Review Buku
Geopolitics: The Geography of International International Relations Saul Bernard Cohen
Chapter 2. Survey of Geopolitics
Geopolitik modern merupakan analisis ilmiah dari faktor geografis yang mendasari hubungan internasional dan memberikan arah interaksi politik. Bukan sebuah keharusan bagi suatu negara untuk memakai dan menerapkannya, namun setidaknya dapat memberikan tanda bagi pembuat kebijakan tentang dampak yang mungkin terjadi dari keputusan yang mereka ambil dalam hubungan dan interaksi mereka di dunia. Geopolitik dipahami sebagai suatu produk yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga dalam pengertiannya juga mengalami evolusi sesuai dengan kondisi yang ada seiring dengan perubahan zaman. Pada bab ini Cohen membagi geopolitik modern secara periodik proses evolusinya dalam lima tahap perkembangan, yaitu: Hegemoni Kekaisaran, Geopolitik Jerman, Geopolitik Amerika, Geopolitik periode Perang Dingin yang berpusat pada universal geografis, dan periode pasca Perang Dingin. Secara sederhana, geopolitik modern tersebut dapat dipahami bahwa; pada tahap awal, hegemoni kekaisaran, memperlihatkan persaingan antar negara-negara Eropa dalam memperluas wilayah jajahannya. Persaingan tersebut berlangsung hingga seluruh wilayah di belahan bumi “hanya dimiliki” oleh beberapa negara dari Eropa. Pada tahap kedua – setelah seluruh wilayah bumi “habis” terkuasai oleh negara-negara Eropa – barulah muncul pandangan untuk merebut kekuasaan dengan orientasi dominasi tunggal. Geopolitik berubah secara signifikan saat dipegang oleh Jerman dengan arogansinya. Sikap Jerman yang arogan ini mendapat reaksi keras dari Amerika. Geopolitik Amerika hadir untuk melawan dominasi dunia oleh Jerman. Keberhasilan geopolitik Amerika dalam menghadapi geopolitik Jerman sekaligus membawa geopolitik pada tahap ketiga. Yaitu geopolitik yang mengatasnamakan keseimbangan global melalui demokratisasi dan kesetaraan.
1
Pada perjalanannya, geopolitik Amerika – dengan kepentingannya yang didominasi para sejarawan, ilmuwan politik, dan negarawan – ini memegang interpretasi statis pada pola ruang global dan regional. Sementara itu, geografi mengangkat kembali geopolitik dengan memperkenalkan teori berdasarkan universal atau pandangan holistik dunia dan sifat dinamis dari geografi ruang. Pada tahap inilah geopolitik masuk dalam tahap yang keempat, yaitu dengan terjadinya Perang Dingin. Dua aliran geopolitik tersebut, mengambil bentuk yang sama sekali berbeda. Geopolitik Amerika cenderung menerapkan hegemoni global yang lebih bersifat statis, sedangkan yang lainnya berdasarkan universalitas dan bersifat dinamis. Keduanya sama kuat dalam mengisi tahap keempat dari perkembangan geopolitik. Berahirnya Perang Dingin yang ditandai runtuhnya Uni Soviet, menandakan geopolitik pada sebuah negara homogen universal. Geopolitik berubah, masuk pada tahap kelima, yaitu dengan di satu sisi berkurangnya peran faktor geografi dan pandangan dunia, dan menguatnya otoritarianisme di sisi yang lain. Runtuhnya rezim Komunis oleh hegemoni global Amerika tidak serta merta memberikan kondisi stabil. Terbukti dengan makin maraknya aksi teror dan semakin curamnya kesenjangan antara negara-negara utara-selatan. Perkembangan geopolitik yang demikian menunjukkan bahwa geopolitik bersifat dinamis yang secara realitas berdasarkan pada multipolaritas dan regionalisme. Hal ini dibangun berdasarkan proliferasi terus menerus dari berbagai bagian dan tingkat dunia dan perkembangan geopolitik mereka. Sehingga restrukturisasi radikal geopolitik adalah suatu proses yang berkelanjutan. Apapun jalannya restrukturisasi geopolitik, kita memasuki era pembagian kekuasaan antara berbagai daerah, negara, dan badan teritorial politik lainnya yang berbeda ukuran dan fungsi. Teori geopolitik berbasis realitas akan terus menjadi alat yang berharga untuk memahami, memprediksi, dan merumuskan struktur dan arah dari sistem dunia.
2