Hukum Tata negara Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia
Oleh : 1. TAUFIK ASHARI
1006200500
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang menyayangi tanpa pernah meminta imbalan dari mahluk-Nya, yang atas berkat rahmat, inayah serta hidayah-Nya lah saya sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta, umatnya yang membela risalahnya sampai akhir jaman.
Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar, yang merupakan salah satu tugas dari pelajaran Hukum Tata Negara, dalam memenuhi tugas tersebut maka saya menyusun makalah yang berjudul “Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia” saya telah mendapatkan bantuan dari beberapa sumber yang telah di lampirkan di halaman pada Daftar Pustaka.
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan kepada pihak yang membacanya. Saya sadar sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Apabila terdapat kesalahan yang kecil ataupun yang fatal saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membaca makalah ini. Dan saya juga menerima kritik dan saran terhadap makalah yang saya buat ini, mudah-mudahan dengan adanya kritik dan saran saya dapat membuat makalah yang lebih bagus lagi di hari kemudian.
Medan, 07 Nopember 2011
Penulis
i
Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................................................................
i
Daftar Isi...................................................................................................................
ii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................
iii
BAB II Pembahasan ................................................................................................
1
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA .........................................
1
A. HAKIKAT PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA ..............
1
a. Arti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ......................................................
1
b. Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia .................................................
2
c. Hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan Tata hukum dan Negara Republik Indonesia. ....................................................................
2
d. Lahirnya Pemerintah Indonesia .....................................................................
3
B. SEJARAH PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN INDONESIA
4
1. Periode 17 agustus 1945 - 27 desember 1949 ...............................................
4
2. Perubahan Praktik ketatanegaraan meliputi ...................................................
5
3. Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1945 s.d. 17 Agustus 1950 ................................................................................................
6
4. Periode 17 agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959 .......................................................
8
5. Periode 17 Juli 1959 s.d. 1966 .......................................................................
11
6. Periode Orde Baru .........................................................................................
12
7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d. sekarang ...............................................
14
BAB III Penutup ......................................................................................................
17
Kesimpulan .......................................................................................................
17
Daftar Pustaka ..................................................................................................
20
ii
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan Untuk mempelajari Hukum Tatanegara sesuatu Negara, kiranya akan lebih mudah memperoleh kejelasannya apabila terlebih dahulu dipelajari sejarah ketatanegaraan daripada Negaranya yang bersangkutan.
Demikian pula dengan Hukum Tatanegara kita, akan mudah diperoleh kejelasannya apabila kita mempelajari terlebih dahulu sejarah ketatanegaraannya sebelum mulai dengan mempelajari aturan-aturan ketatanegaraannya. Apalagi kalau mengingat bahwa dari perjalanan ketatanegaraan kita, yang masih menyelesaikan revolusinya, ternyata penuh mengalami pasang surut sesuai dengan dinamikanya revolusi Bangsa Indonesia, sehingga mempelajari sejarah ketatanegaraannya adalah mutlak perlu.
iii
BAB II PEMBAHASAN SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA A. HAKIKAT PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
Pada 6 Agustus 1945 jatuhlah bom atom Amerika Serikat dikota Hirosima. Pemimpinpemimpin jepang mengetahui, bahwa negaranya telah mendekati kekalahan. Berhubung dengan itu Jendral Terauchi, Panglima Angkatan perang Jepang untuk Asia tenggara, yang berkedudukan di Saigon pada 7 Agustus 1945 mengeluarkan pernyataan dan berjanji, bahwa Indonesia di kemudian hari akan diberikan kemerdekaan. 1
Untuk menerima petunjuk-petunjuk tentang penyelenggaraan kemerdekaan itu, Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat diminta datang ke Saigon pada tanggal 9 Agustus 1945. Tetapi ketika bom Atom yang kedua meledak di Nagasaki Jepang tak ada kesempatan dan tak punya kekuasaan lagi untuk memikirkan nasib bangasa lain.2 Pada tanggal 15 Agustus 1945 menyerahlah Jepang tanpa syarat kepada Sekutu. Lenyaplah “janji kemerdekaan” dari Jendral Terauchi. Dengan penandatanganan penyerahan Jepang tanpa syarat pada tanggal 12 September 1945 di geladak kapal perang Amerika Serikat “Missouri” lenyap pulalah cita-cita Jepang untuk membentuk Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya di bawah pimpinannya.3
Pada tanggal 17 Agustus 1945 itu sampailah perjuangan rakyat Indonesia mengantar rakyat dan bangsa Indonesia kem “Jembatan Emas Kemerdekaan”, namun kemerdekaan itu harus dibela dan dipertahankan.
a) Arti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Adapun secara khusus proklamasi kemerdekaan RI memiliki arti : 1. Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia 2. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan, setelah berjuang berpuluh tahun sejak 20 Mei 1908;
1
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara, hlm. 109 Ibid. 3 CST Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, hlm. 270 2
1
3. Titik tolak dari pada pelaksanaan amanat penderitaan rakyat. Searah pemerintahan Indonesia bermula semenjak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.4
b) Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Pada hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi (waktu Jawa), di bagian muka rumah jalan Pegangsaan Timur nomor 56, di jakarta, dibacakan sebuah “Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia” oleh Bung Karno yang ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia.
