani yang memiliki tanah dan para pegawai pemerintahan kolonial Belanda. Masyarakat kalangan atas, yaitu meliputi : Pemuka agama dan para Bangsawan. Sedangkan keberadaan setelah dijalankannya politik etis, keberadaan masyarakat Indonesia ditandai dengan adanya kalangan-kalangan pelajar. Masa kebangkitan nasional: Melarang penggunaan Bahasa Belanda dan memperbolehkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Dibentuknya badan persiapan kemerdekaan Indonesia, yaitu BPUPKI dan PPKI. Dengan kemunculan badan persiapan ini, muncullah ide Pancasila. Mendukung semangat Anti-Belanda, sehingga secara tidak langsung Jepang ikut mendukung semangat jiwa nasionalisme Indonesia. Memberi kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk ikut serta dalam pemerintahan politik. Dilarangnya kegiatan politik dan dibubarkannya organisasi politik yang ada. Dilarangnya segala jenis rapat dan kegiatan politik.
B. Dampak di bidang Ekonomi Masa penjajahan Belanda: 1. Para pengusaha pribumi kedudukannya menjadi aparatur pemerintah kolonial, mereka tidak lagi mendapatkan penghasilan dan upeti seperti sebelumnya 2. Nasib rakyat, terutama para petani menanggung beban yg amat berat. Petani harus menanam tanaman yang diperintahkan pemerintah kolonial. 3. Sistem perdagangan dikuasai oleh pihak penjajah (monopoli). Hal ini tidak memberikan keuntungan apa pun untuk rakyat Indonesia. Sebaliknya, banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan. Masa kebangkitan nasional: Jepang mengeksploitasi SDA dan SDM untuk kepentingan perang. Jepang mengambil secara paksa makanan, pakaian dan pembekalan lainnya dari rakyat Indonesia tanpa kompensasi. Terjadinya inflasi dan krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan rakyat. Terputusnya hubungan antar daerah akibat dari self sufficiency. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi SDA dan bahan mentah lainnya digunakan untuk mendukung industri perang. Penerapan sanksi yang berat oleh Jepang dengan menerapkan sistem ekonomi secara ketat. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang). C. Dampak di bidang Sosial Masa penjajahan belanda: Diskriminasi dan intimidasi berdasarkan golongan dalam kehidupan masyarakat dan suku bangsa. Kedudukan sosial bangsa Indonesia dibagi menjadi 3 kelas, yaitu : 1. kelas satu diduduki oleh bangsa Barat 2. kelas dua oleh Timur Asing 3. kelas tiga diduduki oleh masyarakat pribumi. Orang Eropa (kulit putih) memiliki hak isitimewa daripada rakyat pribumi yang dibebani oleh kewajiban dan tidak dilindungi hukum Tidak semua anak pribumi dapat memperoleh pendidikan Di bidang pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia untuk orang pribumi Masa kebangkitan nasional: Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat didikkan Jepang yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya. Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu Tonarigami atau Rukun Tetangga (RT). Adanya praktik perbudakan wanita (yugun ianfu). Banyak wanita muda Indonesia yang digunakan sebagai wanita penghibur bagi perang Jepang. Kegiatan romusha yang menyengsarakan dan memiskinkan rakyat. Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independent dan pengawasan berada di bawah pengawasan Jepang.
D. Dampak di bidang Budaya Dalam bidang ini, budaya Barat sangat berpengaruh dalam kehidupan rakyat Indonesia. Kehidupan Barat sedikit demi sedikit berkembang menjadi tata kehidupan pribumi, mulai dari cara pergaulan, gaya hidup, bahasa dan cara berpakaian. Sedangkan pada masa penjajahan jepang Jepang mendirikan Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan) tanggal 1 April 1943 di Jakarta. Fungsi lembaga ini mewadahi aktivitas kebudayaan Indonesia. E. Dampak pendidikan A. Pendidikan Pada Masa Kolonial Belanda Pemerintah kolonial Belanda mempunyai ambisi dan strategi sendiri ketika menerapkan pola pendidikan modern. Pada awalnya, Pemerintah Kolonial Belanda hanya memberikan model pendidikan pada anak bangsa yang berupa sekolah ongko loro dan ongko siji. Sekolah ini bertujuan agar anak bangsa mendapatkan pendidikan 1 tahun dan 3 tahun saja, materi yang diberikan berupa ketrampilan berhitung, membaca, dan menulis sederhana. Hal ini dilakukan karena di satu sisi pemerintah Belanda ingin mendapatkan tenaga administrasi level bawah yang bergaji rendah, di sisi lain Belanda tidak ingin memberikan sepenuhnya ilmu pengajaran dan pengetahuan bagi anak bangsa yang status sosialnya dipandang rendah. Pemerintah Kolonial Belanda memberikan persyaratan bagi siswa yang masuk di sekolah ongko siji dan loro. Syarat utamanya adalah latar belakang keningratan bagi siswa-siswanya. Namun setelah munculnya politik etis yang dimotori van Deventer dan Baron van Hoevel, maka terjadi perubahan kebijakan pendidikan di Indonesia. Sistem sekolah dan kurikulum mengalami banyak perubahan. Semula jenjang pendidikan terlama di bangku sekolah dasar hanya tiga tahun berubah menjadi 5 (lima) tahun dan 6 (enam tahun). Model sekolah ini dinamakan schakel school dan HIS (Holland Inlandsche School). Materi pengajaran mengalami perubahan yang cukup banyak. Tingkat kesulitan mengalami peningkatan dan tidak setiap anak bangsa bisa menjadi siswa di sekolah iniMereka yang berasal dari kalangan rakyat biasa tetap tidak diperbolehkan memasuki jenjang pendidikan HIS. Mereka yang berasal dari kalangan priyayi rendah, tentu saja harus ngenger dahulu agar dapat diterima menjadi siswa sekolah ini. Bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar dalam kegiatan belajar di sekolah ini. Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan pula ELS (Eropesch Lagere School) sebagai sekolah dasar untuk anak-anak Eropa dan China Lagere School bagi anak-anak keturunan Tionghoa. Di tingkat lanjut, pemerintah Kolonial Belanda mendirikan MULO yang setingkat SMP jaman sekarang. Kurikulum yang dipergunakan semakin lengkap. Bahasa Belanda tetap menjadi bahasa pengantar. Selain itu diajarkan bahasa Perancis dan Inggris. Tidak setiap anak bangsa bisa memperoleh pendidikan tingkat ini. Banyak kendala rasialis dan sosial yang menghalangi anak bangsa untuk memperoleh kesempatan ini. Jika dibandingkan jaman sekarang lulusan MULO sebanding kualitasnya dengan lulusan S-1 sekarang. Bagi lulusan MULO maka ia berhak mendapatkan tempat pekerjaan di struktur kepegawaian negeri maupun militer pemerintah Kolonial Belanda.
Pada level yang tertinggi, kebijakan Kolonial Belanda menjelang pertengahan abad ke-20 mulai mendirikan sekolah setingkat SLTA sekarang dengan sebutan AMS (Algemens Middlebars School) dan HBS (Hoogere Bourgere School). Minimal anak bangsawan tinggi yang diperbolehkan memasuki jenjang sekolah ini. Untuk AMS ditempuh selama 3 (tiga) tahun, sedangkan untuk HBS ditempuh 5 (lima) tahun. Siswa yang bersekolah di HBS secara sosial ia adalah pribumi yang sudah disamakan derajatnya dengan bangsa Eropa/Belanda. Pada pendidikan tingkat ini, kualitas menjadi sebuah ukuran mutlak. Oleh karena pola pendidikannya yang disiplin dengan kurikulum yang jelas maka dengan sendirinya menghasilkan alumni yang disegani oleh siapa saja. Para alumninya antara lain: Soekarno, Hatta, Sutan Syahrir, Syafruddin Prawiranegara, Soetomo, Cipto Mangunkusuma, A. Rivai, Suwardi Suryaningrat, dsb. B.
Pendidikan di Masa Kebangkitan Nasional
Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria, Daratan China, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo China dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negera ini mulai melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk Bangsa Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah potensial yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan Pasifik. Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942. Sejak itulah Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain: 1. Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda; 2. Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda. Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut: 1. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda. 2. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun. 3. Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian. 4.
Pendidikan Tinggi.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawali dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain: 1 2 3 4 5
Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu; Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang; Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang; Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta Olaharaga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan kesiswaan.
Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini: 1 2 3 4 5 6
Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi; Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi; Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya; Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang; Melakukan latihan-latihan fisik dan militer; Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolahsekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya. Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain: (1) Mengubah Kantor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni
K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-daerah dibentuk Sumuka; (2) Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang; (3) Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin; (4) Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta; (4) Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan (5) Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU. Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya kemerdekaan.
Peristiwa Menjelang Proklamasi 1. Hari-Hari Menjelang Proklamasi di Jakarta Perang pasifik semakin berkobar. Dimana-mana pasukan Jepang mengalami kekalahan. Untuk persiapan penyerahan kemerdekaan bangsa Indonesia dari Jepang, maka tanggal 9 Agustus 1945, para pemimpin bangsa Indonesia yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Widyodiningrat berangkat ke kota Dalat di Vietnam. Maksud keberangkatan itu adalah untuk membicarakan rencana kemerdekaan bangsa Indonesia dengan pimpinan Jepang Jenderal Terauchi yang berpusat di kota Dalat. Jenderal Terauchi yang menjadi panglima tertinggi tentara Jepang di seluruh Asia Tenggara memberitahukan bahwa pemerintah Jepang di Tokyo telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 1945 ketiga tokoh pemimpin pergerakan Indonesia kembali dari Dalat menuju Jakarta. Pada saat itu sebenarnya ada hal-hal penting yang belum diketahui oleh ketiga tokoh tersebut. Karena memang sengaja tidak diberitahu oleh Jepang. Hal-hal penting yang dimaksud adalah : a. Pada tanggal 6 Agustus 1945, jam 08.15 pagi Kota Hiroshima dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat. Lebih dari 70.000 orang penduduk Kota Hiroshima menjadi korban. b. Tanggal 9 Agustus 1945 bom atom yang kedua dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Kota Nagasaki. Akibat ledakan tersebut lebih dari 75.000 orang penduduk Nagasaki menjadi korban. Pemimpin Angkatan Perang Jepang, terutama Kaisar Jepang Hiroshito, berkesimpulan bahwa tentara Jepang tidak mngkin lagi meneruskan peperangan. Untuk menghindari rakyat Jepang dari kehancuran, maka pada tanggal 14 Agustus 1945 kaisar memerintahkan untuk menghentikan perang dan mengakui kekalahan Jepang. Beriata tentang kekalahan Jepang masih sangat dirahasikan. Semua radio disegel oleh pemerntah Jepang. Sungguh pun demikian ada juga orang yang dengan sembunyi-sembunyi mendengar berita tentang kekalahan Jepang tersebut. Diantaranya adalah Sutan Syahrir.
Sultan Syahrir yang lebih dahulu mengetahui kekalahan Jepang dari sekutu segera menemui Bung Hatta yang baru kembali dari Dalat (Saigo, Vietnam). Sultan Syahrir mendesak agar kemerdekaaan Indonesia segera diproklamasikan. Kemudian Bung Hatta beserta Sutan Syahrir menuju ke rumah Bung Karno yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sutan Syahrir juga mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Bung Karno dan Bung Hatta menolak pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia tanpa bertemu dan bermusyawarah lebih dahulu dengan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. Bung Karno dan Bung Hatta berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dicapai tanpa pertumpahan darah. Pda tanggal 15 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur Jakarta, para pemuda mengadakan suatu pertemuan. Pertemuan itu antara lain dihadiri oleh Subadio, Subianti, Margono, Wikana dan Armansyah. Pokok pembicaraan adalah sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secepat mungkin diumumkan ke seluruh dunia. 2. Peristiwa Rengasdengklok Seperti diketahui di atas bahwa demam proklamasi telah melanda para pemuda Indonesia. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sekitar pukul 22.30 malam, utusan pemuda yang terdiri dari Wikana dan Darwis menghadap Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. Wikana menyampaikan tuntutan agar Bung Karno mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia esok hari, yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945. Bung Karno menolak tuntutan itu karena ia tidak mau meninggalkan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) lainnya. Apalagi anggota-anggota PPKI sudah diundang bersidang. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda ke Rengas Dengklok yakni sebuah tempat di sebelah timur kota Jakarta. Maksud dan tujua para pemuda membawa kedua pemimpin tersebut adalah agar Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya. Bung Karno dan Bung Hatta adalah pemimpin yang berwibawa besar dan berpendirian teguh. Beliau tidak mau dipaksa oleh para pemuda. Namn beliau sangat memahami maksud para pemuda yang dibakar oleh semangat untuk merdeka. Sementara itu, di Jakarta tercapai kesepakatan antara Mr. Ahmad Subardjo dari golongan tua dengan Wikana dan Yusuf Kunto dari golongan muda untuk membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta. Pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 1945 pukul 16.00 sore, Mr.Ahmad Subardjo dengan diantar oleh Yusuf Kuntomenuju Rengasdengklok untuk menjemput kembali Bung Karno dan Bung Hatta. Pada tanggal 16 Agustus 1945 sekitar pukul 21.00 rombongan meninggalkan Rengasdengklok kembali ke Jakarta.Sekitar pukul 23.00 rombongan tiba di rumah Bung Karno untuk menurunkan Ibu Fatmawati (Isteri Bung Karno), yang ikut dibawa ke Rengasdengklok. Pada malam itu juga, sekitar pukul 02.00 pagi, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Rapat itu terutama untuk membicarakan persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia. 3. Punyusunan Teks Proklamasi
Rapat yang berlangsung sepanjang malam itu baru berakhir sekitar pukul 04.00 pagi menjelang sahur. Ketika itu kebetulan bertepatan dengan bulan Ramadhan saaat umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa. Di atas dikatakan bahwa rapat berlangsung di rumah Laksamana Tadashi Maeda ialah Perwira Tinggi Angkatan Laut Jepang. Ia adalah kawan baik Mr. Ahmad Subardjo. Dalam rapat itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah proklamasi itu dirumuskan oleh tiga orang, yaitu Bung Karno, Bung Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo. Yang menulis naskah proklamasi adalah Bung Karno. Setelah selesai Bung Karno membacakan teks itu perlahan-lahan agar peserta rapat yang hadir dapat mendengarnya. Bung Karno menyarankan agar naskah proklamasi itu ditandatangani oleh seluruh hadirin. Tetapi setelah diadakan musyawarah, disepakati bahwa naskah proklamasi itu ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kemudian naskah tulisan tangan Bung Karno itu diketik oleh Sayuti Melik. Rapat berlangsung sepanjang malam di rumah Laksamana Tadashi Maeda itu berhasil merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rapat juga menyetujui supaya proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan pada pukul 10.00 esok hari pada tanggal 17 Agustus 1945. 4. Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Pada waktu fajar tanggal 17 Agustus 1945, para perumus teks proklamasi baru keluar dari rumah laksamana Maeda. Beberapa jam berikutnya, mereka berkumpul kembali dikediaman Soekarno untuk melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Orang-orang kemudian sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk upacara. Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud (Komandan pengawal rumah Bung Karno dan pemimpin barisan pelopor) agar menyiapkan tiang bendera dari bambu. Bendera merah putih yang dijahit ibu Fatmawatitelah disiapkan. Pasukan PETA dibawah komandan Syudanco Latief Hendraningrat dan Syudanco Abdurrahman, dengan senjata lengkap telah berjaga disekitar rumah tersebut. Menjelang pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir ditempat upacara. Diantaranya Dr. Buntaran, M. Sam Ratulangi, A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, S.K. Trumurti, M. Tabrani, Dr. Muwardi, Sayuti Melik, A.G. Pringgodigdo, Pandu Kartawiguna dan para tokoh pemuda. Para hari Jum’at, bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 wib dilaksanakan upacara Proklamasi kemerdekaan indonesia dengan susunan acara : a. Pembacaan teks Proklamasi. b. Pengibaran bendera merah putih. c. Sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi. Dengan suara yang mantap, Ir. Soerkarno menyampaikan pidato pendahuluan yang singkat dilanjutkan dengan membacakan teks proklamasi kemerdekaan.
Setelah pembacaan proklamasi, Syudanco Latief Hendraningrat mengerek bendera merah putih diiringi lagu Indonesia raya oleh seluruh peserta upacara. Upacara kemudian ditutup dengan sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi. Setelah itu para hadirin berpelukan dan kemudian menyalami Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan proklamasi kemerdekaan itu, berakhirlah penjajahan Jepang di Indonesia selama kurang lebih 3,5 tahun.
