BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Kata dakwah tentu membuat sebagian dari kita bertanya – tanya tanya apa yang dimaksud dengan dakwah itu ? sehingga ingin tau bagaimana proses perkembangan dari zaman ke zaman sertai diera modernisasi yang kita alami sekarang untuk itulah kami menciptakan makalah ini sekaligus menjawab pertanyaan dari para pembaca makalah yang membaca makalah ini serta menambah wawasan tentang ilmu dakwah. Maraknya dakwah, ternyata belum mampu menahan masuknya beberapa ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama secara hedonistik, matrealistik, dan sekuleristik. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami dan menghayati pesan simbolis keagamaan Ilmu dakwah mengalami proses perkembangan yang positif sehingga semakin hari semakin estabilished sehingga semakin waktu mendapat sambutan dan pengakuan dari masyarakat mengenai eksistensinya. B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dakwah itu sendiri ? 2. Bagaimana Sejarah ilmu dakwah ? 3. Bagaimana Pengembangan ilmu dakwah ? 4. Apa hukum berdakwah ?
C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui apa arti dari dakwah menurut bahasa dan terminology. 2. Agar kita dapat mengetahui alur dari sejarah dakwah 3. Agar kita tahu perkembangan dakwah dari zaman nabi sampai zaman modern 4. Agar kita mengetahui hukum berdakwah
1
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Dakwah
Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Dalam kamus al-Munjid fi alLughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya
.
Dakwah secara bahasa mempunyai makna bermacam – macam : 1. Memanggil dan menyeruh seperti dalam firman Allah surat Yunus ayat 25 yang artinya “ Allah menyeruh ( manusia ) ke
(surga) dan memberikan
petunjuk kepada orang – orang yang dikehendaki – Nya kepada jalan yang lurus (islam). 2. Menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah , yang positif ataupun yang negatif. 3. Suatu usaha berupa perkataan ataupun perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliaran atau agama tertentu. Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan dan mendefenisikan dakwah, hal ini disebabkan oleh perbedaan mereka dalam memaknai dan memandang kalimat dakwah itu sendiri, sebagian ulama seperti yang diungkapkan oleh : 1.
Dalam kitabnya al-madkhal ila ‘Ilm Ad-Da’wat mengatakan bahwa dakwah adalah menyampaikan (at – tabligh) dan menerangkan (al – bayan ) apa yang telah dibawa Nabi (Muhamad abu al-futuh)
2. Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6) Dari defenisi para ahli di atas maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim maupun non-muslim, dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan
2
bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan, adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu Islam. B.
Sejarah dan Pengembangan Dakwah
1. Sejarah Dakwah
Para sarjana Islam, terutama para sejarawan berbeda pandangan dalam menentukan titik awal dakwah islam dimulai. Perbedaan pendapat ini tidak terlepas dari pengertian tentang makna islam itu sendiri. Mereka yang beranggapan bahwa makna islam adalah makna universal, maka dakwah islam telah dimulai sejak zaman nabi Nuh as. namun jika makna islam secara spesifik adalah apa yang dibawa oleh nabi Muhammad, maka dakwah islam dimulai semenjak diutusnya nabi Muhammad SAW. Namun para sarjana islam yang membahas tentang sejarah dakwah, lebih cenderung membahasnya pada tataran islam dengan makna universal yang mencakup dakwah nabi Nuh hingga nabi Isa as. 1 Sejarah dakwah dapat dibagi menjadi empat periode yakni : a. Periode Tentang dakwah para nabi sebelum Nabi Muhammad. Pada periode pertama semenjak nabi Nuh hingga Nabi Isa, para ahli sejarah islam sepakat bahwa mereka merupakan para da’i utusan Allah yang mengajak kepada ketauhidan ( pengesahan Tuhan) serta memerangi kemusyrikan, menyuruh kepada ketaatan , dan mencegah perbuatan maksiat Hal ini Allah terangkan dalam AlQur’an surat an- Nisa ‘ ayat 163 :