Naskah selengkapnya daripada Proklamasi tersebut berbunyi sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945 Atas nama Bangsa Indonesia Soekarno - Hatta5
c) Hubungan antara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan Tata hukum dan Negara Republik Indonesia.
Negara adalah merupakan organisasi kekuasaan yang nampaknya keluar terdiri dari aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan hukum yang tersusun didalam suatu tatanan-hukum, oleh karena itu seperti dikemukakan di atas, maka saat berdirinya negara akan bersamaan pula dengan saat berdirinya tata hukumnya.6
4
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Hlm. 34. Dikutip dari Muhammad Yamin, “Pembahasan Undang-undang Dasar Republik Indonesia”, Hlm. 31. 6 Joeniarto, Sejarah Ketata negaraan Republik Indonesia. Hlm. 5 5
2
d) Lahirnya Pemerintah Indonesia
Pada 29 April 1945 pemerintah Jepang di Jakarta membentuk suatu badan yang diberi nama “Dokuritso Junbi Cosakai” atau Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK). Badan ini beranggotakan 62 orang dan diketuai oleh Dr. Rajiman Widyodiningrat. Dalam badan itu duduk sejumlah pemimpin Indonesia, yang walaupun menggunakan siasat bekerja sama dengan Jepang, namun tetap pada cita-citanya untuk membelokkan tindakan-tindakan pemerintah Jepang ke arah yang mereka cita-citakan.7
Selama didirikan BPPK mengadakan sidang dua kali, yakni: tanggal 29 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945 dan tanggal 10-16 juli 1945. BPPK membentuk suatu panitia kecil yang ditugaskan untuk merumuskan hasil-hasil perundingan badan itu.8
Panitia perumusan ini mempunyai 9 orang anggota, yakni Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mrs. A. A Maramis, Abikusuno Tjokro Sujoso, Abdulkahar Muzakir, Haji Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo, K.H. A. Wahid Hasjim, dan Mr. Muhammad Yamin. Panitia itu pada 22 Juni 1945 berhasil menyusun Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.9
Di samping itu, BPPK telah pula berhasil menyusun sebuah Rancangan UndangUndang Dasar Indonesia pada 16 Juli 1945. Setelah selesai menyusun Rancangan UndangUndang Dasar Indonesia BPPK kemudian dibubarkan dan sebagai gantinya pada 9 Agustus 1945 dibentuk sebuah badan baru yang disebut Dokuritsu Junbi Linkai atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dengan Drs. Mohammad Hatta menjadi wakil ketuanya. Para anggota PPKI adalah pemimpin-pemimpin rakyat yang terkenal. Mereka mewakili daerah dari seluruh Indonesia. Pada waktu pendiriannya PPKI mempunyai 21 orang anggota. Kemudian setelah Jepang menyerah kepada Sekutu PPKI ditambah anggotanya 6 orang sehingga menjadi 27 orang dan dijadikan sebuah panitia nasional.10
7
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara, hlm. 111 Ibid. 9 Ibid. 10 Ibid. 8
3
Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 disaksikan juga oleh PPKI. Dalam mempersiapkan Indonesia Merdeka PPKI mengadakan beberapa kali sidang, yaitu:
a. Sidang Pertama, 18 Agustus 1945 menetapkan: 1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.Moh.Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia 3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan DPR belum terbentuk.
b. Sidang Kedua, 19 Agustus 1945 menetapkan : 1. Pembentukan 12 departemen pemerintahan 2. Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan adanya kebijakan daerah Tanggal 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan oleh Presiden dan dibentuk Komite Nasional Indonesi Pusat (KNIP) yang mempunyai tugas membantu Presiden dalam hal ini terserah kepada Presiden didalam bidang apa KNIP memberikan bantuannya.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN KETATANEGARAAN INDONESIA 1. Periode 17 agustus 1945 - 27 desember 1949 Menurut UUD 1945, yang berdaulat itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR, sebagaimana yang ditentukan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Karena MPR melakukan kedaulatan rakyat, oleh UUD 1945 ditetapkan pula beberapa tugas dan wewenangnya. wewenang MPR : a. Menetapkan UUD dan GBHN b. Memilih dan mengangkat presiden c. Mengubah UUD MPR sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi dalam sistem ketatanegaraan, dengan jumlah anggota yang begitu banyak tidak dapat bersidang setiap hari oleh karenanya untuk melaksanakan tugas sehari diserahkan kepada presiden sebagai mandataris MPR. Wewenang presiden : 4
a. Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan dibantu oleh wakil presiden dan mentri-mentrinya. b. Mentri-mentri diangkat dan diberhentikan oleh presiden c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR d. Presiden tidak dapat membubarkan DPR
2. Perubahan Praktik ketatanegaraan meliputi :
PPKI menyadari bahwa untuk menyelenggarakan pemerintah menurut UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sekaligus dalam waktu yang sesingkat mungkin, untuk itu masih diperlukan masa-masa peralihan.