Peran tokoh-tokoh Dalam mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia setelah Proklamasi sampai 1965 1. Ir. Soekarno Ir. Soekarno dikenal sebagai Bapak Proklamator. Beliau berjasa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia lewat jalur perundingan. Banyak peristiwa penting yang melibatkan Soekarno, baik masa persiapan kemerdekaan sampai usaha mempertahankannya. Jasa dan peranan beliau antara lain sebagai berikut. 1. Tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno bersama Mohammad Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat ke Dalat, Vietnam. Mereka bertemu Jenderal Terrauchi untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia. 2. Tanggal 17 Agustus 1945, membacakan Proklamasi Kemerdekaaan RI dan bersama Mohammad Hatta menandatangani naskah proklamasi. 3. Tanggal 18 Agustus 1945 dilantik menjadi presiden RI. 4. Tanggal 23 Agustus 1945, membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). 5. Tanggal 28 Oktober 1945, mengadakan perundingan dengan Inggris di Surabaya. 2. Drs. Mohammad Hatta Peran Drs. Mohammad Hatta dalam usaha mempertahankan kemerdekaan antara lain sebagai berikut: 1. Bersama Ir. Soekarno menandatangani naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. 2. Menjadi pemimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus–2 November 1949. 3. Pada tanggal 27 Desember 1945, menandatangani naskah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. 4. Drs. Mohammad Hatta dipercaya mendampingi Ir. Soekarno menjadi wakil presiden pertama Republik Indonesia. 3. Sultan Hamengkubuwono IX (HB IX) Peranan HB IX dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia antara lain sebagai berikut: 1. Pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan bahwa Kesultanan Jogjakarta adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Pada saat ibu kota RI di Jakarta diserang Belanda, HB IX mempersiapkan dan menyediakan Kota Jogjakarta sebagai pusat pemerintahan RI. 3. HB IX menjadi anggota delegasi Indonesia dalam Perundingan Roem– Royen.
4. Saat terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949, HB IX membantu TNI menyediakan Keraton Jogjakarta sebagai tempat persembunyian para pejuang dan TNI. 5. Tanggal 13 Juli 1949, HB IX diangkat menjadi Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan pada sidang pertama kabinet Indonesia. 6. Tanggal 27 Desember 1949, HB IX mewakili Indonesia dalam penandatanganan kedaulatan RI dan menerima penyerahan kedaulatan dari Belanda. 4. Jenderal Soedirman Peranan Jenderal Soedirman dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut. 1. Tanggal 12 Desember 1945, memimpin TKR di Ambarawa dalam menggempur dan mengusir Inggris. Saat itu beliau masih berpangkat kolonel. 2. Jenderal Soedirman memimpin pasukan TNI melakukan perang gerilya melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda II. Satu hal yang perlu kamuh ingat, Jenderal Soedirman tetap berjuang memimpin pasukan walaupun dalam keadaan sakit. Sebagai penghargaan atas jasa dan pengorbanannya, Jenderal Soedirman mendapat sebutan Bapak Tentara Nasional Indonesia.
Perkembangan Masyarakat Indonesia sejak Orde Baru sampai Reformasi Kehidupan Politik Masa Orde Baru 1. Melakukan pembaharuan menuju perubahan seluruh tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara 2. Menyusun kembali kekuatan bangsa menuju stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur 3. Menetapkan Demokrasi Pancasila guna melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Melaksanakan Pemilu secara teratur serta penataan pada lembaga-lembaga negara. Politik Dalam Negeri a) Pembentukan Kabinet Pembangunan ( Kabinet Ampera ) Program Kabinet AMPERA => disebut Catur Karya Kabinet AMPERA 1. Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan. 2. Melaksanakan pemilu dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968. 3. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional. 4. Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya. b) Sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden untuk masa jabatan 5 tahun dan dibentuk kabinet yang baru dengan nama Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida
*Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi *Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama *Pelaksanaan Pemilihan Umum *Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September *Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI. c) Pembubaran PKI dan ormasnya Pembubaran PKI pada 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966 Dikeluarkan pula keputusan yang menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia. Pada tanggal 8 Maret 1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. 4. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosialpolitik, yaitu : Partai Persatuan Pembangunan (PPP), fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam) Partai Demokrasi Indonesia (PDI), fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis). 5. Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru, berhasil melaksanakan pemilu sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Pemilu yang berlangsung menimbulkan kesan sudah terciptanya demokrasi di Indonesia. Apalagi pemilu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Suharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan. 6. Peran Ganda ABRI Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Kedudukan TNI dan Polri dalam pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka mendapat jatah kursi dengan pengangkatan. 7. Pemasyarakatan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) 8. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat dengan disaksikan oleh wakil PBB pada tanggal 2 Agustus 1969.
Politik Luar Negeri 1. Kembali menjadi anggota PBB Indonesia menjadi anggota PBB pada 3 Juni 1966 dan resmi menjadi anggota PBB pada 28 Desember. Indonesia kembali menjadi anggota PBB karena Indonesia menyadari PBB banyak memberi manfaat. 2. Normalisasi hubungan dengan beberapa negara a) Pemulihan hubungan dengan Singapura b) Pemulihan hubungan dengan Malaysia => Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia. Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatic. Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan Jakarta (Jakarta Accord).
Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya mendominasi kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unitunit ekonomi swasta. Sehingga, pada awal Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut: a) Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi b) Kerja Sama Luar Negeri c) Pembangunan Nasional Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu: 1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun 2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun)
Kehidupan Politik Masa Reformasi
Masa Pemerintahan Presiden BJ.Habibie Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-partai politik yang baru sebanyak 45 parpol. Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen. Membentuk 3 undang-undang Menetapkan 12 ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi . Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid Membentuk Kabinet Persatuan Nasional Sering melakukan perjalanan keluar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan negara lain.
Menerapkan politik luar negeri bebas aktif. Menghapus peraturan yang merugikan kaum minoritas, tetapi berbagai aksi penolakan muncul karena gagasannya seperti, Presiden mencabut tap MPR tentang larangan terhadap PKI dan penyebaran Marxisme dan Leninisme. Gagasan tersebut mendapat tantangan dari kalangan Islam termasuk MUI. Kemudian, gagasannya mengenai membuka hubungan dagang dengan Israel, gagasan tersebut mendapat tantangan keras. Masa Pemerintahan Megawati Sukarno Putri Membentuk Kabinet Gotong-Royong => Kabinet Gotong-Royong (KGR) dibentuk pada 10 Agustus 2001. Pada masa Presiden Megawati memimpin, Indonesia sedang porak poranda akibat beragam konflik seperti konflik komunal (Ambon, Poso, Sampang) dan konflik politik (pemakzulan Gusdur). Para pelaku ekonomi, kalangan birokrasi, pengamat politik, danmenteri dan setingkatnya menilai KGR ini cukup tangguh, hal ini dapat dilihat bahwa 26 dari 32 jabatan menteri dan setingkat menteri dijabat oleh para profesional yang menguasai bidang tugas masing-masing. Akan tetapi KGR ini mengecewakan karena terkesan lamban dalam kinerjanya. Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004 dan melalui dua periode yaitu : a) Periode pertama untuk memilih anggota legislatif secara langsung. b) Periode kedua untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung. Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara langsung artinya rakyat langsung memilih pilihannya. Membentuk KPK ( Komisi Pemberantas Korupsi), namun juga tidak berhasil karena semakin maraknya KKN. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Membentuk Kabinet Bersatu jilid I dan jilid II Menganut konsep trias politika Pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan. Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa, mulus atau tanpa halangan. Meningkatkan kerjasama internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional. Politik luar negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah ‘mengarungi lautan bergelombang’, bahkan ‘menjembatani dua karang’. Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak yang sedang bermasalah.
Kehidupan Ekonomi Masa Reformasi
1. Masa Pemerintahan Presiden BJ.Habibie Kerjasama dengan Dana Moneter Internasional untuk membantu proses pemulihan ekonomi Memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar namun pada akhirnya nilai tukar rupiah meroket naik Menerapkan independensi BI agar lebih mengurus perekonomian. Melikuidasi bank yang bermasalah Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang di syaratkan IMF Pemerintahan Presiden B.J Habibie yang mengawali masa reformasi belum melakukan maneuver-manuver yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakannya diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik. 2. Masa Pemerintahan Abdurahman Wahid Mulai mengarah pada perbaikan, diantaranya pertumbuhan PDB yang positif, laju inflasi dan suku bunga rendah. Memberi kebebasan seluas-luasnya pada suku terutama Tionghoa. Hubungan pemerintah dengan IMF kurang baik, sehingga pinjaman uang dari luar negeri terus tertunda. Kondisi politik dan social yang parah membuat investor enggan menanamkan modalya. 3. Masa Pemerintahan Megawati Sukarno Putri Untuk mengatasi utang luas negeri dikeluarkan kebijakan berupa penundaan pembayaran utang. Untuk mengatasi krisis moneter, dilakukan cara dengan menaikkan pendapitan perkapita dan menurunkan kurs rupiah. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi, dikeluarkan kebijakan privatisasi terhadap BUMN. Namun terjadi banyak penyimpangan karena kepemilikan publik yang menjadi salah satu sumber pemasukan negara beralih menjadi kepemilikan privat . Memperbaiki kinerja ekspor, sehingga dapat ditingkatkan. 4. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan pada masa pemerintahan SBY : Kelebihan :
Mengurangi subsidi negara Indonesia atau menaikkan harga BBM. Kebijakan BLT, akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan. Kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Menurunnya angka kemiskinan
Menurunnya rasio hutang negara terhadap PDB
Kelemahan
:
Jumlah utang negara tertinggi sepanjang sejarah yakni mencapi 1667 Triliun pada awal tahun 2009 atau 1700 triliun per 31 Maret 2009 Tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi Konsentrasi pembangunan di awal pemerintahannya hanya banyak berpusat di aceh, karena provinsi aceh telah di porak porandakan oleh bencana alam stunami pada tahun 2004. Dianggap belum mampu menyelesaikan masalah bank century
Kontribusi Indonesia pada Dunia Internasional
Digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi yang disebut Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung, Jawa Barat pada 18-24 April 1955. Konferensi yang dikenal sebagai KAA tersebut menghasilkan Dasasila Bandung, yang menjadi dasar penolakan penjajahan dan menuntut kemerdekaan bagi negara-negara di Asia dan Afrika. Turut memprakarasi terbentuknya GNB pada 1961 di mana gerakan tersebut menolak dan menyatakan tidak memihak antara perang ideologis Amerika Serikat sebagai blok barat dan Uni Soviet sebagai blok timur saat itu yang sedang bersitegang. Ikut memprakarsai kerjasama dengan sejumlah negara di Asia Tenggara yaitu ASEAN, yang dibentuk di Bangkok, Thailand pada 8 Agustus 1967, berdasarkan Deklarasi Bangkok yang disahkan oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Indonesia kembali masuk sebagai anggota PBB sekaligus terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 1974-1975 dan 19951996. Indonesia turut berperan dalam pengiriman pasukan perdamaian Kontingen Garuda di sejumlah negara konflik. Pasukan perdamaian tersebut hingga tahun 2006 telah dikirim ke sejumlah negara di antaranya Mesir, Kongo, Vietnam, Iran, Irak, Kuwait, Namibia, Kamboja, Somalia, Bosnia-Herzegovina, Georgia, Mozambik, Filipina, Tajikistan, Sierra Leone, Sudan, dll. Indonesia mewakili suara negara-negara berkembang dalam Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). Indonesia menjadi anggota APEC, yang merupakan kerja sama ekonomi antar negara-negara di Asia Pasifik yang pada awal pembentukannya pada 1989 anggotanya adalah Amerika Serikat, Australia, Brunei, Filipina, Indonesia, dan Thailand. Peranan Indonesia dalam APEC antara lain turut mewujudkan ketertiban dunia melalui forum konsultasi APEC yang jujur, adil, bebas, saling membantu tanpa membedakan bangsa. Pada masa reformasi, Indonesia masuk dalam keanggotaan negara-negara dengan kekuatan ekonomi 20 besar dunia yang dinamakan G-20. Indonesia mewakili suara negara-negara berkembang khususnya Asia Tenggara dalam
kebijakan perekonomian dunia, pemerataan perekonomian, dan percepatan pembangunan. Hasil kebudayaan Indonesia telah dikenal setelah Unesco menjadikan sejumlah warisan leluhur bangsa Indonesia seperti wayang, batik, dan angklung sebagai warisan budaya dunia.
Konsep Sinkronik dalam Sejarah Kata sinkronik, berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan, dan chronoss yang berarti waktu. Adapun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sinkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam. Lebih lengkapnya dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah bagaimana mempelajari atau mengkaji, pola-pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu. Secara umum sinkronik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 1)
Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.
2)
Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
3)
Bersifat horizontal
4)
Tidak ada konsep perbandingan
5)
Cakupan kajian lebih sempit
6)
Kajiannya sangat sistematis
7)
Sifat kajian lebih serius dan mendalam
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian yang lebih menitikberatkan pada meneliti gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa tetapi dengan waktu yang terbatas. Sebagai contoh, seseorang sejarawan ingin menyusun sejarah perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang. Hal yang akan dia lakukan adalah meneliti gejala atau fenomena perkembangan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang terjadi pada masa pendudukan Jepang itu saja.
Konsep Diakronik atau Kronologi dalam Sejarah Secara etimologis kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss. Dia mempunyai arti melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan chronoss berarti waktu. Jadi, diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam dalam batasan waktu. Jika dikaitkan dengan sejarah, sesuatu yang melintas, melalui, atau melampaui tersebut adalah peristiwa atau kejadian. Secara etimologis, kata kronologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronoss dan logos. Chronoss artinya waktu, sedangkan logos artinya uraian atau ilmu. Jadi,
kronologi adalah ilmu tentang waktu, yang memang di dalam perkembangannya kemudian menjadi ilmu bantu sejarah yang menyusun peristiwa atau kejadiankejadian sesuai dengan urutan waktu terjadinya. Mengurutkan peristiwa-peristiwa sejarah sesuai dengan waktu terjadinya adalah untuk mempermudah kita dalam melakukan rekonstruksi terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. Kronologi juga membantu kita agar dengan mudah dapat membandingkan peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat yang berbeda tetapi dalam waktu yang sama. Sejarah juga mengenal istilah periodisasi, yang bertugas membuat klasifikasi dari peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahap-tahap dan pembabakan tertentu. Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar dapat mengadakan tinjauan secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan saling keterhubungannya dalam berbagai aspek. Periodisasi dalam sejarah dapat dilakukan dengan banyak klasifikasi berdasarkan sejumlah aspek dalam kehidupan manusia, seperti perkembangan sistem politik, pemerintahan, agama dan kepercayaan, ekonomi, dan sosial budaya. Contoh berikut adalah periodisasi yang dibuat berdasarkan sistem mata pencarian hidup dalam sejarah Indonesia. -
Masa berburu dan meramu
-
Masa bercocok tanam
-
Masa bercocok tanam tingkat lanjut
-
Masa perundagian
Periodisasi yang banyak digunakan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan masyarakat, sistem politik, ekonomi, agama, dan kepercayaan suatu kerajaan digunakan pembabakan berdasarkan urutan dinasti, seperti yang terdapat pada sejarah bangsa-bangsa di Asia. Di Asia pada umumnya kedudukan raja dianggap penting dalam masyarakat, seperti contoh berikut ini. Dinasti yang pernah memerintah Jawa dari masa perkembangan pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha hingga pengaruh Islam adalah sebagai berikut. •
Dinasti (Wangsya) Sanjaya (732-850 M).
•
Dinasti Syailendra (750-900 M).
•
Dinasti Isyana (900-1222 M).
•
Dinasti Girindra (1222-1478 M).
•
Dinasti Demak (1521-1568 M).
•
Dinasti Pajang (1568-1600 M).
•
Dinasti Mataram (1600-1775 M).
Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan memudahkan kita untuk memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui periodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan: •
perkembangan manusia dari waktu ke waktu
•
kesinambungan antarperiode,
•
kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang, dan
•
perubahan yang terjadi dari periode awal hingga ke periodeberikutnya.
Periodisasi sejarah Indonesia adalah sebagai berikut •
Masa Praaksara.
•
Masa kedatangan dan perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha.
•
Masa kedatangan dan perkembangan agama Islam.
•
Masa kekuasaan kolonialisme Barat
•
Masa pendudukan Jepang
•
Masa Revolusi.
•
Masa Orde Lama Masa Orde Baru.
•
Masa Reformasi
KRONIK Dalam sejarah kita juga dikenalkan dengan istilah kronik. Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta, dan pujangga pada masa yang lalu. Mereka pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik perhatian dan mengesankan yang mereka temui di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Kronik sejarah Indonesia banyak ditulis oleh para musafir dan pendeta Cina yang banyak berdatangan ke Nusantara untuk berbagai kepentingan. Kronik tentang Nusantara yang banyak ditulis oleh para musafir dan pendeta adalah ketika Cina diperintah oleh sejumlah dinasti, seperti Dinasti Chou, Qin, Tang, dan Ming, dan juga oleh para musafir serta pendeta yang datang dari India. Berdasarkan catatan yang mereka buat, kita dapat mengetahui, atau paling tidak memiliki gambaran, tentang bagaimana kondisi masyarakat Nusantara di suatu tempat pada masa yang lalu. Namun, untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang masa lalu, diperlukan banyak sumber lain yang dapat mendukung kebenaran dari kronik tersebut.
Cara Berpikir Kronologis dan Sinkronik dalam Belajar Sejarah Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir Diakronik/ kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep
kronologis, sejarah akan memberikan kepada kita gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik manfaat dan makna dari hubungan antarperistiwa yang terjadi. Adapun dalam kehidupan sehari-hari, konsep berpikir diakronik atau kronologis ini sangat diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah.
Cara berpikir sinkronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu. Selain melatih kita untuk dapat berpikir sinkronik dan kronologis, sejarah juga mengajarkan kepada kita cara berpikir holistik. Holistik mempunyai pengertian menyeluruh, artinya dalam mengamati atau mempelajari suatu peristiwa kita hendaknya menggunakan cara pandang dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Sebagai contoh, kita ingin mempelajari mengapa perang dapat terjadi? Dengan cara berpikir holistik kita akan mulai mempelajari sebab-sebab, tokoh yang terlibat, di mana terjadinya, kapan terjadinya, faktor pemicu, usahausaha yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya perang, korban, dan akibat dari perang tersebut. Oleh karena itu, kita juga belajar bahwa setiap akibat pasti ada sebabnya, sejauh mana kemampuan kita dapat mencegah sebab atau mengurangi atau bahkan menghindari akibat yang tidak kita inginkan.