Artinya :“ Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi – nabi yang kemudian, dan kami telah memberi wahyu pula kepada Ibrahim, I,ishaq, Ya’kub dan anak - anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dam kami berikan Zabur kepada Daud “
3
Dakwah para nabi pada periode ini lebih bersifat lokal, dimana para nabi diutus hanya kepada kaum – kaum tertentu, sesuai dengan kebutuhan dan kecenderungan masing-masing kaum. Dalam menjalankan dakwah para nabi ini dibekali dengan kemampuan luar biasa yang disebut dengan mu’jizat sebagai kebenaran yang mereka bawa. Al- Qur’an juga menjelaskan tentang perjalanan dan metode dakwah mereka, disamping kendala dan cobaan- cobaan yang dihadapi, serta kesabaran dan istiqomah mereka dalam menghadapi kaumnya. Para rasul telah berdakwah dengan metode dan acara yang beraneka ragam, antara lain : 1) Dengan memperhatikan ayat- ayat kauniyat (tanda- tanda kekuasaan Allah yang berkaitan dengan alam fisik ) 2) Mengingatkan manusia akan nikmat dan karunia Allah 3) Menjelaskan sifat – sifat dan kesempurnaan Allah dengan argumen-argumen yang logis. b. Periode Masa Nabi Muhammad dan Khulafa al-Rasyidun. Sejarah dakwah nabi Muhammad dapat dibagi menjadi dua fase, fase Mekkah dan fase Madinah. Fase Mekkah dimulai semenjak Rasulullah menerima wahyu pertama di gua Hira, dan dimulai dari kalangan tertentu dari keluarga, saudara, kerabat terdekat beliau, seperti Khadijah, Abu bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsat, kemudian diikuti oleh beberapa sahabat lainnya Utsman bin Affan, Zubair bin Awam, Abd al-Rahman bin Auf, dan lain- lain. Setelah tiga tahun lamanya Nabi Muhammad berdakwah dengan sembunyi – sembunyi (dakwat bi al – sir) maka Allah Menurunkan perintah kepada beliau untuk berdakwah dengan terang – terangan (dakwat bi al- jahr) dan memperluas jangkauan dakwah. Dakwah ini mendapat tantangan yang sangat keras terutama dari pamannya Abu lahab dan orang – orang Quraysi. Namun penghinaan dan siksaan yang dilancarakan oleh orang – orang Quraysi tidak mampu menghentikan langkah Nabi Muhammad dan para pengikutnya. 2
1
Lihat, H.M. Arifin, Psikolog dan Beberapa Aspek Kehidupan Manusia , hlm.4
2
Moh. Ali Aziz. Ilmu Dakwah, (Kencana, Jakarta, 2004), hlm. 34
4
Pada fase ini, Nabi Muhammad melakukan beberapa langkah yang dianggap penting untuk kelanjutan dakwah islam diantaranya konsentrasi beliau terhadap pendidikan dan penyucian diri bagi mereka yang menerima islam dengan jalan pembelajaran dan penerapan nilai- nilai isalam dalam kehidupan sehari – hari. Sedangkan fase madinah dimulai ketika nabi muhammad menerima wahyu untuk berhijrah ke Madinah pada saat orang – orang Quraysi merencanakan pembunuhan
terhadap nabi Muhammad dan para pengikutnya. Fase Madinah
merupakan lembaran sejarah baru bagi nabi dan para pengikutnya dengan semakin kuat dan betambahnya umat islam, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada fase ini, Rasulullah masih tetap berkonsentrasi untuk menyampaikan dakwah dan risalah Islam dengan jalan pembacaan ayat – ayat Al –Qur’an, mengajarkan makna-makna Al-Qur’an dan hukum– hukumnya, mendirikan masjid sebagai pusat kegiatan umat islam, mempersatukan kaum muhajirin dan kaum anshar, dan menegakan hukum- hukum syariat. Setelah meninggalnya Nabi Muhammad dakwah diteruskan oleh Abu bakar yang menjabat selama dua tahun tiga bulan delapan hari, kemudian Umar bin Khattab yang menjabat Sepuluh tahun enam setengah bulan kemudian dilanjutkan oleh ustman bin Affan menjabat selama dua belas tahun kemudian Ali bin Abi thalib menjabat selam lima tahun, jadi masa khulafa al Rasyidun seperti yang diungkapkan oleh al – suyuthi berlanjut selama 30 tahun. Pada masa ini dakwah dlakukan denga khotbah dan diskusi – diskusi keagamaan, secara umum, dakwah pada masa ini semakin bergairah, baik berupa gerakan – gerakan keilmuan ataupun kependidikan dan pembelajaran.