Hasil kesepakatan PPKI menetapkan empat pasal Aturan Peralihan dan dua Ayat Tambahan. Menurut pasal 3 aturan peralihan,"untuk pertama kali presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI. “Realisasi dari pasal tersebut, maka atas usul Otto Iskandardinata dipilih secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta sebagai presiden dan wakil presiden .11 Sedangkan dalam menjalankan kekuasaannya Presiden di bantu oleh komite Nasional.12
Tanggal 16 Oktober 1945 Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat No. X tahun 1945 yang menetapkan KNIP sebelum MPR dan DPR diberi kekuasaan legislative dan ikut serta menetapkan GBHN.
Bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih antara mereka serta bertanggung jawab kepada KNIP. Kemudian tanggal 14 Nopember 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah sebagai tindak lanjut dari Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945 yang menyatakan :
Pembentukan Kabinet Baru
Dan Kabinet ini bertanggung jawab kepada KNIP.
Dengan Maklumat-maklumat di atas menimbulkan persoalan dalam pelaksanaan pemerintahan mengenai system pemerintahan dimana menurut Pasal 4 UUD 45 ditegaskan 11 12
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, hlm. 92 Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945
5
bahwa “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan dan Pasal 17 menetapka bahwa “ Menteri Negara diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden, system pemerintahan menurut UUD 1945 adalah Sistem Presidentil. Sedangkan menurut Maklumat Pemerintah meletakkan pertanggungjawaban Kabinet kepda KNIP yang merupakan cirri dari system Parlementer.
3. Periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27 Desember 1945 s.d. 17 Agustus 1950
Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945 Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu Negara bekas jajahan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Belanda , dengan alasan :
a. Ketentuan Hukum Internasional
Menurut Hukum Internasional suatu wilayah yang diduduki sebelum statusnya tidak berubah, ini berarti bahwa Hindia-Belanda yang diduduki oleh Bala Tentara Jepang masih merupakan bagian dari Kerajaan Belanda, oleh karena itu setelah Jepang menyerah, maka kekuasaan di Hindia Belanda adalah Kerajaan Belanda sebagai pemilik/ penguasa semula.
b. Perjanjian Postdan
Yaitu pernjajian diadakan menjelang berakhirnya Perang Dunia II yang diadakan oleh Negara Sekutu dengan pihak Jepang, Italia dan Jerman, perjanjian ini menetapkan bahwa setelah Perang Dunia II selesai, maka wilayah yang diduduki oleh ketiga Negara ini akan dikembalikan kepada penguasa semula.
Atas dasar perjanjian di atas, maka Belanda merasa memiliki Kedaulatan atas HindiaBelanda secara De Jure. Akibat adanya pandangan ini yang kemudian menimbulkan konflik senjata antara Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dengan NICA pada tanggal 10 Nopember 1946 di Surabaya. Untuk mengakhiri konflik ini, maka diadakan perundingan antara Indonesia dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1947 di Linggarjati yang antara lain menetapkan :
6
1. Belanda mengakui RI berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatra, di wilayah lain yang berkuasa adalah Belanda. 2. Belanda dan Indonesia akan bekerja sama membentuk RIS. 3. Belanda dan Indonesia akan membentuk Uni Indonesia Belanda.
Hasil perundingan ini menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Belanda Indonesia mengenai soal Kedaulatan Indonesia-Belanda, yaitu : 1. Sebelum RIS terbentuk yang berdaulat menurut Belanda adalah Belanda, sehingga hubungan luar negeri/ Internasional hanya boleh dilakukan oleh Belanda. 2. Menurut Indonesia sebelum RIS terbentuk yang berdaulat adalah Indonesia, terutama Pulau Jawa, Madura dan Sumatra sehingga hubungan luar negeri juga boleh dilakukan oleh Indonesia. 3. Belanda meminta dibuat Polisi bersama, tetapi Indonesia menolak.