Konsep Ruang dan Waktu Sejarah terbentuk dari tiga unsur, yang ketiganya tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lain. Ketiga unsur tersebut, yaitu manusia, ruang dan waktu 1. Manusia. Unsur manusia memiliki peran penting dalam peristiwa sejarah. Manusia adalah pelaku/aktor utama yang sangat mementukan suatu peristiwa sejarah. Sehingga mempelajari sejarah dapat diartikan juga kita mempelajari sejarah manusia. Sebagai aktor sejarah, manusia memiliki kemampuan berpikir yang merupakan cikal bakal munculnya ide kreatif. Ide kreatif inilah yang merupakan embrio terbentuknya kebudayaan. 2. Ruang. Dalam sejarah, ruang merupakan unsur penting yang harus ada. Ruang atau tempat terjadinya peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis. Setiap komunitas yang tinggal di suatu tempat, akan memiliki pola pikir dan sistem budaya yang diperoleh dari leluhurnya. Sehingga kisah sejarah manusia merupakan proses interaksi dengan kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi pada ruang atau tempat tertentu. 3. Waktu. Setiap manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dalam waktu dan tidak dapat dilepaskan dari waktu. Mereka berkaitan erat dengan kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mempelajari sejarah bukan hanya mempelajari sesuatu yang berhenti, melainkan sesuatu yang terus bergerak sejalan dengan perjalanan waktu. Setiap peristiwa sejarah berada dalam kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang waktu sebelumnya
Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah
Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah. Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian. Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup (beraktivitas).
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu dan Buddha
Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak dengan begitu saja menerima budayabudaya baru tersebut. Proses masuknya pengaruh budaya Indonesia terjadi karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India. Kebudayaan yang datang dari India kemudian mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain seperti berikut.
a. Bidang Keagamaan Sebelum budaya Hindu-Buddha datang, telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang di Indonesia. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia secara perlahan memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh golongan elit di sekitar istana.
b. Bidang Politik Masyarakat Indonesia dikenalkan oleh orang-orang India tentang sistem pemerintahan kerajaan. Dalam sistem ini, kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan peraturan hukum kasta.Karena itu, lahirlah kerajaan-kerajaan di Indonesia, seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu-Buddha Masa Hindu dan Buddha
c. Bidang Sosial Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta, yaitu: (1) Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), (2) Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), (3) Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit). (4) Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan kasta yang ada di India, baik ciri-ciri maupun wujudnya. Hal ini tampak pada kehidupan masyarakat dan agama di Kerajaan Kutai. Berdasarkan silsilahnya, Raja Kundungga adalah orang Indonesia yang pertama tersentuh oleh pengaruh budaya India. Pada masa pemerintahannya, Kundungga masih mempertahankan budaya Indonesia karena pengaruh budaya India belum terlalu merasuk ke kerajaan. Penyerapan budaya baru mulai tampak pada saat Aswawarman, anak Kundungga, diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya. Adanya pengaruh Hindia mengakibatkan Kundungga tidak dianggap sebagai pendiri Kerajaan Kutai.
d. Bidang Pendidikan Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan.
e. Bidang Sastra dan Bahasa Pengaruh Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama di zaman kejayaan Kerajaan Kediri.
f. Bidang Arsitektur Salah satu arsitektur Zaman Megalitikum adalah Punden berundak. Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan, Candi Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan punden berundak agama Buddha Mahayana. Pada Candi Sukuh dan candi-candi di lereng Pegunungan Penanggungan, pengaruh unsur budaya India sudah tidak begitu kuat. Candi-candi tersebut hanyalah punden berundak. Begitu pula fungsi candi di Indonesia, candi bukan sekadar
tempat untuk memuja dewa-dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat dengan nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca merupakan perwujudan raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan kita pada bangunan punden berundak dengan menhirnya.
Masa Islam di Indonesia
3. Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Islam
Masuknya Agama Islam sangat berpengaruh pada masyarakat Indonesia. Kebudayaan Islam terus berkembang di Indonesia sampai sekarang. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia antara lain pada bidangbidang berikut.
a. Bidang Politik Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang memiliki corak Hindu-Buddha. Akan tetapi, setelah masuknya Islam, kerajaankerajaan yang bercorak Hindu-Buddha pelan-pelan mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam, seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lain-lain. Pada sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika raja pada suatu kerajaan meninggal dunia, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam.
b. Bidang Sosial Aturan kasta tidak diterapkan pada Kebudayaan Islam seperti kebudayaan Hindu. Pengaruh Islam yang berkembang sangat pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat Indonesia. Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Ibrahim, Hasan, Hamzah, Musa, dan lainnya mulai digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak diserap ke bahasa Indonesia, contohnya rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun), majelis (majlis), hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Begitu pula dengan sistem penanggalan. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini, ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah
berkembangnya Islam, Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
c. Bidang Pendidikan Pendidikan Islam berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam. Pesantren merupakan sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal menetap bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren, begitu juga Kiai tinggal di kompleks pesantren.
d. Bidang Sastra dan Bahasa Persebaran bahasa Arab lebih cepat daripada persebaran bahasa Sanskerta karena dalam Islam tak ada pengkastaan. Semua orang dari raja hingga rakyat jelata dapat dengan bebas mempelajari bahasa Arab. Pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang pandai menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab. Namun selanjutnya, rakyat kecil pun mampu membaca dan menulis huruf Arab.
Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di daerah Leran Gresik, tempat tersebut diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra Islam.
Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana. Ada perbedaan antara masjid-masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam ke Indonesia dengan masjid yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak mempunyai kubah di puncak bangunannya. Kubah digantikan dengan atap tumpang atau atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat serupa dengan arsitektur Hindu. Contohnya, Masjid Demak dan Masjid Banten Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau kalimat. Kaligrafi ada yang berwujud gambar binatang atau manusia (hanya bentuk siluetnya). Ada pula yang berbentuk aksara arab yang diperindah.
Teks-teks yang berasal dari Al-Quran merupakan tema yang paling sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini. Media kaligrafi yang sering digunakan
adalah nisan makam, mihrab, dinding masjid, kain tenunan, kayu, dan kertas sebagai pajangan.
Peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia Dilihat dari hukum tata negara, Proklamasi Kemerdekaan 1945 berarti bahwa bangsa Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tatanan hukum sebelumnya. Tatanan Hindia Belanda ataupun tatanan hukum pendudukan Jepang. Dengan kata lain, bangsa Indonesia mulai saat itu telah mendirikan tatanan hukum yang baru, yaitu tatanan hukum Indonesia. Di dalamnya berisikan hukum Indonesia, yang ditentukan dan dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia. Sehari setelah proklamasi dikumandangkan, para pemimpin bekerja keras membentuk lembaga pemerintahan sebagaimana layaknya suatu negara merdeka. PPKI kemudian menyelenggarakan rapat pada 17 Agustus 1945. Atas inisiatif Soekarno dan Hatta, mereka merencanakan menambah sembilan orang sebagai anggota baru yang terdiri dari para pemuda, seperti Chairul Saleh dan Sukarni. Namun, para pemuda memutuskan untuk meninggalkan tempat karena menganggap PPKI adalah bentukan Jepang.
1. Pengesahan UUD 1945 Rapat pertama PPKI untuk mengesahkan UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 dilaksanakan di Pejambon Jakarta. Sebelumnya, Soekarno dan Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H.Wachid Hasjim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr.Teuku Mohammad Hassan untuk mengkaji rancangan pembukaan UUD. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Piagam Jakarta yang dianut oleh BPUPKI pada 22 Juni 1945, khususnya berkaitan dengan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya”. Hal ini perlu dikaji karena pemeluk agama lain merasa keberatan jika kalimat itu dimasukkan dalam UUD. Akhirnya, setelah dilakukan pembicaraan yang dipimpin oleh Hatta, dicapai kata sepakat bahwa kalimat tersebut dihilangkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Rapat pleno dimulai pada pukul 11.30 di bawah pimpinan Soekarno dan Hatta. Dalam membicarakan UUD ini, rapat berlangsung lancar. Rapat berhasil menyepakati bersama rancangan Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. Rancangan yang dimaksud adalah Piagam Jakarta yang dibuat oleh BPUPKI dengan sedikit perubahan disahkan menjadi UUD. Isi dari UUD meliputi Pembukaan, Batang Tubuh yang terdiri dari 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 Ayat Aturan Tambahan disertai dengan penjelasan. Dengan demikian, Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat dalam hidup bernegara dengan menentukan arahnya sendiri.
2. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Pada hari yang sama, dalam rapat untuk memilih presiden dan wakil presiden, tampil Otto Iskandardinata yang mengusulkan agar pemilihan dilakukan secara mufakat. Ia sendiri mengajukan Soekarno dan Hatta masing-masing sebagai presiden dan wakil presiden. Tentunya hal ini sesuai dengan UUD yang baru disahkan. Dalam musyawarah untuk mufakat, secara aklamasi peserta sidang menyetujui dan menetapkan Soekarno dan Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia, diiringi dengan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
3. Pembagian Wilayah Indonesia Rapat PPKI pada 19 Agustus 1945 memutuskan pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan provinsi di seluruh bekas jajahan Hindia Belanda. Kedelapan provinsi tersebut adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Borneo (Kalimantan), Maluku, Sulawesi, Sunda Kecil (Nusa Tenggara), Sumatra, dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.
4. Pembentukan Kementerian Setelah rapat menetapkan wilayah, Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr. Ahmad Soebardjo menyampaikan laporannya. Panitia Kecil mengajukan tiga belas kementerian. Sidang kemudian membahas usulan tersebut dan menetapkan perihal kementerian. Selanjutnya, rapat memutuskan adanya dua belas departemen dan satu kementerian negara.
1. Menteri Luar Negeri:
Mr. Achmad Soebardjo
2. Menteri Dalam Negeri: R.A.A. Wiranatakoesoema Wakil Menteri Dalam Negeri:
Mr. Harmani
3. Menteri Keamanan Rakyat:
Soeljadikoesoemo
4. Menteri Kehakiman:
Prof. Dr. Soepomo
5. Menteri Penerangan:
Amir Sjarifuddin
Wakil Menteri Penerangan:
Ali Sastroamidjojo
6. Menteri Keuangan:
Dr. Samsi Sastrawidagda
7. Menteri Kemakmuran:
Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo
8. Menteri Pekerjaan Umum:
Abikoesno Tjokrosoejoso
9. Menteri Perhubungan:
Abikoesno Tjokrosoejoso
10. Menteri Sosial:
Iwa Koesoemasoemantri
11. Menteri Pengajaran:
Ki Hadjar Dewantara
12. Menteri Kesehatan:
Dr. Boentaran Martoatmodjo
Menteri Negara :
Mohammad Amir Wahid Hasjim Mr. Sartono A. A. Maramis Otto Iskandardinata
Pejabat setingkat menteri
Ketua Mahkamah Agung: Dr. Koesoema Atmadja Jaksa Agung:
Gatot Tarunamihardja
Sekretaris Negara:
Abdoel Gaffar Pringgodigdo
Juru bicara Negara:
Soekarjo Wirjopranoto
5. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat Pada 22 Agustus 1945, PPKI kembali menyelenggarakan rapat pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang akan menggantikan PPKI. Soekarno dan Hatta mengangkat 135 orang anggota KNIP yang mencerminkan keadaan masyarakat Indonesia. Seluruh anggota PPKI, kecuali Soekarno dan Hatta menjadi anggota KNIP. Mereka kemudian dilantik pada 29 Agustus 1945.
Susunan pengurus KNIP adalah sebagai berikut.
Ketua KNIP : Mr. Kasman Singodimejo
Wakil Ketua I :
Sutarjo Kartohadikusumo
Wakil Ketua II :
Mr.J.Latuharhary
Wakil Ketua III :
Adam Malik
Tugas dan wewenang KNIP adalah menjalankan fungsi pengawasan dan berhak ikut serta dalam menetapkan GBHN.
6. Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan Pada 23 Agustus Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya BKR sebagai badan kepolisian yang bertugas menjaga keamanan. Mayoritas angota BKR terdiri dari mantan anggota PETA, KNIL, dan Heiho. Terpilih sebagai pimpinan BKR pusat adalah Kaprawi. Dalam perkembangannya, kebutuhan untuk membentuk tentara tidak dapat diabaikan lagi. Apalagi setelah Sekutu membebaskan para serdadu Belanda bekas tawanan Jepang dan melakukan tindakan-tindakan yang mengancam pertahanan dan keamanan. Soekarno kemudian memanggil mantan Mayor KNIL Oerip Soemohardjo dari Yogyakarta ke Jakarta. Oerip Soemohardjo diberi tugas untuk membentuk tentara nasional. Berdasarkan maklumat Presiden RI, pada 5 Oktober berdirilah Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Soepriyadi (tokoh perlawanan tentara PETA terhadap Jepang di Blitar) terpilih sebagai pimpinan TKR. Atas dasar maklumat itu, Oerip Soemohardjo segera membentuk Markas Besar TKR yang dipusatkan di Yogyakarta. Pada perkembangannya, Tentara Keamanan Rakyat berubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat pada 7 Januari 1946. Nama itu berubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada 24 Januari 1946. TRI berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947. Dengan demikian, hingga pertengahan 1947 pemerintah telah berhasil menyusun, mengonsolidasi, sekaligus menyatukan alat pertahanan dan keamanan.
Persamaan dan perbedaan strategi pergerakan nasional Indonesia pada awal kebangkitan nasional sampai proklamasi kemerdekaan Indonesia
Faktor yang menimbulakn pergerakan nasional antara lain :
a. Faktor eksternal, waktu itu umumnya bangsa-bangsa di Asia menghadapi imperialisme Barat menimbulkan bangkitnya nasionalisme Asia. Selain itu kemenangan Jepang terhadap Rusia tahun 1905 membuktikan Bangsa Timur dapat mengalahkan Bangsa Barat. Disamping itu, adanya gerakan Turki Muda yang mencari perbaikan nasib. b. Faktor internal, adanya rasa tidak puas, penderitaan, rasa kesedihan dan kesengsaraan yang dialami bangsa Indonesia. Perasaan tersebut sudah diungkapkan dengan perlawan melawan Belanda, namun karena masih bersifat kedaerahan perlawanan tersebut selalu berbuah gagal. Kemudian mereka sadar, Indonesia harus bersatu melawan dengan nasionalisme. Dilihat dari segi perjuangan organisasi pada masa pergerakan nasional Indonesia memiliki 2 strategi, yaitu radikal dan moderat. Perjuangan bersifat radikal adalah perjuangan yang amat keras menuntut perjuangan dengan cara nonkoorperasi (tidak bekerja sama) terhadap kolonial. Sedangkan bersifat adalah perjuangan yang menghindari tindakan kekerasan atau perilaku ekstrem dengan penerapan taktik koorperasi dengan penguasa kolonial. Bentuk dan strategi organisasi pergerakan nasional memiliki perbedaan meski memiliki satu tujuan yang sama yaitu mencapai kemerdekaan. Bentuknya ada yang berupa organisasi sosial, politik, kebudayaan, gerakan pemuda, gerakan wanita, gerakan buruh maupun keagamaan. Sedangkan strateginya secara umum yaitu : i. ii. iii. iv.
Menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya Sudah bersifat nasional, tidak kedaerahan Tidak menggunakan kekerasan senjata Dipimpin tokoh-tokoh agama, kaum terpelajar, tokoh-tokoh pemuda, dan tokoh-tokoh masyarakat v. Asas perjuangannya ada yang bersifat kooperatif (tetapi bukan prinsip) dan non-kooperatif Dengan taktik dan strategi baru yang bersifat nasionalis, muncullah organisasi berkonsep nasionalisme. Inilah yang menandai perubahan pergerakan dari fisik kedaerahan menjadi pergerakan nasional yang modern. A. Organisasi awal pergerakan 1. Budi Utomo Budi Utomo (BU) merupakan pergerakan nasional yang didirikan tanggal 20 Mei 1908, di Jakarta oleh dr. Wahidin Sudirohusodo. Bertujuan menggalang dana untuk membantu anak-anak bumiputra yang kekurangan. Namun ide itu kurang mendapat dukungan dari Kaum Tua. Ide dr. Wahidin itu kemudian diterima dan kembangkan oleh Sutomo, mahasiswa School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten (STOVIA). Yang kemudian dipilih sebagai ketua. Sebagian besar pendiri BU adalah pelajar STOVIA, seperti Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo, dan RT Ario Tirtokusumo. Pada 29 Agustus 1908, dr. Wahidin Sudirohusodo mendirikan BU di Yogyakarta. Para tokoh pendiri BU berpendapat bahwa untuk mendapatkan kemajuan, maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi perhatian utama.