c. Periode Masa kekuasan dinasti Umayyah,Abasiyyah, dan Usmani. Periode ini dimulai dengan berdirinya Dinasti Bani Umayyah oleh Mu’awiyah bin Abi Syafyan pada tahun ke-40 Hijriyah hingga runtuhnya kekuasaan Dinasti Utsman pada tahun 1343 H. Pada periode ini dakwah islam semakin luas dengan banyaknya daerah yang ditaklukan, pada masa ini para ulama ahli fiqih, tafsir dan hadits dikirim ke daerah – daerah yang ditaklukan untuk menyebarkan dan
5
menjelaskan islam dan ajaran – ajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
d. Periode Masa Modern. Sejarah dakwah adalah suatu proses yang mencakup segala aspek kehidupan umat islam lintas sosial , kultural, dan geografis. Pada periode ini sebagian sejarawan mengkaji sejarah dakwah berkaitan dengan aspek individu (Da’i) sep erti sejarah hasan al-banna, al-Maududi dan lain-lain sebagian lagi mengkaji sejarah dakwah dari aspek penggerakan , seperti pergerakan Ikhwan al – Muslimun di Mesir, ada juga mengkaji dari aspek geografis seperti sejarah dakwah di Mesir , Indonesia, Afrika.
Secara garis besar, proses dakwah pada periode ini baik berupa penyampaian (tabligh) dan penyebaran islam serta kegiatan belajar mengajar masih masih tetap berjalan walaupun proses dakwah mendapat tantangan dan rintangan apalagi setelah runtuhnya dinasti Utsman yang merupakan simbol kekuatan islam dan terbagi – bagi nya daerah yang masuk kedalam kedaulatan islam menjadi daerah – daerah kecil yang dikuasai penjajah. Pergerakan pada periode ini mengambil bentuk yang bermacam ada yang secara personal, ada juga yang bergerak secara berkelompok.
2.
Perkembangan Dakwah
Secara garis besar
perkembangan ilmu dakwah adalah sebagai berikut :
a. Tahap Konvensional Pada tahap ini dakwah merupakan kegiatan kemanusiaan berupa seruan atau ajakan untuk menganut dan mengamalkan ajaran islam yang dilakukan secara konvensional artinya dalam pelaksanaan secara operasional belum mendasar. b. Tahap Sistematis Tahap ini merupakan tahap pertengahan antara tahap konvensional dan tahap ilmiah, tahap ini dakwah sudah dibicarakan secara khusus oleh beberapa kalangan. Ditandai dengan adanya perhatian masyarakat. c. Tahap Ilmiah
6
Tahap ini dakwah telah berhasil tersusun sebagai ilmu pengetahuan setelah melalui beberapa tahap sebelumnyadan memenuhi syarat – syarat nya yang objektif, metodik, sistematik. Sebagaiman telah disingggung pada pembahasan-pembahasan sebelumnya ini adalah berkat kerja jasa para ulama yang telah banyak berupaya untuk menyusundan mengembangkan nya dengan jalan mengadakan pembahasan dan penelitian kepustakaan maupun secara lapangan tentang fenomena – fenomena dakwah yang dianalisa lebih jauh dan melahirkan beberapa teori dakwah.