Akibat adanya penafsiran ini terjadi Clash I pada tanggal 21 Juli 1947 dan Clash II tanggal 19 Desember 1948. Terjadinya konflik ini akibat adanya agresi militer Belanda terhadap Indonesia. Sedangkan menurut Belanda terjadinya agresi militer Belanda adalah dalam rangka penertiban wilayah Kedaulatan Belanda. Bentrok senjata Indonesia-Belanda ini ini kemudian dilerai oleh PBB dan melakukan genjatan senjata dan dibuat suatu perundingan baru di atas Kapal Renville tahun 1948 yang menetapkan : 1. Belanda dianggap berdaulat penuh di seluruh Indonesia sampai terbentuk RIS. 2. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Belanda. 3. RI hanya merupakan bagian RIS.
Kemudian diadakan Konfrensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949 yang disepakati antara lain : 1. Mendirikan Negara Indonesia serikat 2. Penyerahan kedaulatan kepada RIS 3. Mendirikan UNI antara RIS dengan kerajaan Belanda13.
Atas dasar KMB maka pada tanggal 27 Desember 1949 dibentuklah Negara RIS dengan Konstitusi RIS. Berubahnya Negara Kesatuan menjadi Negara Serikat tidak semata13
Dasril Radjab, Op. Cit., hlm. 96.
7
mata campur tangan dari pihak luar ( PBB dan Belanda ), akan tetapi juga kondisi Indonesia yang memberikan kontribusi yaitu adanya keinginan daerah-daerah untuk membentuk Negara/ memisahkan diri dari Negara kesatuan dan membentuk Negara sendiri serta mereka tidak puas terhadap kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah pusat tidak adil, yang pada akhirnya banyak daerah-daerah melakukan pemberontakan. Disamping itu Belanda telah berhasil dan makin banyak daerah-daerah membentuk Negara antara lain :
1. Negara Indonesia Timur tahun 1946 2. Negara Pasundan termasuk Distrik Jakarta 3. Negara Jawa Timur 16 Nopember 1948 4. Negara Madura 23 Januari 1948 5. Negara Sumatra Timur 24 Januari 1948 6. dan Negara Sumatra Selatan 7. Negara yang sedang dipersiapkan adalah : 1. Kalimantan Timur 2. Dayak Besar 3. Banjar 4. Kalimantan Tenggara 5. Bangka 6. Belitung 7. Riau 8. dan Jawa Tengah
Naskah Konstitusi RIS disusun oleh delegasi kedua belah pihak. Negara RIS terdiri dari 16 negara bagian dan Ibu Kota Negara Indonesia adalah Jogyakarta dengan Kepala Negara RIS Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri. Dalam Konstitusi RIS dikenal adanya Senat yang merupakan wakil dari Negara-negara bagian dan sikap Negara bagian 2 orang dengan hak suara satu.
4. Periode 17 agustus 1950 s.d. 5 Juli 1959
Pada masa Konstitusi RIS, Negara-negara bagian makin sulit diatur dan kewibawaan pemerintah Negara federasi semakin berkurang sedangkan Indonesia sendiri dari berbagai 8
ragam suku bangsa, adat-istiadat, pulau-pulau dan bahasa, maka rakyat di daerah-daerah sepakat untuk kembali ke bentuk Negara kesatuan.
Kemudian diadakan perundingan antara Negara-negara serikat dengan RI Jogyakarta yang menetapkan bahwa pasal-pasal dalam Konstitusi RIS yang bersifat federalis dihilangklan dan diganti dengan pasal yang bersifat kesatuan, yang pada tanggal 19 Mei 1950 ditanda tangani Piagam Persetujuan yang menghendaki dalam waktu sesingkta-singkatnya bersama-sama melaksanakan Negara kesatuan.
Dibentuklah suatu Panitia yang bertugas membuat UUD yang baru pada 12 Agustus 1950. Rancangan UUD tersebut oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat serta Senat RIS pada 14 Agustus 1950 disahkan, dan dinyatakan mulai berlaku pada 17 Agustus 1950
Pemberlakuan UUD 1950 ini dengan menggunakan Pasal 190, Pasal 127 a, dan Pasal 191 Ayat (2) UUD RIS, maka dengan UU No. 7 Tahun 1950 Lembaran Negara RIS 1950 No. 56, secara resmi UUD 1950 dinyatakan berlaku mulai 17 Agustus 1950. Adapun isi dari ketentuan meliputi dua hal, yakni: 1) Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dengan menggunakan UUDS 1950 yang merupakan hasil perubahan dari Konstitusi RIS; 2) Perubahan bentuk susunan negara dengan UUDS 1950 secara resmi dinyatakan berlaku mulai 17 Agustus 195014.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi Negara Kesatuan RI berdasarkan UUDS tahun 1950, yang pada dasarnya merupakan Konstitusi RIS yang sudah diubah. Walaupun sudah kembali kepada bentuk Negara kesatuan, namun perbedaan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain masih terasa, adanya ketidakpuasan, adanya menyesal dan ada pula yang setuju yang pada akhirnya timbul pemberontakan separatisme misalnya : 1. APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) di Bandung 23 Januari 1950. 2. Pemberontakan Andi azaz Cs. Di Makasar 5 april 1950 3. Pemberontakan RMS di ambon 25 april 1950 14
M. Mahfud M.D., Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, hlm. 56
9
4. Pemberontakan Ibnu Hajar Cs. Di Kalimantan Selatan 10 Oktober 1950 5. Pemberontakan DI/ TII, Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan 17 agustus 1951 6. Pemberontakan Balaion 426 Jawa Tengah 1 Desember 1951 7. Pemberontkan DI/ TII Daud Beureuh di aceh 25 September 1953 8. Peristiwa Dewan banteng Sumatra Barat 20 Desember 1956 9. Pemberontakan PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indobnesia ) 15 Pebruari 1959 10. Permesta ( Pejuangan Rakyat Semesta ) 15 Pebrauari 1958.
