BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fraktur telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Kasus fraktur kebanyakan disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam atau tumpul. WHO mengakui bahwa kematian dan kecacatan dari trauma lalu lintas adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia dan fraktur merupakan kasus yang sering terjadi dalam kecelakaan lalu lintas.1 Fraktur adalah terputusnya hubungan atau diskontinuitas struktur tulang. Fraktur dapat bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Fraktur dapat berupa retakan, patah, atau serpihan dari korteks; sering patahan terjadi sempurna dan bagian tulang bergeser. 2,3 Kebanyakan fraktur terjadi akibat dari trauma. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur. Beberapa fraktur terjadi karena proses penyakit seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur patologis.2 Penegakan diagnosis fraktur dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, yang ditunjang dengan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan pencitraan diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis fraktur dan mengevaluasi komplikasi yang terjadi dalam rangka menunjang pengambilan keputusan terapi pada pasien.1,3 Penanganan
terhadap
fraktur
dapat
dengan
pembedahan
atau
tanpa
pembedahan. Prinsip penanganan fraktur meliputi: (1) Reduksi yaitu memperbaiki posisi fragmen yang patah terdiri dari reduksi redu ksi tertutup yaitu tindakan yang dilakukan
1
tanpa operasi dan reduksi terbuka yaitu tindakan yang dilakukan dengan operasi, (2) Immobilisasi yaitu suatu tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran dengan cara traksi terusmenerus, pembebatan dengan gips, fiksasi internal dan fiksasi eksternal, (3) Rehabilitasi yaitu memulihkan fungsi agar pasien dapat kembali ke aktifitas normal.2 Manajemen awal yang tidak tepat dari patah tulang dapat menyebabkan morbiditas jangka panjang yang signifikan dan berpotensi kematian, oleh karena itu fraktur menjadi salah satu kasus yang penting untuk dibahas dan diketahui.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Tulang Panjang
Tulang adalah jaringan hidup yang memiliki kemampuan untuk merubah strukturnya sebagai hasil dari stres yang diarahkan kepadanya. Sebagaimana jaringan ikat, tulang terdiri dari sel, serat, dan matriks. Tulang memiliki struktur yang keras karena adanya kalsifikasi dari matriks ekstraseluler dan memiliki tingkat elastisitas karena adanya serat organik.4 Tulang memiliki fungsi protektif: tulang tengkorak dan collumna vertebrae, sebagai contohnya, untuk melindungi otak dan korda spinalis dari cedera. Selain itu, tulang juga berfungsi sebagai alat gerak, sebagaimana yang dapat terlihat pada tulang panjang, dan sebagai tempat penyimpanan deposit garam kalsium. Tulang juga menjadi tempat untuk sumsum tulang.4 Tulang tersusun dari dua, kompakta dan spongiosa. Tulang kompakta sebagai massa padat; spongiosa terdiri atas trabekula atau balok tulang langsing, tidak teratur, bercabang, dan saling berhubungan membentuk anyaman. Celah di antara anyaman ditempati oleh sumsum tulang. Trabekula tersususun sedemikian rupa untuk menahan tegangan dan tekanan yang mengenainya.4 Tulang panjang terdiri dari epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling atas dari tulang panjang. Diafisis merupakan bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular. Selama masa pertumbuhan, diaphysis dipisahkan dari epiphysis oleh cartilago epiphysis. Metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang, yang berdekatan dengan diskus epifisialis.3,4 Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah yang berisi medulla ossium (sumsum fulang). Bagian luar corpus terdiri dari tulang kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat, periosteum. Ujung-ujung tulang panjang terdiri dari tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies articularis ujung-ujung tulang diliputi oleh cartilago hyalin.4
3
Gambar 1. Struktur tulang panjang
4
2.2. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural dari tulang. Mungkin saja tidak lebih dari sebuah celah atau retakan dari korteks tulang; tetapi yang lebih sering terjadi adalah fraktur inkomplet dan fragmen tulang yang berpindah tempat. Apabila kulit di permukaan daerah fraktur tetap intak, tergolong ke dalam fraktur tertutup atau sederhana. Namun, apabila kulit di permukaannya rusak, tergolong ke dalam fraktur terbuka yang cenderung terkena infeksi dan kontaminasi. Fraktur tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.2 Fraktur atau patah tulang umumnya disebabkan oleh trauma. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan fraktur tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah.2
2.3. Etiologi Fraktur 2,3
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma (kekerasan) dan peristiwa patologis. 1. Peristiwa Trauma (kekerasan)
a) Kekerasan langsung Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau miring. b) Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari
5
ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang. Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah. 2. Repetitive stress
Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang-ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba – tiba pada suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang. 3. Peristiwa Patologis
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka akan terjadi fraktur.
2.4. Klasifikasi Fraktur
Fraktur menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berta ringannya patah tulang.4
Tabel 1. Klasifikasi Fraktur terbuka menurut Gustillo dan Anderson (1976).2 Derajat I
Luka Laserasi <2 cm
Fraktur Sederhana, dislokasi fragmen minimal
II
Laserasi >2 cm, kontusi otot disekitarnya
Dislokasi fragmen jelas
6
III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilangnya Kominutif, segmental, fragmen jaringan di sekitarnya
tulang ada yang hilang
Tabel 2. Klasifikasi lanjut fraktur terbuka tipe III (Gustillo dan Anderson, 19 76) oleh Gustillo, Mendoza dan Williams (1984):2 Tipe
Batasan
IIIA Periosteum masih membungkus fragmen fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas IIIB Kehilangan jaringan lunak yang luas, kontaminasi berat, periosteal striping atau terjadi bone expose IIIC Disertai kerusakan arteri yang memerlukan repair tanpa melihat tingkat kerusakan jaringan lunak.
Gambar 2. Fraktur terbuka dan fraktur tertutup
7
Menurut garis frakturnya, fraktur dibagi menjadi fraktur komplet atau inkomplet (termasuk fisura dan greenstick fracture), transversa, oblik, spiral, kompresi, simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi.3 a) Komplet yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang d an fragmen tulang biasanya tergeser b) Inkomplet yaitu meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang c) Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan pembidaian gips. d) Spiral adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. e) Oblik adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. f) Segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah. g) Kominuta adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang. h) Greenstick adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak. i) Fraktur Impaksi adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. j) Fraktur Fissura adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.
8