Organisasi itu mempunyai corak sebagai organisasi modern, yaitu mempunyai pimpinan, ideologi dan keanggotaan yang jelas. Kemudian diikuti oleh organisasiorganisasi lain yang membawa pada perubahan sosial-politik. Organisasi BU bersifat kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda. BU bersifat tidak membedakan agama, keturunan, dan jenis kelamin. Pada mulanya organisasi ini orientasinya hanya sebatas pada kalangan priyayi, namun pancaran etnonasionalisme semakin terlihat saat dilaksanakan kongres BU pada 3-5 Oktober 1908, di Yoyakarta. Dalam kongres itu dibahas tentang dua prinsip perjuangan, golongan muda menginginkan perjuangan politik dalam menghadapi pemerintah kolonial, sedangkan golongan tua mempertahankan cara lama yaitu perjuangan sosio-kultural. Orientasi politik semakin menonjol di kalangan muda kemudian mencari organisasi yang sesuai dengan mendirikan Sarekat Islam. Pada waktu dibentuk Dewan Rakyat (Volksraad) pada tahun 1918, wakil-wakil BU duduk di dalamnya. Pemerintah dengan demikian tidak menaruh curiga karena sifat BU yang moderat. Pemerintah Hindia Belanda mengakui BU sebagai organisasi yang sah pada Desember 1909. Dukungan dari Pemerintah Hindia Belanda ini tidak lain sebagai bagian dari pelaksanaan Politik Etis. Ini menyebabkan kecurigaan oleh kalangan bumiputera. BU mulai kehilangan wibawanya pada tahun 1935, organisasi itu bergabung dengan organisasi lain menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra). Namun demikian, dengan segala kekurangannya BU telah mewakili aspirasi pertama rakyat Jawa ke arah kebangkitan dan juga aspirasi rakyat Indonesia. Keberadaan BU memberikan inspirasi untuk organisasi-organisasi modern lainnya, seperti Jong Sumatra, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah, dan lain-lain. 2. Sarekat Islam SI awalnya adalah Sarekat Dagang Islam yang terbentuk akibat kegelisahan R.M Tirtoadisuryo yang mengetahui pedagang pribumi terdesak akibat pengusaan pedagang Cina. Pada mulanya SI bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan persamaan sosial. Sebagai perkumpulan dagang SDI kemudian berpindah ke Surabaya yang merupakan kota dagang di Indonesia. SDI selanjutnya dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator yang cakap dan bijak, kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di bawah kepemimpinannya diletakkan dasar-dasar baru yang bertujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. Disamping itu SDI juga memajukan rakyat dengan menjalankan hidup sesuai ajarana agama dan menghilangkan paham yang keliru tentang agama Islam. SDI kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913. Pada kongres SI yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya, ia menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa asing. Usaha di bidang ekonomi itu nampak sekali dengan didirikannya koperasi di Kota Surabaya. Di Surabaya pula berdiri PT. Setia Usaha, yang bergerak tidak saja menerbitkan surat kabar “Utusan Hindia”, juga bergerak di bidang penggilingan padi dan perbankan. Usaha itu dimaksudkan untuk membebaskan kehidupan ekonomi dari ketergantungan bangsa asing. Dalam waktu kurang dari satu tahun SI sudah berkembang pesat dengan banyaknya cabang di berbagai daerah. Ini merupakan ancaman bagi pemerintah kolonial sehingga mereka membuat peraturan untuk menghambat perkembangan SI. Kemudian dibentuklah Central Sarikat Islam (CSI) yang
mengorganisasikan 50 cabang kantor SI daerah. SI berubah menjadi organisasi politik dan mengirimkan wakilnya dalam Volksraad. Dalam November Beloofte, Gubernur Jenderal Belanda mengatakan bahwa suatu saat Volksraad akan menjadi tempat menampung suara rakyat. Namun demikian, Volksraad tetap menjadi alat kolonial sehingga Agus Salim dan Cokroaminoto merubah sifat organisasi mereka menjadi nonkooperatif. Dalam kongres SI (1914), Cokroaminoto dipilih menjadi ketua. Masalah internal pun muncul dan kewibawaan CSI berkurang. Karena itu perpecahan harus dihindari. Pada kongres tahunan, Cokroaminoto mengatakan bahwa Indonesia memerlukan pemerintahan sendiri. Dengan kata lain, yaitu menyatukan beberapa etnis menjadi bangsa Indonesia. Cokroaminoto dikenal sebagai orator yang cerdas, menimbulkan seorang pemuda meniru caranya berpidato. Ialah Soekarno. Kongres tetap berjalan dan memutuskan bahwa azas perjuangan SI adalah pemerintahan berdiri sendiri dan melawan pemerintah kolonial. Rakyat memberikan simpati dan keanggotaan SI pun semakin banyak. Namun, sebagai organisasi yang besar SI telah disusupi orang-orang yang menjadi anggota Indische Sociaal Democratische Vereninging (ISDV), seperti Semaun dan Darsono. Yang memberikan pengaruh sosial-komunis. Pada kongres kelima, SI mengalami perpecahan menjadi SI merah yang beraliran ekonomi dogmatis (komunis) dipimpin Semaun dan SI putih beraliran nasional keagamaan dipimpin oleh Cokroaminoto. Namun karena dalam partai tidak boleh rangkap, maka Semaun dikeluarkan dari SI. Dengan demikian, pengaruh PKI dalam SI telah teratasi. Dalam kongres di Madiun, CSI berubah nama menjadi Partai Sarekat Islam. Sedangkan yang mendapat pengaruh PKI bernaung dalam Sarekat Rakyat bentukan PKI. PSI nonkooperatid, namun anggotanya diperbolehkan duduk dalam Dewan Rakyat atas nama pribadi. Kongres tahun 1927 menyatakan azas PSI adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. PSI bergabung dalam Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia sehingga nama PSI menjadi PSII dengan bertmbah kata Indonesia. Banyaknya anggota PSII menimbulkan perpecahan, hingga mengalami kemunduran. Peranannya sebagai partai Islam dilanjutkan oleh Partai Islam Indonesia di bawah Dr. Sukiman. 3. Indische Partij Organisasi ini berdiri karena orang Indo-Belanda dianggap lebih rendah meski mereka termasuk dalam bangsa kelas I. E.F.E Douwes Dekker berkeinginan melanjutkan Indische Bond yang sebelumnya telah dibuat. Keinginan itu semakin kuat saat ia bertemu dengan dr. Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara (Tiga Serangkai). Sebagai seorang koresponden surat kabar de Locomotief di Semarang, kemudian harian Soerabajasch Handelsblad, Bataviaasch Nieuwsblad, dan akhirnya di majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Expres, Douwes Dekker dengan mudah dapat mengutarakan gagasannya. Douwes Dekker berpendapat bahwa tujuan akhir organisasi adalah kemerdekaan. Ia juga melakukan propaganda ke seluruh Jawa dai 15 September-3 Oktober 1912 dengan menemui pemimpin elit BU untuk membangkitkan semangat golongan bumiputera untuk melawan penjajah. Kunjungan itu menghasilkan tanggapan positif hingga anggota IP pun bertambah terus hingga menjadikan IP sebagai partai yang berbahaya. Akibatnya para pemimpin IP ditangkap dan dibuang. Douwes Dekker ke Timor, Kupang; C.mangunkusumo ke Bkuma; Suwardi Suryaningrat ke Bangka. Kemudian mereka
dibuang ke Belanda. Satu persatu mereka akhirnya dipulangkan. Namun IP sudah berganti nama menjadi Insulinde. Namun kurang mendapat perhatian, hingga berubah nama lagi menjadi Naational Indische Partij. Suwardi Suryaningrat kemudian mendirikan Perguruan Taman Siswa. B. Organisasi keagamaan 1. Muhammadiyah BU menginspirasi KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 yang bercirikan organisasi sosial, pemdidikan, dan keagamaan. Salah satu tujuannya adalah memurnikan ajaran Islam, yang seharusnya bersumber dari AlQuran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah amar makruf nahimunkar. Pembaruan model Wahabiyah di Arab pun dimulai. Dari organisasi, pendidikan, media, hingga kemasyarakatan. Munculah organisasi wanita bernama Aisyah yang hanya menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai tugas yang sama dalam mengajak kebaikan dan menjauhi keburukan. 2. Nahdlatul Ulama Bertepatan dengan Kongres Islam sedunia, para ulama mendirikan lembaga bernama Jam’iyatul Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 di Surabaya dengan salah satu ulama nya adalah Kyai Haji Hasyim Ashari. Berpegang teguh pada Ahlusunnah wal jam’ah dengan tujuan masalah ekonomi, sosial dan pendidikan. Pada 1935 NU berkembang pesat serta tetap berusaha memperluas pengaruhnya ke seluruh jawa. Kongres selanjutnya dibentuk Wanita Nahdlatul Ulama Muslihat dan Organisasi Ansor. 3. Organisasi islam lainnya Banyak keturunan Arab yang ada di Indonesia, mendorong A.R Baswedan untuk mendirikan Partai Arab Indonesia. Di Sumatra Barat, didirikan Sumatra Thawalib oleh pemuda Sumatra Barat yang telah belajar di Mekah pada Syekh Akhmad Katib. Mereka membawa ajaran Islam modern dengan dorongan Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh. Bertujuan mengusahakan dan memajukan ilmu pengetahuan bagi kemajuan masyarakat menurut ajaran Islam. Kemudian berganti nama menjadi Persatuan Muslim Indonesia dan bertujuan Indonesia Merdeka dan Islam Jaya. Tetapi kemudian dilarang oleh pemerintah. Persatuan Tarbiyah Islam, didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar Rasuly yang bertentangan dengan Thawalib. Tujuannya adalah pendidikan, dengan mendirikan madrasah dan membuat majalah sebagai penyalur aspirasi. Setelah kemerdekaan, berubah nama menjadi Partai Tarbiyatul Islam. Organisasi yang sejalan dengan Perti adalah Persatuan Msulim Tapanuli yang didirikan Syekh Musthafa Purba. Di Bandung berdiri Persatuan Islam yang bertujuan meningkatkan kesadaran beragama dan semangat ijtihad. Organisasi ini muncul sebagai reaksi pembatasan gerak Jamiyatul Khair. Di Kalimantan Selatan berdiri organisasi lanjutan SI dengan mendirikan madrasah Daru Salam yang dilengkapi asrama dan sawah sebagai tempat belajar. Di Aceh juga muncul Persatuan Ulama Seluruh Aceh akibat kegagalan SI. Didirikan oleh Tengku M.Daud Beureuh. Bertujuan meningkatkan pendidikan agar terlaksana syariat Islam. Kemudian Nahdlatul Wathan di Nusa Tenggara. Organisasi ini berorientasi pada pendidikan. 4. Majelis Islam Ala Indonesia
MIAI merupakan organisasi gabungan dari politik dan massa yang bersifat moderat terhadap Belanda. MIAI juga diakui oleh Jepang, tetapi dibubarkan karena tidak memuaskan. Diganti dengan Majelis Syuro Msulimin Indonesia. Dipimpin KH Hasyim Ashari, KH Mas Mansyur, KH Farid Ma’aruf, KH Hasyim, Kartosudarmo, KH Nachrowi, dan Zainal Arifin. C. Organisasi pemuda Tri Koro Dharmo didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915 dengan ketua dr. Satiman Wiryosanjoyo. Beranggotakan pemuda-pemuda Jawa. Berubah nama menjadi Jong Java danmenjadi bersifat nasional. Setelah sumpah pemuda, ia berfusi dalam Indonesia Moeda. 1917 berdirilah Jong Sumatera Bond, bertujuan memperkukuh hubungan antarpelajar dan menumbuhkan kesadaran pada anggotanya. Tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin. Perkumpulan lain ada Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon yang kemudian berfusi dalam Indonesia Moeda. Muncul Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia di Bandung oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung. Kemudian berdiri Jong Indonesia yang sudah bersifat nasional dan berganti nama menjadi Pemuda Indonesia dan organisasi wanitanya adalah Putri Indonesia. Tahun 1926, diadakan Kongres Pemuda I yang dihadiri anggota-anggota yang masih bersifat kedaerahan. D. Organisasi wanita Pada 1912 berdiri Putri Mardika di Jakarta. Bertujuan membantu gadis bumiputera mendapat pendidikan dan belajar berbicara didepan umum. Dengan beberapa tokoh yaitu, Sabaruddin, R.A Sutinah, Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, Sandikan Tondokusumo. Kartini Fonds, didirikan Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat politik. Fokus tujuan mereka adalah mendobrak berbagai kungkungan wanita dan menginginkan kemajuan. Munculnya organisasi-organisasi wanita di berbagai daerah mendorong pergerakan wanita untuk meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan. Mereka tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan, namun juga sosial. E. Partai Komunis Indonesia Di Belanda, Sneevliet, Brandster, dan Dekker mendirikan ISDV. Mereka berusaha mendekati rakyat tapi tidak berhasil. Maka Sneevliet menyusup dalam SI dan memberikan paham komunis sehingga SI terpecah. Radikalisme komunis membuatnya diusir oleh Belanda sehingga terjadi pergantian pemimpin. Mereka berganti nama menjadi Partai Komunis Hindia kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia. Komunisme cepat tersebar di masyarakat karena mereka berfikir akan terlepas dari penjajahan. Oleh Belanda, para pemimpin PKI ditangkap. Semaun dan Darsono melarikan diri ke Rusia. Pemerintahan dipimpin Tan Malaka. Akhirnya Tan Malaka ditangkap dan diasingkan dengan Abdul Muis. PKI selanjutnya bergabung dengan Comintern. F. Perhimpunan Indonesia : manifesto politik Para pelajar Hindia di Belanda mendirikan Indische Vereniging beranggotakan orang-orang Hindia, Cina, Belanda. Didirikan oleh R.M Notoruoto, R. Panji Sosrokartono dan R. Husein Jajadiningrat. Semula bergerak di bidang sosialis. Mengeluarkan majalah Hindia Putera. Banyaknya pemuda-pemuda pelajar di tanah Hindia yang dibuang ke Belanda,
semakin menggiatkan aktivitas perkumpulan itu. Dalam perkembangan selanjutnya perkumpulan itu mengutamakan masalah-masalah politik. Jiwa kebangsaan yang semakin kuat diantara mahasiswa Hindia di Belanda mendorong mereka untuk mengganti nama Indische Vereninging menjadi Indonesische Vereeniging (1922). Selanjutnya perkumpulan itu berganti nama Indonesische Vereeniging (1925), dengan pimpinan Iwa Kusuma Sumatri, JB. Sitanala, Moh.Hatta, Sastramulyono, dan D. Mangunkusumo. Nama perhimpunannya diganti lagi menjadi “Perhimpunan Indonesia” (PI). Nama majalah terbitan mereka juga berganti nama Indonesia Merdeka. Itu semua merupakan usaha baru dalam memberikan identitas nasioalis yang muncul di luar tanah air. Mereka juga membuat simbol-simbol baru, merah putih sebagai lambang mereka dan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh perjuangan. Perhimpoenan Indonesia semakin mendapat simpatik dari para mahasiswa Indonesia di tanah Belanda. Jumlah keanggotaannya pun semakin bertambah banyak. Tahun 1926 jumlah anggota mencapai 38 orang. Di tanah Belanda itulah para mahasiswa itu menyerukan pada semua pemuda di Indonesia Hindia untuk bersatu padu dalam setiap gerakan-gerakan mereka. PI bersemboyan “ self reliance, not mendiancy”, yang berarti tidak memintaminta dan menuntut-nuntut. Dalam Anggaran Dasarnya juga disebutkan, bahwa kemerdekaan Indonesia hanya diperoleh melalui aksi bersama, yaitu kekuatan serentak oleh seluruh rakyat Indonesia berdasarkan kekuatan sendiri. Kepentingan penjajah dan yang terjajah berlawanan dan tidak mungkin diadakan kerjasama (nonkoperasi). Bangsa Indonesia harus mampu berdiri di atas kaki sendiri, tidak tergantung pada bangsa lain. PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Dengan demikian jelaslah bahwa Perhimpunan Indonesia merupakan manifesto politik pergerakan Indonesia. Karena Perhimpunan itu lahir di negeri asing yang saat itu menjadi penjajah tanah Hindia. Dari tempat penjajah itulah perkumpulan pemuda terpelajar itu berhasil mengobarkan semangat dan panji-panji kemerdekaan Indonesia. jelaslah bahwa para pemuda Indonesia tidak takut untuk membela dan berjuang untuk kemerdekaan tanah airnya dengan segala resikonya. 7. Taman Siswa Awalnya, Taman Siswa bernama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Institut Pendidikan Nasional Taman Siswa). Saat itu Taman Siswa hanya memiliki 20 murid kelas Taman Indria. Namun, kemudian Taman Siswa berkembang pesat dengan memiliki 52 cabang dengan murid kurang lebih 65.000 siswa. Azas Taman Siswa adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Hkamuyani”. Artinya, “guru di depan harus
memberi contoh atau teladan, di tengah harus bisa menjalin kerjasama, dan di belakang harus memberi motivasi atau dorongan kepada para siswanya.” Azas ini masih relevan dan penting dalam dunia pendidikan. Taman Siswa mendobrak sistem pendidikan Barat dan pondok pesantren, dengan mengajukan sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional yang ditawarkan adalah pendidikan bercirikan kebudayaan asli Indonesia. Taman Siswa mengalami banyak kendala dari pihakpihak yang tidak mendukung. Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengeluarkan berbagai aturan untuk membatasi pergerakan Taman Siswa, seperti dikenai pajak rumah tangga dan Undang-Undang Ordonansi Sekolah Liar Tahun 1932 yakni larangan mengajar bagi guru-guru yang terlibat partai politik. Taman siswa mampu memberikan kontribusi yang luar biasa bagi masyarakat luas dengan pendidikan, Taman Siswa mampu menyediakan pendidikan untuk rakyat yang tidak mampu disediakan oleh pemerintah kolonial. Saat ini sekolah Taman Siswa masih berdiri dan tetap berperan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. 8. Organisasi Buruh Perkumpulan Adhi Dharma yang didirikan oleh Suryopranoto (kakak Ki Hajar Dewantara) pada tahun 1915 berperan sebagai organisasi yang membela kepentingan kaum buruh, termasuk membantu para buruh yang dipecat untuk memperoleh pekerjaan baru dan membantu keuangan mereka selama mencari pekerjaan. Pada bulan Agustus 1918, Suryopranoto membentuk gerakan kaum buruh bernama Prawiro Pandojo ing Joedo atau Arbeidsleger (tentara buruh) yang merupakan cabang dari Adhi Dharma. Organisasi ini didirikan sebagai dampak dari terjadinya aksi perlawanan kaum buruh pabrik gula di Padokan (sekarang pabrik gula Madukismo), Bantul, Yogyakarta. Bulan November 1918, Suryopranoto mendeklarasikan berdirinya Personeel Fabriek Bond (PFB) yang beranggotakan buruh tetap, Perkumpulan Tani dan koperasi yang kemudian lazim disebut sebagai Sarekat Tani dengan anggota kuli kenceng atau pemilik tanah yang disewa pabrik, serta Perserikatan Kaoem Boeroeh Oemoem (PKBO) yang beranggotakan buruh musiman. PFB didirikan untuk membela kepentingan kaum buruh yang terus mengalami penindasan. Bersama PFB, Suryopranoto memimpin banyak aksi mogok kerja untuk menuntut peningkatan kesejahteraan bagi kaum buruh. Pada tahun 1918 Adi Dharma menjadi bagian dari Sarekat Islam (SI), maka Personeel Fabriek Bond (PFB) yang terbentuk dalam tahun tersebut otomatis berada di bawah perlindungan Central Sarekat Islam (CSI). Sepulang dari pembuangan penjara Sukamiskin, Suryopranoto dan Adhi Dharma turut berkiprah sebagai pengajar di Taman Siswa, lembaga pendidikan untuk kaum bumiputera yang didirikan oleh sang adik, Suwardi Suryaningrat, yang saat itu telah berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara.