Badan Konstituante bersama-sama pemerintah harus segera menyusun UUD Indonesia untuk menggantikan UUDS tahun 1950 ( Pasal 134 ), kemudian Desember 1955 diadakan Pemilihan Umum untuk memilih anggota Konstituante dengan dasar UU No. 7 tahun 1953 yang menyatakan : 1. Perubahan Konstitusi menjadi UUDS tahun 1950 2. Merelakan UUDS tahun 1950 mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1950 3. Terbentuknya Konstituante diresmikan di Kota Bandung 10 Nopember 1956
Konstituante yang dibentuk dari hasil Pemilu, yang telah bersidang selama kurang lebih 2,5 tahun belum dapat menyelesaikan tugasnya membuat UUD. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada tanggal 22 April 1959 atas nama pemerintah, presiden memberikan amanat di depan sidang pleno konstituante yang berisi anjuran agar konstituante menetapkan saja UUD 1945 sebagai UUD yang tetap bagi negara RI. Setelah diberikan tenggang waktu, konstituante belum juga mampu menyusun UUD.
Dengan demikian, situasi di tanah air sedemikian rupa sehingga dikhawatirkan akan terjadi disintegrasi dan perpecahan. Sebagai tindak lanjutnya pada Minggu, 5 Juli 1959 pukul 17.00 WIB, di istana negara presiden mengeluarkan dekrit, yang berisi: 1) Pembubaran konstituante 2) Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai hari tanggal penetapan dekrit ini dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950; dan 3) Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR ditambah dengan utusanutusan daerah dan golongan serta pembentukan DPA Sementara. 10
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 telah disetujui oleh DPR hasil Pemilu tahun 1959 secara aklamasi tanggal; 22 Juli 1959, yang kemudian dikukuhkan oleh MPRS dengan Ketetapan No. XX/MPRS/1966.
5. Periode 17 Juli 1959 s.d. 1966 Periode ini biasa disebut juga Era Orde Lama dengan “Demokrasi Terpimpin” Konsep Demokrasi Terpimpin dari Bung Karno diterima sebagai dasar penyelenggaraan Negara yang ditetapkan dalam TAP MPRS No. VIII/1965. Demokrasi Terpimpin adalah musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai, maka persoalan itu diserahkan pada pimpinan untuk mengambil keputusan. Atas dasar Demokrasi Terpimpin semua bidang dalam ketata negaraan serba terpimpin.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka pelaksanaannya tidak sesuai bahkan banyak terjadi penyimpangan antara lain : 1. Lembaga-lembaga Negara yang ada bersifat sementara 2. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup dengan TAP MPRS No. III tahun 1963
Pada masa itu banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan didalam bidang politik yang pada puncaknya, meledaknya kasus pemberontakan G30S PKI, yang sampai saat ini masih dalam perdebatan. Peristiwa G30S PKI menimbulkan banyak kekacauan social budaya dan tidak stabilnya politik dan hukum ketatanegaraan Indonesia yang kemudian dikeluarkannya Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto yaitu Surat Perintah 11 Maret 1966, oleh MPRS untuk mengambil segala tindakan dalam menjamin keamanan dan ketentraman masyarakat serta stabilitas jalannya pemerintahan, pada saat itu dianggap bahwa Presiden Soekarno “sudah berhenti”. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 8 UUD 1945,”Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia diganti....” Ketentuan tersebut dijadikan alasan dikeluarkannya ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kembali Kekuasaan Pemerintah Negara dari Tangan Presiden Soekarno.15 15
Inu Kencana Syafiie, Op. Cit., hlm. 43.