3. Perkembangan Ilmu Dakwah Di Indonesia
Di indonesia, keberadaan Ilmu Dakwah tidak bisa lepas dari lembaga pendidikan yang mencetak pendakwah, seperti madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi islam. Sejak islam pertama kali masuk di wilayah Nusantara, pala ulama dan sultan telah memikirkan upaya menyebarkan
islam secara efektif. Untuk itu,
kemudian dilakukan kederisasi melalui pendidikan islam. A. Hasjmi (1974 : 383) menyebut Dayah Cot Kala yang didirikan oleh Muhammad Amin sebagai prguruan tinggi islam pertama di bangun di rantau Asia tenggara , Muhammad Amin behasil mengembangkan Dayah Cot Kala dalam mencetak pendakwah yang menyebarkan islan di penjuru nusantara. Para kiai jawa juga mengemban misi yang sama dengan para ulama aceh, yakni mencetak pendakwah. Penting dicatat bahwa saat itu pendakwah lebih populer dari pad\a guru Agama. Sebagai pendakwah, para ulama banyak menghabiskan waktunya untuk berkelana menyebarkan agama islam. Kita mendapatkan informasi dakwah Wali Songo dari artefak yang di tinggalkan dan cerita rakyat sec ara lisan. Sebelum dakwah menjadi jurusan tersendiri, ia kerap dijadikan tema dalam perdebatan di media massa silam maupun forum forum ilmiah, di padang sumatera barat, kaum modernis membuat sebuah majalah berbahasa melayu dengan nama Almunir, majalah yang didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad ini mengedepankan dakwah purifikatif (pemurnian tauhid) dan menyuarakan ide-ide metode pembaruan islam. Dari majalah Al-Munir tersebut, muncul beberapa majalah islam lainnya di indonesia. 3
Ismail, Nawari, Filsafat Dakwah, Hlm.18
7
Sebelum kemerdekaan ilmiah tentang dakwah islam masih dilakukan secara informal.para ulama masih berkunjung untuk membicarakan masa depan umat islam indonesia. Dalam hal ini, belum ada institusi pendidikan islam yang memberikan fasilitas untuk mengadakan forum ilmiah tentang dakwah, setelah perguruan tinggi agama islam (PTAIN) di bentuk oleh pemerintah pada tanggal 26 september 1951, dakwah menjadi slah satu jurusannya selain jurusan tarbiyah, setelah PTAIN berganti nama menjadi IAIN dakwah masih menjadi sebuah jurusan dibawah fakultas ushuluddin pada tahun 1960 hingga 1968. Tahun 1967, rektor Ar-raniri Aceh dengan di dukung oleh yayasan pembina darusallam
dan mentri kesejahteraan untuk mengusulkan status jurusan dakwah
menjadi fakultas dakwah, usulan ini di penuhi SK. Mentri agama Agama Nomir `13 Tahun 1968, setelah menjadi sebuah fakultas tersendiri, ilmu dakwah di kembangkan menjadi leluasa hingga saat ini. C. Prinsip – Prinsip Pengembangan dakwah
Dalam sebuah proses pengembangan dakwah terdapat beberapa prinsip yang akan membawa ke arah pengembangan dakwah. Prinsip – prinsip itu tersebut adalah : 1. Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan Proses pengembangan da’i bertujuan untuk menentukan apa yang mereka ketahui dan apa yang harusmereka ketahui dalam menyiapkan mereka terjun langsung ke objek dakwah. 4 2. Membantu rasa percaya diri da’i Melatih akan lebih berhasil jika da’i merasa yakin bahwa ia akan berhasil mempelajari suatu keterampilan. Pada fase ini tingkat kesulitannya dan dilanjutkan dengan langkah – langkah yang sesuai dengan keterampilan da’i tersebut. 3. Membuat penjelasan yang berarti Dalam proses meningkatkan pemahaman serta daya ingat selama pelatihan harus dibangun atas dasar pengertahuan. 4. Membuat uraian pelatihan untuk memudahkan dalam pembelajaran