Strategi perlawanan bangsa indonesia terhadap penjajah sampai abad XX
A.
Perlawanan Fisik Bangsa Indonesia terhadap Penjajahan Barat 1.
Perlawanan terhadap Portugis a.
Perlawanan Rakyat Demak terhadap Portugis Pada tahun 1513 Demak melakukan penyerangan terhadap Portugis di Malaka dengan bantuan Kerajaan Aceh. Penyerangan dipimpin oleh Adipati Unus yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pada masa pemerintahan Adipati Unus, Demak melakukan blokade pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan. Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya Kerajaan Pajajaran oleh Fatahillah pada tahun 1527.Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa (sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak yang dipimpin Fatahillah dan tentara Portugis. Portugis pun berhasil dipukuk mundur. Kemudian Pelabuhan Sunda Kelapa diganti namanya menjadi Jayakarta yang berarti kejayaan yang sempurna oleh Fatahillah.
b.
Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis
Portugis mulai mengusik kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam saat berada di Malaka. Portugis berusaha menguasai Kerajaan Aceh Darussalam yang menjadi pusat perdagangan baru setelah jatuhnya Malaka. Pada tahun 1513, Aceh bersama Demak melancarkan serangan ke Malaka, tapi gagal. Portugis pun sama juga gagal melancarkan serangan ke Aceh. Aceh meminta bantuan persenjataan, militer, dan ahli perang dari Turki. Dan bantuan dipenuhi oleh Turki pada tahun 1567. Setelah bantuan dari Turki datang, pada tahun 1568 Aceh bersama Turki menyerang Portugis di Malaka. Portugis terpaksa bertahan mati-matian dalam menghadapi serangan tersebut di Benteng A Famassa. Namun, Portugis dapat menggagalkan serangan dari Aceh. c. 2.
Perlawanan Rakyat Ternate terhadap Portugis Perlawanan terhadap VOC-Hindia Belanda
a. b. 3.
Perlawanan terhadap VOC Perlawanan terhadap Pemerintahan Hindia Belanda Perlawanan terhadap Inggris
a.
Perlawanan Kraton Yogyakarta terhadap Penjajahan Bangsa Inggris Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan Karesidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd. Saat itu, Karesidenan Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwana II atau Sultan Sepuh. Sultan HB II terkenal keras dan sangat menentang pemerintah kolonial sehingga membuat orang Eropa (Inggris) terganggu. Sikap kerasnya tersebut terlihat ketika Raffles untu pertama kali datang ke Yogyakarta pada bulan Desember 1811. Saat itu, Sultan HB II berani bertengkar dengan Raffles. Selanjutnya, juga terjadi pada awal Januari 1812. Dalam pertemuan ini ada insiden kecil yang terjadi ketika tempat duduk Raffles di Keraton Yogyakarta dibuat lebih rendah dari Sultan HB II. Insiden ini pun berhasil diatasi. Sultan HB II tidak puas dengan hasil pertemuannya dengan Raffles. Sultan HB II semakin kecewa dengan pemerintah Inggris. Secara diam-diam, Sunan Pakubuwana IV (Sultan PB IV) mengutus Tumenggung Ronowijoyo untuk menghadap Sultan HB II dengan membawa surat. Dalam surat itu, Sunan PB IV mengusulkan kerja sama untuk melawan Inggris dan bila berhasil akan membagi 2 wilayah yang telah dirampas oleh orang Eropa. Sultan HB II menyetujui hal itu dan mengirimkan Tumenggung Sumodiningrat. Kesepakatan tercapai pada awal Mei 1812 di Klaten antara Ronowijoyo dan Sumodiningrat. Tanpa sepengetahuan Sultan HB II, Sunan PB IV mengutus Patih Cokronegoro untuk menemui putra mahkota Yogyakarta. Cokronegoro menyampaikan bahwa Sunan PB IV menghendaki putra mahkota
Surojo naik tahta dan bersedia membantunya. Sunan PB IV menawarkan untuk kerja sama melawan Inggris dan ketika Inggris berhasil diusir dari Jawa, wilayah Jawa akan dibagi 2 antara Surakarta dan Yogyakarta. Rencana ini pun tercium oleh John Crawfurd yang segera mengirimkan berita itu pada Raffles. Setelah mendengar berita tersebut, Raffles memerintahkan Mayor Jenderal Gillespie untuk berangkat ke Yogyakarta dan menyerbu Keraton Yogyakarta. Pada tanggal 19-20 Juni 1812, Inggris menyerbu Keraton Yogyakarta. Dalam pertempuran 2 hari, Inggris berkekuatan 1000 serdadu berseragam merah. Jumlah itu masih ditambah 500 prajurit Leguin Pangeran Prangwedono dari Mangkunegaran, Surakarta. Sultan HB II yang menghadapi Inggris tidak mendapat bantuan dari Surakarta seperti yang tertulis dalam surat rahasia bahwa Surakarta akan membantu Yogyakarta dalam melakukan perlawanan terhadap Inggris. Perang ini diakhiri dengan menyerahnya Sultan HB II dan dimulainya penjarahan besar-besaran harta, pusaka, dan pustaka Keraton Yogyakarta. Setelah itu, Raffles memerintahkan penangkapan Sultan HB II. Sultan HB II dibawa ke Batavia dan menunggu pengadilan disana. Sultan HB II dijatuhi hukuman pembuangan ke Pulau Penang pada awal Juli 1812. PB IV pun dirampas sebagian wilayahnya. b.
Perlawanan Rakyat Palembang terhadap Penjajahan Bangsa Inggris Raffles mengirim 3 orang utusan yang dipimpin oleh Richard Philips ke Palembang untuk mengambil alih kantor sekaligus benteng Belanda di Palembang dan meminta hak kuasa sultan atas tambang timah di Pulau Bangka. Sultan Mahmud Badaruddin II menolak permintaan itu dengan merujuk pada surat Raffles sebelumnya bahwa kalau Belanda berhasil diusir, Palembang akan menjadi kesultanan yang merdeka. Raffles pun kaget luar biasa setelah mengetahui bahwa dengan cerdas Sultan Mahmud Badaruddin II menjadikan isi suratnya dahulu sebagai legitimasi untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris. Raffles pun memilih untuk mengkhianati janjinya tersebut. Ia mengirim ekspedisi perang di tahun 1812 yang dipimpin Mayor Jenderal Robert Gillespie. Ekspedisi pun sampai dalam waktu 1 bulan di Sungai Musi. Sultan Mahmud Badaruddin II juga sudah bersiap-siap menghadapi gempuran tersebut. Kesultanan Palembang akhirnya jatuh ke tangan Inggris hanya dalam waktu 1 minggu karena pertahanan di Pulau Borang sudah jebol tanpa perlawanan yang berarti. Ternyata adik sultan yang bernama Pangeran Adipati Ahmad Najamuddin telah menjadi komandan yang pengecut bagi pasukannya di pulau yang strategis itu. Mengetahui hal itu, Sultan Mahmud Bdaruddin II segera meninggalkan keraton Palembang dengan membawa seluruh tanda kebesaran kesultanan lalu mempersiapkan perlawanan gerilya terhadap Inggris.
Tanggal 26 April 1812, bendera Inggris sudah berkibar di atas benteng Palembang. Dan tanggal 14 Mei 1812, Najamuddin diangkat oleh Robert Gillespie atas nama Inggris untuk menggantikan kakanya sebagai Sultan Palembang. Tambang timah di Pulau Bangka dan Belitung akhirnya diserahkan oleh sultan boneka ini kepada Inggris. Robert Gillespie ditarik pulang ke Batavia karena keberhasilannya dan digantikan oleh Kapten R. Mearers menjadi Residen Palembang. Pertengahan Agustus 1812, Mearers memimpin pasukannya untuk menyerang Sultan Mahmud Badaruddin II di Buaya Langu, hulu Sungai Musi. Mearers mengalami luka parah dalam pertempuran ini yang akhirnya meninggal di rumah sakit di Muntok. Mearers digantikan oleh Mayor William Robinson. Tampaknya ia tidak cocok dengan Sultan Najamuddin yang dinilai menjadi sultan yang lemah dan tidak dihargai oleh rakyat. Robinson tidak setuju dengan keputusan Raffles yang mengangkat sultan tersebut, dan juga ia tidak suka dengan kebiasaan Raffles yang suka mengumbar janji, juga pembiaran yang dilakukan Raffles pada peristiwa pembantain paukan Belanda. Atas inisiatifnya sendiri, Robinson mengirim seorang perwira didampingi penerjemah untuk bernegosiasi dengan Sultan Mahmud Badaruddin II, namun gagal. Pada tangal 19 Juni 1813, Robinson datang sendiri untuk menemui Sultan Mahmud Badaruddin II di Muara Rawas. Misi yang dilaksanakan Robinson pun berhasil. Sultan Mahmud Badaruddin II mau kembali ke Palembang untuk menggantikan adiknya. Akhirnya, tanggal 13 Juli 1813, Sultan Mahmud Badaruddin II kembali ke istananya (keraton besar) di Palembang, sementara adiknya bertempat tinggal di keraton lama. Raffles sangat tersinggung dengan keputusan Robinson karena tidak meminta pendapatnya dulu. Akhirnya, perjanjian Robinson dengan Sultan Mahmud Badaruddin II dibatalkan sepihak. Robinson pun dipecat dan ditangkap dengan alasan menerima suap dari Sultan Mahmud Badaruddin II. Tanggal 4 Agustus 1813, armada Inggris dipimpin Mayor W. Colebrooke tiba di Palembang untuk menurunkan Sultan Mahmud Badaruddin II dari tahtanya kembali untuk digantikan oleh Sultan Najamuddin. Uang yang dikatakan uang suap untuk Robinson dikembalikan pihak Inggris ke Sultan Mahmud Badaruddin II lengkap dengan bunganya. Dan tanggal 21 Agustus 1813, Sultan Najamuddin kembali menduduki tahtanya di keraton besar.
Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sebelum dan sesudah abad ke-20
Pada abad ke-16 bangsa Eropa berlayar ke wilayah Timur, diantaranya Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Tujuan mereka adalah mencari rempah-
rempah dan juga menyebarkan agama kristen. Setelah sampai Nusantara keserakahan mereka timbul, yang awalnya hanya ingin berdagang tiba-tiba mereka ingin menguasai Nusantara. Keinginan mereka itulah yang melatarbelakangi bangsa Indonesia melakukan perjuangan. 1. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sebelum abad ke-20 Sebelum tahun 1908, banyak bangsa lain yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Banyak yang memeras, menyiksa dan merebut hak-hak rakyat Nusantara. Perjuangan bangsa Indonesia terhadap penjajah hampir dilakukan diseluruh wilayah, terutama di daerah yang menjadi pusat kekuasaan penjajah. Perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajah VOC menggunakan senjata dimulai pada abad ke-17, dimana perlawanan tersebut dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram, Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Iskandar Muda dari Aceh, Untung Surapati, Trunajaya, dan Ibnu Iskandar dari Minangkabau. Sedangkan yang berjuang pada abad ke-19 antara lain : a.
Thomas Matulesy ata Pattimura dari Maluku (1817)
b.
Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo, dan Pangeran Mangkubumi di Jawa (1825-1830)
c.
Tuanku Imam Bonjoldari Minangkabau Sumatera Barat (1822-1837)
d.
Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang (1817)
e.
Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat dari Kalimantan (1859-1862)
f.
I Gusti Kentut Jelantik dari Bali (1846-1849)
g.
Anak Agung Made dari Lombok (1895)
h. Teuku Umar, Panglima Polim, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nyak Dien dari Aceh (1873-1904) i.
Si Singamangaraja XII dari Batak (1878-1907)
Berbagai perlawanan rakyat Indonesia yang terjadi pada sebelum abad ke-20 seperti perlawanan Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan Agung serta perlawananperlawanan rakyat lainnya masih dalam batas-batas wilayah yang sempit dan parsial. Akibatnya perlawanan-perlawanan tersebut dapat diredam oleh kekuatan penjajah yang sudah menguasai secara nasional di Indonesia. Kegagalan perjuangan dengan kekerasan senjata oleh para pahlawan baik ketika melawan Portugis, Belanda, maupun Inggris karena bangsa Indonesia mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut: a.
Perjuangan bersifat lokal / kedaerahan
b. c.
Perlawanan terhadap penjajah dilakukan secara sporadis dan tidak dalam waktu yang bersamaan Perjuangan pada umunya dipimpin oleh pemimpin yang kharismatik
d. Perjuangan menentang penjajah sebelum masa 1908 dilakukan dengan kekerasan senjata e.
Para pejuang mudah diadu domba sehingga sering terjadi perselisihan antar pemimpin di Indonesia
Bangsa Indonesia sadar bahwa penjajah yang terorganisasi dengan baik tidak mungkin dapat dikalahkan oleh perjuangan yang bersifat lokal dan tidak terorganisasi, oleh karena itu strategi perjuangan baru lebih diorganisasi dengan baik agar setelah abad ke-20 menggunakan strategi yang baru dan bisa mengalahkan penjajah. 2. Strategi Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan Barat sesudah abad ke-20 Perjuangan bangsa Indonesia setelah abad ke-20 merupakan perjuangan yang sudah menunjukkan karakter yang bersifat nasional. Perjuangan nasional juga dikenal dengan istilah Pergerakan Nasional. Tak hanya bersifat nasional, tapi bersifat perjuangan diplomasi dan organisasi. Corak perlawanan berubah dari pola perjuangan fisik (memakai senjata) menjadi non fisik (diplomasi dan organisasi). Berubahnya corak perlawanan terhadap penjajah pada masa pergerakan nasional terwujud berkat meningkatnya pendidikan di masa itu yang kemudian melahirkan kelompok baru, yaitu kaum intelektual atau golongan terpelajar.
Hasil Busaya Praaksara yang berada di lingkungan terdekat Berdasarkan hasil kebudayaannya, secara garis besar kebudayaan Zaman Praaksara dibagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam.