11
Kata sementara pada MPRS merupakan penunjuk bahwa lembaga tertinggi negara ini belum dibentuk dari hasil pemilu, walaupun demikian MPRS tetap dapat disebut sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia. Terbukti dalam masa kerjanya dari 1960-1968 MPRS telah mengeluarkan 44 ketetapan yang sah secara hukum guna mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara.
Proses rekrutmen lembaga perwakilan rakyat baru dapat dilakukan pada Pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971. Berdasarkan itu keanggotaan MPR terdiri dari utusan daerah dan anggota DPR dari partai politik dan golongan karya ditambah dengan anggota anggota DPR yang diangkat dari unsur ABRI.
Selanjutnya dalam beberapa kali pemilu Soeharto dipertahankan menjadi Presiden melalui Ketetapan MPR, antara lain: 1) Tap MPR No. IX/MPR/1973 Hasil Pemilu 1971 2) Tap MPR No. X/MPR/1978 Hasil Pemilu 1977 3) Tap MPR No. VI/MPR/1983 Hasil Pemilu 1982 4) Tap MPR No. V/MPR/1988 Hasil Pemilu 1987 5) Tap MPR No. IV/MPR 1993 Hasil Pemilu 1992
6. Periode Orde Baru
Orde Baru berarti suatu tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang berlandaskan, dan akan melaksanakan secara murni dan konsekuen, nilai-nilai luhur Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Istilah ini diciptakan setelah gagalnya pemberontakan G30S PKI pada tanggal 30 September 1965.
Perjalanan ketatanegaraan dibawah rezim Soeharto di akhir-akhir kekuasaannya telah melahirkan ketidakseimbangan dan ketidakadilan kepada kehidupan berbangsa dan bernegara. Di bidang hukum justru digunakan untuk memupuk kekuasaan dan kekayaan pribadi. Dengan kata lain, selama kurun waktu 1966-1998 telah melahirkan hukum yang deskriminatif, sementara KKN terus mewarnai kehidupan dalam bernegara. Hukum dimanipulasi menjadi
12
hamba sahaya segelincir penguasa dan pengusaha, pemanipulasi ini terjadi karena, Presiden Soeharto menguasai nyaris semua kekuasaan negara.16
Mengapa demikian? Persoalan utama dari negara hukum Indonesia terletak pada aturan dasar negara yaitu UUD 1945. Konstitusi yang dipersiapkan dalam jangka waktu tidak kurang dari 20 hari kerja ini, adalah dokumen yang jauh dari sempurna untuk menjamin lahirnya negara hukum yang demokratis. MPR hadir sebagai parlemen super, yang mempunyai kekuasaan tak terbatas; presiden tidak hanya menjalankan kekuasaan pemerintahan, tetapi juga memegang kekuasaan membuat undang-undang; perlindungan hak asasi manusia sangat minim
Presiden Soeharto memanfaatkan betul kelemahaan UUD 1945 itu. Dengan menguasai proses rekrutmen MPR, melalui rekayasa undang-undang susunan dan kedudukan parlemen. Tidak adanya forum dan mekanisme hukum untuk menginterpretasi aturan konstitusi, dan menguji peraturan perundangan terhadap konstitusi, menyebabkan kekuasaan nyata Soeharto semakin lepas kendali. Pada kenyataannya, interpretasi Soeharto atas konstitusilah yang berlaku. Salah satu akibatnya, proses suksesi presiden, sebagai syarat lahirnya kepemimpinan yang demokratis, tidak berjalan.
Melihat situasi yang dirasa semakin menjadi dengan hegemoni rezim tersebut memompa semangat kaum reformis untuk bangkit, sehingga menghasilkan pelengseran terhadap penguasa Presiden Soeharto 21 Mei 1998 dari kekuasaannya selama 30 tahun.
Berdasarkan konstitusi, maka wakil presiden yang dalam hal ini B. J. Habibie naik sebagai Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto sampai habis masa jabatannya.
Atas dasar Surat Perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR), merupakan akar awal jatuhnya Presiden Soekarno dan tampak kekuasaan Negara dipegang oleh Jenderal Soeharto. Dalam kepemimpinan Jenderal soeharto penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan demokrasi menitikberatkan pada kestabilan politik dan keamanan Negara. Beberapa hal yang menonjol dalam Pemerintahan Soeharto atau dekenal dengan Era Orde Baru adalah : 1. Demokrasi Pancasila 16
Denny Indrayana,”Negara Hukum Pasca-Soeharto: Transisi Menuju Demokrasi vs Korupsi”, Jurnal konstitusi, Mahkamah Konstitusi RI Vol. 1, Juli 2004, hlm. 103.