4
Faiza, Psikologi Dakwah, Hlm. 22
8
Jika diadakan pelatihan formal atau informal, maka harus diperiksa tentang pengetahuan para peserta sebelum mengajarkan hal – hal yang membutuhkan pengetahuan 5. Memberikan kesempatan untuk berpratik secara umpan balik Setelah materi diberikan, maka hendaknya diberikan kesempatan untuk mempraktikan atau mendemostrasikan yang disertai dengan proses penjelasan mengapa sesuatu telah dilakukan disertai bimbingan kearah yang benar. 6. Memeriksa apakah program pelatihan berhasil Langkah terpenting dalam program pembangunan adalah meninjau dan memeriksa kembali apakah keterampilan dan pengetahuan yang ditargetkan telah berhasil dipelajari. 7. Mendorong aplikasi dari keterampilan dalam kerja dakwah Setelah dilakukan proses pelatihan kepada para da’i maka langkah penting selanjutnya bagi para pemimpin atau menajer dakwah adalah mengaplikasikan beberapa prinsip serta prosedurdalam memecahkan masalah. D. FIQIH DAKWAH
Istilah fiqh dakwah ditemukan pada abad 20 dengan lahirnya buku pertama yang ditulis oleh said kutub dengan judul Fiqh al Istilah yang masih sepadan dengan pembahasan fiqh dakwah ialah fiqh al sirah (fiqh sejarah nabi Muhammad saw), fiqh al waqi’ (fiqh realitas), fiqh al masuliah (f iqh tanggung jawab sosial). 5 Secara bahasa Fiqh dakwah berasal dari dua kata yaitu fiqh dan dakwah. Kata fiqih (
) secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al fahmu al
mujarrad (
), yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar
mengerti saja Makna yang kedua adalah al fahmu ad daqiq (
), yang artinya
adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas. Sedangkan dalam istilah fiqih yaitu : ”Ilmu yang membahas hukum -hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”. Sedangkan kata dakwah berasal dari kata da’a yang berar ti menyeru, mengajak. Dakwah juga adalah mengajak untuk patuh kepada ajaran agama Islam dengan lebih sempurna.
9
Dari pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan tentang pengerian fiqh dakwah yaitu: memberi kefahaman, pengetahuan, mengenali hak diri dan tanggungjawab sebagai seorang yang menyebarkan seruan Islam kepada semua manusia untuk mengajak mereka mengenali Allah. Selain dari itu juga, fiqh dakwah adalah untuk mengajak atau menyeru manusia untuk mengamalkan ajaran Islam dengan lebih sempurna lagi. Saat ini perkembangan kegiatan dakwah tidak didampingi dengan aspek fiqih, sehingga masyarakat cenderung tidak peduli dengan nilai yang seharusnya diperhatikan ada unsur-unsur dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan pesan dakwah. Akhirnya pandangan tentang dakwah islam juga berbeda antara satu pakar dengan pakar lainnya. Kita melacak perbedaan tersebut dari Al-qur ’an dan hadist sebagai sumber hukum dakwah sehingga kita dapat mencoba merumuskan kaidahkaidah fiqih yang dapat membantu memecahkan masalah dakwah. Pesan dakwah harus berisi kebenaran semata persoalan kebenaran telah lama menjadi polemic antara kaum teolog, filsuf, bahkan para ilmuwan. Dalam islam kita mengenal kebenaran hakiki dan kebenaran relatif . Semua ayat yang ada dalam AlQur’an adalah firman Allah SWT. Ayat-ayat itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., lalu oleh Nabi SAW dibacakan