1. Zaman Batu Pada Zaman Batu, peralatan yang digunakan manusia purba terbuat dari batu. Zaman Batu dibedakan menjadi empat zaman, yaitu Zaman Palaeolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, dan Megalithikum. Zaman Palaeolithikum (Zaman Batu Tua) Disebut Zaman Batu Tua karena hasil kebudayaan dibuat dari batu dan pengerjaannya masih sederhana dan kasar. Hasil kebudayaan pada Zaman Palaeolithikum yang terkenal adalah kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong. 1) Kebudayaan Pacitan
Pacitan adalah nama salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Pada zaman purba, diperkirakan aliran Bengawan Solo mengalir ke selatan dan bermuara di pantai Pacitan. Pada 1935, Von Koenigswald menemukan beberapa alat dari batu di Pacitan. Alatalat tersebut bentuknya menyerupai kapak, tetapi tidak bertangkai sehingga menggunakan kapak tersebut dengan cara digenggam. Alat-alat batu dari Pacitan ini disebut dengan kapak genggam (chopper) dan kapak perimbas. Di Pacitan juga ditemukan alat-alat berbentuk kecil yang disebut serpih. Berbagai benda peninggalan tersebut diperkirakan digunakan oleh manusia purba jenis Meganthropus. 2) Kebudayaan Ngandong Ngandong adalah salah satu daerah dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur. Di daerah Ngandong dan Sidorejo banyak ditemukan alat dari tulang dan alat-alat kapak genggam dari batu. Alat-alat dari tulang itu di antaranya dibuat dari tulang binatang dan tanduk rusa. Selain itu, ada juga alat-alat seperti ujung tombak yang bergerigi pada sisi-sisinya. Berdasarkan penelitian, alat-alat itu merupakan hasil kebudayaan Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Karena ditemukan di daerah Ngandong, dikenal secara umum dengan Kebudayaan Ngandong. Di dekat Sangiran, dekat dengan Surakarta ditemukan juga alat-alat berbentuk kecil yang biasa disebut flake. Manusia purba sudah memiliki nilai seni yang tinggi. Pada beberapa flake ada yang dibuat dari batu indah, seperti chalcedon. Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Madya) Dua hal yang menjadi ciri Zaman Mesolithikum adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan abris sous roche. 1) Kjokkenmoddinger Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark. Kjokken berarti dapur dan modding berarti sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampahsampah dapur. Kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung. Di dalam Kjokkenmoddinger ditemukan banyak kapak genggam. Kapak tersebut berbeda dengan chopper (kapak genggam dari Zaman Palaeolithikum). Kapak genggam tersebut dinamakan pebble atau Kapak Sumatra berdasarkan tempat penemuannya. Di samping pebble, ditemukan pula kapak pendek (hache courte) dan pipisan (batu bata penggiling beserta landasannya). 2) Abris Sous Roche Manusia purba menjadikan gua sebagai rumah. Kehidupan di dalam gua yang cukup lama meninggalkan sisa-sisa kebudayaan dari mereka. Abris sous roche adalah kebudayaan yang ditemukan di dalam gua-gua. Di daerah
mana alat-alat tersebut ditemukan? Alat-alat apa saja yang ditemukan di dalam gua tersebut? Di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur banyak ditemukan alatalat, seperti flake, kapak, batu penggilingan, dan beberapa alat dari tulang. Karena di gua tersebut banyak ditemukan peralatan dari tulang, disebut Sampung Bone Culture. Selain di Sampung, gua-gua sebagai abris sous roche terdapat juga di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.
Zaman Neolithikum (Zaman Batu Baru/Batu Muda) Zaman Neolithikum merupakan perkembangan zaman dari kebudayaan batu madya. Alat-alat dari batu yang mereka hasilkan lebih sempurna dan telah lebih halus disesuaikan dengan fungsinya. Hasil kebudayaan yang terkenal pada Zaman Neolitikum adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. 1) Kapak Persegi Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi yang besar sering disebut beliung atau pacul (cangkul). Sementara yang berukuran kecil disebut trah (tatah) yang digunakan untuk mengerjakan kayu. Alat-alat itu, terutama beliung, sudah diberi tangkai. Daerah persebaran kapak persegi adalah daerah Indonesia bagian barat, misalnya di daerah Sumatra, Jawa, dan Bali. 2) Kapak Lonjong Kapak lonjong dibuat dari batu berbentuk lonjong yang sudah diasah halus dan diberi tangkai. Fungsi alat ini diperkirakan untuk kegiatan menebang pohon. Daerah persebaran kapak lonjong umumnya di daerah Indonesia Bagian Timur, misalnya di daerah Irian, Seram, Tanimbar, dan Minahasa. Pada Zaman Neolithikum, di samping ada berbagai kapak, juga ditemukan berbagai alat perhiasan. Misalnya, di Jawa ditemukan gelanggelang dari batu indah dan alat-alat tembikar atau gerabah. Pada zaman itu sudah dikenal adanya pakaian. Hal ini terbukti dengan ditemukannya alat pemukul kulit kayu yang dijadikan sebagai bahan pakaian. Zaman Megalithikum (Zaman Batu Madya) Peninggalan kebudayaan Megalithikum terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan Megalithikum tidak hanya untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup manusia secara fisik. Mereka juga telah membuat berbagai bangunan batu untuk kepentingan berbagai upacara keagamaan, di antaranya dipergunakan dalam persembahyangan maupun untuk mengubur jenazah. Hasil-hasil Kebudayaan Megalithikum, antara lain sebagai berikut. 1) Menhir
Menhir adalah tiang atau tugu batu yang didirikan sebagai sarana untuk memuja arwah nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah. 2) Dolmen Dolmen merupakan bangunan berbentuk seperti meja batu, berkaki menhir (menhir yang agak pendek). Bangunan ini digunakan sebagai tempat sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang. Ada juga dolmen yang di bawahnya berfungsi sebagai kuburan. Bangunan semacam ini dinamakan pandusha.
3) Sarkofagus Sarkofagus adalah peti kubur batu yang bentuknya seperti lesung dan mempunyai tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali. Bersama Sarkofagus juga ditemukan tulang-tulang manusia beserta bekal kubur, seperti perhiasan, periuk, dan beliung. 4) Kubur Batu Kubur batu hampir sama dengan sarkofagus, begitu juga dengan fungsinya. Bedanya, kubur batu ini terbuat dari lempengan atau lembaran batu yang lepas-lepas dan dipasang pada keempat sisinya, bagian alas dan bagian atasnya. Kubur peti batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat. 5) Punden Berundak Punden berundak adalah bangunan dari batu yang disusun secara bertingkat. Fungsi bangunan ini adalah untuk pemujaan. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan. 6) Arca Arca adalah patung yang dibuat menyerupai bentuk manusia dan binatang. Binatang yang digambarkan, di antaranya gajah, kerbau, kera, dan harimau. Arca ini banyak ditemukan, antara lain di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Apa yang dapat kalian simpulkan dari berbagai peninggalan pada Zaman Batu Besar? Bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan manusia pada masa tersebut? Apakah mereka hanya membutuhkan keperluan untuk memenuhi perutnya? Berbagai peninggalan pada Zaman Megalithikum menunjukkan kepada kita bahwa manusia pada Zaman Praaksara telah sadar akan adanya kekuatan di luar manusia. Walaupun mereka tidak meninggalkan bentuk agama yang jelas, mereka telah menunjukkan ketaatan kepada Sang Pencipta.
2.
Zaman Logam
Pada Zaman Logam, manusia telah mengembangkan teknologi yang cukup tinggi. Mengapa dikatakan teknologi tinggi? Sebab batu tinggal membentuk sesuai kehendak pemahat. Logam sementara itu tidak dapat dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu. Manusia purba membuat peralatan dari logam seperti perunggu dan besi. Mereka telah mengolah bahan tersebut menjadi beraneka macam bentuk. Hal ini membuktikan bahwa manusia purba telah mengenal peleburan logam. Kebudayaan Zaman Logam sering juga disebut Zaman Perundagian. Manusia purba membuat peralatan dari logam, baik sebagai alat berburu, mengerjakan ladang, maupun untuk keperluan upacara keagamaan. Alat-alat dari perunggu, misalnya kapak corong atau kapak sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, serta Sulawesi Tengah dan Selatan. Di beberapa daerah di Indonesia juga ditemukan nekara. Nekara digunakan untuk upacara keagamaan (kepercayaan pada masa purba). Misalnya, dalam upacara memanggil hujan dan persembahan lainnya. Nekara ini berbentuk seperti berumbung yang berpinggang bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Jadi, seperti dandang telungkup. Daerah penemuannya di Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor ditemukan nekara yang berukuran kecil yang disebut moko. Selain nekara, juga ditemukan alat atau benda-benda perhiasan, seperti kalung, cincin, anting-anting, dan manik-manik.
KEHIDUPAN POLITIK, EKONOMI, DAN SOSIAL PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN 1. Bidang Ekonomi Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup mengontrol mata uang asing yang beredar di Indonesia, terutama mata uang Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan bea cukai dalam keadaan nihil, begitu juga dengan pajak. Oleh karena itu dengan sangat terpaksa pemerintah Indonesia menetapkan tiga mata uang sekaligus yaitu mata uang de javasche Bank , mata uang Hindia Belanda dan mata uang pemerintahan Jepang. Pemerintah Indonesia juga mengambil tindakan lain yaitu menasionalisasikan de javasche bank dan perkebunan – perkebunan asing milik swasta asing, serta mencari pinjaman dana dari luar negeri seperti Amerika, tetapi semua itu tidak memberikan hasil yang berarti dikarenakan adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup akses ekspor impor yang mengakibatkan negara merugi sebesar 200.000.000,00.
Banyak peristiwa yang mengakibatkan defisitnya keuangan negara salah satunya adalah perang yang dilancarkan sekutu dan NICA. Usaha- usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah RI untuk mengatasi masalah ekonomi adalah menyelenggarakan konferensi ekonomi pada bulan februari tahun 1946. Agenda utamanya adalah usaha peningkatan produksi pangan dan cara pendistribusiannya, masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan milik swasta asing. 2. Bidang Politik Kondisi dunia politik bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, banyak sekali mengalami perubahan dan pembaharuan di segala aspek. Sebagian besar melakukan pembenahan di dalam tubuh pemerintahan yang mana sebelumnya dipimpin oleh bangsa jepang yang menduduki bangsa Indonesia setelah Belanda. Pertama-tama melakukan rapat PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus 1945. Agenda pertama adalah menunjuk presiden dan wakil presiden serta mengesahkan dasar negara yaitu UUD Negara. Kemudian rapat terus berlanjut dengan agenda –agenda yang lebih luas yaitu pembentukan alat-alat perlengkapan negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian wilayah RI atas 8 Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satusatunya partai politik di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya hambatan dan kurangnya pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan dihadapi, maka jalannya pemerintahan menjadi tersendat dan tidak seluruhnya sesuai rencana dan cita-cita yang telah di rencanangkan.
3. Bidang sosial dan budaya Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada di dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan di proklamirkan, didalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi rasial dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di Indonesia sebelum kemerdekaan di dominasi oleh warga eropa dan jepang, sehingga warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari bangsawan atau penguasa. Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan misi utama yaitu menitik beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang mana telah di pelopori oleh Ki Hajar Dewantara yang mana di cetuskan menjadi Bapak pendidikan yang juga menjabat sebagai menteri pendidikan pada masa pasca kemerdekaan 1945.
KEHIDUPAN POLITIK, EKONOMI, DAN SOSIAL PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL A. DEMOKRASI LIBERAL 1. Kehidupan Politik Menganut sistem multipartai yang memicu persaingan antarfraksi politik di parlemen untuk saling menjatuhkan. a. Sistem Pemerintahan Presiden hanya bertugas sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala pemeritahan. Kegiatan pemerintahan dijalankan oleh Menteri. Perdana menteri dan kabinet bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR) Sistem pemerintahan yang berlaku adalah Parlementer. b. Kabinet 1) Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951) Merupakan koalisi antara Masyumi dengan Partai Indonesia Raya (PIR), Parindra, Partai Katolik, Parkindo, dan PSII. Moh. Natsir Perdana Menteri pertama Indonesia, berasal dari Partai Masyumi. Didukung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Moh. Roem, Assaat, Djuanda, Soemitro Djojohadikusumo. Perekonomian Indonesia mengalami masa paling menguntungkan.. Karena berlangsungnya Perang Korea pada tahun 1950-an yang mendorong naiknya harga komoditas hingga berdampak pada peningkatan pendapatan ekspor. Kabinet Natsir mulai goyah ketika Hadikusumo dari PNI mengeluarkan mosi tuntutan agar pemerintah mencabut PP No. 39 Tahun 1950 tentang pemilihan anggota lembaga perwakilan daerah. 2) Kabinet Sukiman (26 April 1951-23 Februari 1952) Merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi. Soekarno menunjuk Sukiman (Masyumi) dan Suwirjo (PNI) Program Kabinet Sukiman: a) Menyempurnakan alat-alat kekuasaan negara. b) Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek dan jangka panjang. c) Menyelesaikan persiapan pemilu dan mempercepat pelaksanaan otonomi daerah. d) Menyiapkan UU tentang pengakuan serikat buruh. e) Menjalankan politik luar negeri bebas aktif. f) Memasukkan Irian Barat dalam wilayah RI secepatnya. Keputusan kontroversial Keputusan Menteri Luar Negeri Ahmad Soebardjo menandatangani perjanjian Mutual
Security Act (MSA) dengan Duta Besar Amerika Serikat, Merle Cochran. Sunario (PNI) menganggap Ahmad Soebardjo melanggar politik luar negeri bebas aktif. Akibat mosi tersebut, Ahmad Soebadjo akhirnya mengundurkan diri. 3) Kabinet Wilopo (30 Maret 1952-2 Juni 1953) Merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi. Adanya penerapan sistem zaken kabinet, yaitu kabinet yang terdiri atas menteri-menteri yang ahli di bidangnya. Berbagai permasalahan yang muncul: a) Krisis ekonomi karena merosotnya ekspor impor yang semakin tidak terkendali. b) Muncul gerakan separatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. c) Terjadi Peristiwa 17 Oktober 1952, yaitu peristiwa perselisihan internal dalam lingkungan TNI. Sumber utama ketidakkompakan TNI. Kedudukan Kabinet Wilopo semakin tidak stabil saat terjadi peristiwa Tanjung Morawa. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri, Isqak Tjokrodisurjo menyetujui perusahaan Deli Planters Vereeniging mengelola tanahnya kembali di Tanjung Morawa. Tetapi atas hasutan PKI, banyak petani lokal menduduki tanah-tanah tersebut. 4) Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-24 Juli 1955) Merupakan koalisi antara PNI dan NU, Masyumi memilih menjadi oposisi. Soekarno menunjuk Ali Sastroamidjojo (PNI) dan Wongsonegoro (Partai Indonesia Raya) sebagai perdana menteri dan wakil perdana menteri. Prestasi: a) Mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA). b) Membentuk panitia pemilu yang diketuai Hadikusumo. Dalam mengatasi masalah perekonomian, Kabinet Ali berusaha meninjau ulang utang pemerintah dan cadangan devisa negara dengan cara membatalkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) berkaitan utang Indonesia kepada Belanda. 5) Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956) Program utama Pemberantasan korupsi yang mendapat dukungan rakyat dan TNI. Prestasi Berhasil menyelenggarakan pemilu pertama tahun 1955. Pemilu dilaksanakan 2 tahap:
a) Tahap pertama (29 September 1955) Memilih anggota DPR (parlemen) b) Tahap kedua (15 Desember 1955) Memilih anggota Konstituante 6) Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-14 Maret 1957) Merupakan koalisi antara PNI, Masyumi, dan NU. Program kerja: a) Melaksanakan pembatalan hasil KMB. b) Berjuang mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Indonesia. c) Memulihkan keamanan dan ketertiban serta pembangunan ekonomi, keuangan, industri, perhubungan, pendidikan, dan pertanian. d) Melaksanakan hasil keputusan KAA. e) Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Berbagai permasalahan yang muncul: a) Sentiment anti-Tionghoa mulai berkembang dalam masyarakat. b) Muncul kekacauan di berbagai daerah yang mengarah pada gerakan separatisme. c) Perselisihan antara pengusaha Tionghoa dan pengusaha nasional akibat pembatalan hasil KMB. Akhir masa Kabinet Ali II disebabkan oleh mundurnya sejumlah menteri. 7) Kabinet Djuanda (9 April 1957-5 Juli 1959) Latar belakang dibentuk: a) Kondisi politik dan keamanan Indonesia semakin tidak menentu. b) Pertentangan parpol semakin memanas. Disebut juga Kabinet Karya, karena disusun berdasarkan zaken kabinet. Program: a) Membentuk Dewan Nasional, yaitu badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan aspirasi dari kekuatankekuatan nonpartai yang ada dalam masyarakat. b) Normalisasi situasi RI. c) Memperjuangkan pengembalian Irian Barat. d) Mempercepat proses pembangunan. Dalam memimpin pemerintahan, Djuanda dibantu oleh Hardi, K.H. idham Chalid, dan J. Leimena. Prestasi: a) Menentukan garis kontinental batas wilayah laut Indonesia melalui Deklarasi Djuanda. Akibatnya, tercipta
wilayah daratan dan lautan Indonesia menjadi satu kesatuan bulat dan utuh. Hasil Deklarasi Djuanda diresmikan menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. b) Menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. c. Sistem Kepartaian Diawali dengan Presiden Soekarno mendirikan PNI pada tanggal 23 Agustus 1945. Wapres Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dan terbentuklah 10 parpol, yaitu Masyumi, PNI, PSI, PKI, PBI, PRJ, Parkindo, PRS, Permai, PKRI. Sistem kepartaian yang dianut adalah sistem multipartai. d. Pemilu 1955 Dilaksanakan dalam 2 tahap: a) Tahap pertama (29 September 1955) Memilih anggota DPR (parlemen) b) Tahap kedua (15 Desember 1955) Memilih anggota konstituante 5 partai besar pada Pemilu 1955 PNI, Masyumi, NU, PKI, PSII. Nilai positif yang dapat diambil: a) Tingkat partisipasi masyarakat tinggi. b) Jumlah orang yang tidak memilih (golput) sedikit. c) Kesadaran berdemokrasi e. Kegagalan Konstituante Menyusun UUD 10 November 1956 Presiden Soekarno melantik 514 anggota Konstituante. Tugas badan Konstituante Merumuskan UUD baru Masalah utama yang dihadapi Penetapan Dasar Negara Kegagalah Konstituante disebabkan oleh: a) Perdebatan yang berlarut-larut. b) Adanya perselisihan antarpartai. c) Munculnya desakan untuk kembali pada UUD 1945. 30 Mei 1959 Konstituante mengadakan pemungutan suara dan hasilnya mayoritas menghendaki kembali pada UUD 1945. Kedudukan Konstituante terdesak ketika A.H. Nasution mengeluarkan PEPERPU/040/1959 yang berisi larangan adanya kegiatan politik. Konstituante dibubarkan pada 5 Juli 1959 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. 2. Kehidupan Ekonomi
a. Permasalahan Ekonomi Pada Masa Demokrasi Liberal: Permasalahan jangka pendek, yaitu pemerintah harus mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi kenaikan biaya hidup. Permasalahn jangka panjang, yaitu pertambahan penduduk yang tidak terkendali dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah. b. Kebijakan Pemerintah Untuk Mengatasi Permasalahan Ekonomi 1) Gerakan Benteng Dicetuskan oleh Soemitro Djojohadikusumo. Kebijakan dimulai pada April 1950, yaitu: a) Memberikan bantuan kepada pengusaha Pribumi agar mereka ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional. Bantuan tersebut berupa bimbingan konkret atau bantuan kredit. b) Membangun kewirausahaan Pribumi agar mampu membentengi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. 2) Gunting Syafruddin Dicetuskan oleh Syafruddin Prawiranegara. Kebijakan dimulai pada 15 Maret 1950, yaitu: a) Pemotongan nilai uang (senering) yang bernilai Rp2,5 ke atas hingga nilai setengahnya. 3) Nasionalisasi De Javasche Bank Kebijakan yang dilakukan yaitu, Perubahan status De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Banks Sirkulasi. Diumumkan pada 15 Desember 1951 berdasarkan UU No. 24 Tahun 1951. 4) Pembentukan Biro Perancang Negara Dibentuk pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Bertugas merancang pembangunan jangka pendek sehingga hasilnya belum bia dirasakan oleh masyarakat. Akibat tidak adanya stabilitas politik (masa kabinet terlalu singkat) menyebabkan kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
5) Sistem Ekonomi Ali-Baba Diprakarsai oleh Isqak Tjokroadisurjo (Menteri Perekonomian pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo I) Kebijakan yang dilakukan, yaitu: Mendorong berkembangnya pengusaha swasta nasional pribumi dalam usaha merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
Langkah yang diambil: a) Mewajibkan pengusaha asing yang beroperasi di Indonesia untuk memberikan pelatihan dan tanggung jawab kepada TKI agar dapat menduduki jabatan staf. b) Mendirikan perusahaan negara. c) Menyediakan kredit. d) Memberikan lisensi bagi perusahaan swasta nasional.