13
2. Adanya Konsep Dwifungsi ABRI 3. Adanya Golongan Karya 4. Kekuasaan ditangan Eksekutif/ Penumpukkan kekuasaan. 5. Adanya system pengangkatan dalam lembaga-lembaga perwakilan 6. Penyederhanaan Partai Politik 7. Adanya rekayasa dalam Pemilihan Umum, Soeharto tetap menjadi Presiden untuk beberapa kali.
7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d. sekarang
Gerakan reformasi tahunh 1998 dan Presiden Soeharto meletakkan jabatannya tanggal 20 Mei 1998 digantikan oleh Wakil Presiden B.J. Habibie. Reformasi menghendaki suatu perubahan yang pada akhirnya penggantian berbagai peraturan perundang-undangan, yang tidak sesuai dengan alam demokrasi dan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat terutama mangadakan amandemen UUD 45 sebanyak empat kali. Setelah amandemen ke IV UUD 1945, maka system ketatanegaraan Republik Indonesia adalah sebagai berikut. 1. NKRI harus tetap dipertahankan. 2. Kedaulatan ada di tangan rakyat 3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat 4. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum 5. Sistem Pemerintahan adalah Presidensiil 6. Sistem Parlemen menggunakan Bikanural System, yaitu terdiri dari DPR dan DPD. 7. Sistematika UUD 1945 terdiri dari Pembukaan dan Pasal-pasal. 8. MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi Negara. 9. Hubungan organisasi pemerintahan dalam garis vertical dengan asas desentralisasi dengan otonomi luas. 10. Adanya lembaga-lembaga baru yaitu, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial dalam UUD 1945.
Amendemen UUD 1945, yaitu: 1) UUD 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999 s/d 18 Agustus 2000) 2) UUD 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000 s/d 9 November 2001) 3) UUD 1945 dan Perubahan I, II dan III (9 November 2001 s/d 10 Agustus 2002 14
4) UUD 1945 dan Perubahan I, II, III dan IV (10 Agustus 2002 sampai sekarang).17
Hasil amandemen konstitusi mempertegas deklarasi negara hukum, dari semula hanya ada didalam penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.18 Konsep pemisahan kekuasaan ditegaskan. MPR tidak lagi mempunyai kekuasaan yang tak terbatas. Presiden tidak lagi memegang kekuasaan membentuk undang-undang, tetapi hanya berhak mengajukan dan membahas RUU.19 Kekuasaan diserahkan kembali kepada lembaga yang berhak, DPR. Lebih jauh, untuk beberapa hal khususnya yang berkaitan dengan isu regional Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dibentuk dan dilibatkan dalam proses legislasi.20
Dasar hukum sistem Pemilu diatur, setelah sebelumnya sama sekali tidak disebutkan dalam UUD 1945. Akuntabilitas angota parlemen diharapkan semakin tinggi, karena semua anggota DPR dan DPD dipilih oleh rakyat. Pemilu langsung juga diterapkan bagi presiden dan wakil presiden. Periodisasi lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas. Seseorang hanya dapat dipilih sebagai presiden maksimal dalam dua kali periode jabatan. Namun, kontrol partai politik yang memonopoli pengajuan calon presiden dan wakil presiden, dan tidak dimungkinkannya calon presiden independen, merupakan salah satu unsur yang mengurangi nilai kelangsungan pemilihan presiden oleh rakyat.
Akuntabilitas politik melalui proses rekrutmen anggota parlemen dan presiden yang langsung, diperkuat lagi dengan sistem pemberhentian mereka jika melakukan tindakantindakan yang melanggar hukum dan konstitusi. Meski, aturan inpeachment presiden lebih perinci dibandingkan pemecatan anggota parlemen yang penjabarannya diatur dalam undangundang.
Kekuasaan kehakiman yang mandiri diangkat dari penjelasan menjadi materi Batang Tubuh UUD 1945. Lebih jauh, Mahkamah Konstitusi (MK) dibentuk untuk mengawal kemurnian fungsi dan manfaat konstitusi, karenanya, salah satu kewenangan MK adalah melakukan contitutional review, menguji keabsahan aturan undang-undang bila dihadapkan kepada aturan konstitusi.
17
Azyumardi Azra dalam Tim ICCE, Op. Cit., hlm 102. Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945. 19 Pasal 5 Ayat (1) dan 20 Ayat (2) UUD 1945. 20 Pasal 22D UUD 1945 18
15
Dalam hal perlindungan hak asasi manusia (HAM), amendemen UUD 1945 memberikan jaminan yang jauh lebih komprehensif dibandingkan dengan aturan sebelum amandemen. Menurut Lindsey, perlindungan HAM pasca-amendemen impresif dan jauh lebih lengkap dibandingkan banyak negara berkembang. Meski dalam konsep Ross Clarke, polemik tentang asas non-retroaktif dalam pasal 28(I) menyebabkan beberapa kalangan masih mengkritik aturan HAM tersebut.