kepada sahabatnya. Itulah Rasulullah SAW sebagai pendakwah dan wahyu yang diterimanya seba gai pesan dakwahnya. Sebagai sumber utama pesan dakwah, pendakwah disamping itu harus meyakini kebenarannya juga harus meyakinkan mitra dakwah akan kebenaran wahyu Allah tersebut. Dalam berdakwah, pendakwah tidak boleh meninggalkan akal pikiran. Akal digunakan untuk menfsirkan kebenaran wahyu yang kemudian diolah sebagai pesan dakwah. Akal juga dimanfaatkan untuk menjaga etika dakwah dengan menggali hukum yang berkenaan dengan masalah dakwah. Berdasarkan kemampuan menggali pesan dakwah dari hukum islam, pendakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
5
6
Moh. Ali Aziz. Ilmu Dakwah, (Kencana, Jakarta, 2004), hlm. 137 Ibid, Hlm.139
10
a. Pendakwah Mujtahid yaitu pendakwah yang memiliki kemampuan menggali sendiri secara mendalam pesan dakwah dari sumber hukum Islam. b. Pendakwah Muttabi’ yaitu pendakwaha yang tidak mem iliki kemampuan seperti kelompok pertama. Ia mengambil pesan dakwah dari hasil penafsiran para ulama dengan memahami dalil-dalil yang mendasarinya serta mematuhi etika dakwah yang telah ditetapkannya. c. Pendakwah Muqalid yaitu pendakwah yang menyampaikan pesan dakwah tanpa mengetahui dalil-dalil yang mendasarinya, akan tetapi ia sangat meyakini akan kebenarannya.
1. Hukum Berdakwah -QS. An-Nahl 125
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
-
QS. Ali Imran 104:
Artinya:”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyerukan kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan me ncegah yang munkar; merekalah orang-orang yang berutung”. Ayat-ayat diatas secara tegas memerintahkan kita untuk melaksakan dakwah Islam. Perintah tersebut ditunjukkan dalam bentuk kata perintah dan kecaman bagi
11
yang meninggalakn dakwah. Kata perintah disebutkan dalam surat An-Nahl 125 dengan kata “Serulah” sedangkan dalam surat Ali-Imran 104 kata perrintahnya berupa “Dan hendaklah ada diantara kamu sekelomok orang yang menyeru…..” perintah yang pertama lebih tegas daripada perintah yang kedua. Perintah yang pertama menghadapi subjek hukum yang hadir, sedanghkan subjek hukum dalam perintah kedua tidak hadir. Selain itu pesan perintah pertama lebih jelas yakni “berdakwahlah “ sedangkan perintah kedua”hendaklah ada sekelompok orang yang berdakwah”. Dalam
kaidah
Ushul
Fiqih
disebutkan“pada
dasarnya,
perintah
itu
menjunjukkan kewajiban (al-asbl fi al-amr li al-wujub). Dengan demikian sangat jela s bahwa perintah berdakwah dalam kedua ayat tersebut adalah perintah wajib. Dalam kaidah fiqih melarang sesuatu berarti memerintahkan kebalikkannya (alnaby’an alsyai’ amr bi al-dliddih). Dengan demikian, kecaman keras Allah bagi orang-orang yang tidak peduli dakwah berarti perintah wajib melaksakan dakwah. Ayat-ayat diatas lebih ditunjukkan untuk umat Islam secara keseluruhan. Ia bersifat umum, ada pula ayat-ayat perintah Allah yang ditujukan langsung untuk Nabi SAW., antara lain : surat al-Maidah ayat 67 dari surat al-Hijr ayat 94.
Artinya :“Hai R asul, sampaikanlah aa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya, Allah memelihara kamu dari (gangguan) ,manusia. Sesungguhnya Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang kafir ” (QS. Al Maidah: 67).
Artinya :“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yg musyrik ”.(QS. AlHijr: 94).