KEHIDUPAN POLITIK, EKONOMI, DAN SOSIAL PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN 1. Kehidupan Politik a. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Merupakan jembatan politik dari era Demokrasi Liberal menuju era Demokrasi Terpimpin. Latar belakang: a) Pemberlakuan Sistem Demokrasi Terpimpin. Dilakukan untuk memperbarui struktur politik Indonesia. b) Pembentukan Kabinet Gotng Royong. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959: a) Pembubaran Konstituante. b) Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945. c) Pembentukan MPR yang terdiri atas DPR dan DPAS. b. Sistem Pemerintahan dan Konsep Politik Sistem pemerintahan yang berlaku adalah Presidensial. Presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan serta tidak bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Dalam menjalankan pemerintahan, Presiden mendapat dukungan dari 3 kekuatan besar, yaitu Nasionalis, Agama, Komunis (NASAKOM). Hal ini memberi peluang bagi berkembangnya ideologi komunis. Presiden Soekarno mencetuskan: a) Ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) Ajaran ini dimanfaatkan oleh PKI untuk menyebarkan ideologi komunis. Ketua PKI, D.N. Aidit berusaha menyebarkan cuplikancuplikan pidato Presiden Soekarno sehingga seolaholah sejalan dengan gagasan dan cita-cita politik PKI. b) Ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan Nasional) Tujuan Memperkuat kedudukan Soekarno.
Inti ajaran Seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden Soekarno. Dampak Kedudukan lembaga tinggi dan tertinggi negara ditetapkan di bawah Presiden. c. Politik Luar Negeri Sejak proklamasi kemerdekaan politik luar negeri Indonesia adalah Bebas Aktif. Akan tetapi dalam Demokrasi Terpimpin politik luar negeri Indonesia mengalami penyimpangan. Dalam Manipol-USDEK ditegaskan bahwa politik luar negeri Indonesia bertujuan melenyapkan imperialisme dan mencapai dasar-dasar bagi perdamaian dunia yang kekal dan abadi. 1) Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo Presiden Soekarno memperkenalkan doktrin politik baru yang membagi dunia menjadi 2 blok, yaitu New Emerging Forces (Nefo) dan Old Established Forces (Oldefo). Nefo Negara-negara yang sedang berkembang dan negara sosialis yang dianggap progresif, termasuk juga negara yang baru merdeka atau sedang memperjuangkan kemerdekaanya. Oldefo Negara kolonialis, imperialis, dan penghampat kemajuan bangsa-bangsa yang sedang berkembang. 2) Politik Mercusuar Adalah politik untuk mencari kemegahan/keindahan dalam pergaulan antarbangsa di dunia. Politik mercusuar dijalankan Presiden Soekarno karena menganggap Indonesia sebagai mercusuar yang mampu menerangi jalan negara-negara Nefo. Hal ini diwujudkan dengan: Membuat bangunan-banguna fenomenal yang menelan biaya miliaran rupiah, Menyelenggarakan Games of the New Emerging Forces (Ganefo), yaitu pesta olahraga negara-negara Nefo. 3) Konfrontasi dengan Malaysia Perselisihan Indonesia-Malaysia berawal pada 27 Mei 1961, Perdana Menteri Malaya, Tengku Abdulrachman Putu, melontarkan ide gagasan pembentukan Federasi Malaysia. Feredasi ini meliputi, Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah.gagasan tersebut kemudian diusulkan kepada Perdana Menteri Inggris, Harold Mc Millan pada Oktober 1961. Pemerintah Indonesia menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai proyek neokolonialisme Inggris. Proyek ini dianggap membahayakn Indonesia dan negara-negara Nefo. Kebijakan Presiden Soekarno:
a) Mengumukan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada 3 Mei 1964, yang isinya: Perhebat ketahanan Revolusi Indonesia Bantu perjuangan rakyat Malaysia untuk membebaskan diri dari Nekolim Inggris. b) Membentuk Komando Operasi Tertinggi (Koti) dan Komando Mandala dengan tugas menyelenggarakan operasi militer dalam rangka mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia.
4) Indonesia Keluar dari PBB Pada 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari PBB. Sebab: a) PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. b) PBB tidak merombak struktur organisasi PBB. Dampak: a) Sebagian besar negara Asia dan Afrika mengecam tindakan Indonesia. b) Indonesia kehilangan satu forum untuk menyelesaikan sengketa dengan Malaysia secara damai. d. Pembebasan Irian Barat Latar Belakang Bangsa Indonesia kecewa atas keputusan hasil KMB bahwa masalah Irian Barat akan diselesaikan satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Perjuangan Pembebasan Irian Barat 1) Perjuangan Diplomasi Pemerintah Indonesia mengirim para diplomat untuk memperjuangkan Irian Barat melalui forum internasional. Para diplomat: Soebandrio, Mukarto Notowidagdo, Zairin Zain, Adam Malik, Ganis Harsono, Alex Alatas, dan A.H. Nasution. Beberapa upaya yang dilakukan: a) Konferensi Colombo pada April 1954. b) Konferensi Asia Afrika pada April 1955. c) Siding Umum PBB pada 1954-1957. 2) Konfrontasi Politik Pada 1956 Indonesia secara sepihak membatalkan hasil KMB yang dikukuhkan dalam UU No. 13 Tahun 1956. Pada 17 Agustus 1956, Kabinet Ali Sastroamidjojo membentuk pemerintahan sementara Irian Barat. Tujuannya untuk mendeklarasikan pembentukan Provinsi Irian Barat sebagai bagian dari RI 3) Konfrontasi Ekonomi Dilakukan dengan:
Pembatalan utang-utang Indonesia kepada Belanda senilai F 3.661 juta. Melarang maskapai penerbangan Belanda melakukan penerbangan dan pendaratan di wilayah Indonesia. Memberhentikan semua perwakilan konsuler Belanda di Indonesia mulai tanggal 5 Desember 1957. Melakukan nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia sejak Desember 1958. 4) Konfrontasi Militer Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) di Yogyakarta pada acara peringatan Agresi Militer II Belanda. Isi Trikora: a) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda. b) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia c) Melaksanakan mobilisasi umum. Pada 15 januari 1962, terjadi pertempuran di Laut Aru antara kapal jenis motor torpedo boat (MTB) ALRI dengan dua kapal perusak Belanda.
Persetujuan New York Ellsworth Bunker (penengah konfrontasi Indonesia-Belanda, dari Amerika Serikat) mengusulkan: a) Agar Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia dengan perantara PBB yaitu United Nation Temporary Executive Authority (UNTEA) dalam jangka waktu 2 tahun. b) Agar rakyat Irian Barat diberi kesempatan menentukan pendapatnya agar tetap berada dalam wilayah RI atau memisahkan diri. Ellsworth Bunker mengajak Indonesia-Belanda bertemu dalam meja perundingan. Delegasi Indonesia (Adam Malik) dan Delegasi Belanda (Dr. Van Royen). Isi Persetujuan New York Selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962 Belanda menyerahkan Irian Barat kepada United Nation Temporary Executive Authority (UNTEA). Pada 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar di samping bendera PBB dan selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963 UNTEA atas nama PBB menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia.
Setelah penyerahan Irian Barat, pemerintah Indonesia diwajibkan melaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).
Pelaksanaan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Act of free choice Dilaksanakan sejak 14 Juli 1969 s.d. 4 Agustus 1969. Pelaksanaan diatur oleh Brigjen Sarwo Edhie Wibowo dan diawasi langsung oleh perwakilan PBB yaitu Fernando Ortis Sanz. Dewan musyawarah Pepera memutuskan bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari RI.
2. Kehidupan Ekonomi Kekacauan politik ditandai dengan terjadinya Inflasi. Kehidupan ekonomi merosot. Kebijakan Pemerintah untuk Mengatasi Permaslahan Ekonomi a) Membentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas) Dibentuk berdasarkan UU No. 80 tahun 1958 Pemimpin Muh. Yamin Tugas Mempersiapkan rancangan UU pembangunan nasional dan menilai penyelenggaraan pembangunan. Pada 1963, berganti nama menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin Presiden Soekarno. b) Menerapkan Kebijakan Devaluasi Mata Uang Rupiah Ditetapkan pada 24 Agustus 1959 Tujuan Meningkatkan nilai rupiah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil. Usaha Pemerintah melakukan pembekuan terhadap semua simpanan yang melebihi Rp25.000,00. Dilaksanakan oleh Panitia Penampung Operasi Keuangan (PPOK) c) Menekan Laju Inflasi Pada 25 Agustus 1959, pemerintah mengeluarkan Perppu No. 2 Tahun 1959 untuk membendung laju inflasi. Tujuan Mengurangi jumlah uang yang beredar agar dapat menstabilkan keuangan dan perekonomian negara. Usaha Pemerintah menginstruksikan penghematan bagi instansi pemerintah, memperketat pengawasan atas perusahaan-perusahaan negara. d) Deklarasi Ekonomi (Dekon)
e) Dana
Pada 28 Maret 1963, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekon. Tujuan: 1) Menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa imperialisme. 2) Mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Revolusi Dikeluarkan oleh Jusuf Muda Diperoleh dari devisa kredit jangka panjang Usaha melakukan pungutan terhadap perusahaan atau perseorangan yang mendapat fasilitas kredit antara 250 juta hingga 1 miliar rupiah. Hasil pengumpulan Dana Revolusi digunakan untuk membiayai proyek-proyek mandataris presiden yang bersifat prestise politik dengan mengorbankan kondisi ekonomi dalam negeri.
UPAYA BANGSA INDONESIA MENGHADAPI DISINTEGRASI BANGSA DALAM BENTUK PERGOLAKAN DAN PEMBERONTAKAN 1.
PKI Madiun 1948 Latar belakang : Kekecawaan Amir Syarifudin terhadap Parlemen yang telah menjatuhkannya dari jabatan PM karena Perjanjian Renville sehingga membentuk gerakan oposisi
untuk mengacaukan pemerintahan yang berkuasa pada saat itu. Musso yang baru saja pulang dari Uni Soviet dan kembali ingin membangun PKI
menjadi partai besar. Menentang program Rasionalisasi Angkatan Perang oleh PM Hatta à banyak anggota PKI yang ter phk.
b.
Beberapa aksi yang dilakukan di antaranya : melakukan aksi penculikan dan pembunuhan terhadap aparat keamanan dan profesi lain dengan melemparkan isu kepada TNI sehingga menimbulkan keresahan di kalangan rakyat dan kaum agamawan untuk menjatuhkan lawan
politiknya. mendukung gerakan para buruh dan tani untuk memperjuangkan nasibnya lewat demo à 5 Juli 1948 Pabrik Karung Goni di Delanggu yang ujungnya berakhir
c.
dengan bentrok, dan banyak buruh yang terluka. Memperoklamasikan berdiriya Soviet RI 18 september 1948 Upaya penumpasan :
Dari arah barat Pasukan Devisi II pimpinan Gatot Subroto dan dari arah timur Pasukan Devisi I di bawah pimpinan Sungkono
d. 30 September 1948 Madiun dapat dikuasai oleh pasukan pemerintah kaki tangan Muso dapat ditangkap dan mendapatkan hukuman. Amir Syarifudin pun dapat ditangkap dan mendapatkan hukuman mati. 2.
Darul Islam /Tentara Islam Indonesia ( 1949 – 1965 )
a. b.
Gerakan ini berpusat di Jawa Barat dipimpinan oleh Kartosuwiryo Latar Belakang gerakan ini : Penolakn perintah penarikan TNI dari kantong-kantong gerilya ke Yogyakarta
(Mabes TNI saat itu) Keinginan untuk memiliki tentara ini disebabkan adanya Agresi Belanda yang membuat Indonesia terdesak dan keamanan setiap daerah sangat tergantung pada masing-masing wilayahnya.
c.
Namun dalam perjalanannya gerakan ini mengarah pada keinginan untuk mendirikan negara sendiri dengan nama Negara IslamIndonesia dengan Syariah Islam sebagai ideologinya.
d.
Secara sepihak ia memproklamasikan Negara Islam Indonesia /NII tanggal 7 Agustus 1949 à gerakan ini mendapat dukungan dari Belanda yang memang menginginkan Indonesia terpecah-pecah.
e.
Pemerintah melakukan penumpasan melalui operasi Baratayudha, Kartosuwiryo tertangkap 4 Juni 1962, dan mendapatkan hukuman mati.
f.
Gerakan DI/TII mendapatkan dukungan dari gerakan separatis dari daerah lain yang memiliki visi yang sama yaitu Islam, di antaranya : Jateng : Amir Fatah dan Kia Sumolangu dalam perjalannya dapat diitumpas oleh
gerakan Banteng Nasional. Aceh : Daud Beaureueh
Latar belakangnya : menolak penurunan status dari daerah istimewa menjadi daerah Keresidenan ; keiginan untuk mendapatkan hak pengelolaan keuangan daerah yang lebih besar. Keinginan untuk membentuk NII, secara sepihak memproklamasikan NII pada 20 September 1953. Sulawesi Selatan : Kahar Muzakar. menuntut Kesatuan Gerilyawan SulSel (KGSS) dimasukkan ke dalam Brigade Hasanuddin tetapi ditolak à bergabung dengan TII/NI pimpinan Kartosuwiryo sejak 7 Agustus 1953. g.
Penumpasan ; Operasi Pagar Betis 1960 à Kartosuwiryo dihukum mati 4 Juni 1962
Kahar Muzakar dihukum mati Feb 1965
Ibnu Hajar dihukum mati Maret 1965.
3. Andi Azis ( 1949 – 1950 ) a.
Terjadi di Makasar dipimpin oleh Kapten Andi Azis ( Letnan Ajudan Wali Negara NIT ).
b.
Latar belakang : Tuntutan kepada APRIS agar anggota bekas KNIL yang menjadi penangungjawab
terhadap keamanan NIT. Mereka direktut sebagai TNI untuk wilayah Makasar.
Mereka menjadi pendukung pembentukan negara Federasi
c.
Penumpasan dilakukan HV Worang dan berhasil membebaskan A. Yunus Mokoginta yang ditawan oleh Andi Azis.
d. 4. a.
PM. NIT yaitu Diapari diganti oleh Ir. Putuhena hasil pilihan pemerintah Indonesia. Republik Maluku Selatan ( 1949 – 1950 ) Latar belakangnya : Dilakukan oleh bekas tentara KNIL yang pro Belanda
b.
Keinginan untuk mendirunikan pemerintahan sendiri/negara sendiri. Pemimpin gerakannya Soumukil yang berhasil memproklamasikan Negara RMS
25 April 1950. c.
Dalam memperjuangkan cita-citanya ia bergabung bersama Andi Azis.
d.
Penumpasan dilakukan oleh Kawilarang 14 Juli 1950 dan tentara APRIS yang gugur S. Sudiarso, Abdullah dan Ign Slamet Riyadi. Soumukil dan Andi Azis dapat melarikan diri ke Maluku.
5.
PRRI/Permesta
a.
Merupakan pemberontakan terbesar dan terorganisasi dengan baik karena pendukung utamanya adalah Tentara Nasional Indonesia.
b.
Tujuannya : Otonomi daerah yang lebih besar cenderung ke federasi terlebih saat
dikeluarkannya Perda No.50 tahun 1950 Menenatng system liberalism pemerintahan, hal ini tampak dari telah tersusunnya Kabinet PRRI
c.