Dengan demikian, secara umum hasil amandemen UUD 1945 lebih memberikan dasar konstitusi bagi lahir dan tumbuhnya negara hukum Indonesia dalam kelangsungan sistem ketatanegaraan kedepan.
Satu hal yang perlu dicatat, bahwa amendemen UUD 1945 ini hanya dilakukan terhadap batang tubuh UUD 1945 [pasal-pasal] tetapi tidak dilakukan terhadap pembukaan UUD 1945. Terdapat asumsi bahwa mengamendemen terhadap Pembukaan UUD 1945 pada dasarnya akan mengubah negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Karena Pembukaan UUD 1945 hakikatnya adalah jiwa dan ruh negara proklamasi. Dengan tidak diubahnya Pembukaan UUD 1945, maka sistematika dan rumusan Pancasila tidak mengalami perubahan. Suatu konsekuensi logis, karena dengan diubahnya Pancasila sebagai Dasar Negara, maka secara langsung akan juga mengubah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di Proklamasiakan pada 17 Agustus 1945. Hal ini berarti pula mengubah bangunan ketatanegaraan secara fundamental.
16
Kesimpulan A. Proklamasi kemerdekaan Indonesia 1) Arti proklamasi kemerdekaan Indonesia : a. lahirnya Negara kesatuan b. Puncak perjuangan pergerakan kemerdekaan c. Titik tolak dari pada pelakasanaan amanat penderitaan rakyat. 2) Lahirnya pemerintahan indonesia a. Lahirnya bangsa Indonesia diawali dengan didirikanya BPPK pada tanggal 29 april 1945, di dalam masa berdirinya badan ini dapat menghasilkan rancangan UUD (16 juli 1945) b. PPKI terbentuk pada tanggal 9 angustus 1945, pada masa terbentuknya PPKI menghasilkan : 1. Sidang I ( 18 agustus 1945 ) a. Pembentukan UUD 45 b. Memilih soekarno sebagai presiden dan mohamat hatta sebagai wakil presiden c. Adanya komte nasional, sebagai pembantu presiden 2. Sidang II ( 19 agustus 1945) a. Pembentukan 12 departemen pemerinatahan b. Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan adanya kebijakan daerah 3) Adanya pembentukan batang tubuh dan penjelasan resmi UUD 45 4) Sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia 1. Periode 17 agustus 1945 - 27 desember 1949 Pada periode ini yang berdaulat adalah rakyat dengan di wakili oleh MPR. Wewenang MPR : Menetapkan UUD dan GBHN Memilih dan mengangkat presiden Mengubah UUD Wewenang presiden:
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden tidak dapat membubarkan DPR 17
2. Perubahan praktek ketatanegaraan meliputi : Presiden dan wapres di pilih oleh PPKI Sistem presidensil lalu berubah lagi menjadi system multi partai KNIP ikut menentukan GBHN dengan presiden KNIP dengan presiden, menentukan UU tentang urusan pemerintah Dalam menjalankan tugas KNP digantikan oleh sebuah badan yang bertanggung jawab kepada KNIP 3. Periode 27 desember – 17 agustus 1950 Dalam masa periode ini dapat terbentuknya : Adanya KMB Adanya piagam penyerahan kedaulatan Status UNI Terbentuknya RIS 4. Periode 17 agustus 1950 – 5 juli 1959 Adanya UUD RIS Presiden sebagai kepala tertinggi baik dalam Negara maupun dalam hal pemerintahan Adanya dekrit presiden Periode 5 juli 1959 Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara DPR gotong royong Adanya MPRS Adanya DPAS Kembali pada UUD 445 5. Periode 17 Juli 1959 s.d. 1966 Demokrasi Terpimpin meledaknya kasus pemberontakan G30S PKI Adanya surat 11 maret 1966 6. Periode Orde Baru Zaman orde baru, banyaknya terjadi praktek KKN Demokrasi Pancasila Lahirnya amandement 45 18
Adanya peraturan dasar hokum pemilu Adanya Perlindungan HAM 7. Periode Reformasi Tahun 1998 s.d. sekarang Zaman reformasi Amandemen UUD 45 sebanyak empat kali Adanya peraturan dasar hukum pemilu Adanya Perlindungan HAM NKRI harus tetap dipertahankan Kedaulatan ada di tangan rakyat Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum Sistem Pemerintahan adalah Presidensiil
19
Daftar Pustaka Tutik, Triwulan Titik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca-Amandemen UUD 1945, Kencana, Jakarta, 2010. CST. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1986. Syafiie, Inu Kencana, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1996. Zaini, H. Abdullah, Pengantar Hukum Tata Negara, Pustaka Sinar Harahap, Jakarta, 1991. Joeniarto, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2001 www.wikipedia.com.
20