12
Para ulama berbeda pendapat mengenai orang yang dibebani kewajiban berdakwah. Pangkal perbedaan tersebut terletak pada huruf min() dalam surat Aliimran ayat 104 tsb. Al-Ghazali adalah salah satu ulama yang berpendapat bahwa kewajiban dakwah adalah Fardlu Khifayah. Sebagi Fardlu Kifayah, dakwah hanya dibebankan atas orang-orang yang memiliki keahlian dan kemampuan di bidang agama Islam. Kata min () dalam ayat tersebut diartikan”sebagian”(li al-tabi’idl). Selain itu Al-Ghazali membuat alas an tersendiri ia mengatakan (Al-Ghazali, t.t.:II: 303)7 “Dan dalam ayat tersebut terdapat penjelasan kewajiban. Firman Allah SWT. yang
berbunyi
“hendaklah
ada
diantara
kamu
sekelompo k
orang
yang
menyeru…(QS. Ali imran 104)”, merupakan sebuah perintah. Pada dasarnya, perintah adalah kewajiban. Dalam ayat itu ada penjelasan bahwa kebahagiaan terkait dengan kewajiban apabila ia dilaksankan. Firman Allah, “mereka adalah orang -orang yang berbahagia”, merupakan penjelasan bahwa kewajiban itu adalah Fardlu Khifayah, bukan Fardlu ‘ain. Karenanya. Jika dakwah telah dilaksa nkan oleh suatu kelompok maka kewajiban umat yang lain menjadi gugur. Allah tidak berfirman, “Jadilah masing-masing kelian semua sebagai orang-orang yang memerintahkan makruf”, bahkan berfirman, “Hendaklah diantara kalian ada suatu kelompok” manakala ada seseorang atau kelompok yang telah melaksanakannya, maka orang lain tidak menanggung dosa. Kebahagiaan tertentu pada orang melaksanakannya dengan gembira. Jika semua orang duduk saja (tidak melaksanakan dakwah), maka sudah
pasti
dosanya
akan
dipikul
oleh
semua
orang
yang
memiliki
kemampuan(berdakwah)”.
7
Ibid, Hlm 149
13
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dakwah memiliki pengertian yaitu menyampaikan atau mengajak seseorang atau golongan untuk mengkuti aliran ataun agama tertentu.sejarah dibagi dalam empat priode yaitu
Periode pertama Tentang dakwah para nabi sebelum Nabi Muhammad,
Periode kedua Masa Nabi Muhammad dan Khulafa al-Rasyidun,
Periode ketiga Masa kekuasan dinasti Umayyah,Abasiyyah, dan Usmani.
Periode keempat Masa Modern.
Secara garis besar perkembangan dakwah
Tahap Konvensional
Tahap Sistematis
Tahap Ilmiah
Prinsip – Prinsip Pengembangan dakwah
Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan
Membantu rasa percaya diri da’i
Membuat penjelasan yang bearti
Membuat uraian pelatihan untuk memudahkan dalam pembelajaran
Memberikan kesempatan untuk berpratik secara umpan balik Fiqh dakwah yaitu: memberi kefahaman, pengetahuan, mengenali hak diri
dan tanggungjawab sebagai seorang yang menyebarkan seruan Islam kepada semua manusia untuk mengajak mereka mengenali Allah. Hukum berdakwah , kecaman keras Allah bagi orang-orang yang tidak peduli dakwah berarti perintah wajib melaksakan dakwah. Alqur’an Sebagai sumber utama pesan dakwah.
B.
Kritik dan Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua.
14
DAFTAR PUSTAKA Arifin, M. Psikolog Dakwah Suatu pengantar studi , Jakarta : Bumi Aksara, 1994 Munir, Muhamad. Manajemen Dakwah, Jakarta : Rahmat semesta ,2000 Machfoeld, Moesa. Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta : PT Bulan Bintang , 2004 Muhyidin, Asep, Metode Pengembangan dakwah, Bandung : CV Pustaka Setia Bandung , 2002 Aziz, Ali. Ilmu Dakwah, Jakarta :Prenada Media, 2004 Faizah, Psikolog Dakwah, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2006 Ismail, Nawari. Filsafat Dakwah, Jakarta : PT Bulan Bintang, 2004
15