Membentuk dewan : Dewan Banteng à di Padang, pimpinan Ahmad Husein, 20-24 Nov 1956
Dewan Gajah à di Sumatera Utara, pimpinan Letkol Simbolon, 22 Des 1964
Dewan Masyumi à di Sulawesi Utara, pimpinan Ventje Sumual, 18 Februari 1957.
6. Gerakan 30 September 1965 1.
Sejak 1950 -1965 PKI di bawah komando DN. Aidit telah merencanakan untuk mendirikan negara komunis Indonesia.
2.
Langkah yang dilakukan Aidit untuk dapat mewujudkan cita-citanya adalah :
a.
Melakukan penggalangan massa dengan menyusup ke partai-partai. Kader-kader terbaiknya ditugaskan untuk menjadi anggota di berbagai organisasi massa supaya anggota gerakan tersebut mendukung gerakan mereka.
b.
Mempengaruhi Soekarno untuk semakin anti terhadap bangsa barat dan USA. Hal ini berhasil terbukti dengan terbentuk Blok Nefo yang anggotanya adalah negaranegara anti kapitalis poros Jakarta Peking Pyong yhang.
c.
Mengadu domba partai-partai besar (PSI dan Masyumi) dengan menyampaikan informasi kepada Soekarno bahwa kedua partai tersebut menjadi oposisi sehingga oleh Soekarno kedua partai tersebut mendapat sanksi pembekuan/ditutup.
d.
Membentuk biro-biro khusus : Pasukan Pasopati yang dipersiapkan untuk melakukan penculikan terhadap
jendral AD dengan merekrut tentara-tentara pilihan. Pasukan Gatotkaca yang dipersiapkan untu kmenggalang buruh dan tani untuk
dijadikan pasukan ke-5 dengan basis latihannya di Halim. Pasukan Bimasakti yang dipersiapkan untuk pengamanan terhadap aset-aset negara yang penting seperti RRI, Telkom, Bank, Istana.
e.
Ikut sebagai kontestan Pemilu 1955 dan ternyata menjadi salah satu pemenang pemilu (PNI,Masyumi,NU,PKI). Dari kemenangannya itu keuntungan yang didapat oleh PKI adalah : Mempunyai wakil di parlemen. Hal ini dapat digunakan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah yang memerlukan persetujuan dari DPR. Mempunyai wakil di cabinet/menteri.
Dengan memiliki kadernya yang duduk di kabinet/menjadi menteri maka ruang gerak PKI untuk membuat kebijakan publik yang lebih menguntungkan PKI menjadi lebih leluasa. Memiliki akses luas di tingka pemerintah pusat maupun daerah. PKI menjadi lebih mudah dalam mengkoordinasikan setiap program kegiatannya. Mempunyai hak untuk mendudukan wakilnya di militer. Tentarapun dapat dikontrololeh PKI.
3.
PKI mendapatkan perlawanan dari : a.
Kaum Agamawan yang tidak dapat meneria pandangan PKI yang atheis dan
perilaku yang menghalalkan segala cara dalam memperjuangkan tujuannya (demo yang berujung anarkis) b.
Angkatan Darat menjadi salah satu kelompok penghalang utama PKI, dengan
alasan : Adanya korelasi antara kesempatan berkembangnya partai Komunis di suatu negara mengakibatkan negara itu pada akhirnya menjadi negara komunis. Tugas utama tentara untuk menyelamatkan negara kesatuan RI dari ancaman
pembubaran oleh pihak manapun. (Ideologi negara yang diterima sesuai cita-cita perjuangannya adalah Pancasila, bukan Komunis) Kerjasama internasional dalam rangka mengantisipasi Perang Dingin
mempengaruhi politik Indonesia. c.
Kaum Nasionalis yang berusaha untuk terus mempertahankan negara RI tetap
pada jalurnya yaitu Negara merdeka bebas dari pengaruh manapun juga. 4.
Rencana Coup d’etat dipercepat karena menurunnya kesehatan Soekarno yang tidak dapat dipastikan kesembuhannya, maka dibuatlah rencana : a.
Tahap pertama à melakukan penculikan terhadap lawan-lawan PKI yang akan
menggagalkan rencananya yaitu tokoh-tokoh AD à 1 Oktober dini hari oleh pasukan Pasopati. b.
Tahap kedua à Memanfaatkan perayaan ulang tahun ABRI 5 Oktober untuk
melakukan pembunuhan terhadap Soekarno saat menjadi komandan upacara. (ditembak saat dipodium)à gagal c.
Tahap ketiga à mengumumkan kepada rakyat akan adanya upaya
penggulingan kekuasaan oleh tokoh-tokoh AD yang menamakan dirinya “Dewan Jendral” àsehingga terkesan PKI menjadi pahlawan, telah menyelamatkan negara dari tindakan makar. 5.
Beberapa pendapat tentang Dalang peristiwa 30 September 1965 : a. PKI dengan alasan : Pasukan yang melakukan penculikan dan pembunuhan para jendral adalah
personel AD pimpinan Syam Kamaruzaman, tokoh utama biro khusus PKI. Jenasah para Jendral saat ditemukan ada di lubangbuaya. Tempat ini diketahui
secara umum bahwa merupakan markas PKI. Tindakan tidak perikemanusiaan ini hanya dapat dilakukan oleh kelompok manusia yang tidak mengakui Tuhan sehingga tidak memiliki rasa kasih.
b.
Soekarno dengan didukung PKI alasan : Selama ini Soekarno memiliki hubungan dekat dengan PKI.
Selama terjadinya penculikan hingga pengungkapan perkara Soekarno selalu
berada di bawah pengawalan PKI. Jendral yang dibunuh adalah orang-orang yang selama ini memberikan kritik/peringatan tak kenal lelah terhadap Soekarno yang dekat dengan PKI.
c. Amerika dengan alasan : Amerika tidak ingin Indonesia masuk ke dalam kelompok Komunis pimpinan Un Soviet à kaitkan dengan perang dingin USA X Rusia. USA selalu mengamati/mengikuti perkembangan Indonesia melalui AD.
d. Soeharto, dengan alasan : Rasa sakit hati Soeharto terhadap tokoh-tokoh AD yang telah membatasi jenjang karirnya. Soeharto mengetahui adanya rencana coup d’etat oleh PKI terhadap Soekarno
hanya tidak mengetahui waktunya dan hal itu tidak dilakukan antisipasi/dibiarkan
terjadi. Keinginan Soeharto untuk meningkatkan jenjang kariernya sebagai orang nomor
satu di Indonesia. Dengan mudahnya Soeharto melakukan penelusuran kasus secara cepat.
e. Tidak ada pelaku tunggal, dengan alasan : Semua pihak punya kepentingan dan diuntungkan (PKI, AD, Soeharto, Amerika). 6.
Soekarno lamban dalam menangani peristiwa 30 Sep.1965 karena : a.
Ketidak yakinan Soekarno terhadap tuduhan bahwa dalang peristiwa itu adalah
PKI, mengingat PKI selama ini selalu setia membantunya. b.
Pengaruh PKI yang sangat kuat sejak peristiwa 30 Sep. 1965 yang ditandai
dengan pengawalan yang ketat yang dilakukan oleh pasukan Komunis à Soekarno dibawa ke Lubangbuaya terus Istana Negara Bogor dengan pengawalan ketat. c.
Kondisi kesehatan yang menurun sehingga mempengaruhi daya konsentrasi
dalam penanganan perkara. 7.
Faktor yang menguntungkan Soeharto sehingga ia menjadi pengganti Soekarno : a.
Rakyat terlanjur tidak percaya lagi pada Soekarno yang terkesan
lambat/mengulur-ulur waktu dalam menangani 30 Sep.1965. b.
Ditolaknya Pidato pertanggungjawaban Soekarno karena tidak membuat
keputusan apapun terhadap PKI dan penanganan 30 Sep.1965 tersebut à di kalangan parlemenpun akhirnya tidak simpati terhadap Soekarno. c.
Kebencian rakyat terhadap PKI yang telah melakukan tindakan anarkhis
terhadap tokoh-tokoh penting Indonesia. d.
Tuntutan rakyat akan kehidupan yang lebih baik dan keamanan yang
terjamin àTritura.
e.
Tindakan heroic Soeharto yang berhasil membongkar kasus 30 Sept. 1965
diterima dengan senang oleh rakyat dan kalangan politisi. f.
Jabatan Soeharto sebagai Pangkostrad (jabatan setelah menhankam jika terjadi
hal-hal darurat ).
PERUBAHAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA MASA REFORMASI Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto, maka Indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru. Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referandum
Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari KKN
Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden RI
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950 1959. Perbedaan demkrasi reformasi dengan demokrasi sebelumnya adalah:
Pemilu yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
Ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa.
Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat
Peran Pelajar, Mahasiswa, dan Tokoh Masyarakat dalam Perubahan Politik dan Ketatanegaraan Indonesia Berikut beberapa peran pelajar/mahasiswa dan tokoh masyarakat dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia :
Saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pemuda memiliki semangat juang tinggi untuk segera memerdekakan Indonesia, mereka berselisih pendapat dengan golongan tua. Akan tetapi, keberanian pemuda inilah yang menyebabkan Indonesia segera merdeka. Pemuda memiliki peran dalam penggulingan Presiden Soekarno dan rezimnya, sekaligus ideologi komunis yang kontroversional pada masa itu. Runtuhnya Demokrasi Terpimpin juga berkat kerja keras pemuda Indonesia, yang saat itu mereka mendirikan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), yang terdiri dari kelompok pemuda Islam, Katholik, dan mantan PSI. Tahun 1998, mahasiswa seluruh Indonesia melakukan demonstrasi secara besar-besaran dalam rangka menolak diangkatnya kembali Presiden Soeharto menjadi Presiden RI. Setelah reformasi, walaupun belum ada peristiwa politik radikal yang memerlukan peran penting mahasiswa. Namun peran mahasiswa masih dibutuhkan sebagai media kontrol politik Indonesia, sebagai distributor pikiran-pikiran masyarakat. Sifat mahasiswa yang kritis merupakan faktor
pemicu yang kuat dalam pentingnya peranan mahasiswa dalam peristiwa politik tanah air saat ini. Sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya. Sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya. Pelajar dan tokoh masyarakat dapat menyuarakan aspirasi mereka yang nantinya akan dipertimbangkan oleh pemerintah, dan dapat merubah politik dan ketatanegaraan Indonesia melalui demonstrasi yang memenuhi syarat dan tidak menimbulkan kerusuhan. Tokoh masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya melalui jabatan yang diemban dan disampaikan oleh atasannya.
Berikut beberapa tokoh masyarakat yang berperan dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia, pada masa reformasi, sebagai berikut : 1. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Gus Dur adalah pemimpin NU, sebuah ormas Islam yang terbesar di Indonesia. Selain ulama, beliau adalah negarawan yang memiliki wawasan tentang pentingnya pluralisme bangsa. Gus Dur adalah salah satu dari tokohtokoh reformasi yang membawa dampak besar bagi bangsa Indonesia. Gus Dur yang mencetuskan pertemuan Ciganjur yang dihadiri oleh Megawati, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Amien Rais. Selanjutnya, tokoh-tokoh reformasi yang hadir di Ciganjur menamai dirinya sebagai kelmpok Poros Tengah yang bertekad menggulirkan agenda reformasi di Indonesia. Gus Dur juga penggagas berdirinya partai PKB, yang anggotanya sebagian besar adalah orang NU. Partai ini juga banyak melahirkan tokoh reformasi yng mempunyai pikiran yang kritis. Pada masa pemilu pertama, Gus Dur dijagokan menjadi calon presiden RI oleh tokoh-tokoh reformasi. Akhirnya, Gus Dur ditunjuk sebagai presiden menggantikan BJ Habibie, sedangkan Megawati ditunjuk sebagai wakil presiden mendampingi Gus Dur. Namun, di tengah masa pemerintahannya, Gus Dur dicopot mandatnya oleh MPR. 2. Sri Sultan Hamengkubuwono X Sri Sultan Hamengkubuwono X adalah sosok Raja Yogyakarta yang memiliki peran penting mempersatukan bangsa ini agar tetap bersatu, karena sejak krisis moneter, Indonesia mengalami ancaman disintegrasi. Apalagi, sejak Timor Timur lepas dari pangkuan ibu pertiwi, memicu timbulnya separatisme di beberapa tempat di Indonesia. Banyak yang tidak tahu bahwa beliau juga merupakan bagian dari tokoh reformasi, Sri Sultan Hamengkubuwono X sering turun ke jalan menenangkan demonstran agar tidak bersikap anarkis, terutama di Yogyakarta. Saat menjelang Soeharto dicabut mandatnya, terjadi huru hara di Jakarta, Solo, dan Banjarmasin. Sebagai salah satu dari tokoh reformasi, beliau membawa dampak baik bagi masyarakat Yogyakarta. Agar aksi anarkis tidak sampai di Yogyakarta, Sang Raja ini selalu hadir setiap ada demonstrasi dan mengunjungi korban-korban kekerasan demo di rumah
sakit. Terbukti, Yogyakarta tetap terkendali walau sempat ada bentrok di sudut kota. Sebagai slah satu tokoh reformasi, beliau lebih berperan dalam pengendali massa. Berkat itulah, setelah reformasi, Sri Sultan Hamengkubuwono X ditunjuk menjabat Gubernur DIY bersama Sri Paku Alam IX menggantikan gubernur sebelumnya. 3. Megawati Soekarno Putri Megawati merupakan simbol dari perlawanan terhadap rezim orde baru. Saat jabatannya menjadi ketua PDI digulingkan sepihak oleh Soeyadi yang disokong oleh rezim orde baru, Megawati mendirikan partai baru yang diberi nama Partai Demokrasi Indonesia. Megawati berjarak dengan rezim Soeharto. Pada era reformasi, tokoh ini memiliki peran cukup penting. Beliau merancang kembali nilai-nilai nasionalisme dan demokrasi. Pada pemilu legislatif, partai yang didirikan Megawati memperoleh banyak suara, bahkan mengalahkan Golkar. Megawati pun ditunjuk sebagai wakil presiden mendampingi Gus Dur. Beliau didukung oleh banyak pihak reformasi lainnya. Dua tahun berikutnya, Megawati naik pangkat menjadi presiden mengantikan kedudukan Gus Dur yang dicopot mandatnya oleh MPR, dan menunjuk Hamzah Haz sebagai wapres mendampingi Megawati melanjutkan pemerintahan. 4. Amien Rais Amien Rais merupakan salah satu tokoh reformasi yang hadir dari dunia kampus. Amien Rais juga punya andil dalam menggulingkan rezim Soeharto. Beliau merupakan sosok pencetus berdirinya kelompok Poros Tengah yang dideklarasikan di Ciganjur, tempat kediaman Gus Dur. Awalnya, menjelang rezim orde baru runtuh, Amien Rais selalu turun ke jalan bergabung dengan demonstran mahasiswa. Orasi-orasi yang dilontarkan Amien Rais begitu cerdas. Beliau menawarkan perubahan demokrasi Indonesia ynag lebih modern. Saat banyak partai bermunculan, Amien Rais juga mendeklarasikan partainya, yakni Partai Amanat Nasional. Pada era reformasi, Amien Rais juga sempat menjabat sebagai ketua MPR.
Penelitian Sejarah Penelitian sejarah adalah suatu proses investigasi yang di lakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan menemukan, menafsirkan dan merevisi fakta-fakta sehingga tercapai pengetahuan lebih mendalam mengenai suatu peristiwa, tingkah laku, teori atau hukum. Penelitian sejarah yang baik biasanya berupaya membandingkan hasil penelitian tentang masa lalu dengan keadaan masa kini dan bahkan dapat pula digunakan untuk meramalkan keadaan masa yang akan datang. Tujuan penelitian sejarah adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau. Ciri-ciri dari metode sejarah adalah sebagai berikut:
1) Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati orang lain di masa-masa lampau; 2) Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun secara eksternal; 3) Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta menggali informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar; 4) Sumber data harus dinyatakan secara definitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan. Sumber Data pada Penelitian Sejarah Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tulisan dan sebagainya. Jenis-jenis Penelitian Sejarah a. Penelitian Sejarah Komparatif penelitian sejarah komparatif adalah penelitian untuk membandingkan faktor-faktor dari fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau. Misalnya, ingin diperbandingkan sistem pengajaran di Cina dan Jawa, dan pada masa kerajaan Majapahit. b. Penelitian Yuridis atau Legal penelitian yuridis adalah penelitian untuk menyelidiki hal-hal yang menyangkut dengan hukum, baik hukum formal ataupun hukum nonformal dalam masa yang lalu. Misalnya peneliti ingin mengetahui dan menganalisa tentang keputusankeputusan pengadilan akibat-akibat hukum adat serta pengaruhnyha terhadap suatu masyarakat pada masa lampau. c. Penelitian Biografis penelitian biografis adalah penelitian untuk meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya dengan masyarakat. Dalam penelitian ini, diteliti sifat-sifat, watak, pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek penelitian dalam masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang diterima selama hayatnya. d. Penelitian Bibliografis Penelitian Bibliografis untuk mencari, menganalisa, membuat interpretasi serta generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau suatu organisasi. Penelitian ini mencakup hasil pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. Langkah-langkah Penelitian Sejarah a. Pemilihan Subyek yang akan Diteliti Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat sasaran. b. Heuristik (Pengumpulan Data) Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedeang
diteliti.misalnya dengan melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para saksi sejarah. c. Kritik (Verifikasi) Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern. d. Interpretasi (Penafsiran) Interfretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interfretasi yang bersifat deskriptif sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan. e. Historiografy (Penulisan Sejarah) Historiogray adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah.